• Tidak ada hasil yang ditemukan

- 1 41'46" LS dan '52" '40" BT dan berada pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "- 1 41'46" LS dan '52" '40" BT dan berada pada"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

KEADAAN

U M U M

DAERAH PENELITIAN

Posisi Geografi

Kabupaten SawahluntoISijunjung secara geografis berada pada posisi antara 0°18'43"

-

1°41'46" LS dan 101°30'52"

-

101°37'40" BT dan berada pada ketinggian 11 8 s.d 1335 m dpl. Secara administrasi Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung berbatasan dengan:

1. Sebelah utara dengan Kabupaten Tanah Datar dan Kota Sawahlunto 2. Sebelah selatan dengan Kabupaten Dharmasraya

3. Sebelah timur dengan Kabupaten Kuantan Sengingi Propinsi Riau 4. Sebelah barat dengan Kabupaten Solok

Secara geologis Kabupaten SawahluntoISijunj~~ng terdiri dari dataran hingga berbukit diantara deretan Bukit Barisan dengan bahan induk batuan kapur (karst) yang memanjang dari arah barat laut sampai dengan arah tenggara wilayah Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung. Peta adminitrasi Kabupaten SawahluntoISijunjung disajikan pada Gambar 4.

Fisik Wilayah

Berdasar Undang-Undang Pemekaran Daerah yaitu Undang-Undang RI Nomor 38 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Solok Selatan dan Kabupaten Pasaman Barat di Provinsi Sumatera Barat, terhitung tanggal 7 Januari 2004, Kabupaten SawahluntoISijunjung resmi dimekarkan menjadi Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung dan Kabupaten Dharmasraya, yang memberi implikasi pada berbagai hal. Salah satunya adalah luas Kabupaten SawahluntoISijunjung, berkurang dari 6.091,93 ~ r n ' menjadi 3.130,40 ~ r n ' (BPS, 2006).

Pemekaran wilayah Kabupaten SawahluntoISijunjung menjadi dua bagian dengan Kabupaten Dharmasraya menimbulkan konsekuensi terhadap pendapatan daerah. Terbaginya luasan wilayah, menjadikan kurang lebih 70,8% dari total sebelumnya atau sekitar 128.476 ha lahan yang telah dibudidayakan berupa lahan

(2)
(3)

pemukiman dan lahan pertanian yang subur berada di bawah pemerintahan baru Kabupaten Dharmasraya, dan hanya 29,2% saja yang masih berada di Kabupaten SawahluntoISijunjung. Penggunaan iahan yang menjadi wilayah Kabupaten Dharmasraya antara lain adalah pemukiman sebesar 77%, sawah (42,7%), tegalanllahan kering (95%), perairan darat (96,4%) dan perkebunan (43,24%) dari luasan setiap penggunaan lahan sebelu~n pemekaran.

Wilayah Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung memiliki tingkat kemiringan lereng bervariasi antara 2-60 %. Kondisi topografi Kabupaten SawahluntoISijunjung bervariasi antara bukit, bergelombang dan dataran. Kemiringan tanah atau kelerengan tanah menggambarkan bentuk kedudukan tanah terhadap bidang datar yang dinyatakan dalam persen (%). Pembagian topografi (bentuk wilayah) di Kabupaten SawahluntoISijunjung berdasarkan kemiringan tanah yang ditetapkan oleh Bakosurtanal2003 dibagi kedalam 6 (enam) kelas yaitu:

a. Daerah tergolong datar dengan lereng 0

-

3% b. Daerah landai dengan lereng >3 - 8%

c. Daerah miring dengan lereng >8

-

15% d. Daerah agak terjal dengan lereng > I 5 -25% e. Daerah terjal dengan lereng >25

