• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUALITAS TES BUATAN GURU MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII SMP NEGERI 8 BAUBAU TAHUN AJARAN 2012/2013. Harmawati Amrin 1), Busnawir 2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KUALITAS TES BUATAN GURU MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VII SMP NEGERI 8 BAUBAU TAHUN AJARAN 2012/2013. Harmawati Amrin 1), Busnawir 2)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Harmawati Amrin, Busnawir 17 KUALITAS TES BUATAN GURU MATA PELAJARAN MATEMATIKA

KELAS VII SMP NEGERI 8 BAUBAU TAHUN AJARAN 2012/2013

Harmawati Amrin1), Busnawir2)

1)

Alumni Program Studi Pendidikan Matemamatika, 2) Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan PMIPA FKIP UHO Email: harmawati_amrin@yahoo.com

Abstrak

Tujuan penelitian untuk mengetahui: (1) tingkat kesukaran (2) daya pembeda (3) berfungsi tidaknya setiap pengecoh (4) besarnya reliab ilitas (5) besarnya kesalahan baku pengukuran (6) valid tidaknya butir (7) deskripsi butir tes dikaitkan taksonomi Bloom. Dari hasil analisis diperoleh: Tingkat kesukaran tergolong baik. Daya pembedanya tergolong baik, karena dari 20 butir soal terdapat 2 butir soal (10%) dengan kategori jele k, 9 butir soal (45%) berkategori cukup dan 9 butir soal (45%) berkategori baik. Se luruh butir tes tergolong valid. (4) Keefekt ifan pengecoh tergolong efektif ka rena dari 20 butir soal terdapat 14 butir soal (70%) me miliki distraktor yang efektif dan 6 butir soal (30%) yang distraktornya tidak efekt if. Re liabilitasnya adalah 0.721. Kesalahan baku pengukuran diperoleh nilai SEM sebesar 1,782 1,923. Deskripsi butir tes dikait kan dengan taksonomi Bloom adalah C1 10%, C2 25%, C3 50%, C4 15%, C5 0% dan C6 0%.

Kata Kunci: kualitas tes; daya pembeda; tingkat kesukaran

QUALITY TESTS MADE SUBJECT MATH TEACHER CLASS VII SMP NEGERI 8 BAUBAU ACADEMIC YEAR 2012/2013

Abstract

The purpose of the study to determine: (1) the level of difficulty (2) distinguishing (3) whether any function Spieler (4) the magnitude of reliability (5) the magnitude of the standard error of measurement (6) whether or not valid clause (7) a description of the test items associated Bloom's taxonomy. From the analysis results obtained: Level of difficulty quite well. Distinguishing power was relatively good, because of the 20 items were found about 2 grains (10%) with the ugly category, 9 grain problem (45%) and 9 items categorized enough about (45%) either category. Whole gra ins classified as a valid test. (4) The effectiveness Spieler relatively effective because of the 20 items were found about 14 items (70%) had an effective distractor grain problem and 6 (30%) were distraktornya ineffective. Reliability is 0721. Standard error of measurement SEM values obtained 1,923 of 1,782. Description of the test items associated with Bloom's taxonomy is 10% C1, 25% C2, C3 50%, 15% C4, C5 and C6 0% 0%.

(2)

18 www.jppm.hol.es Pendahuluan

Pendidikan me rupakan suatu rangkaian kegiatan yang komp leks dan me rupakan salah satu kebutuhan yang vital bagi setiap orang dalam me mbantu mengembangkan potensi dan kema mpuan untuk mencapai suatu pendewasaan berpikir. Ha l ini dimaksudkan bahwa peserta didik sebagai warga negara dan masyarakat dapat menyadari sepenuhnya akan tujuan pendidikan yang sedang dija laninya. Sektor pendidikan sebagai bagian tumpuan harapan bangsa dapat diletakkan untuk me lahirkan manusia yang berkualitas, karena pendidikan me rupakan salah satu mata rantai dari sistem pe mbangunan nasional yang berorientasi pada usaha pembinaan dan pengembangan manusia yang pada gilirannya akan me mpunyai peranan untuk turut serta dalam pembangunan.

Pendidikan dipandang sebagai faktor utama dalam bidang pem-bangunan, pandangan ini mengandung suatu pengertian bahwa pendidikan dapat memotori dan menopang proses pem-bangunan. Pend-idikan adalah usaha menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan tersebut di-selenggarakan pada semua jenjang pendidikan dasar 9 tahun, pendidikan menengah dan perguruan tinggi. Dimana pengajaran sebagai aktivitas operasional kependidikan dilaksanakan oleh tenaga kependidikan dalam hal ini adalah guru.

Peningkatan kualitas pendidikan kenyataannya adalah langkah awal peningkatan kualitas sumber daya manusia yang merupakan indikator utama, karna peningkatan kualitas pendidikan tidak terlepas dari pening-katan setiap yang terintegrasi di dalamnya dan selanjutnya menuntut sikap objektif dari dalam semua pihak yang termasuk orang tua, pemerintah dan masyarakat baik dalam pendidikan formal maupun non formal.

Upaya meningkatkan mutu pen-didikan, salah satu lembaga yang sangat berperan dan bertanggung jawab adalah sekolah. Di sekolah diajarkan berbagai disiplin ilmu, salah satu diantaranya adalah mata pelajaran matematika. Dalam belajar matematika, siswa di arahkan pada pemahaman konsep–konsep dasar mate-matika yang akan mengantarkan siswa untuk berpikir secara matematis yang jelas dan pasti berdasarkan aturan–aturan yang logis dan sistematis. Dengan demikian belajar matematika merupakan kesadaran dan terencana dalam pelaksanaannya di butuhkan suatu proses aktif

untuk memperoleh pengalaman atau penge-tahuan baru hingga menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri siswa.

Peningkatan mutu pendidikan, khususnya pendidikan matematika telah banyak usaha–usaha yang di lakukan pemerintah antara lain penyempurnaan kurikulum matematika, pengadaan alat–alat peraga matematika, penataran guru–guru matematika, maupun pengelolaan proses belajar mengajar. Namun hasil yang dicapai dari usaha–usaha tersebut belum memenuhi harapan yang di inginkan. Gambaran tinggi rendahnya hasil belajar yang di peroleh dengan menggunakan tes yang tidak baik tentu bukan merupakan gambaran yang sebenarnya dari prestasi hasil belajar siswa. Hasil belajar ini akan memberikan informasi yang keliru mengenai pencapaian hasil belajar siswa. Oleh karna itu, salah satu faktor yang mesti di benahi adalah meningkatkan kualitas tes terhadap butir-butir soal yang di gunakan dalam setiap evaluasi.

