• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Teori Capital Structure

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "A. Teori Capital Structure"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Teori Capital Structure

Teori struktur modal bertujuan memberikan landasan berfikir untuk mengetahui struktur modal yang optimal. Peneliti menggunakan teori pendekatan Modigliani dan Miller, Trade-off, dan Pecking Order.

a. Teori Pendekatan Modigliani dan Miller (MM)

Teori Modigliani dan Miller menunjukkan bahwa bagaimana cara sebuah perusahaan akan mendanai operasinya tidak akan berarti apa-apa sehingga struktur modal adalah suatu hal yang tidak relevan. Teori Modigliani dan Miller didasarkan pada sejumlah asumsi yang tidak realistis, antara lain (Brigham dan Houston, 2013 : 179), yaitu ;

1) Tidak ada biaya broker (pialang) 2) Tidak ada pajak

3) Tidak ada biaya kebangkrutan

4) Para investor dapat meminjam dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perseroan.

5) Semua investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai peluang investasi perusahaan pada masa mendatang

(2)

Menurut teori Modigliani dan Miller struktur modal tidak mempengaruhi nilai suatu perusahaan. Namun pada teori ini memasukkan faktor pajak menyatakan bahwa struktur modal yang optimal adalah keseimbangan antara manfaat pajak dari hutang dan biaya-biaya yang berhubungan dengan keseimbangan (Brigham dan Houston, 2013 : 179). Teori Modigliani dan Miller berpendapat bahwa dalam keadaan pasar sempurna maka penggunaan hutang adalah tidak relevan dengan nilai perusahaan, tetapi dengan adanya pajak maka hutang akan menjadi relevan Arif (2013).

b. Teori Trade-Off

Murdika Alamsyah (2006 : 6) dalam penelitian Arif (2013) mengemukakan trade off theory memang tidak dapat digunakan untuk menentukan struktur modal yang optimal secara akurat dari suatu perusahaan.

Trade-off theory dalam menentukan struktur modal yang optimal

memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan (agency costs) dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan hutang. Tingkat hutang yang optimal tercapai ketika penghematan pajak (tax shields) mencapai jumlah yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan (costs of financial distress).

(3)

c. Teori Pecking Order

Teori Pecking Order dikemukakan oleh Myers dan Maljuf (1984) menjelaskan mengenai urutan-urutan pendanaan. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan investasi. Manajer akan mengambil keputusan untuk pendanaa dimulai dana internal kemudian keputusan menerbitkan saham adalah keputuan terakhir jika dana dari eksternal memang diperlukan.

Skenario urutan dalam teori pecking order adalah pertama pendanaan dari internal perusahaan, kedua menghitung target rasio pembayaran berdasakan perkiraan kesempatan investasi, ketiga kebijakan deviden yang konstan, fluktuasi keuntungan dan terakhir penerbitan saham (Hanafi, 2004 : 313-314).

B. Struktur Modal (Capital Structure)

a. Pengertian Struktur Modal (Capital Structure)

Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh perusahaan. Komponen modal terdiri dari setor, agio saham, laba yang ditahan, cadangan laba dan lainnya (Kasmir, 2010 : 81). Menurut S. Munawir (2001 : 19), modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh perusahaan yang terdapat pada sisi kanan neraca perusahaan yaitu pada pos modal saham atau laba ditahan. Struktur modal (capital structure) berkaitan dengan pembelanjaan jangka panjang suatu perusahaan yang diukur dengan perbandingan utang jangka panjang dengan modal sendiri ( Sudana, 2011 : 143)

(4)

Dalam neraca perusahaan (balance sheet) yang terdiri dari sisi aktiva yang mencerminkan struktur kekayaan dan sisi pasiva sebagai struktur keuangan. Struktur modal sendiri merupakan bagian dari struktur keuangan yang dapat diartikan sebagai pembelanjaan permanen yang mencerminkan perimbangnan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Pemenuhan kebutuhan dana dapat diperoleh melalui internal perusahaan maupun secara eksternal. Bentuk pendanaan secara internal (internal

financing) adalah laba ditahan dan depresiasi. Pemenuhan kebutuhan yang

dilakukan secara eksternal dapat dibedakan menjadi pembiayaan hutang (debt

financing) dan pendanaan modal sendiri (equity financing). Pembiayaan

hutang dapat diperoleh dengan melalui pinjaman, sedangkan modal sendiri melalui penerbitan saham baru.