-

40% f. Daerah curam dengan lereng > 40%

Kabupaten SawahluntoISijunjung didominasi oleh pegunungan dengan kemiringan lereng >16%, yaitu seluas 187.003,8 ha atau 60,3% wilayah Kabupaten SawahluntoISijunjung dan tersebar di seluruh wilayah kabupaten. Jajaran perbukitan seluas 54.050,5 ha atau 17,4 % dari total luas wilayah. Wilayah yang memiliki fisiografi datar sampai berombak dengan kemiringan 0-8% hanya menempati area seluas 103.867,31 ha atau 3 3 3 % dari luas wilayah. Kemiringan 8-15% berada di sebagian besar wilayah Kecamatan Koto VII, Kupitan, Kamang Baru dan sedikit di wilayah IV Nagari yang berbatasan dengan wilayah kecamatan Lubuk Tarok, berupa dataran berbukit di atas endapan campuran. Kemiringan >40% berada hampir di seluruh wilayah. Tetapi kecamatan Sumpur Kudus dan sisi selatan Tanjung Gadang, IV Nagari dan Lubuk Tarok merupakan wilayah yang didominasi oleh pegunungan dengan kemiringan lereng > 40% dan dengan ketinggian lebih dari 300 m. Kawasan ini merupakan deretan Bukit Barisan dan oleh pemerintah telah ditetapkan sebagai kawasan lindung.

(4)

-

8ds1Klunaitn:Kota

-

- - -

B a , ~ , X ~ r ~ m , l s i i

0 - 1 Y. " 2119 10Ti<a 3 . 8 %

-

2 3 $ S b @ i H a

KOTA SAWAHLUNT

(5)

Ordo tanah yang berada di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung adalah Inceptisol, Ultisol dan Oxisol yang memiliki keterbatasan untuk pengembangan berbagai komoditas. Tanah-tanah Inceptisol yang tersebar memiliki pH tanah masam hingga sangat masam, penyebaran C organik dengan kedalaman tidak beraturan dan meningkat dengan kedalaman horison tanahnya, karena tanah berkembang dari bahan endapan aluvial sungai. Tanah belum matang dengan tekstur tanah liat berdebu (Suhardjo, 1989). Sub ordo tanah Inceptisol di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung adalah tanah Dystropept (tanah yang mulai berkembang, kurang subur karena kandungan basa rendah dan terdapat di daerah tropis), Tropaquept (tanah yang mulai berkembang, dengan drainase kurang baikltergenang dan terdapat di daerah tropik) dan Eutropept (tanah yang mulai berkembang, subur karena kandungan basa tinggi dan terdapat di daerah tropis) (Dhannawijaya, 1990).

Pada ordo Ultisol, sebaran sub ordo yang utama adalah Tropudult, dimana tanah ini telah berkembang lanjut, selalu lembabhumid yang berada di daerah tropik bersuhu panas. Tropudult tergolong tanah-tanah yang mempunyai horison argilik, kejenuhan basa total kurang dari 35% pada kedalaman

+

180 cm dan tidak mempunyai kelembaban aquik dan memiliki regim temperatur isomesic atau lebih panas (Suhardjo, 1989). Berikutnya adalah Paleudult, yaitu tanah yang telah mengalami perkembangan lanjut dan berumur tua, tanah selalu lembab humid. Jenis tanah ini tergolong tanah yang mempunyai horison argilik, kejenuhan basa total kurang dari 35% pada kedalaman 180 cm, tidak mempunyai kelembaban aquik.

Jenis tanah yang memiliki sebaran terluas berada hampir di seluruh wilayah Kabupaten, yaitu 179.636,8 ha atau 57,9% dari luas wilayah Kabupaten SawahluntoISijunjung adalah jenis tanah inceptisol dengan subordo Dystropept yang berasosiasi dengan sub ordo yang lain. Jenis tanah Ultisol memiliki luas sebaran kedua, yaitu 127.613,30 ha atau 41,2% dari total wilayah, dan sisanya dengan jenis tanah Oxisol. Sub ordo Dystropepts adalah sub ordo yang tersebar paling luas disebabkan oleh banyaknya sungai yang mengalir melalui wilayah Kabupaten SawahluntoISijunjung dengan ditandai adanya 3 DAS besar yaitu DAS Batang Palangki, DAS Batang Kuantan dan sebagian DAS Batang Hari menghasilkan endapan material sungai yang tebal dan relatif baru berkembang. Sub ordo

(6)

Tropaquept dan Paleudult adalah sebaran terluas kedua, tersebar di kecamatan Sijunjung, Tanjung Gadang, Koto VII, Sumpur Kudus dm Lubuk Tarok. Merniliki tekstur tanah yang halus sampai sedang dengan jenis batuan phyllite, granit, serpihan, alluvium dan pasir berbatu.

Dlainase.

Kondisi drainase di wilayah Kabupaten Sa\vahlunto/Sijunjung adalah baik bahkan cenderung cepat, sehingga di beberapa lokasi dengan kerniringan 25% memiliki potensi terjadinya erosi maupun tanah longsor.

Daer-ah Aliran Sungai (DAS).

