Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 491
Perubahan pada Menara Masjid Sunan Ampel Surabaya Tahun
1870-2012
Arif Satya Wirawan(1), Bambang Setia Budi(2)
arifsaty aw iraw an@gmail.com
(1) Program Studi A rsitektur, Sekolah A rsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung. (2) A sisten Profesor, Kelompok Keahlian Sejarah Teori dan kritik A rsitektur, Program Studi Teknik A rsitektur, Institut Teknologi
Bandung.
Abstrak
Penyebaran agama Islam di Pulau Jawa yang dilakukan oleh Walisongo yang dimulai sekitar abad ke-15 M meninggalkan banyak artefak di pulau ini. Masjid Sunan Ampel merupakan salah satu dari peninggalan tersebut. Sejak didirikannya masjid tersebut hingga saat ini, terdapat perubahan-perubahan yang terjadi pada masjid khususnya pada bagian menara masjid. Tujuan pembuatan tulisan ini yaitu untuk membaca perubahan-perubahan yang terjadi pada menara Masjid Sunan Ampel. Pengamatan terhadap perubahan-perubahan tersebut dilakukan dengan cara mengamati rekaman berupa foto-foto masjid pada 3 periode yaitu tahun 1870-1900, 1910-1930, dan 2012. Dokumen tentang menara masjid menunjukkan perubahan pada menara terjadi secara bertahap, dimulai dari berubahnya atap kubah menjadi atap miring segi delapan, munculnya lisplang dengan detail yang cukup menarik, hingga dilakukannya penambahan selasar/balkon dan pintu -pintu kaca pada bagian kepala menara yang menyebabkan detail-detail pada menara tidak terlihat. Perubahan-perubahan tersebut, walau hanya terjadi pada bagian atas menara, ternyata mampu mengubah kesan yang ditimbulkan dari tampak menara masjid ini.
Kata-kunci : ampel, menara, masjid, Surabaya, walisongo
Pendahuluan
Perkembangan agama Islam di Indonesia diperkirakan telah dimulai sejak abad ke-15 M (Tajuddin, 2014). Walisongo merupakan tokoh-tokoh yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa pada masa tersebut. Para wali ini mendakwahkan agama di tempat -tempat yang berbeda di Pulau Jawa sepanjang tanah Pantura Jawa (Tajuddin, 2014). Salah satu tokoh yang termasuk ke dalam walisongo tersebut yaitu Raden Rahmat (Sunan Ampel) (Ashadi, 2012).
Sunan Ampel memulai dakwahnya di Surabaya tepatnya di daerah bernama Ampel Denta. Kemudian, pada tahun 1450 M didirikan Masjid Sunan Ampel di tempat tersebut tepatnya di Kelurahan Ampel, Kecamatan Simokerto, Kota Surabaya (Ashadi, 2012 dan Nasution, 2004). Karakter menara dari masjid ini cukup unik yaitu menembus atap dari bangunan masjid dengan dasar menara berada di dalam masjid. Berdasarkan pada beberapa dokumentasi pada tahun 1870 -2012, ditemukan beberapa perubahan yang terjadi pada menara masjid ini.
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui karakteristik menara Masjid Sunan Ampel pada beberapa periode antara 1870-2012 serta perubahan-perubahan yang telah terjadi pada menara tersebut.
A 492 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
Menara Masjid Sunan Ampel
Menara Masjid Sunan Ampel terletak pada sisi selatan dari Masjid Sunan Ampel. Menara ini memiliki bentuk silinder dengan dasar dari menara terletak di dalam masjid sehingga menara menembus atap dari bangunan masjid. Tinggi menara sekitar 24 m (80 kaki) (Veth, 1869). Bentuk bukaan menara berupa arkus yang terletak pada sisi-sisi menara dengan penempatan secara spiral mengelilingi menara dari bawah sampai atas, sesuai dengan tangga di bagian dalam menara. Pengamatan mengenai ciri-ciri yang terlihat pada menara Masjid Sunan Ampel di bawah ini dibagi ke dalam tiga periode yaitu tahun 1870-1900, 1910-1930, dan 2012.
Gambar 1. Foto menara Masjid Sunan Ampel tahun 2012 Sumber: Dokumentasi Mawan Sidarta
Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 493 a. Menara Masjid tahun 1870-1900
Pada periode ini, ciri yang paling jelas terlihat pada menara Masjid Sunan A mpel yaitu bagian puncaknya berbentuk kubah. Pada bagian bawah kubah, terdapat kolom-kolom yang tersusun secara melingkar sesuai bentuk menara (lihat gambar 2 di bawah).
