BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Sibolga merupakan salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara,
Indonesia. Kota ini terletak di pantai barat pulau Sumatera, membujur sepanjang
pantai dari utara ke selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk
Tapian Nauli.Kota Sibolga merupakan wilayah pesisir barat Sumatera Utara,
dengan potensi utama perekonomian bersumber dari perikanan, pariwisata, jasa,
perdagangan,dan industri maritim. Hasil utama perikanan antara lain gurapu, tuna,
kakap, kembung, bambangan, layang, sardines, lencam dan teri.
Pada sektor perikanan merupakan sektor yang berpotensi sangat besar
untuk dikembangkan di Kota Sibolga, disamping karena ketersediaan sumber
dayanya yang cukup besar karena potensi pasarnya yang cukup tinggi, dan sektor
ini menyangkut kebutuhan hidup orang banyak. Permintaan akan perikanan untuk
pemenuhan kebutuhan gizi akan seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk.
Oleh karena itu sekarang ini perlu mendapatkan dukungan perhatian yang serius
dari pemerintah maupun masyarakat untuk mengembangkan potensi perikanan.
Hal ini penting karena selain sebagai bahan makanan pokok oleh masyarakarat
juga merupakan sumber pendapatan bagi nelayan dan termasuk juga para
pedagang ikan.
Produksi hasil laut Kota Sibolga mengalami peningkatan sebesar 1,37
di tahun 2014. Jumlah nelayan di Kota Sibolga mengalami peningkatan
dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari 8.632 orang pada tahun 2013 menjadi
9.518 di tahun 2014.(BPS Kota Sibolga 2015:123). Produksi ikan olahan seperti
ikan asin dan pindang mengalami perkembangan dari tahun 2010 sampai tahun
2014.Data yang diperoleh dari Dinas Kelautan Kota Sibolga dalam rangka Hari
Jadi Kota Sibolga yang Ke-316.
NO Jenis Olahan
Produksi (ton)
2010 2011 2012 2013 2014
1. Ikan Asin 4.608 9.840 9.696 11.000 9.978
2. Pindang 1.29 1.600 1.584 2.000 1.022
Jumlah 5.904 11.440 11.280 13.000 11.000
Salah satu hasil produksi pengolahan ikan selain ikan basah adalah
pengasinan ikan. Proses pengasinan ikan dilakukan dengan tujuan untuk
menghasilkan produk olahan makanan baru dengan cara diawetkan dengan garam.
Hasil akhir dari olahan tersebut adalah ikan asin. Ikan asin adalah bahan makanan
yang terbuat dari daging ikan yang diawetkan dengan menambahkan banyak
garam. Dengan metode pengawetan ini daging ikan yang biasanya membusuk
dalam waktu singkat dapat disimpan di ruang kamar untuk jangka waktu
berbulan-bulan, ikan asin merupakan ciri khas oleh-oleh dari Kota Sibolga. Pusat
penjualan ikan asin terletak di Kelurahan Pasar Belakang Kota Sibolga.
permanen, semi permanen, dan biasanya pada hari-hari libur ataupun hari besar
seperti lebaran muncul juga pedagang-pedagang kaki lima.
Proses penjualan ikan yang diperoleh nelayan dari hasil melaut dijual ke
Tempat Pelelangan Ikan (TPI), selanjutnya ikan yang diperoleh lansung dijual
kepada masyarakat baik secara borongan oleh pengusaha ataupun untuk konsumsi
rumah tangga. Pembelian ikan dari TPI yang dilakukan secara borongan biasanya
dilakukan oleh pengusaha untuk diecerkan lagi dipasar. Distribusi hasil tangkapan
disebarkan sampai ke kota-kota di sekitar Kota Sibolga seperti Tapanuli Tengah,
Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Padang Sidimpuan, Mandailing Natal, Padang
Lawas, dan Padang Lawas Utara.
Pedagang ikan asin yang berada di Kota Sibolga sudah lama menghasilkan
produksi atau sudah lama memproduksi ikan asin karena sebagian besar penduduk
di wilayah ini merupakan nelayan. Kegiatan ekonomi tidak akan pernah lepas dari
kehidupan sehar-hari dalam menafkahi keluarga. Tetapi mereka tidak terlepas dari
dilema atau permasalahan dari aktivitas ekonomi serta masih adanya budaya dan
agama yang mempengaruhi aspek kehidupan termasuk dalam kegiatan aktivitas
ekonomi mereka. Melihat perkembangan perekonomian nelayan dan para
pedagang ikan asin di Kota Sibolga semakin membaik, namun perekonomian
kadang melemah akibat pengaruh alam dan pengaruh minat pembeli berkurang.