Teori Modigliani dan Miller ini berpendapat bahwa struktur modal yang optimal adalah keseimbangan antara manfaat pajak dari hutang dan biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan (Brigham & Houston, 2013 : 179). Teori Pecking Order menjelaskan mengenai urutan-urutan pendanaan. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan investasi. Manajer akan mengambil keputusan untuk pendanaan dimulai dari dana internal kemudian keputusan menerbitkan saham adalah keputuan terakhir jika dana dari eksternal memang diperlukan.

(5)

Struktur modal dalam penelitian ini menggunakan DER ( debt to

equitt ratio ) yang telah digunakan dalam penelitian Ayunda (2013), Arif

(2013) dikarenakan DER mencerminkan besarnya proporsi antara total debt (total hutang) dan total shareholder’s equity (total modal sendiri). Total debt merupakan total liabilities (baik utang jangka pendek maupun jangka panjang), sedangkan total shareholders’equity merupakan total modal sendiri (total modal saham yang disetor dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi dari total hutang terhadap total ekuitas.

b. Komponen Strutur Modal (Capital Structure)

Menurut Weygandt, Kimmel dan Kieso (2013: 13) struktur modal terdiri dari modal disetor (Contributed Capital) dan laba ditahan (Retained Earning).

1. Modal Disetor (Contributed Capital)

Modal disetor merupakan modal yang disetor oleh para pemilik perusahaan yang menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Pemilik perusahaan yang menginvestasikan uangnya dengan harapan mendapat pengembalian dimasa yang akan datang. Modal disetor terdiri dari 2 yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferen

(6)

2. Laba ditahan (Retairned Earnings)

Laba ditahan merupakan kumpulan laba tahun berjalan dari sejak tahun pertama perusahaan berdiri sampai dengan sekarang setelah dikurangi dengan dividen yang dibagi.

Keputusan untuk membagi atau tidak atas laba ditahan kepada pemegang saham akan ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

Menurut Brigham dan Houston (2013 :188), faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal yaiu sebagai berikut:

1) Stabilitas Penjualan

Suatu perusahaan yang penjualannya relatif stabil dapat secara aman mengambil hutang dalam jumlah yang lebih besar dan mengeluarkan beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Karena laba yang dihasilkan diharapkan dapat menutupi hutang perusahaan.

2) Struktur Aset

Perusahaan yang asetnya memadai untuk digunakan sebagai jaminan pinjaman cenderung akan cukup banyak menggunakan hutang.

(7)

Perusahaan dengan leverage operasi yang lebih rendah akan lebih mampu menerapkan leverage keuangan karena perusahaan tersebut akan memiliki risiko usaha yang lebih rendah.

4) Tingkat Pertumbuhan Penjualan

Perusahaan yang memiliko pertumbuhan lebih cepat harus lebih mengandalkan diri pada modal eksternal.

5) Profitabilitas

Perusahaan dengan tingkat pengembalian atas investasi yang sangat tinggi ternyata menggunakan hutang dalam jumlah yang sangat sedikit. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan-perusahaan tersebut melakukan sebagian besar pendanaannya melalui dana yang dihasilkan secara internal.

6) Pajak

Bunga merupakan suatu beban pengurang pajak, dan pengurangan ini bernilai bagi perusahaan dengan tariff pajak yang tinggi. Semakin tinggi tarif pajak suatu perusahaan, maka semakin besar keunggulan dari hutang.

7) Pengendalian

Pengaruh hutang lawan saham terhadap posisi pengendalian manajemen bias mempengaruhi struktur modal.