Keadaan air suatu daerah aliran sungai dipengaruhi oleh berbagai unsur hidrologi antara lain dengan keberadaan sungai, danau, raw, curah hujan dan lain- lain. Kabupaten Sa~vahluntolSijunjung adalah salah satu Kabupaten yang memiliki banyak sungai diantaranya adalah Batang Palangki, Batang Kuantan, Batang Ombilin. Di \\tilayah Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung terdapat 2 DAS dominan, yaitu DAS Batang Palangki dan DAS Batang Kuantan serta sebagian wilayah DAS Batang Hari. Peta penyebaran aliran Sungai di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung disajikan pada Garnbar 6.

Potensi Sumber Daya Alam Potensi Lahan.

Wilayah Kabupaten Sa\vahlunto/Sijunjung seluas 313.040 km2 terdiri dari 8 kecamatan dengan 46 nagari dan 1 desa Memiliki morfologi lahan yang sangat beragam dan berpotensi luas untuk pengembangan pertanian. Sampai dengan tahun 2005 (BPS, 2006), milayah yang telah dimanfaatkan untuk pengembangan pertanian adalah seluas 72.254,8 ha, sedangkan potensi lahan yang ada mencapai 307.451,4 ha dan sekitar 235.196,6 ha belum dimanfaatkan. Berikut luasan setiap kecamatan dan potensi lahan pertanian setiap kecamatan di wilayah Kabupaten Sa\v&Iunto/Sijunjung:

(7)
(8)

Tabel 12 Jumlah nagari dan luasan wilayah kecamatan di Kabupaten SawahluntoISijunjung tahun 2005

Kecamatan Jumlah Nagari Luas wilayah (ha)

Kamang Baru 6 83.780 Tanjung Gadang 7 45.979 Sijunjung 9 74.800 Lubuk tarok 3 18.760 IV Nagari 5 9.630 Kupitan 3 +I (desa) 8.161 Koto VII 5 14.390 Sumpur Kudus 8 57.540 46 +I (desa) 313.040

Sumber : BPS Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung 2006 (diolah)

Tabel 13 Luas potensi lahan untuk pertanian di Kabupaten SawahluntoISijunjung tahun 2005 (ha)

Luas Belum No Kecamatan Potensi* Pemanfaatan** Dimanfaatkan***

1 Kalnang Barn 82.892 23.343 59.549 2 Tanjung Gadang 45.434 10.846 34.588 3 Sijunjung 73.324 6.437 66.887 4 LubukTarok 18.361 2.702 15.659 5 IVNagmi 9.345 4.864 4.481 6 Kupitan 7.762 5.615 2.147 7 Koto VII 13.574 8.290 5.284 8 Sumpur Kudus 56.757 10.156 46.600 307.45 1 72.254 235.196

Sumber : BPS Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung 2006 (diolah) Keterangan:

a.

*

= Potensi lahan meliputi wilayah hutan, lahan sawah, lahan kering, perkebunan,

kebun campuran, tanah terbuka dan semak.

b.

**

= Luas pemanfaatan meliputi lahan sawah, lahan kering, perkebunan dan

kebun campuran.

c.

***

= Luas yang belum dimanfaatkan adalah hutan, tanah terbuka dan semak. Potensi luas lahan di Kabupaten SawahluntoISijunjut~g yang dapat digunakan untuk pengembangan manggis adalah sebagai berikut:

(9)

Tabel 14 Potensi lahan untuk pengembangan manggis di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung tahun 2005 (ha)

No Kecamatan Potensi* Telah dimanfaatkan** Belum Dimanfaatkan

1 Kamang Baru 82,072.0 19,487.0 63,405.0 2 Tanjung Gadang 44,726.2 4,740.0 40,694.2 3 Sijunjung 69,966.3 1,720.0 71,604.8 4 LubukTarok 17,097.0 915.0 17,446.0 5 1VNagari 8,754.0 3,033.0 6,3 12.0 6 Kupitan 7,113.6 2,487.8 5,274.6 7 Koto VII 11.093.7 2.445.6 11.128.7

8 Sumpur Kudus 551202.7 6i530.0 50;227.7

296,025.5 41,358.4 266,093.0

Sumber : BPS Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung Tahun 2006 (diolah)

a.

*

= potensi adalah luas hutan, lahan kering, perkebunan, kebun campuran dan semak

b.

**

= telah dirnanfaatkan adalah luasan tanaman manggis yang telah ada.