Jenis tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dan merupakan cara yang ditempuh oleh pemerintah untuk mengevaluasi mutu hasil belajar siswa secara nasional adalah tes Ujian Nasional. Tes Ujian Nasional soal–soalnya disusun oleh tim Ujian Nasional yang disebut tim Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP). Tes ini disusun dengan maksut untuk mengetahui keberhasilan siswa selama mengikuti pelajaran matematika. Dalam penyusunan tes Ujian Nasional mem-butuhkan pemahaman yang menyeluruh tentang kriteria tes yang berkualitas dan ini membutuhkan orang–orang yang ahli di bidangnya. Tes tidak hanya tergantung pada tes tersebut, tetapi juga di tentukan oleh objek ukur atau testee, terutama dalam melihat validitas, reliabel, tingkat kesukaran, serta pengecoh. Valid dan reliabelnya tes tergantung pada tes tersebut dalam membedakan siswa yang pintar dan siswa yang kurang pintar. Karna validitas ini melibatkan secara lansung peserta tes dan tes dinyatakan baik apabila peserta tes dapat menjawab tes dengan proporsi yang telah ditentukan.

Mengingat pentingnya tes dalam mengukur keberhasilan kegiatan belajar mengajar, maka tes Ujian Nasional perlu dilakukan analisis secara empirik, sehingga akan diketahui butir–butir soal mana yang sudah baik

(3)

Harmawati Amrin, Busnawir 19 dan kurang baik, khususnya soal Ujian Nasional

pelajaran matematika di kabupaten Buton Utara sehingga dapat di ketahui kualitas soal matematika tersebut guna perbaikan dalam penyusunan tes tahun–tahun berikutnya.

Gu ru sebagai pengajar me mpunyai tanggung jawab yang besar dalam proses kegiatan belajar peserta didik di sekolah, sehingga untuk mengetahui keberhasilan guru menyampaikan materi dan sejauhmana siswa dapat menyerap materi tersebut, informasinya dapat diperoleh me lalu i alat evaluasi yang digunakan. Evaluasi yang dilaku kan oleh seorang guru ialah suatu usaha me mbuat keputusan mengenai keberhasilan proses belajar mengajar, kesiapan belajar dan tercapainya tujuan kuriku ler. Hal ini dima ksudkan untuk me mpero leh mutu pendidikan yang bersangkutan.

Tes objektif dala m bentuk pilihan ganda hingga kini men jadi tes yang lebih sering digunakan. Ba ik pada saat tes sumatif ataupun tes format if, bahkan untuk ujian nasional. Tes dala m bentuk pilihan ganda, harus memenuhi syarat-syarat tes yang baik ya itu me mpunyai kualitas yang baik. Suatu alat penilaian yang berkualitas harus me menuhi dua hal, yakni ketepatan atau validitasnya, dan ketetapannya atau reliab ilitas. Kua litas pilihan ganda yang perlu diperhatikan ialah, pada tingkat kesukaran tes, daya pembeda dan distraktor atau fungsi pilihan yang disediakan. Mencermati fungsi dan syarat tes, maka pembuatan tes mestilah dila kukan dengan benar. Sehingga pembuatan tes, tidak hanya untuk me menuhi prosedur pelaksanaan evaluasi, me lain kan untuk mendapatkan informasi hasil tes yang benar, dan pengambilan keputusan penilaian.

Soal buatan guru yang selama ini digunakan sebagai alat untuk menentukan keberhasilan siswa hanya distandarisir isi dan bentuk soalnya, dalam artian semua siswa mendapat soal yang sama dalam waktu yang sama, akan tetapi menentukan sukar tidaknya soal, sesuai tidaknya dengan bahan-bahan yang diajarkan serta pemberian skorernya tidaklah pernah empiris distandarisir. Soa l-soal buatan guru seharusnya me miliki krite ria tertentu. Alat tes yang baik ada lah alat tes yang sudah mengala mi beberapa kali u ji coba dan revisi yang didasarkan atas analisis emp iris dan analisis rasional. Analisis empiris dimaksudkan untuk mengetahui kele mahan-kele mahan suatu item yang digunakan, sedangkan analisis rasional dimaksudkan untuk me mpe rbaiki kele mahan-ke le mahan setiap item. Apabila tujuan tes hanya untuk mengukur ke ma mpuan bidang studi atau mengukur prestasi peserta didik, maka uji coba itu dapat diamb il dari hasil tes yang sesungguhnya, hasil dianalisis, butir soal yang tidak me menuhi syarat dapat disingkirkan dan tidak diperhitungkan untuk menentukan hasil a khir peserta didik.

Seorang guru dala m menyusun sebuah tes harus benar-benar me mperhatikan tentang validitas, reliabilitas dan objektivitas tes yang disusun agar dapat mengukur ke ma mpuan anak did ik yang sebenarnya. Jika seorang guru menyusun soal tes yang disesuaikan dengan bahan pengajaran yang diberikan, tetapi tidak me mperhatikan bagaimana seharusnya me mbuat pertanyaan yang jelas, ma ka tes tersebut tidak akan mengga mbarkan atau me mbe ri keterangan yang tepat dan objektif dari seseorang yang dites.

Seorang guru dalam me mbuat soal harus mengetahui krite ria -krite ria pe mbuatan soal yang baik. Ha l in i me mberikan gambaran bahwa jika seorang peneliti atau seorang guru yang mengetahui bahwa validitas tes misalnya rendah atau terlalu rendah ma ka selanjutnya ingin mengetahui butir-butir tes manakah yang menyebabkan soal secara keseluruhan tersebut jelek karena me miliki va lid itas rendah, untuk keperluan inilah dicari valid itas butir soal.

Sutomo (1985:24) menyatakan tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk me mperoleh data-data atau keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan cepat dan tepat. Senada dengan Arikunto (1997:51) menyatakan tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara atau aturan-aturan yang sudah ditentukan

.

Suatu tes dapat dikatakan baik b ila mana tes tersebut me miliki ciri sebagai alat ukur yang baik. Kriterianya antara lain: me miliki validitas yang cukup tinggi, me miliki reliabilitas yang baik, dan me miliki n ila i keprakt isan. Tes me miliki sifat keprakt isan artinya praktis dari segi perencanaan, pelaksanaan penggunaan tes, dan me miliki nilai-nilai ekonomik, disa mping masih harus me mper-timbangkan kerahasiaan tes. Jangan sampai hanya atas dasar murahnya dan mudahnya pengolahan hasil sampai mengorbankan prinsip utamanya yakni validitas dan reliabilitasnya (Thoha, 1990:109).

Benja min S. Bloom dan ka wan-ka wan berpendapat bahwa taksonomi (pengelompokan) tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu pada tiga jenis domain yang mele kat pada diri peserta didik, ya itu (1) Ranah proses berpikir (cognitive domain), (2) Ranah nilai atau sikap (a ffective domain), dan (3) Ranah ketera mpilan (psychomotor domain) (Sudijono, 2009: 49).