Selain foto-foto lama Masjid Sunan Ampel, penulis juga menemukan foto lama dari dua buah masjid lain di Kota Surabaya dengan tahun pengambilan foto tahun 1904 dan 1930. Kedua masjid tersebut memiliki menara dengan karakteristik yang mirip dengan menara Masjid Sunan Ampel periode 1870 -1900 (lihat gambar 4 dan 5). Bahkan salah satu masjid tersebut memiliki menara yang juga menembus atap masjidnya, sama seperti menara Masjid Sunan Ampel.
Gambar 2. Foto permukiman masyarakat di sekitar Masjid Sunan Ampel yang memperlihatkan menara masjid dengan puncak berbentuk kubah. Foto diambil sekitar tahun 1870-1900. Sumber: collectie.wereldculturen.nl
Gambar 3. Foto permukiman masyarakat di sekitar Masjid Sunan Ampel yang memperlihatkan menara masjid dengan puncak berbentuk kubah. Foto diambil tahun 1898. Sumber: collectie.wereldculturen.nl
A 494 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 b. Menara Masjid tahun 1910-1930
Menara Masjid Sunan Ampel pada periode 1910-1930 mengalami perubahan pada puncak menara. Atap menara yang awalnya berbentuk kubah diubah menjadi atap berbentuk tajuk dengan 8 sisi dan berlapis dua yang meruncing di bagian puncaknya.
Pada bagian bawah kolom di bagian atas menara, terdapat detail berupa garis-garis vertikal dan garis horizontal yang melingkari menara, sedangkan pada bagian atas dari kolom terdapat garis-garis yang bersilangan. Detail ini sama dengan detail yang terlihat pada menara di distrik masyarakat Arab di Surabaya tahun 1904 (Gambar 4) dan mirip dengan detail pada menara masjid di Giri (Gambar 5). Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan besar detail-detail tersebut telah ada sejak atap menara masih berupa kubah yaitu pada periode 1870-1900.
Perubahan pada atap menara memunculkan detail baru di menara ini yaitu pada lisplang di tepi atap menara. Detail pada lisplang atap menara memiliki bentuk yang sama dengan lisplang pada tepi atap area wudhu masjid.
Gambar 4. Foto menara suatu bangunan di distrik masyarakat Arab yang berada di Surabaya tahun
1904. Sumber: media-kitlv.library.leiden.edu
Gambar 5. Foto menara suatu masjid di daerah Giri, Surabaya, yang dicetak pada kemasan cokelat tahun 1930. Sumber: media-kitlv.library.leiden.edu
Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 495
Gambar 8. Foto menara Masjid Sunan Ampel tahun 1930. Hingga tahun 1930, belum ada perubahan yang terlihat pada menara Masjid Sunan Ampel. Sumber: media-kitlv.library.leiden.edu
Gambar 6. Foto menara Masjid Sunan Ampel tahun 1910. Sumber: media-kitlv.library.leiden.edu
Gambar 7. Sketsa detail lisplang pada tepi atap menara tahun 1910-1930.
A 496 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 c. Menara Masjid tahun 2012
Perubahan yang terjadi pada menara Masjid Sunan Ampel pada tahun 2012 (Gambar 9) dibandingkan dengan tahun 1910-1930 yaitu ditambahkannya selasar yang melingkari bagian kepala menara. Penambahan selasar ini menyebabkan detail-detail yang berada di bawah kolom menjadi tidak terlihat. Perubahan lainnya yang terlihat pada periode ini yaitu kolom-kolom pada bagian atas menara sudah tidak terlihat lagi, tergantikan oleh pintu-pintu kaca yang membentuk segi delapan, sama dengan bentuk atap dari menara tersebut.
Dihilangkannya lisplang pada bagian tepi atap menara juga merupakan salah satu perubahan yang terjadi pada menara ini selain penambahan selasar dan pintu-pintu kaca pada bagian kepala menara.
