MAKALAH KMBII
Tentang
SISTEM PERNAPASAN
(EFUSI PLEURA)
D I S U S U N OLEH :NAMA ANGGOTA: AHMAD IQBAL AHMAD SATRI ALI HASAN BOBBY
FAISAL MARDO NADEAK IDA KHOLILAH
IRHAM HAMIDI IRMA EVIANA
AKADEMI PERAWATAN SYUHADA
PADANGSIDIMPUAN
SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ”ASKEP EFUSI PLEURA”
Dalam penyusunan makalah ini, kami tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehinggga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Dan tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang telah membimbing kami Dalam penyusunan makalah ini kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami sendiri maupun kepada pembaca pada umumnya.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih dan selamat membaca.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah
Padangsidimpuan, Februari 2012 Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...ii BAB I PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Tujuan...1 1.3 Tujuan Khusus...1BAB II TINJAUAN KASUS…...2
2.1 KASUS...2
BAB III PEMBAHASAN ...3
3.1 Pengertian Efusi Pleura ...3
3.2 Etiologi ...3 3.3 Patofisiologi ...4 3.4 Manifestasi Klinis...5 3.5 Penatalaksanaan...7 3.6 Pemeriksaan Penunjang...8 3.7 Asuhan Keperawatan...9 3.8 Perkembangan Keperawatan...19 BAB IV PENUTUP...20 4.1 Kesimpulan...20 4.2 Saran...20 DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hambatan reasorbsi cairan dari rongga pleura dapat terjadi oleh banyak hal diantaranya adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediastinum, ataupun akibat proses keradangan seperti tuberculosis dan pneumonia. Hambatan reabsorbsi cairan tersebut mengakibatkan penumpukan cairan di rongga pleura yang disebut efusi pleura.
Tujuan Umum Mahasiswa mampu :
• Menjelaskan tentang Askep Efusi Pleura
1.3 Tujuan Khusus
Mahasiswa memiliki kemampuan untuk : • Menjelaskan tentang pengertian Efusi Pleura
• Mengidentifikasikan Etiologi,Patofisiologi,ManifestasiKlinik,Penatalaksanaan, Pemeriksaan Penunjang, dan Asuhan Keperawatannya
BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1 KASUS
Pasien dengan mula-mula sesak pada bulan Januari 2012. Sesak hilang timbul kembali disertai nyeri dada terutama saat beraktifitas dan terkadang juga pada malam hari sesak timbul kembali, ketika pasien sesak, pasien mencoba tidur dengan posisi duduk. Sebelum sesak pasien mengeluh batuk selama kurang lebih selama 1 bulan. Batuk tanpa disertai dahak, dan mengkonsumsi obat batuk namun tidak sembuh. Karena sesak bertambah hebat, Klien di bawa ke RSUD Padangsidimpuan.
Sebelumnya Klien pernah menderita penyakit Congestif Heart Failure (CHF), tetapi satu Tahun yang lalu,pasien ini adalah perokok berat di mana dapat satu bungkus dalam sehari pasien mampu menghabiskan rokok 1 bungkus bahakan lebih. Pekerjaan pasein adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pada saat pengkajian klien mengaku tidak mengerti bahwa pola hidupnya dapat mengakibatkan efusi pleura (kanker paru), hal tersebut merupakan kurangnya sumber informasi bagi klien.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Efusi Pleura
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan transudat atau cairan eksudat ( Pedoman Diagnosis danTerapi / UPF ilmu penyakit paru,1994,111).
3.2 Etiologi
Kelainan pada pleura hampir selalu merupakan kelainan sekunder. Kelainan primer pada pleura hanya ada dua macam yaitu infeksi kuman primer intrapleura dan tumor primer pleura. Timbulnya efusi pleura dapat disebabkan oleh kondisi-kondisi : 1.Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.