Salah satu syarat menetapkan apakah suatu tes merupakan alat u kur yang baik dan dapat dipercaya, ma ka digunakan istilah re liabilitas . Pengertian reliabilitas menunjuk pada ketetapan dari nila i yang diperoleh sekelo mpok individu dala m waktu berbeda dengan tes yang sama. Dengan demikian tes dapat dikatakan re liabel jika me mbe rikan hasil yang sama dala m wa ktu yang

(4)

20 www.jppm.hol.es

berbeda. Secara singkat dikatakan bahwa reliabilitas tes adalah kehandalan yang meliputi ketetapan atau kecermatan hasil pengukuran, dan keajegan atau kestabilan dari hasil pengukuran (Surapranata, 2004: 27). Se lanjutnya menurut Sudjana (1992: 16) reliabilitas adalah ketetapan atau keajegan pengukuran dalam penila ian. Hasil ukur dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pengukuran terhadap subjek yang sama akan diperoleh hasil yang relatif sa ma.

Re liab ilitas diartikan dengan keajegan bila mana tes tersebut diujikan berka li– kali hasilnya relatif sama (Chabib Toha, 2003: 118). Senada dengan itu Suryabrata dalam Wahid murni dkk (2010: 96) men-defenisikan reliabilitas sebagai korelasi kuadrat antara skor perolehan dengan skor sebenarnya, yang juga merupakan rasio antara variansi skor sebenarnya dengan skor perolehan. Dala m bahasa lain reliabilitas dapat diartikan sebagai taraf kepercayaan. Hal in i ditunjukkan oleh keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh para subyek yang diukur dengan alat yang sama pada kondisi yang berbeda.

Tes memiliki tingkat reliabilitas atau keterandalan jika tes tersebut dapat menghasilkan informasi yang konsisten. Misalnya, jika suatu tes diberikan pada sekelompok siswa, kemudian diberikan lagi kepada sekelompok siswa yang sama pada saat yang berbeda, maka hasilnya akan relatif sama (Wina Sanjaya, 2008: 238)

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksut dengan reliabilitas adalah serangkaian pengukuran dengan meng-gunakan alat ukur tertentu yang memiliki ketetapan nilai hasil peng-ukuran bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang-ulang.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka untuk menafsirkan reliabilitas dalam penelitian ini digunakan kategori sebagai berikut:

0,00 – 0,20 reliabilitas sangat rendah 0,21 – 0,40 reliabilitas rendah 0,41 – 0,69 reliabilitas sedang 0,70 – 0,89 reliabilitas tinggi 0,90 – 1,00 reliabilitas sangat tinggi

Setiap hasil pengukuran terdapat penyimpangan dari ska la angka sebenarnya. Penyimpangan ini dapat bernila i positif apabila leb ih besar dari skor sebenarnya dan dapat pula bernilai negatif jika lebih kecil dari skor yang sebenarnya. Secara kelo mpok dapat mengestimasi penyimpangan skor-skor tersebut dengan melihat banyaknya variasi

penyimpangan ini. Kesalahan baku pengukuran pada umu mnya dapat juga menunjukkan tingkat reliabilitas tes. Jika nila i kesalahan baku pengukuran suatu tes yang telah dilakukan kec il, berarti reliabiitas tes tersebut tinggi. Sebaliknya, jika nilai kesalahan baku pengukuran besar, berarti bahwa tes yang dibuat me mpunyai reliabilitas rendah ( Sukardi, 2011: 50).

Safari (1993 : 214) menge-mu kakan setelah mengetahui besarnya koefisien reliabilitas tes, maka dapat diketahui pula kesalahan baku pengukuran yang berguna untuk mengetahui besarnya faktor kesalahan baku pengukuran maka sema kin konsis-ten skor-skor suatu tes. Selanjutnya nilai kesalahan baku pengukuran (KBP) sesuai atau tidak atau KBP dapat dipercaya atau tidak, dapat diukur mela lui rumus yang dike mu ka kan oleh Hopkins, KD dala m La wrence (1994: 5) yaitu:

0,43 Dimana:

= Ukuran KBP yang akurat k= panjang tes (butir soal)

Hasil perhitungan KBP dala m penelitian in i adalah 2,719. Jadi, ukuran KBP da la m penelitian ini agar hasil pengukuran dapat dipercaya adalah KBP

2,719.

Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk men jawab benar suatu soal pada tingkat ke ma mpuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran ini u mu mnya dinyatakan dala m bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00 – 1,00. Se makin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil h itungan, berarti semakin mudah soal itu. Suatu soal me miliki tingkat kesukaran 0,00 art inya bahwa tidak ada peserta tes yang menjawab benar dan bila me miliki tingkat kesukaran 1,00 artinya bahwa semua peserta tes men jawab benar. Pe rhitungan indeks tigkat kesukaran in i dila kukan pada tiap butir soal (Wahidmurn i dkk, 2010: 131). Se jalan dengan itu Rasyid (2008: 239) menyatakan tingkat kesukaran suatu butir soal didefenisikan sebagai proporsi atau presentase subjek yang menja wab butir tertentu dengan benar. Sedangkan angka yang menujukkan sukar atau mudahnya suatu butir soal dinama kan indeks kesukaran, yang dilambangkan dengan p, nilai p ini terleta k antara 0 dan 1. Kriteria t ingkat kesukaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

0,00 - 0,30 soal kategori sukar, 0,31 - 0,70 soal kategori sedang dan 0,71 - 1,00 soal kategori mudah.

Salah satu syarat suatu tes dikatakan sebagai alat ukur yang baik adalah memiliki validitas. Suatu tes dikatakan valid apabila tes

(5)

Harmawati Amrin, Busnawir 21 tersebut dapat mengukur apa yang hendak dan

seharusnya diukur. Jadi validitas itu merupakan tingkat ketepatan tes tersebut dalam mengukur materi dan perilaku yang harus diukur (Mudijo, 1995: 40). Sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total sehingga skor pada item menyebapkan skor total menjadi tinggi atau rendah (Arikunto, 2009: 76). Selanjutnya Thoha (1994: 144) menge-mukakan bahwa yang dimaksud dengan validitas butir adalah butir tes dapat menjalankan fungsi pengukurannya dengan baik, hal ini dapat diketahui dari seberapa besar peran yang diberikan oleh butir soal tes tersebut dalam mencapai keseluruhan skor seluruh tes. Kategori validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

0,00 < 0,20 sangat rendah 0,20 < 0,40 rendah 0,40 < 0,70 cukup 0,70 < 0,90 tinggi 0,90 < 1,00 sangat tinggi Arikunto (2009: 220) menam-bahkan untuk tes obyektif, analisis soal termasuk di dalamnya pola jawaban soal yakni dari jawaban dapat pula ditentukan apakah pengecoh (distraktor) berfungsi sebagai pengecoh yang baik atau tidak dengan kriteria bahwa pengecoh dapat berfungsi dengan baik jika paling sedikit dipilih 5% dari pengikut tes.

