• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKURASI ARAH KIBLAT MASJID AGUNG SUNAN AMPEL SURABAYA JAWA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AKURASI ARAH KIBLAT MASJID AGUNG SUNAN AMPEL SURABAYA JAWA TIMUR"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

AKURASI ARAH KIBLAT

MASJID AGUNG SUNAN AMPEL

SURABAYA JAWA TIMUR

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1)

dalam Ilmu Syari’ah

Oleh :

ACHMAD JAELANI

N I M : 72111054

KONSENTRASI ILMU FALAK

JURUSAN AL-AHWAL ASY-SYAKH SIYAH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

▸ Baca selengkapnya: arah timur perjalanan tujuan selatan

(2)
(3)
(4)

M O T T O

@è%

°!

ä-ÎŽô³pRùQ$#

Ü>Ì•øóyJø9$#ur

4

Artinya : Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan

barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang

dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus"

1

1

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur an Dan Terjemahannya, Bandung : CV Penerbit Diponegoro, 2007, cet. V, halm. 22.

(5)

PERSEMBAHAN

Saya persembahkan untuk :

Abahku H. Bayhaki, Ummiku H. Ummini/Umi Kalsum, Kakakku Ahmad Abdul Ghofar, Imam Syafi i, Abdul Wahid, Abdul

Rohman, Nur Hafid Mbakku Yu Waroh, Yu Satun Adikku Robiatur Rohmah,

Keponakanku Shohib Arisalah, Farid Risaldi, Husein, Adim dan

Kau Yang Selalu Menyemangatiku Adek Q

(6)

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 09 desember 2010 Deklarator

Achmad Jaelani NIM : 72111054

(7)

ABSTRAK

Masjid Agung Sunan Ampel adalah masjid kuno yang didirikan oleh Sunan Ampel dan penentu arah kiblatnya adalah Mbah Shonhaji. Arah kiblat masjid ini dijadikan rujukan bagi masyarakat Ampel dan sekitarnya ketika akan mendirikan masjid baru. Penulis mengambil judul akurasi arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel Surabaya Jawa Timur untuk mengetahui akurasi arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel dan respon masyarakat Ampel terhadap pengecekan ini. Penulis menggunakan metode penelitian lapangan (Field Research) untuk mengecek kembali arah kiblat masjid dan metode wawancara (interview) kepada masyarakat Ampel untuk mengetahui respon mereka terhadap pengecekan yang penulis lakukan.

Penulis melakukan pengecekan arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel dengan metode azimuth kiblat menggunakan data ephemeris dengan theodolit yang teruji keakurasiannya karena data-data diolah secara mekanik. Metode ini adalah metode yang digunakan Departemen Agama RI untuk melakukan pengecekan arah kiblat masjid-masjid yang ada di Indonesia. Penulis juga menggunakan posisi matahari di jalur Ka’bah / rashdul kiblat untuk mengecek hasil arah kiblat menggunakan metode azimuth kiblat. Hasil dari pengecekan arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel adalah kurang ke utara sebesar 00 12’ 28,94’’ untuk shaf asli dan shaf perluasan kurang ke utara sebesar 00 16’ 34,43’’ atau 2940 01’ 51’’ dari titik UTSB dengan kedua metode tersebut. Penulis wawancara dengan pengurus masjid Agung Sunan Ampel dan masyarakat Ampel, dan pengunjung mengenai respon mereka terhadap pengecekan yang telah penulis lakukan. Pengurus masjid dan masyarakat Ampel tidak ingin mengubah shaf shalat dengan alasan menghormati jasa dari Sunan Ampel sedangkan pengunjung merima dengan adanya perubahan shaf shalat.