IMim.

Iklim di sebagian besar wilayah Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung berdasarkan klasifikasi iklim Oldeman adalah wilayah dengan type iklim D l artinya terdapat bulan basah 3-4 bulan dan bulan kering kurang dari 2 bulan. Curah hujan rata-rata tahunan 182,17 mm per bulan atau 2.186,06 mm per tahun selama tahun 2002 s-d 2005 dan rata- rata hari hujan adalah 11,5 hari per bulan, dengan suhu antara 2I0s.d 33OC. Bulan basah adalah curah hujan bulanan lebih besar dari 200 mm dan bulan kering adalah curah hujan bulanan kurang dari 100 mm.

Potensi Sumber Daya Manusia

Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung sampai dengan tahun 2005 memiliki kepadatan penduduk yang relatif rendah, yaitu 39,61 jiwa per km2. Kepadatan penduduk dihitung dari jumlah penduduk dibandingkan dengan luas pemukiman. Jumlah penduduk yang telah berumur 15 tahun keatas (usia angkatan kerja) dari jumlah penduduk yang ada, adalah disajikan pada Tabel 15 berikut:

(10)

Tabel 15 Jumlah penduduk 15 tahun keatas menurut kecamatan

No Kecamatan Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja Jumlah

1 KamangBaru 21.023 4.503 25.526 2 Tanjung Gadang 11.321 3.324 14.645 3 Sijunjung 19.982 6.037 26.0 19 4 LubukTarok 6.806 1.975 8.781 5 IVNagari 6.065 1.949 8.014 6 Kupitan 5.601 2.285 7.886 7 Koto V I I 15.844 4.055 19.899 8 Sumpur Kudus 13.535 4.446 17.981 Jumlah 100.177 28.574 128.751

Sumber : BPS Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung 2006 (diolah)

Sektor pertanian lnasih memberikan kontribusi terbesar dalam memberikan mata pencaharian bagi penduduk di Kabupaten SawahluntoISijunjung, yaitu 71,19% dari jumlah penduduk angkatan kerja, b e k e j a di sektor pertanian. Tabel 16 menampilkan

pembagian jumlah penduduk usia kerja sesuai bidang kerjanya.

Tabel 16 Jumlah Penduduk 15 tahun ke atas menurut kecamatan dan bidang kerja tahun 2005

NO Lapangan Kerja Jenis Kelamin Jumlah YO

Laki-laki Perempuan 1 Pertanian 37.088 32.445 9.533 71,19 a. Tanaman Pangan b. Perkebunan c. Perikanan d. Petemakan e. Pertanian lainnya 2 Indushi Pengolahan 3 Perdagangan/hotel/restoran 4 Jasa-jasalservice

5 Transportasi & Komunikasi

6 Lainnya 2.517 2.969 5.486 5.62

JUMLAH 2005 54.078 43.593 - -.. 97~671 . .. . 100.00 - - - , - -

(11)

Berdasarkan data ini diketahui bahwa bidang pertanian memiliki peran besar dalam penyerapan dan penggunaan tenaga kerja di Kabupaten SawahluntoISijunjung. Sesuai dasar dari masyarakat yang pada umumnya adalah petani ini mempakan polensi besar dalam pengembangan pertanian, termasuk salah satunya pengembangan tanaman manggis.

Prasarana Penunjang

Kabupaten SawahluntolSijunjung adalah salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Barat yang masih kurang berkembang. Ha1 ini dibuktikan dengan lambatnya perkembangan kota dan lambatnya perkembangan lokasi pemukiman. Kota dalam ha1 ini adalah kota sebagai pusat perekonomian dan juga pusat pemerintahan. Perkembangan fasilitas umum yang sangat lambat adalah salah satu indikasi lambatnya perkembangan Kabupaten.

Terbatasnya jenis kendaraan yang dimiliki oleh masyarakat Sawahlunto/Sijunjung sangat terkait dengan prasana jalan yang ada. Sepeda motor adalah salah satu kendaraan yang dianggap masyarakat umum sebagai kendaraan yang paling efisien dengan harga terjangkau dalam mendukung usaha pertanian rakyat, karena lokasi kebun dan pemukiman belum didukung oleh prasarana jalan yang cukup memadai. Pada Tabel 17 disajikan data kondisi prasarana jalan di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung tahun 2005 sesuai data dari Dinas Perhubungan beserta BPS Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung.