Metode

Pengumpulan data pada penelitian ini dila ksanakan pada bulan November 2013 yang bertempat di SMP Negeri 8 Baubau. Populasi dala m penelitian ini seka ligus menjadi sa mpel yang terdiri dari se mua le mba r jawaban siswa kelas VII peserta tes ujian semester mata pela jaran mate mat ika tahun ajaran 2012/2013 SM P Negeri 8 Baubau. Jumlah keseluruhan populasi terdiri dari 5 kelas parale l, yaitu kelas VIIA, VIIB, VIIC, VIID, dan VIIE dengan ju mlah siswa 100 orang.

Teknik pengumpulan data dala m penelit ian ini menggunakan metode dokumentasi. Metode ini digunakan karena data yang dibutuhkan berupa dokumen yang berupa soal dan lembar jawaban ulangan semester genap mata pelajaran Matematika SMPN 8 Baubau tahun ajaran 2012/ 2013.

Teknik deskriptif kuantitatif juga digunakan untuk menganalisis data siswa yang berupa lembar

jawaban dan kunci jawaban dengan bantuan program iteman (Item and Test Analysis Program). Progra m ite man me rupakan program statistik untuk menganalisis kualitas butir tes lebih tepat, efektif, dan mudah digunakan. Selanjutnya analisis dapat juga menggunakan rumus sebagai berikut.

Untuk menentukan koefisien reliabilitas dapat diperoleh dengan menggunakan rumus Kuder – Richardson (KR-21) yaitu :





2 2 11

S

pq

S

1

n

n

r

(Arikunto, 2009: 100-101) Dimana :

r11 = re liabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang men jawab ite m dengan benar

q = proporsi subjek yang men jawab ite m dengan salah

∑pq = ju mlah hasil perka lian p dan q n = banyaknya ite m

S = standar deviasi dari tes

Kesalahan baku pengukuran pada umumnya dapat juga menunjukkan tingkat re liab ilitas tes. Jika nila i kesalahan baku pengukuran suatu tes yang telah dibuat kecil, berart i reliabilitas tes tersebut tinggi. Seba liknya, jika n ila i kesalahan baku pengukuran besar, berarti bahwa tes yang dibuat me mpunyai reliabilitas rendah.

Formula kesalahan baku pengukuran dapat ditunjukkan seperti berikut:

r

1

SD

Sm

(Sukard i, 2011:51) Dimana :

Sm = kesalahan baku pengukuran SD = simpangan baku skor tes r = koefisien konsistensi

Nilai kesalahan baku pengukuran (KBP) sesuai atau tidak atau KBP dapat dipercaya atau tidak, dapat diukur melalui rumus yang dikemukakan oleh Hopkins, K.D dalam Lawrence (1994: 5) yaitu :

k= 0,43

Dimana:

k = Ukuran KBP yang akurat

k = Panjang tes (banyak butir soal). Ukuran keakuratan KBP dalam penelitian ini adalah :

k = 0,43

= 0,43 (4,472136) = 1,923

Untuk menentukan tingkat kesukaran soal objektif digunakan rumus sebagai berikut :

(6)

22 www.jppm.hol.es p = t b

N

N

dimana: p = t ingkat kesukaran

Nb= banyaknya siswa yang menjawab benar suatu

butir tes

Nt= total siswa yang menjawab butir tes tersebut

Indeks kesukaran butir tes yang baik berkisar antara 0,3-0,7, paling baik pada 0,5; karena p = 0,5 dapat memberikan kontribusi optimal terhadap korelasi biserial titik, daya pembeda, butir dan koefisien reliabilitas tes. Butir-butir tes yang memiliki indeks kesukaran di bawah atau di atas kriteria 0,3-0,7 dapat digunakan apabila ada pertimbangan keterwakilan pokok bahasan yang diukurnya (Ahiri, 2007:240).

Daya pembeda setiap butir soal dapat dihitung dengan menggunakan metode korelasi point biserial. Menurut Crocker (1986:78) koefisien point biserial dapat ditentukan sebagai berikut :

rpbis =

dimana :

rpbis = Koefisien koralasi point biserial

Mi = rerata skor total responden yang

menjawab benar butir soal

Mt = rerata skor total semua responden

St = standar deviasi dari skor total

p = proporsi pesera yang menjawab benar q = proporsi jawaban yang salah untuk butir soal nomor i

Suatu pengecoh dapat dipertahankan apabila memenuhi syarat-syarat: (1) kunci jawaban harus dipilih lebih banyak oleh siswa yang berkemampuan tinggi dari pada siswa yang berkemampuan rendah, (2) setiap penggagal

harus dipilih minimal dua persen dari keseluruhan peserta tes dan dua persen dari kelompok siswa yang berkemampuan rendah (Ahiri, 2007:169).

Untuk menentukan efektifitas pengecoh dari setiap butir soal yaitu dengan membandingkan pola penyebaran jawaban kelompok atas dan kelompok bawah. Menurut Fernandez (1984:101) yang mengutip pendapat Brawn menjelaskan pengecoh dikatakan berfungsi dengan baik jika paling sedikit dipilih oleh 2% pengikut tes.

Untuk menguji validitas butir soal digunakan rumus sebagai berikut:

rXY=

(Arikunto, 2008:109) keterangan:

rxy = kooefisien korelasi antara Skor Ite m ( X)

dan Skor Total (Y)

X = Skor Ite m

Y = Skor Total N = Ju mlah subyek

Adapun kriteria indeks klasifikasi penafsiran dalam menentukan Validitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

- Jika rXY ≥ rtabel ma ka butir soal va lid

- Jika rXY < rtabel maka butir soal tidak valid

Hasil

Tingkat kesukaran soal tes buatan guru mata pelajaran matematika kelas VII semester genap SMP Negeri 8 Baubau tahun ajaran 2012/2013 menurut kategori mudah, sedang dan sukar dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1

Tingkat Kesukaran Soal Tes Buatan Guru Mata Pelajaran Matematika Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 8 Baubau Tahun Ajaran 2012/2013

Kategori Nomor Soal Jumlah Soal Persentase (%)

Mudah 1, 3, 4, 5, 9, 13, dan 19 7 35

Sedang 7, 8, 10,

14, 15, 16, 17, 18 dan 20 9 45

(7)

Harmawati Amrin, Busnawir 23 Daya pembeda soal tes buatan guru mata

pelajaran matematika kelas VII semester genap SMP Negeri 8 Baubau tahun ajaran 2012/2013

dikelompokkan kedalam empat kategori yaitu soal jelek, cukup, baik dan sangat baik dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 2

Daya Pembeda Tes Buatan Guru Mata Pelajaran Matematika Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 8 Baubau Tahun Ajaran 2012/2013

Kategori Nomor Soal Jumlah

Soal Persentase (%)

Jelek 10 dan 16 2 10

Cukup 2, 3, 6, 8, 9, 11, 12, 13, dan 17 9 45

Baik 1, 4, 5, 7, 14, 15, 18, 19, dan 20 9 45

Sangat Baik - - -

Hasil analisis pengecoh tes buatan guru mata pelajaran matematika kelas VII semester genap SMP Negeri 8 Baubau tahun ajaran 2012/2013

berdasarkan hasil analisis iteman dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3

Pengecoh Tes Buatan Guru Mata Pelajaran Matematika Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 8 Baubau Tahun Ajaran 2012/2013

Kategori Nomor Soal Jumlah Persentase

Baik (Efektif)

1, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14,

15, 16, 17, dan 20 14 70%

Revisi

(Tidak Efektif) 2, 3, 4, 5, 18, dan 19 6 30%

Reliabilitas tes buatan guru mata pelajaran matematika kelas VII semester genap SMP Negeri 8 Baubau tahun ajaran 2012/2013 diperoleh sebesar 0,721 berdasarkan hasil analisis menggunakan program iteman. Kesalahan baku pengukuran tes buatan guru mata pelajaran matematika kelas VII semester genap SMP Negeri 8 Baubau tahun ajaran 2012/2013 diperoleh sebesar 1,782.