2. Peningkatan produksi cairan berlebih, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80%
karena tuberculosis.Secara patologis, efusi pleura disebabkan oleh keadaan-keadaan: 1. Meningkatnya tekanan hidrostatik (misalnya akibat gagal jantung)
2. Menurunnya tekanan osmotic koloid plasma (misalnya hipoproteinemia) 3. Meningkatnya permeabilitas kapiler (misalnya infeksi bakteri)
Penyebab efusi pleura dilihat dari jenis cairan yang dihasilkannya adalah: 1. Transudat
Gagal jantung, sirosis hepatis dan ascites, hipoproteinemia pada nefrotik sindrom, obstruksi vena cava superior, pasca bedah abdomen, dialisis peritoneal, dan atelektasis akut.
1. Eksudat
1. Infeksi (pneumonia, TBC, virus, jamur, parasit, dan abses) 2. Neoplasma (Ca. paru-paru, metastasis, limfoma, dan leukemia)
Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar :
a. Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik b. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
c. Peningkatan tekanan negative intrapleural d. Adanya inflamasi atau neoplastik pleura 3.3 Patofisiologi
Pada umumnya, efusi terjadi karena penyakit pleura hampir mirip plasma (eksudat) sedangkan yang timbul pada pleura normal merupakan ultrafiltrat plasma (transudat). Efusi dalam hubungannya dengan pleuritis disebabkan oleh peningkatan permeabilitas pleura parietalis sekunder (efek samping dari) peradangan atau
keterlibatanneoplasma.Contoh bagi efusi pleura dengan pleura normal adalah payah jantung kongestif. Pasien dengan pleura yang awalnya normal pun dapat mengalami efusi pleura ketika terjadi payah/gagal jantung kongestif. Ketika jantung tidak dapat
memompakan darahnya secara maksimal ke seluruh tubuh terjadilah peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler yang selanjutnya menyebabkan hipertensi kapiler sistemik. Cairan yang berada dalam pembuluh darah pada area tersebut selanjutnya menjadi bocor dan masuk ke dalam pleura. Peningkatan pembentukan cairan dari pleura parietalis karena hipertensi kapiler sistemik dan penurunan reabsorbsi menyebabkan pengumpulan abnormal cairan pleura.Adanya hipoalbuminemia juga akan mengakibatkan terjadinya efusi pleura. Peningkatan pembentukan cairan pleura dan berkurangnya reabsorbsi. Hal tersebut berdasarkan adanya penurunan pada tekanan onkotik intravaskuler (tekanan osmotic yang dilakukan oleh protein).Luas efusi pleura yang mengancam volume paru-paru, sebagian akan tergantung atas kekuatan relatif paru-paru dan dinding dada. Dalam batas pernapasan normal, dinding dada cenderung rekoil ke luar sementara paru-paru cenderung untuk rekoil ke dalam (paru-paru tidak dapat berkembang secara maksimal melainkan cenderung untuk mengempis).
3.4 Manifestasi Klinis
Biasanya manifestasi klinisnya adalah yang disebabkan penyakit dasar.
Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis, sementara efusi malignan dapat mengakibatkan dipsnea dan batuk. Ukuran efusi akan menentukan keparahan gejala. Efusi pleura yang luas akan menyebabkan sesak nafas. Area yang mengandung cairan atau menunjukkan bunyi napas minimal atau tidak sama sekali menghasilkan bunyi datar, pekak saat diperkusi. Egofoni akan terdengar di atas area efusi. Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika penumpukan cairan pleural yang signifikan. Bila terjadi efusi pleural kecil sampai sedang, dipsnea mungkin saja tidak terdapat.Berikut tanda dan gejala:
1.Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas. 2.Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak.
3.Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan.
4.Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).
5.Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
6.Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
Keberadaan cairan dikuatkan dengan rontgen dada, ultrasound, pemeriksaan fisik, dan torakosentesis. Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan Gram,basil tahan asam (untuk tuberkulosis), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase, laktat dehidrogenase, protein), analisis sitologi untuk sel-sel malignan, dan pH. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan.