Hasil pembahasan skripsi ini adalah arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel baik shaf asli dan shaf perluasan kurang dari 10 ke utara dan arah kiblat ini tergolong bagus untuk masjid-masjid kuno yang masih sederhana dalam menentukan arah kiblat. Hasil wawancara dengan pengurus dan masyarakat Ampel adalah mereka tidak ingin shaf shalat masjid Agung Sunan Ampel dirubah dengan alasan sebagai penghormatan atas jasa Sunan Ampel sedang pengujung menerima ketika adanya perubahan shaf shalat.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. penulis panjatkan atas segala limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Akurasi Arah Kiblat Masjid Agung

Sunan Ampel Surabaya Jawa Timur, dengan baik tanpa banyak menemui

kendala yang berarti.

Shalawat dan Salam Allah SWT. semoga selalu terlimpahkan dan senantiasa penulis sanjungkan kepada Khotamu Anbiya wal Mursalin Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat-sahabat, dan para pengikutnya yang telah membawa dan mengembangkan Islam hingga seperti sekarang ini.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah semata hasil dari “jerih payah” penulis secara pribadi. Akan tetapi semua itu terwujud berkat adanya usaha dan bantuan baik berupa moral maupun spiritual dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis tidak akan lupa untuk menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada :

1. Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang dan Pembantu-Pembantu Dekan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menulis skripsi tersebut dan memberikan fasilitas untuk belajar dari awal hingga akhir.

2. Drs. H. Muhyiddin, M.Ag., selaku Pembimbing I, atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan dengan sabar dan tulus ikhlas.

3. Drs. H. Slamet Hambali, selaku Pembimbing II yang selalu menjadi motivator, dan inspirator untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

4. Dosen Wali yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan memberikan ilmunya kepada penulis.

5. Kepala Jurusan dan Sekretaris Jurusan al-Ahwal asy-Syakhsiyah Konsetrasi Ilmu Falak, dosen-dosen dan karyawan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo atas segala didikan, bantuan dan kerjasamanya.

(9)

6. Kedua orang tua penulis beserta segenap keluarga, atas segala do’a, perhatian, dukungan, kelembutan dan curahan kasih sayang yang tidak dapat penulis ungkapkan dalam untaian kata-kata.

7. Keluarga Besar Pengurus Masjid Agung Sunan Ampel Surabaya yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian di masjid tersebut. 8. Terima kasih kepada PD Pontern Kementerian Agama RI yang telah

memberikan beasiswa dari awal sampai selesai perkuliahan.

9. Keluarga Besar Pondok Pesantren Daarun Najaah Jerakah Tugu Semarang, khususnya kepada KH. Sirojd Chudlori dan Ahmad Izzuddin, M.Ag, selaku pengasuh yang juga menjadi motivator dan inspirator penulis dan yang telah memberikan ilmu-ilmunya dan juga telah meminjamkan semua buku-buku falak yang penulis butuhkan serta atas bimbingan dan arahannya.

10. Keluarga Besar Pondok Pesantren Unggulan Amanatul Ummah, Siwalankerto Utara, Surabaya, khususnya kepada DR. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.Ag dan Hj. Alif Fadhilah, selaku pengasuh.

11. Keluarga besarku di Demak, Surabaya, Jawa Timur. 12. Bapak Baidowi beserta keluarga di Ampel, Surabaya.

13. “Adek Q”, Kau adalah inspirasiku meskipun Kau adalah penyemangat hati

gundah gulana.

14. Semua teman-teman di lingkungan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo, akhwan dan akhwat PSHT, Sahabat-Sahabat PMII, teman-teman di Pondok Pesantren DAARUN NAJAAH, Pondok Pesantren UNGGULAN AMANATUL UMMAH.