Aktivitas pedagang ikan asin mengalami pendapatan tinggi ketika hari-hari libur,
karena banyak pembeli atau pengunjung biasanya dari luar daerah dan menjadikan
Sejak kebijakan Menteri Kementerian Kelautan dan Perikan (KPP) yang
menerbitkan Peraturan Menteri (Permen) No. 2 Tahun 2015 tentang larangan
menggunakan alat tangkap pukat hela, pukat tarik, cantrang atau jenis trawl
lainnya yang telah dimodifisikasi untuk penangkap ikan. Para nelayan dengan
kapal tersebut banyak mengalami pengangguran dan berhenti kerja, maka stok
ikan akan berkurang dan berdampak pada permintaan dan harga pasar, apalagi
kapal tersebut yang paling banyak memasok ikan-ikan yang dapat dijadikan ikan
olahan seperti ikan asin. Dari keadaan tersebut baik itu para nelayan maupun para
pedagang akan mengalami kesulitan dalam segi ekonomi seperti kebutuhan
pangan, biaya anak sekolahnya, kredit mereka di bank macet, investasi pelaku
usaha belum balik modal sudah disuruh berhenti, iklim investasi tidak sehat, juga
para pelaku usaha yang memilik kapal ukuran besar sudah merumahkan anak
buah kapalnya.
Melihat dari apa yang menjadi pokok permasalahan yang terjadi terhadap
para pedagang yang mengalami dilema dalam aktivitas ekonomi mereka baik itu
sebagai bentuk dari moral ekonomi mereka. Seperti pada musim paceklik
pedagang mengalami kekurangan stok barang, pada musim paceklik sebagai
distribusi harus memberikan stok barang yang merata sesuai dengan kebutuhan
pedagang. Dalam kegiatan ekonomi adanya kerjasama dan saling percaya sesama
pelaku ekonomi melihat ekonomi akan stabil dan tetap berjalan dengan baik para
pelaku dituntut agar tetap bekerja sama. Pedagang yang mengalami kekurangan
pedagang lainnya ada yang meminjam barang dengan pedagang lain dan ada pula
yang menjualkan dagangannya kepada pedagang lain.
Pedagang besar yang memiliki jumlah stok barang yang banyak juga dapat
menjadi distributor kepada para pedagang kecil.Pedagang besar memiliki peran
sebagai pemasok barang pada pedagang kecil dengan ketentuan harga yang
disepakati dan sebagai acuan untuk menentukan harga pasar agar tetap stabil dan
tidak ada harga yang ditentukan dengan murah karena hanya untuk memperoleh
keuntungan pribadi dan dapat merusak harga pasar. Pedagang besar biasanya
menjual barang dengan partai besar, biasanya para pembeli di pedagang besar
menjual kembali dagangan tersebut ke daerah masing-masing pembeli, seperti
seorang pedagang kecil yang berada di luar daerah dan mendagangkanya di
daerahnya tersebut namun harga makin bertambah karena biaya transportasi
pembeli bertambah. Sebagian pedagang besar juga mengirim dagangannya dalam
partai besar ke luar-luar daerah lainnya.
Para pedagang mengahadapi dilema ketika barang dagangan sunyi dengan
tidak ada pembeli, namun dia bimbang ingin menurunkan harga supaya barang
dagangannya cepat habis terjual.Peran pedagang kecil kadang mengalami
kesulitan ketika barang dagangannya sudah habis namun distribusi sudah
memberikan stok barang terhadapnya karena dengan ketentuan yang disepakati
bersama.Namun pedagang kecil dapat membeli kembali kepada pedagang besar
yang memiliki stok barang yang masih banyak. Peran distribusi harus lebih adil
ketika memberikan stok barang kepada pedagang besar dan pedagang kecil sesuai
Dalam kajian sosiologi, moral ekonomi adalah suatu analisa tentang apa
yang menyebabkan seseorang berperilaku, bertindak dan beraktivitas dalam
kegiatan perekonomian. Hal ini dinyatakan sebagai gejala sosial yang
berkemungkinan besar sangat berpengaruh terhadap tatanan kehidupan sosial.