3.5 Penatalaksanaan
penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta dipsnea. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (misal gagal jantung kongestif, pneumonia, seosis)Torakosintesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan
specimen guna keperluan analisis, dan untuk menghilangkan dipsnea. Namun bila penyebab dasar adalah malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari atau minggu. Torasentesis berulang menyebabkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit, dan kadang pneumotoraks. Dalam keadaan ini pasien mungkin diatasi dengan pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasi ruang pleura dan pengembangan paru.Agens yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin, dimasukkan ke dalam ruang pleura untuk
mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih lanjut. Setelah agens dimasukkan, selang dada diklem dan pasien dibantu untuk mengambil berbagai posisi untuk memastikan penyebaran agens secara merata dan untuk memaksimalkan kontak agens dengan permukaan pleural. Selang dilepaskan klemnya sesuai yang diresepkan, dan drainase dada biasanya diteruskan beberapa hari lebih lama untuk mencegah reakumulasi cairan dan untuk meningkatkan pembentukan adhesi antara pleural viseralis dan
parietalis.Modalitas penyakit lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada, bedah pleurektomi, dan terapi diuretic. Jika cairan pleura merupakan eksudat, posedur diagnostic yang lebih jauh dilakukan untuk menetukan penyebabnya. Pengobatan untuk penyebab primer kemudian dilakukan.
3.6 Pemeriksaan Penunjang 1. Foto Thorax
Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi daripada bagian medial. Bila permukaannya horisontal dari lateral ke medial, pasti terdapat udara dalam rongga tersebut yang dapat berasal dari luar atau dari dalam paru-paru sendiri. Kadang-kadang sulit membedakan antara bayangan cairan bebas dalam pleura dengan adhesi
karena radang (pleuritis). Disini perlu pemeriksaan foto dada dengan posisi lateral dekubitus.
1. CT – SCAN
Pada kasus kanker paru Ct Scan bermanfaat untuk mendeteksi adanya tumor paru juga sekaligus digunakan dalam penentuan staging klinik yang meliputi :
1.menentukan adanya tumor dan ukurannya
2.mendeteksi adanya invasi tumor ke dinding thorax, bronkus, mediatinum dan pembuluh darah besar
3.mendeteksi adanya efusi pleura
Disamping diagnosa kanker paru CT Scan juga dapat digunakan untuk menuntun tindakan trans thoracal needle aspiration (TTNA), evaluasi pengobatan, mendeteksi kekambuhan dan CT planing radias
3.7 Asuhan Keperawatan Format Pengkajian
Tanggal MRS : Senin, 16 Januari 2012 Tanggal Pengkajian : 17 Januari 2012 Diagnosa Masuk : Efusi Pleura dextra
NO REG : 09.91.30 Jam Masuk : 13.00 WIB Ruang/ Kelas : IV/II Nama : Tn. K Umur : 51 Tahun Suku/ Bangsa : Batak/ WNI Agama : Islam
Alamat : Losung Batu, Padangsidimpuan Pekerjaan : PNS
Keluhan Utama : sesak napas
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien dengan mula-mula sesak pada bulan Januari 2012. Sesak hilang timbul, di sertai nyeri dada terutama saat beraktifitas dan terkadang juga pada malam hari sesak timbul kembali, ketika pasien sesak, pasien mencoba tidur dengan posisi duduk. Sebelum
sesak pasien mengeluh batuk selama kurang lebih selama satu bulan. Batuk tanpa disertai dahak, dan mengkonsumsi obat batuk namun tidak sembuh. Karena sesak bertambah hebat, pasien ke IGD RSUD Padangsidimpuan.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Desember 2012 pasien pernah masuk RS dengan diagnosa CHF
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Riwayat penyakit keturunan: keluarga mengaku tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit seperti pasien. Keluarga mengatakan tidak ada riwayat keganasan, batuk lama, batuk berdarah, keringat dingin, DM, HT, asma, alergi.
PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
Pasien tidak mengkonsumsi alcohol, tetapi pasien adalah perokok berat dimana dapat mengkonsumsi satu bungkus dalam sehari dan hal itu sudah dilakukan lebih dari 10 tahun. Dalam sehari pasien mampu manghabiskan rokok 1 bungkus bahkan lebih.