15. Temen falak seangkatan : Anifatul Kiftiyah (Sidoarjo, Jawa Timur), Anisah Budiwati (Garut, Jawa Barat), Ansorulloh (Lampung, Sumatra), Arrikah Imeldawati (Jakarta), Ayuk Khoirunnisak (Jepara, Jawa Tengah), Encep Abdul Rojak (Sukabumi, Jawa Tengah), Eni Nuraini Maryam (Bandung, Jawa Barat), Faqih Baidawi (Kalimantan), Hasanuddin (NTB), Hasnah Tuddar Putri (Aceh), Kitri Sulastri (Sumatra), Latifah (Kalimantan), M. Rifa’ Jamaludin Nasir (Cianjur, Jawa Barat), M. Syamsul Ma’arif (Demak, Jawa Barat), Mahya Laila (Padang), Maryani (Lampung), Miftahurrokhman H. (Sidoarjo,

(10)

Jawa Timur), Muhammad Mannan Ma’nawi (Solo, Jawa Tengah), Mukhsin Ari Wibowo (Ngawi, Jawa Timur), Musyaiyadah (Lamongan, Jawa Timur), Oki Yosi (Tegal, Jawa Tengah), Robi’atul Aslamiyah (Jember, Jawa Timur), Siti Mufarrohah (Banyuwangi, Jawa Timur), Siti Muslifah (Bondowoso, Jawa Timur), Siti Tatmainul Qulub (Jember, Jawa Timur), Sri Hidayati (Gresik, Jawa Timur), Takhrir Fauzi (Lampung), Wahyu Fitria (Situbondo, Jawa Timur), Yuyun Hudhoifah (Purwodadi, Jawa Tengah) terima kasih atas dorongan dan do’a kepada penulis selama melaksanakan studi di Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang dan nyantri bareng di Daarun Najaah.

Harapan dan do’a penulis semoga semua amal kebaikan dan jasa-jasa dari semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini diterima Allah SWT. serta mendapatkan balasan yang lebih baik dan berlipat ganda.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan yang disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharap saran dan kritik konstruktif dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat nyata bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Semarang, 09 Desember 2010 Penulis

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL . . . .. . . .. . . .i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING . . . .ii

HALAMAN PENGESAHAN . . . . . .iii

HALAMAN MOTTO . . . . . . ..iv

HALAMAN PERSEMBAHAN . . . .v

HALAMAN DEKLARASI . . . .vi

HALAMAN ABSTRAK . . . .vii

HALAMAN KATA PENGANTAR . . . . .viii

HALAMAN DAFTAR ISI . . . ix

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan .. . . .1

B. Pokok Permasalahan . . . .. . . 3

C. Tujuan Penelitian . . . 3

D. Telaah Pustaka . . . 3

E. Metode Penelitian . . . .. . . 9

F. Sistematika Penulisan . . . .. . . 11

BAB II : ARAH KIBLAT A. Pengertian Arah Kiblat . . . .. . . .. . . .13

B. Dasar Hukum Arah Kiblat . . . .. . . ...16

C. Sejarah Arah Kiblat . . . ...19

D. Pendapat Ulama’ Tentang Arah Kiblat...21

E. Macam-Macam Metode Arah Kiblat . .. . . . ...27

BAB III : AKURASI ARAH KIBLAT MASJID AGUNG SUNAN AMPEL A. Sejarah Masjid Agung Sunan Ampel . . . ..34

B. Akurasi Arah Kiblat Masjid Agung Sunan Ampel ...39

C. Respon Masyarakat Ampel Terhadap Pengecekan Arah Kiblat Masjid Agung Sunan Ampel...41

(12)

BAB IV : ANALISIS TERHADAP AKURASI ARAH KIBLAT MASJID AGUNG SUNAN AMPEL

A. Analisis akurasi Arah Kiblat masjid Agung Sunan Ampel...47 B. Analisis tanggapan Masyarakat Ampel terhadap Pengecekan Arah Kiblat masjid Agung Sunan Ampel...50