Jalan Lintas Tengah Sumatera yang membelah wilayah Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung dan merupakan urat nadi transportasi di Pulau Sumatera umumnya dan Kabupaten SawahluntoISijunjung ke kota-kota lain, di tahun 2005 telah mengalami kerusakan. Kondisi jalan dalam keadaan sedang sampai dengan rusak ringan. Dari 105,91 km jalan nasionallnegara, hanya 37 km (34,9%) dalam keadaan sedang dan 68,91 km (65,1%) dalam kondisi rusak ringan. Tahun 2007 saat penelitian dilakukan, kondisi jalan lebih buruk, dan mengalami kerusakan yang agak berat di beberapa titik, seperti Muaro Batuk dan Muaro Bodi. Gambar 7 adalah contoh kondisi jalan Lintas Tengah Sumatera yang berada di wilayah kecamatan Tanjung Gadang.

(12)

Tabel 17 Panjang jalan, jenis permukaan dan kondisi jalan di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung tahun 2005 (km)

Kecamatan Status Jenis Permukaan Kondisi Jumlah

Rusak

Aspal Berbatu Kerikil Tanah baik Sedang Ringan Berat

Kamang Barn Tanjung Gadang Sijunjung Lubuk tarok IV nagari Kupitan Nasional Provinsi Kabupaten Nasional Provinsi Kabupaten Nasional Provinsi Kabupaten Nasional Provinsi Kabupaten Nasional Provinsi Kabupaten Nasional Provinsi Kabupaten

Koto VII Nasional 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Provinsi 24 0 0 0 0 24 0 0 24 Kabupaten 39.7 0 44.7 13.1 35.8 20.4 25.6 15.7 97.5 Sumpnr Kudus Nasional 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Provinsi 5 0 0 0 0 5 0 0 5 Kabupaten 41.6 0 62.3 32.5 46.1 10.2 35.6 44.5 136.4 Jumlah Nasional 105.91 0 0 0 0 37 68.91 0 105.91 Provinsi 50.2 0 0 0 0 40.7 9.5 0 50.2 Kabupaten 3 11.55 0 338.35 250.4 '45.55 179.2 240.25 235.3 900.3

(13)

Gambar 7 Jalal Lintas Tengah Sumatera (jalatl nasional) di Kecamatatl Tanjung Gadang dengan kondisi sedang s.d r u s h ringan.

Kondisi jalan propinsi yang hanya 50,2 !an juga pada kondisi yang sama. Jalan propinsi adalah jalan lama yang dibangun sebelum dibukanya jalan lintas tengah Sumatera, menghubungkatl antara Kabupaten Sat~~ahluntolSijunjung dengan Kabupaten 50 Kota, Tanah Datar dan Kota Sawalllunto. Dengan dibukanya jalan Lintas Tengah Sumatera, jalan propinsi tetap berhngsi dan mendukung sistem transportasi di wilayah Kabupaten Satvahlunto/Sijunjung, namun kondisi jalan sudah semakin rusak, terutama jalan yang berada di wilayah liecamatan Koto VII sepanja~g 24 km dan kecanatan

Kupitan sepanjang 6,7 Ian.

Jalan Kabupaten adalnh jalan-jalan jang menghubungkan antar kecamatan dan liecamatan dengan nagari-nagari. Jalan Kabupaten tahun 2005 sepanjang 900,3 km, dimana yang telah beraspal sepanjang 311:55 km (34,6%), tertutup kerikil sepanjang

335,35 lim (37,6%), tertutup tanah sepanjang 250,4

lim

(27,896). Kondisi jalan 27,3% dalam kondisi baik, 19,9% kondisi sedalg, 26,7 % dalan keadaan rusak ringan dan 26,1% dalam keadaan r u s k berat. Kondisi jalan kabupaten dernikian menyebabkan alises perekonolniatl banyak mengalami hambatan, karena bailyak pemukiman d m 1all1m pertanian ralcyat yang sangat tergantung dengan jalan kabupaten ini. Gan~bar 8 adalah contoh jalan kabupaten pada kondisi baik dan beraspal di Kecamatan Lubuk Tarok d m Gambar 9 adalah liondisi jalan yang memiliki pemukaan teriutup tanah dan dalam keadaan rusak di kecamatan Sijunjung.

(14)

Gillnbar 8 Jalan kabupaten yang menghubungkan Kecamatan Sijunjung dan Kecamatan Lubuk Tarok

Gambar 9 Kondisi jalan kabupalen di kecamaian Sijunjung? masih tertutup t'mah dan dalam keadaan rusak.