8) Sikap Pemberi Pinjaman dan Perusahaan Penilai Kredibilitas

Tanpa memperhatikan analisis para manajer atas faktor-faktor leverage yang tepat bagi perusahaan mereka, sikap pemberi pinjaman dan

(8)

perusahaan penilai peringkat seringkali mempengaruhi keputusan struktur keuangan.

9) Kondisi Pasar

Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan dalam menjual sekuritas, oleh karena itu harus menyesuaikan dengan pasar modal tersebut.

10) Kondisi Internal Perusahaan

Perusahaan dengan keuntungan yang rendah sehinggga tidak menarik bagi investor lebih menyukai pembelanjaan dengan hutang daripada mengeluarkan saham.

11) Fleksibilitas Keuangan

Seorang manajer pendanaan yang pintar selalu dapat menyediakan modal yang diperlukan untuk mendukung operasi.

(9)

C. Assets Structure

Menurut Weygandt, Kimmel dan Kieso (2013: 13) struktur aktiva diklasifikasikan menjadi aktiva tidak berwujud, investasi jangka panjang, aktiva tetap dan aktiva lancar (meliputi perlengkapann, persediaan, piutang wesel, piutang dagang, kas ).

Brigham dan Houston (2013: 31) menyatakan bahwa suatu perusahaan dengan aktiva yang bisa dijadikan jaminan hutang dapat menggunakan hutang lebih besar. Struktur aset perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan terutama bagi perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah yang besar. Aktiva tersebut dapat dijadikan sebagai jaminan oleh manajer kepada kreditor sehingga manajer dapat memperoleh pinjaman dengan mudah.

Menurut Joni dan Lina (2010) Struktur aktiva penting dalam keputusan pendanaan perusahaan, karena aktiva tetap menyediakan jaminan bagi pihak kreditur. Struktur aktiva juga dapat mempengaruhi fleksibilitas perusahaan dalam menentukan alternatif pendanaan eksternal karena dianggap memiliki tingkat risiko kebangkrutan yang relatif lebih rendah daripada perusahaan dengan rasio aktiva tetap yang rendah.

Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang lebih besar, maka perusahaan tersebut akan banyak menggunakan utang jangka panjang, dengan harapan aktiva tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya Weston dan Copeland (2008:175). Dengan demikian semakin tinggi struktur aktiva perusahaan menunjukkan semakin tinggi kemampuan dari perusahaan

(10)

tersebut untuk dapat menjamin utang jangka panjang yang dipinjamnya. Sebaliknya semakin rendah struktur aktiva dari suatu perusahaan menunjukkan semakin rendah kemampuan dari perusahaan tersebut untuk dapat menjamin utang jangka panjangnya. Dalam penelitian Ayunda (2013) dan Weston dan Brigham (2005:175), Assets structure diproksikan dengan cara :

Aktiva Tetap

AS =

(Assets Structure) Total Aktiva

D. Business Risk

Dermawan Sjahrial (2007: 152 ) menyatakan bahwa risiko bisnis adalah risiko ketidakpastian tingkat EBIT yang akan diperoleh. Perubahan EBIT dipengaruhi oleh DOL (Degree of Operating Leverage), Semakin besar DOL menunjukkan bahwa semakin besar pengaruh perubahan penjualan terhadap EBIT yang berarti juga bahwa semakin besar pula tingkat risiko. Risiko bisnis atau risiko inheren dengan operasi risiko jika perusahaan tidak mempergunakan hutang. Semakin tinggi risiko bisnis perusahaan, maka semakin rendah rasio utang optimalnya (Brigham & Houston, 2013 : 7).

Perusahaan dengan risiko bisnis besar harus menggunakan hutang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai risiko bisnis rendah. Hal ini disebabkan karena semakin besar risiko bisnis, penggunaan

(11)

hutang besar akan mempersulit perusahaan dalm mengembalikan hutang mereka (Laksmi, 2010).