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan . . . ....57 B. Saran-saran . . . .. . . .58 C. Penutup . . . .. . . ..59 DAFTAR KEPUSTAKAAN LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Masjid Agung Sunan Ampel merupakan masjid bersejarah yang terletak satu komplek dengan makam Sunan Ampel. Arah kiblat masjid ini dilakukan oleh Mbah Shonhaji. Mbah Shonhaji adalah murid Sunan Ampel yang terkenal dengan keistimewaannya menentukan arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel dengan menunjuk jari tangannya ke arah barat, kemudian masyarakat Ampel melihat bangunan Ka’bah di tembok yang dilubangi oleh Mbah Shonhaji sebagai bukti arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel benar.2 Penulis mengambil judul skripsi akurasi arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel karena ingin mengecek kembali arah kiblat masjid Agung Sunan

Ampel. Masjid ini tergolong masjid kuno dan cara penentuan arah kiblatnya juga unik hanya dengan melubangi tembok. Tulisan Totok Roesmanto di kolom “KALANG” Suara Merdeka tanggal 1 Juni 2003 juga menjadi inspirasi penulis dalam mengambil tema dan isi dari tulisannya adalah :

“Keberadaan bangunan masjid di sebelah barat alun-alun menyebabkan

sumbu bangunannya sering dikaitkan dengan arah timur-barat. Bangunan masjid kuno di anggap menghadap ke timur.

Lajur-lajur shalat telah disesuaikan dengan arah kiblat sehingga tidak lagi tegak lurus pada sumbu bangunan. Sebenarnya, sumbu bangunan masjid juga tidak mengarah timur-barat.

Ada baiknya data beberapa masjid kuno di bawah ini di simak, Masjid Menara atau Masjidil Aqsa, Kudus, yang di bangun tahun 1549 memiliki sumbu bangunan bergeser 25 derajat ke arah utara dari sumbu bumi timur-barat.

2

Dachlan Abd. Qohar , Wali Songo (Terjemahan Dari Kitab Kanzul Ulum Ibnu

Bathuthoh) Sebagai Kenang Kenangan Haul Agung Sunan Ampel Ke 544, Surabaya : Panitia

(14)

Masjid Kotagede yang menempati lahan bekas Dalem Ki Ageng Pemanahan, 1550, bergeser 19 derajat. Masjid Mantingan di sebelah timur bangunan cungkup makam Ratu Kalinyamat, 1559, bergeser hampir 40 derajat.

Masjid Agung Jepara yang atap aslinya bersusun lima di bangun tahun 1700 bergeser 15 derajat, Masjid Tembayat, Klaten, 1700, bergeser 26 derajat, dan Masjid Agung Surakarta, 1757, bergeser 10 derajat .3

Sunan Ampel merupakan tokoh masyarakat penyebar agama Islam di daerah Ampel Surabaya. Masyarakat banyak berziarah di makam Sunan Ampel untuk mendo’akan agar mendapatkan berkah karena telah mendo’akan orang shaleh. Haul Agung Sunan Ampel pertama terjadi pada tahun 1972 dan diisi dengan acara pengajian khusus Muslimat, khataman al-qur’an dengan cara hafalan, ziarah diikuti oleh para ulama’ dan pejabat, pengajian umum, khitanan, dan hadrah. Kawasan makam Sunan Ampel tidak hanya menjadi tempat ziarah akan tetapi juga menjadi lembaga pengajaran bahasa arab sekolah tinggi ilmu tarbiyah dan ilmu al-qur’an.4

Penjelasan di atas menggambarkan masyarakat menghormati Sunan Ampel sebagai tokoh penyebar agama Islam di Jawa terutama di daerah Ampel, Surabaya dan penghomatan ini bukan hanya dilakukan oleh orang sekitar Ampel bahkan orang dan ulama’ dari berbagai berbagai penjuru Indonesia. Penulis ingin wawancara terhadap masyarakat Ampel untuk mengetahui respon mereka terhadap pengecekan arah kiblat yang dilakukan penulis.

3

Lihat Totok Roesmanto tentang “Kiblat dalam Kolom “KALANG Suara Merdeka, Minggu, tanggal 01 Juni 2003.

4

(15)

B. Pokok Permasalahan

Merujuk dari latar belakang permasalah yang telah dipaparkan di atas maka dapat dikemukakan pokok-pokok permasalahan yang akan penulis bahas dalam skripsi ini.