Hasil validitas tes ini diperoleh melalui penggunaan program ITEMAN yaitu dengan melihat bagian item statistik khususnya pada bagian Biserial. Berdasarkan hasil perhitungan seperti pada Tabel 4, diperoleh 20 butir soal (100%) tergolong valid, karena tidak satupun butir soal yang tidak valid. Hal ini juga disesuaikan dengan melihat r tabel sebesar 0,195.

Pembahasan

Butir soal dinyatakan baik bila indeks kesulitan berada dalam kategori sedang dan

dinyatakan buruk bila terlalu mudah atau sulit. Dengan demikian, terdapat 9 butir soal berkriteria baik yaitu butir soal 77, 8, 10, 14, 15, 16, 17, 18 dan 20. Dapat dikatakan sebanyak 45 % butir soal dinyatakan baik dan 55% butir soal dinyatakan tidak baik berdasarkan analisis tingkat kesukaran. Butir soal yang memiliki indeks kesulitan tidak baik harus diperbaiki sesuai dengan kategorinya. Bila tingkat kesukarannya berkategori mudah, maka soal diperbaiki agar tidak terlalu mudah bagi siswa dan bila tingkat kesukaran berkategori sulit, maka soal diperbaiki agar tidak terlalu sulit bagi siswa.

Dilihat dari proporsinya, Butir soal dinyatakan baik bila tingkat kesukaran berada dalam kategori 6 : 10 : 4 (30 % mudah, 50 % sedang, 20 % sulit) sesuai dengan ketentuan yang ada. Pada penelitian ini perbandingan tingkat kesukaran yakni 7 butir soal (35%) mudah, 9 butir soal (45%) sedang dan 4 butir soal (20%) sulit/sukar atau 7 : 9 : 4. Berdasarkan

(8)

24 www.jppm.hol.es

hal tersebut, tingkat kesukaran tes buatan guru mata pelajaran matematika kelas VII semester genap SMP Negeri 8 Baubau tahun ajaran 2012/1013 tidak memenuhi kriteria soal yang baik yakni 6 : 10 : 4.

Hasil analisis yang diperoleh menunjukkan bahwa 2 butir soal (10%) yaitu butir soal 10 dan 16 mempunyai daya pembeda yang jelek, 9 butir soal (45%) yaitu butir soal 2, 3, 6, 8, 9, 11, 12, 13, dan 17 mempunyai daya pembeda yang cukup serta 9 butir soal (45%) yaitu butir soal 1, 4, 5, 7, 14, 15, 18, 19, dan 20 yang mempunyai daya pembeda yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa daya pembeda tes buatan guru mata pelajaran matematika kelas VII semester genap SMP Negeri 8 Baubau tahun ajaran 2012/2013 baik dalam artian bahwa butir soal tersebut dapat membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

Hasil penelit ian tes buatan guru mata pelajaran mate mat ika ke las VII semester genap SMP Negeri 8 Baubau tahun ajaran 2012/2013 dite mu kan sebanyak 14 butir (70%) me miliki d istraktor efe ktif sedangkan sisanya sebanyak 6 butir soal (30%) me miliki d istraktor tidak efe ktif. Butir soal nomor 1, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, dan 20 me miliki distraktor efekt if, yaitu semua distraktor dapat digunakan karena paling sedikit 2 % dipilih oleh peserta tes. Sedangkan untuk butir soal 2, 3, 4, 5, 18, dan 19 tidak efe ktif ka rena terdapat distraktor yang dipilih kurang dari 2% atau bahkan tidak sama sekali d ipilih oleh peserta tes.

Re liab ilitas mengacu pada konsistensi pengukuran. Hasil ukur dapat dipercaya apabila dala m beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama akan diperoleh hasil yang relatif sama. Reliabilitas soal diketahui dari koefisien alpha. Koefisien a lpha dala m analisis soal buatan guru mata pelajaran mate mat ika ke las VII semester genap SMP Negeri 8 Baubau tahun ajaran 2012/2013 adalah 0,721. Angka tersebut menunjukkan bahwa tes buatan guru mata pela jaran mate matika ke las VII semester genap SMP Negeri 8 Baubau tahun ajaran 2012/2013 tergolong tinggi dan sangat layak digunakan untuk mengukur ke ma mpuan siswa. Artinya, apabila tes buatan guru mata pelaja ran mate mat ika ke las VII se mester genap SMP Negeri 8 Baubau tahun ajaran 2012/ 2013 diberikan berulang -ulang pada objek yang sama akan menunjukkan hasil yang relatif sa ma.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan program iteman diperoleh 20 butir soal dikatakan valid (100%) karena tak satupun butir soal dikatakan tidak valid. Hal ini

menunjukkan bahwa tes buatan guru mata pelajaran matematika kelas VII semester genap SMP Negeri 8 Baubau dapat dikategorikan soal yang baik.

Butir soal nomor 1 memuat standar kompetensi memahami pengertian dan notasi himpunan serta penyajiannya. Butir soal nomor 1 termasuk kategori C1 (mengenal) dengan kata kerja operasional mengidentifikasikan. Tingkat kesukaran soal ini adalah 0,890 (mudah), sebanyak 89,0% peserta tes dapat menjawab soal dengan benar. Daya pembedanya 0,409 (baik). Hal ini berarti bahwa peserta tes yang kurang pintar cenderung menjawab salah soal ini. Kesimpulannya butir soal nomor 1 ini sudah cukup baik dan dapat digunakan.

Butir soal nomor 2 memuat kompetensi dasar memahami konsep himpuanan bagian. Butir soal nomor 2 termasuk kategori C2 (pemahaman) dengan kata kerja operasional menerangkan. Tingkat kesukaran soal 2 adalah 0,210 (sukar), sebanyak 21,0% peserta tes dapat menjawab soal tersebut dengan benar. Daya pembedanya 0,347 (cukup). Butir soal nomor 2 sudah dapat diterima dan digunakan.