Risiko bisnis adalah ketidakpastian yang melekat dalam proyek tingkat pengembalian aktiva masa depan. Pengukuran risiko bisnis dalam penelitian ini menggunakan cara yang digunakan oleh Indriyo dalam penelitian Julianto (2013) dan Dermawan Sjahrial (2007:152) risiko bisnis dapat diproksikan dengan DOL (Degree Of Operatig Leverage).

Pertumbuhan profit before taxes (EBIT)

DOL =

Pertumbuhan net sales

Keterangan :

DOL = Tingkat Leverage Operasi / Degree of Operating Leverage

EBIT = Earnings Before Interest and Taxes ( laba sebelum bunga dan pajak ) Hanafi (2004 : 321) Perusahaan yang mempunyai risiko default (bangkrut) tinggi sebaiknya menggunakan utang yang lebih kecil. Fluktuasi (standar deviasi) pendapatan operasional dibagi dengan total aset dapat digunakan sebagai proksi risiko bisnis.

Sedangkan dalam penelitian Seftianne dan Handayani (2011) risiko bisnis dihitung dengan menggunakan cara standar deviasi return saham bulanan selama satu tahun. Risiko bisnis diproksikan sebagai berikut :

(12)

Menurut Brigham & Houston (2013 : 159), risiko bisnis bergantung pada beberapa faktor sebagai berikut :

1. Variabilitas permintaan

Makin stabil permintaan akan produk suatu perusahaan, maka jika hal-hal lain dianggap konstan, akan makin rendah risiko usahanya.

2. Variabilitas haga jual

Perusahaan yang produknya dijual ke dalam pasar yang sangat labil akan menghadapi risiko usaha yang lebih besar dibandingkan perusahaan serupa yang harga keluarannya lebih stabil.

3. Variabilitas biaya masukan

Perusahaan yang biaya masukannya sangat tidak pasti akan menghadapi tingkat risiko usaha yang tinggi.

4. Pemaparan risiko luar negri

Perusahaan yang menghasilkan sebagian besar labanya di luar negri akan menjadi subjek dari penurunan laba akibat fluktuasi nilai tukar. Begitu pula perusahaan yang beroperasi di negara yang kondisi politiknya tidak stabil, perusahaan tersebut merupakan subjek dari risiko politik.

5. Sejauh mana tingkat biaya-biaya yang merupakan biaya tetap : leverage operasi

(13)

Jika sebagian besar biaya perusahaan merupakan biaya tetap, maka biaya tidak akan turun meskipun permintaan merosot, maka perusahaan tersebut menghadapi tingkat risiko usaha yang relatif tinggi.

E. Stability of Sale

Penelitian yang telah di lakukan oleh Suwarto dan Ediningsih (2002:24) menyebutkan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi struktur modal yaitu stabilitas penjualan, struktur aktiva, tingkat pertumbuhan dan rofitabilitas. Stabilitas penjualan (stability of sale) yaitu jika penjualan relatif stabil perusahaan dapat secara aman menggunakan hutang lebih tinggi dan berani menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan penjualannya yang relatif tidak stabil (Brigham & Houston, 2006 : 42).

Widy (2013) dalam penelitiannya menemukan bahwa stability of sale mempengaruhi struktur modal. Stabilitas penjualan yang semakin stabil akan mencerminkan tingkat laba yang diperoleh oleh perusahaan semakin baik pula. Tingkat perolehan laba yang baik akan mempermudah perusahaan dalam menentukan keputusan dalam sumber dana yang akan digunakan untuk pendanaan perusahaan. Stabilitaas penjualan dapat diukur dengan menggunakan ROA yaitu perbandingan antara Earning after tax dengan total aset (Widy, 2013).

ROA = Earning After Tax

(14)

Sedangkan dalam penelitian Ririn dan Iin (2011) variabel stabilitas penjualan diukur dengan menggunakan :

Stabilitas penjualan = Saldo Piutang pada periode tersebut

F. Non-Debt Tax Shields ( Pengurang pajak yang bukan bersumber dari

Hutang )

Non tax shields adalah variabel penentu kebijakan struktur modal dan tidak berhubungan dengan pengurang pajak penghasilan, karena non tax shield bukan sebagai pengurang pendapatan dalam laporan laba dan rugi yang dapat mengurangi pajak penghasilan. Non tax shields walaupun bukan merupakan insentif untuk menarik hutang akan tetapi diperhitungkan sebagai penentu kebijakan struktur modal perusahaan seperti variabel-variabel: struktur aktiva, pertumbuhan perusahaan, keunikan, ukuran perusahaan, risiko bisnis, profitabilitas.