Pekerjaan pasien sebagai Pegawai Negeri Sipil. Saat pengkajian pasien mengaku tidak mengerti bahwa pola hidupnya dapat mengakibatkan kanker paru, hal tersebut merupakan
kurangnya sumber informasi bagi pasien. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK 1. Tanda Tanda Vital
Kesadaran : Compos mentis. Tanda-tanda vital:
1. Sistem Pernafasan
Nafas pasien tersengal-sengal cepat, pendek, terasa lebih sesak meningkat/ bertambah setelah beraktifitas dan terdapat nyeri. Tidak ada pernafasan cuping hidung dan tidak ada retraksi otot bantu nafas. Gerak dada kiri dan kanan simetris, terdapat suara nafas tambahan berupa ronki di bagian dekstra apeks. Adanya secret dan batuk produktif tetapi batuk tidak efektif. Irama nafas teratur terdapat dispnoe, pasien tidak menggunakan alat bantu nafas, suara nafas vesikuler. Terdapat hasil torakosintesis yang dilakukan pada pukul 11.30,dan ternyata masih terdapat cairan di kavum pleura sebanyak 500 cc.
1. Sistem Kardiovaskuler
Pasien mengalami nyeri dada, irama jantung regular. 2. Sistem Persyarafan
Pasien tidak merasa pusing, tidak terdapat gangguan pendengaran, dan tidak mengalami gangguan penciuman. Istirahat pasien 8 jam/ hari. Dan pasien mengaku tidak mengalami gangguan tidur. Namun setelah bangun tidur sering sesak nafas.
3. Sistem Perkemihan
Menurut pasien, alat genetalia nya dalam kondisi bersih, dan tidak mengalami keluhan kencing. Volume urin pasien normal, dan tidak terpasang kateter.
4. Sistem Pencernaan
Mulut pasien tampak bersih, lembab dan tidak ada stomatitis, tidak bau mulut, gigi sempurna (tidak terdapat karies gigi), lidah merah, kelainan tidak ada, pasien tidak
mengalami gangguan menelan. Tidak terdapat luka operasi, peristaltic 9x/ menit dengan suara peristaltikterdengar lemah, BAB 1x sehari terakhir pada tanggal 22-10-2010 dengan konsistensi lunak warna kecoklatan, dan bau khas, nafsu makan menurun. 5. Sistem Muskoleskeletal
Pergerakan sendi pasien bebas, tidak mengalami fraktur. Tidak mengalami kelainan tulang belakang, tidak menggunakan traksi gips spalk, permukaaan kulit terlihat mengkilat, dan tekstur halus. Rambut putih hitam bersih, tidak terdapat dekubitus. Pasien mengalami intoleransi aktifitas dikarenakan jika terlalu banyak bergerak, akan timbul sesak napas.
6.Sistem Endokrin
Leher pasien tidak terlihat membesar, saat pemeriksaan Pasien tidak mengalami pembesaran kelenjar tiroid dan tidak mengalami pembesaran kelenjar betah bening, Hiperglikemia (-), hipoglikemia (-).
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Pasien tidak mengalami gangguan pada psikososial. Pasien dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan dapat kooperatif dengan tenaga medis.
PERSONAL HYGIENE DAN KEBIASAAN
Klien mengatakan mandi sehari 2x dan keramas 1-2 kali seminggu. Kuku terlihat bersih dan pendek, memakai arloji di tangan sebelah kanan pasien untuk melihat waktu kapan dia harus menjalani pengobatan, membersihkan diri, jam istirahat, dan makan. Semua nya terlihat bersih dan rapi, pakaian ganti sehari 2x, menggosok gigi 2x sehari, tidak lupa untuk membersihkan telinga serta lubang hidung setiap hari.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Thorax
Hasil torakosintesis pada tanggal 20-10-2010 sebesar 500cc Hasil torakosintesis 17-01-2012 pukul 10.30 sebesar 500ccFoto Thorak 17-01-2012: efusi pleura dekstra
2.CT-SCAN
ANALISA DATA
No. Data Etiologi Masalah 1 S : Pasien mengeluh sesak
napas saat bernapas. O : – RR = 28 x/ menit – Denyut nadi = 98 x/menit – Pasien bernapas tersengal-sengal cepat, pendek
–ICS melebar dekstra –retraksi (-) otot bantu nafas (-)
–fremitus raba ↓ –perkusi redup (D)