Butir soal nomor 3 memuat kompetensi dasar melakukan operasi irisan, gabungan, kurang (selisih), dan komplemen pada himpunan. Butir soal nomor 3 termasuk kategori C2 (pemahaman) dengan kata kerja operasional menyimpulkan. Tingkat kesukaran soal ini adalah 0,920 (mudah), sebanyak 92,0% peserta tes menjawab soal dengan benar. Daya pembedanya 0,392 (cukup). Hal ini berarti bahwa peserta tes yang pintar (skor totalnya tinggi) cenderung menjawab benar soal ini dan peserta tes yang kurang pintar cenderung salah menjawab soal ini. Kesimpulannya butir soal nomor 3 ini sudah cukup baik dan dapat digunakan.

Butir soal nomor 4 memuat kompetensi dasar melakukan operasi irisan, gabungan, kurang (selisih), dan komplemen pada himpunan. Butir soal nomor 4 termasuk kategori C2 (pemahaman) dengan kata kerja operasional menyimpulkan. Tingkat kesukaran soal ini adalah 0,890 (mudah), sebanyak 89,0% peserta tes menjawab soal tersebut dengan benar. Daya pembedanya 0,466 (baik). Hal ini berarti bahwa peserta tes yang pintar (skor totalnya tinggi) cenderung menjawab benar soal ini dan peserta tes yang kurang pintar cenderung salah

(9)

Harmawati Amrin, Busnawir 25 menjawab soal ini, butir soal nomor 4 ini sudah

cukup baik dan dapat digunakan.

Butir soal nomor 5 memuat kompetensi dasar melakukan operasi irisan, gabungan, kurang (selisih), dan komplemen pada himpunan. Butir soal nomor 5 termasuk kategori C1 (mengenal) dengan kata kerja operasional mengidentifikasikan. Tingkat kesukaran soal ini adalah 0,800 (mudah), sebanyak 80,0% peserta tes menjawab soal tersebut dengan benar. Daya pembedanya 0,579 (baik). Hal ini berarti bahwa peserta tes yang pintar (skor totalnya tinggi) cenderung menjawab benar soal ini dan peserta tes yang kurang pintar cenderung salah menjawab soal ini, butir soal nomor 5 ini sudah cukup baik dan dapat digunakan.

Butir soal nomor 6 memuat kompetensi dasar menentukan hubungan antara dua garis, serta besar dan jenis sudut. Butir soal nomor 6 termasuk kategori C3 (aplikasi) dengan kata kerja operasional menemukan. Tingkat kesukarannya adalah 0,150 (sukar), sebanyak 15,0% peserta tes dapat menjawab soal tersebut dengan benar. Daya pembedanya 0,351 (cukup). Hal ini berarti bahwa peserta tes yang pintar cenderung menjawab benar soal ini dan peserta tes yang kurang pintar cenderung menjawab salah.

Butir soal nomor 7 memuat kompetensi dasar menentukan hubungan antara dua garis, serta besar dan jenis sudut. Butir soal nomor 7 termasuk kategori C4 (analisis) dengan kata kerja operasional memerinci. Tingkat kesukaran soal ini adalah 0,690 (sedang), sebanyak 69,0% peserta tes menjawab soal tersebut dengan benar. Daya pembedanya 0,624 (baik). Hal ini berarti bahwa peserta tes yang pintar (skor totalnya tinggi) cenderung menjawab benar soal ini dan peserta tes yang kurang pintar cenderung salah menjawab soal ini, butir soal nomor 7 ini sudah cukup baik dan dapat digunakan.

Butir soal nomor 8 memuat kompetensi dasar memahami sifat-sifat sudut yang terbentuk jika dua garis berpotongan atau dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain. Butir soal nomor 8 termasuk kategori C2 (pemahaman) dengan kata kerja operasional menerangkan. Tingkat kesukarannya adalah 0,640 (sedang), sebanyak 64,0% peserta tes dapat menjawab soal tersebut dengan benar. Daya pembedanya 0,290 (cukup). Hal ini berarti bahwa peserta tes yang pintar cenderung menjawab benar soal ini dan peserta

tes yang kurang pintar cenderung menjawab salah.

Butir soal nomor 9 memuat kompetensi dasar memahami sifat-sifat sudut yang terbentuk jika dua garis berpotongan atau dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain. Butir soal nomor 9 termasuk kategori C3 (aplikasi) dengan kata kerja operasional menghitung. Tingkat kesukarannya adalah 0,780 (mudah), sebanyak 78,0% peserta tes dapat menjawab soal tersebut dengan benar. Daya pembedanya 0,396 (cukup). Hal ini berarti bahwa peserta tes yang pintar cenderung menjawab benar soal ini dan peserta tes yang kurang pintar cenderung menjawab salah.

Butir soal nomor 10 memuat kompetensi dasar memahami sifat-sifat sudut yang terbentuk jika dua garis berpotongan atau dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain. Butir soal nomor 10 termasuk kategori C3 (aplikasi) dengan kata kerja operasional menggunakan. Tingkat kesukarannya adalah 0,690 (sedang), sebanyak 69,0% peserta tes dapat menjawab soal tersebut dengan benar. Daya pembedanya 0,150 (jelek). Hal ini berarti bahwa peserta tes yang pintar cenderung menjawab benar soal ini dan peserta tes yang kurang pintar cenderung menjawab salah. Soal ini tidak ada peringatan untuk mengecek kembali, karena besarnya nilai daya pembeda pada kunci jawaban (B) tetap lebih besar dari alternatif jawaban A, sehingga butir soal ini tetap bisa diterima dan baik untuk digunakan.

Butir soal nomor 11 memuat kompetensi dasar melukis sudut. Butir soal nomor 11 termasuk kategori C3 (aplikasi) dengan kata kerja operasional menghubungkan .Tingkat kesukaran soal ini adalah 0,290 (sukar), sebanyak 29,0% peserta tes menjawab soal tersebut dengan benar. Daya pembedanya 0,293 (cukup). Hal ini berarti bahwa peserta tes yang pintar (skor totalnya tinggi) cenderung menjawab benar soal ini dan peserta tes yang kurang pintar cenderung salah menjawab soal ini, butir soal nomor 11 ini sudah cukup baik dan dapat digunakan.

Butir soal nomor 12 memuat kompetensi dasar membagi sudut. Butir soal nomor 12 termasuk kategori C3 (aplikasi) dengan kata kerja operasional menghitung. Tingkat kesukaran soal ini adalah 0,160 (sukar), sebanyak 16,0% peserta tes dapat menjawab

(10)

26 www.jppm.hol.es

soal tersebut dengan benar. Daya pembedanya 0,212 (cukup). Hal ini berarti bahwa peserta tes yang pintar cenderung menjawab benar soal ini dan peserta tes yang kurang pintar cenderung menjawab salah soal ini. Karena alternatif jawaban D merupakan kunci, maka tanda positif ini menunjukkan bahwa kunci jawaban sudah berfungsi sebagaimana mestinya.