Non debt tax shields sebagai penentu struktur modal bukan dari

hutang, berupa pembebanan biaya depresiasi dan amortisasi tehadap laba dan rugi. Depresiasi dan amortisasi sebagai pendorong bagi perusahaan untuk mengurangi hutang, karena depresiasi dan amortisasi merupakan cash flow sebagai sumber modal dari dalam perusahaan sehingga dapat mengurangi pendanaan dari hutang. Teori yang dikenal dengan Trade off Model menjelaskan bahwa bila perusahaan menggunakan leverage maka perusahaan

(15)

akan memperoleh keuntungan berupa penghematan pajak (tax shield) menurut Ahmad Rodoni dan Herni (2010 : 132).

Jemmi (2013), Temmy (2010), Yuniati (2011) dan Dea (2012) menyatakan bahwa non debt tax shield dapat mempengaruhi struktur modal. Perusahaan yang memiliki non-debt tax shield yang tinggi berarti juga harus mempertimbangkan kepemilikan aset tetap, dimana aset tetap menjadi pilihan yang lebih besar untuk dapat dijaminkan dalam mengambil pendanaan dari pinjaman.

Perusahaan dapat memperoleh keuntungan pajak yang lain yang diperoleh selain karena akibat utang atau disebut non debt tax shield. Menurut Mackie-Masson (1990) Non debt tax shield bisa karena adanya fasilitas dari pemerintah yang berupa investment tax credit, dan bisa dalam bentuk depresiasi aktiva tetap (tangible assets). Keuntungan pajak yang akan didapat oleh perusahaan dari aktiva tetap tersebut adalah berupa biaya depresiasi atas aktiva tetap yang dapat dikurangkan sebagai biaya dalam menghitung laba kena pajak. Perusahaan dengan non debt tax shield tinggi, maka perusahaan tidak perlu menggunakan hutang tinggi. Non debt tax shiled menggunakan rasio depresiasi terhadap total aset sebagai proksinya (Hanafi, 2004 : 320). Proksi ini telah digunakan juga dalam penelitian F Rosana (2013).

Depresiasi

NDT =

(16)

G. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berhubungan dengan struktur modal telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, sehingga beberapa poin penting dari hasil penelitian sebelumnya dapat dijadikan dasar dalam penelitian ini. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu mengenai struktur modal.

Yuniati (2011) melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2009. Penelitian ini menggunakan sample sebanyak 34 perusahaan dan menggunakan metode purposive sampling. Variabel yang berpengaruh terhadap struktur modal adalah struktur aktiva, non-debt tax

shields, cash holding, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan dan

likuiditas, sedangkan variabel profitabilitas dan umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal.

Seftianne dan Handayani (2011) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan publik sektor manufaktur yang terdafar di BEI tahun 2007-2009. Variabel yang digunakan pada penelitian tersebut yaitu managerial ownership, business

risk, assets structure, liquidity, growth opportunity, size dan profitability.

Hasil penelitian tersebut adalah size dan growth opportunity berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan managerial ownership, business risk,

assets structure, liquidity, profitability tidak berpengaruh terhadap struktur

(17)

Menurut Arif (2013) penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan dan likuiditas pada perusahan manufaktur industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEI tahun 2007-2012. Penelitian tersebut menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel struktur aktiva, profitabilitas dan likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal dengan nilai signifikansi struktur aktiva (0,002), profitabilitas (0,001) dan likuiditas (0,000) dibawah 0,05, sedangkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,428 diatas 0,05.