Aktivitas ekonomi mempunyai tujuan tidak hanya untuk mencari laba atau
keuntungan semata, tetapi yang lebih diperhatikan adalah menjaga dan
melindungi nilai-nilai yang dianggap baik, stabilitas dan teratur. Moral ekonomi
menempatkan nilai-nilai sosial sebagai faktor yang berpengaruh dalam sistem
ekonomi dan perilaku ekonomi masyarakat diatur oleh moralitas tertentu yang
dikenal dengan etika subsistensi. Pada umumnya masyarakat cenderung
berperilaku berdasarkan pedoman pada institusi yang ada dalam masyarakat
tersebut. Perilaku di pasar dituntun oleh institusi di bidang ekonomi atau perilaku
di tempat ibadah dituntun oleh institusi di bidang agama. Sejumlah warga
masyarakat secara berkelompok menampilkan perilaku yang tidak berpedoman
pada institusi yang ada. Perilaku ini disebut perilaku kolektif yang dipicu oleh
suatu rangsangan yang sama yang terdiri dari suatu peristiwa, benda dan ide
(Damsar, 2011:11).
Aspek moral hingga kini masih mendominasi kehidupan masyarakat, baik
di pedesaan maupun di perkotaan. Dalam masyarakat, motif moral dan tindakan
sosial menjadi dasar untuk mengarahkan keputusan-keputusan yang diambil.
Moral ekonomi seorang pedagang lebih bersifat individual karena banyak yang
hal-hal yang bersifat dengan kebudayaan seperti perkumpulan kelompok yang di
pedagang lebih mementingkan kegiatan di luar kegiatan ekonominya maka ia
akan mengalami dilema. Sikap seperti ini dimungkinkan karena ikatan kelompok
yang kuat, yang membuat kelompok dapat menjadi tempat menggantungkan
resiko dan sebagai media untuk membagi resiko secara efektif sehingga sikap
kolektif lebih menonjol dibandingkan dengan sikap individual.
Hans Dieter Evers, mengatakan bahwa James Scott berpendapat
masyarakat petani pada umumnya dicirikan dengan tingkat solidaritas yang tinggi
dan dengan suatu sistem nilai yang menekankan tolong-menolong, pemilikan
bersama sumber daya dan keamanan subsistensi. Dalam kondisi seperti ini,
pedagang menghadapai dilema, di satu pihak memilih antara memenuhi
kewajiban moral kepada kerabatnya dan para tetangganya untuk menikmati
bersama pendapatan yang diperolehnya sendiri atau untuk mengakumulasikan
modal dalam wujud barang dan uang di pihak lain (Damsar, 2000:90).
Pedagang ikan asin di Kota Sibolga mengalami penurunan pendapatan
akibat sepinya aktivitas perdagangan di kawasan sentral penjualan ikan asin
Kelurahan Pasar Belakang, hal ini disebabkan minat beli masyarakat terhadap
ikan asin kini cenderung mulai menurun, mahalnya harga ikan akibat kurangnya
pasokan ikan dari nelayan akibat program pemerintah yang melarang kapal-kapal
kecil untuk beraktivitas yang sebagian hasil tangkapannya untuk bahan produksi,
sehingga minat masyarakat untuk membeli lauk pauk, khususnya ikan asin mulai
berkurang. Dari masalah ini penulis ingin melihat apakah moral ekonomi
pedagang ikan asin masih ada terkait dengan kondisi pasar yang tidak stabil dan
pedagang dalam aktivitas ekonomi yang mempunyai tujuan tidak hanya untuk
mencari laba atau keuntungan semata, tetapi yang lebih diperhatikan adalah
menjaga dan melindungi nilai-nilai yang dianggap baik. Oleh karena itu penulis
memiliki ketertarikan untuk mengangkat topik seputar moral ekonomi pedagang
ikan asin di Kelurahan Pasar Belakang, Kecamatan Sibolga Kota, Kota Sibolga.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian
yang berkaitan dengan moral ekonomi pedagang ikan asin Kota Sibolga. Melalui
penelitian ini, penulis mencoba untuk menelaah bagaimana moral ekonomi
pedagang ikan asin dan penelitian dilakukan melalui pendekatan teori sosiologi
dan teori ekonomi. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di dalam latar
belakang masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu
bagaimana moral ekonomi pedagang ikan asin di Kelurahan Pasar Belakang,
Kecamatan Sibolga Kota, Kota Sibolga ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah di atas maka tujuan penelitian yang dapat diharapkan
dan dapat diperoleh dari hasil penilitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
moral ekonomi para pedagang ikan asin di Kelurahan Pasar Belakang, Kecamatan
Sibolga Kota, Kota Sibolga.