Kesimpulannya butir soal nomor 12 ini perlu ditinjau lagi dan sekiranya akan digunakan maka perlu direvisi. Oleh karena itu dari hasil analisis tampak adanya peringatan CHECK THE KEY D was specified, C works better yang menunjukkan bahwa kunci jawaban D kurang tepat dan alternatif jawaban C tampak berfungsi lebih baik. Oleh karena itu yang perlu dilakukan guna merevisi soal ini antara lain adalah periksa kembali kunci jawaban, apabila kunci jawaban ternyata salah lakukan kembali analisis soal, dan apabila ternyata kunci jawaban sudah benar maka kemungkinan kesalahan terletak pada kesalahan penguasaan konsep oleh peserta didik. Butir soal nomor 13 memuat kompetensi dasar memahami sifat-sifat sudut yang terbentuk jika dua garis berpotongan atau dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain. Butir soal nomor 13 termasuk kategori C3 (aplikasi) dengan kata kerja operasional menghubungkan. Tingkat kesukarannya adalah 0,860 (mudah), sebanyak 86,0% peserta tes dapat menjawab soal tersebut dengan benar. Daya pembedanya 0,397 (baik). Pada soal ini tidak ada peringatan untuk mengecek kembali, karena besarnya nilai daya pembeda pada kunci jawaban (D) tetap lebih besar dari alternatif jawaban C, sehingga butir soal ini tetap bisa diterima dan baik untuk digunakan.

Butir soal nomor 14 memuat kompetensi dasar menghitung keliling dan luas bangun segiriga dan segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. Butir soal nomor 14 termasuk kategori C4 (analisis) dengan kata kerja operasional memerinci. Tingkat kesukarannya adalah 0,580 (sedang), sebanyak 58,0% peserta tes dapat menjawab soal tersebut dengan benar. Daya pembedanya 0,670 (baik). Hal ini berarti bahwa peserta tes yang pintar cenderung menjawab benar soal ini dan peserta tes yang kurang pintar cenderung menjawab salah, butir soal nomor 14 ini sudah cukup baik dan dapat digunakan.

Butir soal nomor 15 memuat kompetensi dasar menghitung keliling dan luas bangun segiriga dan segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. Butir soa l nomor 15 termasuk kategori C4 (analisis) dengan kata kerja operasional memerinci. Tingkat kesukaran soal ini adalah 0,650 (sedang), sebanyak 65,0% peserta tes menjawab soal tersebut dengan benar. Daya pembedanya 0,626 (baik). Hal ini berarti bahwa peserta tes yang pintar (skor totalnya tinggi) cenderung menjawab benar soal ini dan peserta tes yang kurang pintar cenderung salah menjawab soal ini, butir soal nomor 15 ini sudah cukup baik dan dapat digunakan.

Butir soal nomor 16 memuat kompetensi dasar mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang. Butir soal nomor 16 termasuk kategori C2 (pemahaman) dengan kata kerja operasional membedakan. Tingkat kesukaran soal ini adalah 0,680 (sedang), sebanyak 68,0% peserta tes dapat menjawab soal tersebut dengan benar. Daya pembedanya 0,181 (jelek).

Kesimpulannya butir soal nomor 16 ini perlu ditinjau lagi dan sekiranya akan digunakan maka perlu direvisi. Oleh karena itu dari hasil analisis tampak adanya peringatan CHECK THE KEY B was specified, C works better yang menunjukkan bahwa kunci jawaban B kurang tepat dan alternatif jawaban C tampak berfungsi lebih baik. Oleh karena itu yang perlu dilakukan guna merevisi soal ini antara lain adalah periksa kembali kunci jawaban, apabila kunci jawaban ternyata salah lakukan kembali analisis soal, dan apabila ternyata kunci jawaban sudah benar maka kemungkinan kesalahan terletak pada kesalahan penguasaan konsep oleh peserta didik. Butir soal nomor 17 memuat kompetensi dasar menghitung keliling dan luas bangun segiriga dan segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. Butir soal nomor 17 termasuk kategori C3 (aplikasi) dengan kata kerja operasional menghitung. Tingkat kesukaran soal ini adalah 0,510 (sedang), sebanyak 51,0% peserta tes menjawab soal tersebut dengan benar. Daya pembedanya 0,340 (cukup). Hal ini berarti bahwa peserta tes yang pintar (skor totalnya tinggi) cenderung menjawab benar soal ini dan peserta tes yang kurang pintar cenderung salah

(11)

Harmawati Amrin, Busnawir 27 menjawab soal ini, butir soal nomor 17 ini sudah

cukup baik dan dapat digunakan.

Butir soal nomor 18 memuat kompetensi dasar melukis segitiga, garis tinggi, garis bagi, garis berat dan garis sumbu. Butir soal nomor 18 termasuk kategori C3 (aplikasi) dengan kata kerja operasional menggunakan. Tingkat kesukaran soal ini adalah 0,370 (sedang), sebanyak 37,0% peserta tes menjawab soal tersebut dengan benar. Daya pembedanya 0,404 (baik). Hal ini berarti bahwa peserta tes yang pintar (skor totalnya tinggi) cenderung menjawab benar soal ini dan peserta tes yang kurang pintar cenderung sa lah menjawab soal ini, butir soal nomor 18 ini sudah cukup baik dan dapat digunakan.

Butir soal nomor 19 memuat kompetensi dasar menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. Butir soal nomor 19 termasuk kategori C3 (aplikasi) dengan kata kerja operasional menghitung. Tingkat kesukaran soal ini adalah 0,810 (mudah), sebanyak 81,0% peserta tes menjawab soal tersebut dengan benar. Daya pembedanya 0,529 (baik). Hal ini berarti bahwa peserta tes yang pintar (skor totalnya tinggi) cenderung menjawab benar soal ini dan peserta tes yang kurang pintar cenderung salah menjawab soal ini, butir soal nomor 19 ini sudah cukup baik dan dapat digunakan

.

Butir soal nomor 20 memuat kompetensi dasar melukis segitiga, garis tinggi, garis bagi, garis berat dan garis sumbu. Butir soal nomor 20 termasuk kategori C3 (aplikasi) dengan kata kerja operasional menghitung. Tingkat kesukaran soal ini adalah 0,540 (sedang), sebanyak 54,0% peserta tes menjawab soal tersebut dengan benar. Daya pembedanya 0,404 (baik). Hal ini berarti bahwa peserta tes yang pintar (skor totalnya tinggi) cenderung menjawab benar soal ini dan peserta tes yang kurang pintar cenderung salah menjawab soal ini, butir soal nomor 20 ini sudah cukup baik dan dapat digunakan.

Simpulan dan Saran Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat kesukaran tes buatan guru mata pelajaran mate matika ke las VII semester genap SMP Negeri 8 Baubau tahun ajaran 2012/2013 berdasarkan hasil analisis didapatkan dari 20 butir soal diperoleh 7 butir soal (35%) tergolong mudah, 9 butir soal (45% ) tergolong sedang dan 4 butir soal (20%) tergolong sukar. Ha l ini menunjukkan tes buatan guru mata pela jaran mate mat ika ke las VII semester genap SMP Negeri 8 Baubau tahun ajaran 2012/2013 t idak me menuhi proporsi tingkat kesukaran yang diharapkan yakni 3 : 5 : 2.