Julianto (2013) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011. Penelitian ini dilakukan pada 33 perusahaan dengan menggunakan purposive sampling dan variabel yang digunakan adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, risiko bisnis dan pertumbuhan aktiva. Hasil dari penelitian menyatakan bahwa ukuran perusahaan dan profitabilitas mempengaruhi struktur modal, sedangkan risiko bisnis dan pertumbuhan aktiva tidak berpengaruh terhapad struktur modal.

Widy (2013) melakukan penelitian mengenai fakor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perbankan yang go public di BEI tahun 2008-2010. Penelitian ini menggunakan alat analisi regresi linear berganda dengan variable yang digunakan adalah pertumbuhan, stabilias penjualan dan ukuran perusahaan. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pertumbuhan

(18)

penjualan, stabilitas penjualan dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal.

Jemmi (2013) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada industri consumer goods yang terdaftar di BEI pada tahun 2007-2011. Dalam penelitian ini menggunakan variabel independen yaitu profitabilitas, growth, ukuran perusahaan, struktur aktiva, dan non debt tax shield. Metode yang digunakan yaitu metode regresi linier berganda. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa profitabilitas, dan

non debt tax shiled memiliki pengaruh negatif signifikan, sedangkan struktur

aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal dan variabel

(19)

Tabel 2.1

Rangkuman Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti

Judul Variable yang digunakan Alat Analisis Hasil Penelitian 1 Yuniati (2011) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan anufaktur yang terdaftar di BEI periode 2004-2009 Struktur aktiva, profitabilitas, non debt tax shield, cash holding, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan, likuiditas dan umur perusahaan Regresi linier berganda

Struktur aktiva, non debt tax shield, cash holding, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan dan likuiditas berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan profitabilitas dan umur perusahaan tidak memiliki pengaruh 2 Seftianne dan Handayan i (2011) Faktor-faktor yang mempengarui struktur modal pada perusahaan public sektor manufaktur Managerial ownership, business risk, assets structure,growth opportunity, size and profitability Regresi linier berganda

Size dan growth opportunity mempengaruhi struktur modal, sedangkan managerial ownership, business risk, assets structure dan profitability tidak berpengaruh struktur modal 3 Arif (2013) Pengaruh struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahan dan likuiditas terhadap struktur modal (Studi kasus pada perusahaan makanan dan minuman tahun 2007-2012) Struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan dan likuiditas Regresi linier berganda

Struktur aktiva, profitablitas dan likuiditas berpengaruh terhadap struktur modal, sedangka ukuran perusahaan tidak berpegaruh 4 Julianto (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011. ukuran perusahaan, profitabilitas, risiko bisnis dan pertumbuhan aktiva.

Regresi linier berganda

Profitabilitas dan ukuran perusahaan mempengaruhi struktur modal, sedangkan risiko bisnis dan

pertumbuhan aktiva tidak mempengaruhi 5 Widy (2013 Faktor-faktor yang mempengarui struktur modal perbankan yang go public di BEI tahun 2008-2010 Pertumbuhan penjualan, stabilitas penjualan dan ukuran perusahaan Regresi linier berganda Pertumbuhan penjualan, stabilitas penjualan dan ukuran perusahan mempengaruhi struktur modal 6 Jemmi (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan consumer goods yang terdaftar di BEI tahun 2007-2011. Profitabilitas, growth, non debt tax shiled, struktur aktiva

Regresi linier berganda

profitabilitas, dan non debt tax shiled memiliki pengaruh negatif signifikan, sedangkan struktur aktiva berpengaruh positif signifikan dan variabel growth tidak mempengaruhi struktur modal

(20)

H. Rerangka Pemikiran

Kebijakan struktur modal merupakan hal yang penting untuk diperhatikan oleh manajer perusahaan dalam rangka menjaka kelangsungan operasi perusahaan. Karena baik buruknya struktur modal perusahaan akan mempengaruhi langsung terhadap posisi financial perusahaan.

Assets structure suatu perusahaan dapat dijadikan pertimbangan dalam

menentukan kebijakan untuk menentukan struktur modal. Perusahaan yang memiliki assets structure yang tinggi cenderung akan mengurangi pendanaan dari luar perusahaan. Oleh karena itu assets structure dapat mempengaruhi struktur modal.