Efusi Pleura ↓
Akumulasi cairan pada rongga pleura ↓
Ekspansi paru menurun ↓
RR meningkat ↓
Pola napas tidak efektif
Ketidakefektifan pola pernapasan
2. S : Pasien mengeluh nyeri dada sesak saat beraktifitas yang berat. O : – Pasien tampak lemah.
–sesak nyeri ↑ saat dipindahkan posisinya dari duduk ke berdiri
3. S: Pasien tampak susah tidur
O: -Nyeri pada dada -sesak napas
Batuk yang menetap Gangguan pola tidur dan istirahat
4. S : Pasien merasa ketakutan
O:-Pasien tampak pucat
Adanya ancaman kematian Kecemasan
DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa Utama :
1.Ketidak efektifan pola pernapasan b/d menurunnya ekspansi paru sekunder d/d pasien merasa sesak
Diagnosa yang mungkin muncul :
2. Intoleransi aktivitas b/d keadaan fisik yang lemah d/d nyeri pada dada
3. Gangguan pola tidur dan istirahat b/d batuk yang menetap d/d Klien susah tidur 4. Kecemasan b/d adanya ancaman kematian yang dibayangkan d/d os merasa ketakutan
ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA
Hari / tanggal Jam Diagnosa keperawatan (tujuan)Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi 17-01-2012 15.00 Ketidakefektifan pola pernapasan b/d menurunnya ekspansi paru sekunder d/d pasein merasa sesak -T: Pasien mampu mempertahankan fungsi paru secara normal
- Identifikasi faktor penyebab
-Kaji kualitas, frekuensi, kedalaman pernapasan
-Baringkan pasien dengan posisi yang nyaman
- Dengan
mengidentifikasikan penyebab, kita dpat memantukan jenis efusi pleura sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat -Dengan mengkaji kualitas, frekuensi, dan kedalaman pernapasan, kita dapat mengetahui sejauh mana kondisi pasien -Penurunan diafragma daerah -Mengidentifikasikan faktor penyebab -Mengkaji kualitas, ferkuensi, kedalaman pernapasan -Membaringkan pasien dengan posisi semi fowler S: Pasien mengatakan tidak sesak lagi O: Pasien menunjukkan pola napas normal A: Intervensi berhasil P: Intervensi dihentikan
18/01/2012 19/01/12 19:00 16:00 -Intoleransi aktivitas b/d keadaan fisik yang lemah d/d nyri pada dada T: Pasien mampu melaksanakan aktivitas seoptimal mungkin -Gangguan pola tidur dan istirahat b/d batuk yang menetap d/d klien susah tidur
T: Tidak terjadi gangguan pola
-Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian obat-obatan dan O2
- Evaluasi respon pasien saat beraktivitas
-Bantu klien memenuhi kebutuhannya
-Motivasi dan awasi pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap
-Beri posisi senyaman mungkin bagi pasien
dada sehingga ekspansi paru bisa maksimal -Pemberian oksigen dapat menurunkan beban pernapasan dan mencegah terjadinya sianosis -Mengetahui sejauh mana kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas -Memacu pasien untuk berlatih secara aktif dan mandiri
-Aktivitas yang teratur dan bertahap akan membantu mengembalikn pasien pada kondisi
-Berkolaborasi
dengan tim medis lain dalam pemberian obat-obatan dan oksigen -Mengevaluasi respon pasien saat beraktifitas -Membantu klien memenuhi kebutuhannya -Memotivasi dan mengawasi pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap -Memberi posisi senyaman mungkin S: Pasien mengatakan sudah bisa beraktivitas sebagaimana mestinya O: Pasien terlihat sudah aktif melakukan aktivitas A: Intervensi berhasil P: Intervensi berhasil S: Pasien mengatakan bahwa nyeri sudah
berkurang dan sudah bisa tidur nyeyak tanpa sesak napas
20/01/12 18:00 tidur dan kebutuhan istirahat terpenuhi Kecemasan b/d adanya ancaman kematian yang dibayangkan T: Pasien mampu memahami dan menerima keadaannya sehingga tidak terjadi kecemasan
-Tentukan kebiasaan pasien sebelum tidur malam