Pelajaran
Pelajaran yang didapatkan dari dokumentasi menara Masjid Sunan Ampel sejak tahun 1870 hingga 2012 ini yaitu fakta bahwa telah terjadi perubahan yang cukup signifikan pada menara tersebut. Walaupun bagian badan menara tidak mengalami perubahan, perubahan pada bagian kepala menara menyebabkan menara ini terlihat dan menimbulkan kesan yang berbeda dibandingkan dengan tampilan menara ini pada tahun 1870-1900. Hal lain yang perlu ditekankan yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada menara ini berlangsung secara bertahap, mulai dari perubahan-perubahan atap kubah menjadi atap tajuk delapan sisi kemudian disusul dengan penambahan selasar dan pintu kaca pada bagian kepala menara. Hal tersebut menunjukkan pula kemungkinan adanya perbedaan waktu antara penambahan selasar dengan penambahan pintu-pintu kaca pada menara.
Gambar 9. Foto menara Masjid Sunan Ampel tahun 2012. Sumber: Dokumentasi Mawan Sidarta
Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 | A 497
Kesimpulan
Menara Masjid Sunan Ampel yang telah berumur sekitar 567 tahun telah mengalami perubahan-perubahan secara berkala pada bagian kepala menara tersebut, mulai dari perubahan-perubahan bentuk atap kubah menjadi atap tajuk delapan sisi, penambahan selasar dan pintu kaca serta dihilangkannya lisplang dari tepi atap. Perubahan-perubahan tersebut cukup mempengaruhi tampak menara sehingga tampak menara saat ini sangat berbeda dari tampak menara pada tahun 1870-1900. Penelitian terkait alasan-alasan dilakukannya perubahan-perubahan tersebut sangat mungkin untuk dilakukan sehingga pengetahuan yang didapat tidak hanya tentang perubahan -perubahan yang terjadi pada menara Masjid Sunan Ampel ini namun juga alasan yang membuat masyarakat melakukan perubahan-perubahan tersebut.
Kegiatan dokumentasi bangunan-bangunan bersejarah di Indonesia perlu untuk dilakukan dan dilanjutkan supaya jejak-jejak yang terjadi pada tiap waktunya dapat terekam dengan baik. Kegiatan tersebut juga dapat mendorong kita untuk berusaha melestarikan bangunan -bangunan bersejarah yang ada di Indonesia.
Daftar Pustaka
Ahmad, A.A. Zin, A.A.M. & Arbi, E. (2012). Wacana dan Teori Rekabentuk Menara Masjid di Nusantara. Jurnal At-Tamaddun, 7, 77-88. Retreived from
http://umepublication.um.edu.my/filebank/published_article/4747/04%20AizanAzizul.pdf
Ashadi. (2012). Perkembangan Arsitektur Mesjid Walisongo di Jawa: Perubahan Ruang dan Bentuk. Jurnal NALARs, 11, 143-160. Retreived from
Gambar 10. Sketsa perbandingan menara Masjid Sunan Ampel pada 3 periode yang berbeda. Sumber: Dokumentasi Pribadi
A 498 | Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017
https://jurnal.umj.ac.id/index.php?journal=nalars&page=article&op=view&path%5B%5D=587&path%5B%5D =548
Haris, T. (2010). Masjid-masjid di Dunia Melayu Nusantara. Suhuf, 3, 279-307. Retreived from http://jurnalsuhuf.kemenag.go.id/index.php/suhuf/article/download/74/72
Istiqomah, I. (2014). Prasasti Masjid Agung Sunan Ampel Surabaya: Studi tentang Kontak Peradaban antara Jawa, Arab, dan Barat dalam Kronologi. Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya. Retreived from
http://digilib.uinsby.ac.id/7834/
Nasution, I.P. (2004). Menara Masjid Kuna Indonesia Suatu Survei dan Studi Kepustakaan. WACANA, 6, 27-40. Retreived from
http://wacana.ui.ac.id/index.php/wjhi/article/view/346
Sumintardja, D. (2003). Makna Menara dalam Arsitektur Islam. Jurnal NALARs, 2, 1-11. Retreived from https://arsumj.files.wordpress.com/2012/07/djauhari1.pdf
Sutrisno, A.F. & Prijadi, R. (2013). Karakteristik Arsitektur Menara Masjid sebagai Simbol Islam dari Masa ke Masa. MEDIA MATRASAIN, 10, 10-19. Retreived from
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmm/article/view/4108
Tajuddin, Y. (2014). Walisongo dalam Strategi Komunikasi Dakwah. ADDIN Journal, 8, 367-390. Retreived from http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Addin/article/view/602/615
Veth, P.J. (1869). Aardrijkskundig en statistisch woordenboek van Nederlandsch Indië (p. 382). Amsterdam: P. N. Van Kampen.