2. Daya pembeda tes buatan guru mata pelajaran mate mat ika ke las VII semester genap SMP Negeri 8 Baubau tahun ajaran 2012/2013 menunjukkan bahwa daya pe mbeda butir soal tergolong baik, karena dari 20 butir soal terdapat 2 butir soal (10%) dengan kategori jele k, 9 butir soal (45%) dengan kategori cukup dan 9 butir soal (45%) berkategori baik. Ha l ini menunjukkan tes buatan guru mata pela jaran mate mat ika ke las VII semester genap SMP Negeri 8 Baubau tahun ajaran 2012/ 2013 layak digunakan sebagai alat ukur untuk me mbedakan ke ma mpuan siswa.

3. Keefe ktifan pengecoh tes buatan guru mata pelajaran mate matika ke las VII semester genap SMP Negeri 8 Baubau tahun ajaran 2012/2013 tergolong efektif ka rena dari 20 butir soal terdapat 14 butir soal (70%) me miliki distraktor yang efektif dan 6 butir soal (30%) yang distraktornya tidak efektif. Hal in i menunjukkan tes buatan guru mata pelaja ran mate matika kelas VII semester genap SMP Negeri 8 Baubau tahun ajaran 2012/2013 layak digunakan untuk mengukur ke ma mpuan siswa.

4. Re liab ilitas tes buatan guru mata pelajaran mate mat ika ke las VII semester genap SMP Negeri 8 Baubau tahun ajaran 2012/ 2013 adalah 0,721 yang tergolong tinggi. Hal ini menunjukkan tes buatan guru mata pela jaran mate mat ika ke las VII semester genap SMP Negeri 8 Baubau tahun ajaran 2012/ 2013 layak digunakan untuk mengukur ke ma mpuan siswa. 5. Kesalahan baku pengukuran tes buatan guru

mata pela jaran mate matika ke las VII se mester genap SMP Negeri 8 Baubau tahun ajaran 2012/2013 berdasarkan hasil analisis diperoleh nila i SEM sebesar 1,782 1,923. Hal ini mengindikasikan bahwa tes tersebut konsisten dan handal untuk digunakan untuk mengukur ke ma mpuan siswa.

6. Butir tes buatan guru mata pela jaran mate mat ika ke las VII semester genap SMP Negeri 8 Baubau tahun ajaran 2012/2013 tergolong valid berdasarkan hasil analisis diperoleh seluruh rXY ≥ 0,195.

(12)

28 www.jppm.hol.es

7. Deskripsi butir tes buatan guru mata pelajaran mate mat ika ke las VII semester genap SMP Negeri 8 Baubau tahun ajaran 2012/ 2013 dapat dikatakan sangat bervariasi, dimana penyebaran materi terdiri dari 3 ko mpetensi dan 37 indikator. Se lain itu, ditin jau dari Ta ksonomi Bloom terdapat 2 (10%) butir soal termasuk kategori C1 (mengenal), 5 (25%) butir soal termasuk kategori C2 (pe maha man), 10 (50%) butir soal termasuk kategori C3 (aplikasi), dan 3 (15%) butir soal termasuk kategori C4 (analisis).

8. Berdasarkan uraian di atas, secara umum dapat dikatakan bahwa kua litas tes buatan guru mata pelajaran mate matika ke las VII semester genap SMP Negeri 8 Baubau tahun ajaran 2012/2013 tergolong baik dan layak digunakan untuk mengukur ke ma mpuan siswa.

Saran

Berdasarkan hasil analisis butir soal dan kesimpulan diatas, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Ada pengecoh yang tidak berfungsi pada beberapa butir soal. Olehnya itu, perlu diadakan revisi distraktor pada butir soal yang tidak efektif agar dapat berfungsi efektif sehingga tes buatan guru mata pelajaran mate matika ke las VII semester genap SMP Negeri 8 Baubau tahun ajaran 2012/2013 dapat menunjukkan hasil pengukuran yang lebih ma ksima l dala m mengukur ke ma mpuan siswa.

2. Perlu diada kan penelitian sejenis yang berkelan jutan sehingga mutu pendidikan dapat terus dipantau dan dikendalikan, khususnya dala m bidang evaluasi yang me merlukan alat ukur yang berkualitas dalam proses pengukurannya.

Daftar Pustaka

Ahiri, J. (2007). Evaluasi Pembelajaran dalam

Konteks KTSP. Kendari: Unhalu Press.

Arikunto. S. (1997). Dasar-Dasar Evaluasi

Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Fernandez. H.J. (1984). Evaluasi Program

Pendidikan. Jakarta: Perencanaan Pendidikan Nasional, Evaluasi dan Pengembangan Kurikulum.

Sudijono. A. (1999). Pengantar Evaluasi

Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Sudjana, Nana. 1992. Penilaian Hasil Proses

Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Sukardi. M (2011). Evaluasi Pendidikan Prinsip

dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi

Aksara.

Sumiati dan Asra. (2008). Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.

Surapranata , Sumarna. (2004). Panduan

Penilaian Tes Tertu tlis Implemen-tasi Kurikulum 2004 . Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Sutomo. (1985). Teknik Penilaian Pendidikan. Surabaya: Bina Ilmu.

Thoha. M.C. (1994). Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo

Referensi

Dokumen terkait

Pada analisis bivariat dimana uji Chi-Square dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% terhadap 60 responden menunjukkan tidak ada hubungan antara kepatuhan

Ada nilai-nilai yang tidak bisa berubah sebagaimana nilai-nilai yang berada di masyarakat tradisional atau nilai-nilai yang merubah karena perubahan jaman seperti yang

Berarti kedua variabel bebas (tingkat penyaluran kredit dan tingkat kredit macet) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat (gross profit margin-GPM)

Yaacob Ibrahim melukiskan kemampuan adaptasi dan integrasi Muslim di tengah pluralitas Singapura sebagai berikut: “ komunitas Muslim Singapura selalu merasa sebagai

Penelitian ini bertujuan mengetahui, bentuk tindakanyang diambil oleh aparat kepolisian dalam proses penyidikan kasus kekerasan dalam rumah tangga, serta

Disk Jockey Pro IT Atau disebut dengan DJ Pro adalah salah satu perangkat duplikasidata yang sangat kuat dan juga dapat berfungsi untuk mendiagnosa produk.. Tableau

Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara Berat Badan Lahir, pemberian ASI Ekslusif, Pemberian MP-ASI dan Asupan Energi dengan kejadian stunting pada

Arun NGL yang meliputi partisipasi publik, bantuan modal UKM, bantuan kemitraan promosi produk, bantuan kemitraan bina lingkungan dan bantuan pendidikan dan