Business risk merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan

oleh manajer perusahaan. Perusahaan yang memiliki business risk yang tinggi akan selalu menjaga porsi hutangnya agar tidak membahayakan going concern perusahaan. Maka business risk dapat mempengaruhi struktur modal perusahaan.

Perusahaan yang memiliki tingkat stabilitas penjualan yang baik akan lebih memilih pendanaan yang berasal dari luar perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan berharap laba yang didapatkan dapat menutupi hutang, Oleh karena itu stability of sale dapat mempengaruhi struktur modal.

Non debt tax shield merupakan pengurangan pajak yang bukan

bersumber dari hutang. Perusahaan dengan non debt tax shield tinggi akan mengurangi hutang sebagai sumber pedanaan dari luar.

(21)

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dibuat model konseptual sebagai berikut :

H

A1

H

A2 HA3 HA4

Gambar 2.1

Model Konseptual

I. Pengembangan Hipotesis

1. Pengaruh Assets Structure terhadap Struktur Modal

Weston dan Brigham (2005 : 175), Struktur aktiva adahlah perimbangan atau perbandingan antara aktiva tetap dan total aktiva. Sedangkan menurut Syamsudin (2007 : 9) struktur aktiva adalah Penentuan berapa besar alokasi dana untuk masing-masing komponen aktiva,baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva tetap. Dari

Business Risk

(X2)

Stability of Sale

(X3)

Non Debt Tax Shields (X4)

Struktur Modal (Y)

Assets Structure (X1)

(22)

pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa struktur aktiva merupakan perbandingan antara aktiva tetap dan total aktiva yang dapat menentukan besarnya alokasi dana untuk masing-masing komponen aktiva.

Kebanyakan perusahaan industri yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanen yaitu modal sendiri, sedangkan hutang bersifat pelengkap. Perusahaan yang semakin besar aktivanya terdiri dari aktiva lancar yang mengutamakan pemenuhan kebutuhan dana dengan hutang. Menurut Teori Trade off perusahaan dengan struktur aktiva tinggi maka dapat dijadikan sebagai jaminan untuk hutang. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh assets structure terhadap struktur modal perusahaan.

Menurut penelitian Sarasati (2013, Puspita (2013), Linda dan Aan (2013), Joni dan Lina (2010), Yuniati (2011), Jemmi (2013), Devi dan Santi (2013), Kennedy dan Anisa (2010) yang memberikan hasil bahwa

assets structure berpengaruh positif terhadap sturktur modal.

2. Pengaruh Business Risk terhadap Struktur Modal

Risiko bisnis adalah tingkat risiko yang inheren di dalam operasi perusahaan jika perusahaan tidak mempergunakan hutang. Perusahaan akan memiliki risiko bisnis yang kecil jika permintaan akan produk yang dihasilkannya stabil, jika harga-harga input dan produknya tetap relatif konstan, jika perusahaan dapat menyesuaikan harga-harganya dengan bebas jika terjadi peningkatan biaya, dan jika sebagian besar biayanya

(23)

adalah biaya variabel sehingga akan turun jika penjualan menurun. Hal-hal yang lain diangap sama, semakin rendah risiko bisnis sebuah perusahaan, maka semakin tinggi rasio hutang optimalnya.

Perusahaan dengan tingkat risiko bisnis yang tinggi cenderung menghindari pendanaan dengan menggunakan hutang, dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki tingkat risiko bisnis rendah. Perusahaan dengan cash flow yang sangat fluktuatif akan menyadari

bahwa penggunaan hutang yang penuh risiko akan kurang

menguntungkan dibanding dengan ekuitas, sehingga perusahaan dipaksa untuk menggunakan ekuitas untuk memenuhi pendanaan perusahaannya.

Menurut Linda dan Aan (2013), dan Triyanto (2013) menyatakan bahwa business risk mempunyai pengaruh signifikan terhadap struktur modal.