1.4 Manfaat Penelitian
Setiap penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat baik untuk diri
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
tentang moral ekonomi pedagang ikan asin di Kelurahan Pasar Belakang,
Kecamatan Sibolga Kota, Kota Sibolga. Penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan manfaat penelitian sebagai berikut :
a. Menghasilkan Karya Ilmiah mengenai moral ekonomi pedagang ikan asin
di Kelurahan Pasar Belakang, Kecamatan Sibolga Kota, Kota Sibolga
sehingga penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam kajian moral ekonomi
pedagang.
b. Hasil penelitian ini bisa dipakai sebagai referensi dalam memahami
kehidupan para pedagang ikan asin dalam melakukan aktivitas ekonomi
yang sesuai dengan moral dan etika dalam bertindak dan berfikir yang
baik dan benar sesuai dengan aturan-aturan yang disepakati bersama.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan penulis dalam
membuat karya ilmiah dan dapat menjadi bahan rujukan bagi penelitian
selanjutnya.
1.5 Defenisi Konsep
Dalam penelitian ini, konsep digunakan sebagai acuan yang digunakan
terjadinya kesalahan dalam penafsiran dalam sebuah penelitian, konsep ini juga
mempermudah dalam melakukan penelitian. Adapun konsep yang digunakan
dalam penelitian ini, antara lain adalah:
1.5.1 Moral Ekonomi Pedagang Ikan Asin
Moral ekonomi pedagang, H.D. Evers dalam Damsar mengemukakan
bahwa moral ekonomi pedagang timbul ketika mereka menghadapi permasalahan
dalam aktivitas jual beli para pedagang seringkali mengalami dilema. Dalam hal
ini aspek moral pedagang yang dimaksud adalah moral pedagang ikan asin
bagaimana mereka secara bersama menentukan harga dengan keputusan yang
telah disepakati bersama, dan saling tolong menolong pada saat musim paceklik
dan sama-sama menikmati keuntungan. Pembagian barang dari distribusi kepada
pedagang dengan adil ketika musim paceklik agar harga pasar tetap stabil dengan
ketentuan dan kesepakatan bersama agar tidak ada persaingan-persaingan dalam
menentukan harga karena hanya menguntungkan beberapa pihak yang memiliki
stok barang yang banyak.
1.5.2 Tindakan Ekonomi
Konsep tindakan ekonomi dapat dipandang dari beberapa tindakan
ekonomi seperti rasional, tradisional, dan spekulatif-irrasional. Yang dimaksud
tindakan ekonomi rasional adalah individu mempertimbangkan alat yang tersedia
untuk mencapai tujuan yang ada. Dua tindakan ekonomi yang lain dilihat oleh
ekonomi, tetapi menjadi perhatian sosiologi adalah tindakan tradisional dan
tradisi atau konvensi. Tindakan ekonomi spekulatif-irrasional merupakan tindakan
yang berorientasi ekonomi yang tidak mempertimbangkan instrumen yang ada
dengan tujuan yang akan dicapai. (Damsar, 2011:42).
Tindakan ekonomi para pedagang ikan asin berjualan di tempat yang
strategis karena pusatnya sesama pedagang ikan asin berjualan di sekitar tersebut,
karena alasan para pembeli akan banyak yang datang dan tetap berkembang,
memberikan inovasi-inovasi baru dagangannya baik itu dengan membuat tempat
makanan yang bagus, dan sebagian mempromosikan dagangannya melalui
media-media elektronik yang berkembang sekarang seperti media-media sosial, dan website
lainnya. Tindakan ekonomi tersebut dipandang sebagai tindakan ekonomi yang
rasional, sedangkan melihat dari tindakan ekonomi tradisional pedagang yang
bersumber dari tradisi seperti pertukaran hadiah sesama komunitas dalam suatu
perayaan, memberikan sumbangan untuk penyelenggaraan acara perkawinan
kerabat.Tindakan ekonomi tersebut sampai sekarang tidak lepas dari
kegiatan-kegiatan masyarakat maupun pedagang ikan asin tersebut.
1.5.3 Resiprositas
Polanyi mengartikan resiprositas sebagai hubungan timbal balik antara
orang-orang yang berkedudukan yang sama dalam suatu masyarakat. Redistribusi
merupakan suatu pengumpulan barang dan atau jasa pada suatu titik pusat tertentu
( raja atau kepala suku), kemudian barang dan jasa tersebut dikembalikan secara
merata oleh pihak titik pusat kepada masyarakat luas. Sedangkan pertukaran pasar
hubungan itu dibentuk oleh kekuatan pasar yang menciptakan terbentuknya suatu
harga.