Selain prasarana jalan, prasarana lain yang sangat mendukung perkembangan suatu \dayah adalah pusat-pusat pemiagaan atau pasar. Pasar adalah tempat dimana pedagang dan pembeli berkumpul dan beriemu untuk melakukan suatu kegiatan jual beli. Pasar terdapat di seluruh kecamatan, namun tidali semua kecamatan memiliki kondisi yang memadai. Selain kondisi pasar, kegiatan pasar juga tidali setiap hari terjadi kegiatan jual beli, namun hmya satu kali dalam satu minggu, dimana di kenal dengan istilah "Hari Balai" Pemukiman penduduk dan lokasi pertanian yang menyebar menjadi salal~ satu pencelus munculnya pasar-pasar tingkat nagari. Di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung terdapat 8 pasar tingkat kecamatan dan 23 pasar nagari yang berperan dalam

(15)

~nenghidupkan kegiatan perekonomian di pelosok wilayah Kabupaten. Gambar 10 adalah peta lokasi pasar kecamatan setiap kecamatan dan 2 pasar nagari yang memiliki peran penting dalam menghidupkan perekonomian secara umum dan perdagangan manggis di Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung.

Sesuai infonnasi dari Gambar 10 peta lokasi pasar tersebut diketahui bahwa pasar berada pada akses-akses jalan, baik jalan Nasional (pasar Tanjung Gadang dan pasar Padang Sibusuk Kecamatan Kupitan), jalan Propinsi (pasar Tanjung Ampalu, Kecamatan Koto VII, dan pasar Sijunjung) maupun jalan Kabupaten (Pasar Kumanis Kecamatan Sumpur Kudus, Pasar Sei Tambang Kecamatan Kamang Baru, pasar Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari dan pasar Lubuk Tarok). Perkembangan pasar lebih mengarah ke bagian barat tengah wilayah Kabupaten SawahluntoISijunjung disebabkan topograti dataran sampai bergelombang memberikan dampak terhadap perkembangan pemukiinan dan wilayah perekonomian (pertanian dan perkebunan). Sementara itu di bagian wilayah lain cenderung memiliki topografi berbukit dengan kemiringan terjal (deretan Bukit Barisan), dengan jenis penggunaan lahan adalah hutan dan pertambangan batu bara, sehingga pemukiman tidak berkembang di wilayah ini.

(16)

Gambar

Gambar  4  Batas Adrninistrasi Kabupaten SawahluntoIS~u~~jung
Gambar  5  Kemiringan lereng wilayah Kabupaten Sa~rahlunto/Sijun,jung.  5
Tabel  13  Luas potensi lahan untuk pertanian  di Kabupaten  SawahluntoISijunjung tahun  2005  (ha)
Tabel  16  Jumlah Penduduk  15  tahun ke atas menurut kecamatan dan bidang kerja tahun  2005
+4

Referensi

Dokumen terkait

permohonan diajukan kepada Kepala SKPD atau Pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah SKPDKB atau SKPDKBT BPHTB sebagaimana

Dasar negara merupakan pembahasan pokok dalam sidang pertama ini. Ketua BPUPKI pada masa sidang ini meminta kepada seluruh anggota BPUPKI untuk memberi masukan, baik saran, usul

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa tidak adanya perbedaan bermakna pada pengukuran kadar kreatinin dan urea plasma, serta pengukuran diameter rata-rata glomerulus

Memilih dan mencari lokasi harus sesuai dengan naskah yang dibuat oleh penulis.Jika kita mengambil gambar di temapt umum biasanya.. izin terlebih dahulu maka hal tersebut

Compartment in BPJS APBN BPJS Pajak Pendapatan Negara bukan Pajak Non-PBI Mandiri Pelayanan. Primer:

Dalam pembuatan penghalang untuk stencil buffer, algoritma z-fail dan z-pass digunakan pada saat sudut pandang berada didalam shadow vol- umes dan terjadi interseksi dengan

1) industri pengolahan jambu mete yaitu pengupasan biji mete terdapat di Kecamatan Lainea, Laeya, Lalembuu, Basala, Tinanggea, Kolono, Ranomeeto dan Konda. 2)

Pencegahan dilakukan berdasar atas faktor resiko apa yang dapat menyebabkan jatuh seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit yang sedangdiderita, pengobatan yang..