3. Pengaruh Stability of Sale terhadap Struktur Modal

Penjualan adalah suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perusahaan dengan tujuan mendaptkan keuntungan. Transaksi yang dilakukan dapat berupa barang ataupun jasa. Setiap perusahaan akan membuat strategi-strategi untuk menjaga kegiatan penjualannya tetap stabil. Stabilitas penjualan (stability of sale) yaitu jika penjualan relatif stabil perusahaan dapat secara aman menggunakan hutang lebih tinggi dan berani menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan penjualannya yang relatif tidak stabil. Stabilitas penjualan yang

(24)

diukur dengan saldo piutang yang tertera dalam neraca perusahaan (Suwarto dan Ediningsih, 2002:24).

Menurut Brigham (2011:188-190) perusahaan pada umumnya akan memperhatikan faktor-faktor berikut ini ketika melakukan keputusan struktur modal, pertama struktur aset, kedua stability of sale, dan profitabilitas. Jika semakin semakin stabil tingkat penjualan suatu perusahaan maka tingkat keuntungan yang didapat oleh perusahaan tersebut semakin stabil. Stabilitas penjualan perusahaan dapat menunjukkan bahwa perusahaan tersebut kemungkinan besar dapat memenuhi kewajiban tetapnya.

Menurut Widy (2013) dan Abidah (2013) menyatakan bahwa stabilitas penjualan berpengaruh terhadap struktur modal. Oleh karena itu berdasarkan uraian diatas stability of sale mempunyai pengaruh terhadap struktur modal.

4. Pengaruh Non-Debt Tax Shields terhadap Struktur Modal

Non-debt tax shields adalah besarnya biaya yang mendatangkan

keuntungan pajak bagi perusahaan selain biaya bunga. Modigliani dan Miller menyatakan bahwa perusahaan mendapatkan keuntungan dalam bentuk pengurungan pajak yang berhubungan dengan pembayaran bunga atas hutan. Perusahaan atas non debt tax shields yang tinggi relatif mengharapkan pengurangan hutang dalam struktur modalnya.

(25)

Menurut Wiwit (2010), Yuniati (2011), Wahyu dan Achmad (2014) menyatakan bahwa non debt tax shields berpengaruh positif terhadap struktur modal.

J. Hipotesis

Berdasarkan uraian dari pengembangan hipotesis diatas maka hipotesis yang diambil untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. HA1 : Assets Structure berpengaruh terhadap capital structure

2. HA2 : Business Risk berpengaruh terhadap capital structure

3. HA3

:

Stability of Sale berpengaruh terhadap capital structure

4. HA4

:

Non Debt Tax Shields berpengaruh terhadap capital structure

Referensi

Dokumen terkait

Dengan perkambangan teknologi smartphone, dibutuhkan konten berbasis web yang dapat disajikan melalui perangkat mobile tersebut. Oleh karena itu, dikembangkan juga

Bahan yang digunakan adalah 65 ekor ikan Guppy (Poecilia reticulata), yang merupakan sebagai objek yang akan diamati, berukuran kecil dengan panjang ± 5 cm; air

Maka dari itu, penulis mengadakan suatu penelitian untuk dapat memahami lebih lanjut tentang Evaluasi Kinerja BPBD Kabupaten Badung dan faktor pendukung serta penghambat

“Bagaimana keterampilan proses sains siswa SMA kelas XI pada materi hidrolisis garam dengan metode praktikum dan model learning cycle 5E?” Dalam penelitian ini rumusan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Kanrung

Daerah Aliran Sungai (menurut Undang-undang NO. 7 Tahun 2004 tentang SDA DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak

Karakteristik Pembelajaran Keterampilan Kerajinan Bahan Limbah Tekstil Kelompok Ibu Rumah Tangga Desa Jayagiri Lembang.... Peserta

Hal ini dapat meningkatkan rasio jumlah udara bahan bakar (AFR) dan proses pencampuran udara bahan bakar berlangsung lebih sempurna. 3) Sirkulasi udara dalam ruang