-Anjurkan pasien untuk relaksasi sebelum tidur
-Berikan posisi yang nyaman bagi pasien
normal
-Posisi semi fowler akan memperlancar O2 dan CO2
-Mengubah pola yang sudah menjadi kebiasaan sebelum tidur akan mengganggu proses tidur -Relaksasi akan membantu mengatasi gangguan tidur -Pasien mampu menerima keadaan dan mengerti sehingga dapat diajak kerja sama
bagi pasien
-Menentukan kebiasaan pasien sebelum tidur malam
-Menganjurkan pasien untuk relaksasi
sebelum tidur
-Memberikan posisi yang nyaman bagi pasien O: Pasien terlihat nyaman dalam bernapas A: Intervensi berhasil P: Intervensi dihentikan S: Pasien mengatakan tidak cemas lagi O: Pasien terlihat sudah tidak takut lagi akan penyakitnya A: Intervensi berhasil P: Intervensi di hentikan
CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN
Tanggal Perkembangan Keperawatan16/01/2012
18/01/2012
19/01/2012
20/01/2012
Klien masuk Rumah sakit Klien dirawat di Ruang IV Klien tampak sesak napas
Klien di rawat di Ruang III Sesak napas klien berkurang
Klien di pindahkan ke ruang ICU
Sesak klien semakin berkurang(tidak sesak lagi) Tetapi badan klien masih lemah
Klien sudah semakin baik berkomunikasi dengan orang lain
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan
Efusi pleural adalah adanya sejumlah besar cairan yang abnormal dalam ruang antara pleural viseralis dan parietalis. Bergantung pada cairan tersebut, efusi dapat berupa transudat(Gagal jantung, sirosis hepatis dan ascites) atau eksudat (infeksi dan neoplasma) ; 2 jenis ini penyebab dan strategi tata laksana yang berbeda. Efusi pleura yang
disebabkan oleh infeksi paru disebut infeksi infeksi parapneumonik. Penyebab efusi pleura yang sering terjadi di negara maju adalah CHF, keganasan, pneumonia bakterialis, dan emboli paru. Di Negara berkembang, penyebab paling sering adalah tuberculosis. Pasien dapat datang dengan berbagai keluhan, termasuk nafas pendek, nyeri dada, atau nyeri bahu. Pemeriksaan fisik dapat normal pada seorang pasien dengan efusi kecil. Efusi yang lebih besar dapat menyebabkan penurunan bunyi nafas, pekak pada perfusi, atau friction rub pleura.
4.2 Saran
Efusi pleura merupakan penyakit komplikasi yang sering muncul pada penderita penyakit paru primer, dengan demikian segera tangani penyakit primer paru agar efusi yang terjadi tidak terlalu lama menginfeksi pleura.
DAFTAR PUSTAKA
1. Amin, Muhammad dkk (ed). 1989. Ilmu penyakit paru. Surabaya : Airlangga University Press
2. Baughman, C Diane. 2000. Keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC 3. Doenges, E Mailyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta: EGC
4. Hudak,Carolyn M. 1997. Keperawatan kritis : pendekatan holistic. Vol.1, Jakarta: EGC
5. J., Purnawan. 1982. Kapita Selekta Kedokteran, Ed2. Jakarta: Media Aesculapius. FKUI
6. Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi : Konsep klinis proses-pross penyakit Ed4. Jakarta: EGC
7. Somantri, Irman. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
8. Suzanne, Smeltzer c. 2002. Buku Ajar Keperawatan medical Bedah ( Ed8. Vol.1). Jakarta: EGC
9. Syamsuhidayat, Wim de Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah (Ed. Revisi). Jakarta: EGC
10. Tucker, Susan Martin. 1998. Standar perawatan Pasien: proses keperawatan,
diagnosis, dan evaluasi. Ed5. Jakarta: EGC
11. Siregar, Elisa. 2010. Efusi Pleura. http://elisasiregar.wordpress.com/efusi-pleura. Di akses 10 oktober 2010 pukul 20.15 WIB
12. Ns, Sumedi SKp. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Efusi Pleura. http://maidun-gleekapay.blogspot.com/2008/09/asuhan-keperawatan-klien-dengan-efusi.html. Di akses 11 oktober 2010 pukul 18.44 WIB