Resiprositas menunjuk pada gerakan di antara kelompok-kelompok
simetris yang saling berhubungan. Ini terjadi apabila hubungan timbal balik antara
individu-individu atau antara kelompok-kelompok sering dilakukan. Hubungan
bersifat simetris terjadi apabila hubungan antara berbagai pihak (antara individu
dan individu, individu dan kelompok serta kelompok dan kelompok) memilik
posisi dan peranan yang relatif sama dalam suatu proses pertukaran. Dalam
penelitian ini, resiprositas melihat dari sikap pedagang menyumbangkan sejumlah
uang tertentu untuk suatu acara, misalnya acara perkawinan atau dalam keadaan
kemalangan. Dalam acara perkawinan ataupun kemalangan, akan diminta untuk
menyebutkan sejumlah uang yang akan diberikan kepada tuan rumah. Tuan rumah
akan menuliskan jumlah uang tersebut beserta nama dan pemberinya, apabila si
pemberi mengundang di acaranya maka dia harus membayar jumlah uang sama
dengan yang diberi sebelumnya.
1.5.4 Modal Sosial
Pierre Bourdieu (Dalam Field, 2005:16) menjelaskan bahwa pusat
perhatian utamanya dalam modal sosial adalah tentang pengertian “tataran sosial”.
Menurutnya bahwa modal sosial berhubungan dengan modal-modal lainnya,
seperti modal ekonomi dan modal budaya. Ketiga modal tersebut akan berfungsi
efektif jika kesemuanya memiliki hubungan. Modal sosial dapat digunakan untuk
yang dimiliki, begitu pula sebaliknya dalam konteks hubungan sosial, eksistensi
dari ketiga modal (modal sosial, modal ekonomi dan budaya) tersebut merupakan
garansi dari kuatnya suatu ikatan hubungan sosial. Melihat dari potensi modal
sosial pedagang ikan asin terwujud dalam bentuk kelembagaan seperti adanya
patron-klien (toke-anak buah) pemasok ikan asin harus dibeli dengan seorang
toke, karena pada saat musim paceklik si pedagang bisa meminta bantuaan kepada
si pemasok ikan asin tersebut. Adanya serikat tolong menolong (STM) sesama
pedagang ikan asin dengan tujuan untuk menggalang kerjasama dan kebersamaan
dalam menghadapi kesulitan yang sewaktu-waktu menimpa pada pedagang.
Adanya arisan sebagai cara untuk mensiasati dimensi ekonomi maupun sosial
untuk diperlukan nanti setelah mendapat bagian sesuai dengan kesepakatan
bersama baik itu secara acak atau giliran, para pedagang senantiasa melakukan
arisan karena kegunaannya untuk membeli barang-barang konsumtif seperti TV,
VCD, kulkas dan barang-barang lainnya.
1.5.5 Pedagang Ikan Asin
Pedagang ikan asin merupakan suatu pekerjaan atau profesi dimana
seorang individu menjajakan produk dagangannya kepada konsumen berupa ikan
asin. Pedagang ikan asin merupakan salah satu profesi yang ada di Kelurahan
Pasar Belakang Kecamatan Sibolga Kota, Kota Sibolga. Pemilihan lokasi
penjualan merupakan satu syarat yang penting dalam memulai usaha, seperti
halnya menjual ikan asin di lokasi yang dipilih mesti strategis dan membuka
peluang keuntungan. Usaha yang dilakukan para penjual ikan asin dalam
penjual ikan asin lainnya, oleh karenanya para pedagang ikan asin terpusat pada
suatu tempat strategis berada di Kelurahan Pasar Belakang Kecamatan Sibolga
Kota Kota Sibolga.
1.5.6 Stratifikasi Pedagang
Stratifikasi pedagang adalah tingkatan atau jenjang yang terbentuk antara
para pedagang dalam hal ini tingkatan pedagang didasarkan atas lama berjualan,
banyaknya barang yang dimiliki serta tingkat keberhasilan pedagang tersebut.
Stratifikasi juga melihat dari tempat atau bangunan para pedagang dengan tingkat
pendapatannya dan tingkat keberhasilannya.
1.5.7 Distribusi
Distribusi artinya proses yang menunjukkan penyaluran barang dari
produsen sampai ke tangan masyarakat konsumen. Produsen artinya orang yang
melakukan kegiatan produksi. Konsumen artinya orang yang menggunakan atau
memakai barang/jasa dan orang yang melakukan kegiatan distribusi disebut
distributor.
1.5.8 Pedagang Grosiran
Pedagang Besar (Grosir atau Wholesaler) adalah pedagang yang membeli
barang dan menjualnya kembali kepada pedagang yang lain. Pedagang besar
1.5.9 Pedagang Eceran
Pedagang Eceran (retailer) adalah pedagang yang membeli barang dan
menjualnya kembali langsung kepada konsumen. Untuk membeli dengan partai