Pokok-pokok permasalahan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah akurasi arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel saat ini? 2. Bagaimanakah respon masyarakat Ampel terhadap pengecekan arah kiblat

masjid Agung Sunan Ampel saat ini?

C. Tujuan Penelitian

Dalam hal ini tujuan penelitian antara lain :

1. Untuk mengetahui akurasi arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel saat ini.

2. Untuk mengetahui respon masyarakat Ampel terhadap pengecekan arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel saat ini.

D. Telaah Pustaka

Penelusuran penulis belum menemukan tulisan secara spesifik dan mendetail membahas tentang arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel, namun demikian ada beberapa tulisan/penelitian yang berhubungan dengan masjid Agung Sunan Ampel dan tentang arah kiblat secara umum.

(16)

Di antara penelitian tersebut antara lain :

Skripsi Ismail Khudhori5 tahun 2005, S.I Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo, Semarang berjudul “Studi Tentang Pengecekan Arah Kiblat Masjid Agung Surakarta”, secara garis besar melakukan pengecekan arah kiblat masjid Agung Surakarta dengan metode azimuth kiblat dan metode rashdul kiblat karena dua metode ini dianggap sesuai dengan perkembangan ilmu teknologi. Skripsi ini tidak membahas bagaimana metode arah kiblat yang digunakan pada waktu itu.

Skripsi Iwan Kuswidi6 tahun 2003, S.I Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta berjudul “ Aplikasi Trigonometri dalam Penentuan Arah

Kiblat . Skripsi ini menjelaskan perhitungan arah kiblat dilakukan di atas muka

bumi yang berbentuk mendekati bola dengan menggunakan ilmu ukur segitiga bola. Rumus-rumus trigonometri tersebut kemudian diaplikasikan untuk menentukan arah kiblat.

Skripsi Erfan Widiantoro7 tahun 2008, S.I Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang yang berjudul Studi Analisis tentang Sistem Penentuan Arah Kiblat Masjid Besar Mataram Kotagede Yogyakarta . Penulis

menggunakan kajian historis dan secara garis besar menggambarkan poros timur

5

Ismail, Khudhori tahun 2005, Mahasiswa fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang sekarang menjadi Staf Ahli Hisab Rukyat di wilayah Jawa Tengah.

6

Iwan Kuswidi tahun 2003, S.I Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan skripsi berjudul “ Aplikasi Trigonometri dalam Penentuan Arah Kiblat . Skripsi ini menjelaskan tentang perhitungan arah kiblat dilakukan diatas muka bumi yang berbentuk mendekati bola menggunakan ilmu ukur segitiga bola yang kemudian rumus-rumus trigonometri tersebut diaplikasikan dalam menentukan arah kiblat.

7

Erfan Widiantoro , Mahasiswa fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang wisuda pada tahun 2008 dengan judul skripsi “ Studi Analisis Tentang Sistem Penentuan Arah Kiblat Masjid Besar Mataram Kotagede Yogyakarta ” dimana skripsi ini secara garis besar menitik pada metode atau sistem apa yang digunakan dalam menentukan arah kiblat Masjid Besar Mataram Kotagede, Yogyakarta, kemudian menganalisis arah kiblat sekarang ini, arah kiblat bagi masjid Kotagede dan seberapa besar tingkat keakurasian arah kiblatnya meskipun tidak terlepas dari perhitungan arah kiblat.

(17)

barat digunakan sebagai acuan dalam penentuan sumbu bangunan masjid Besar Mataram Kotagede. Bantuan bayang-bayang matahari sebagai acuan untuk menentukan arah kiblat masjid Besar Mataram Kotagede dan metode ini tergolong tradisional, kemudian perbaikan dengan menggunakan kompas dan busur. Penulis skripsi menggunakan metode azimuth kiblat dan metode rashdul kiblat serta menggunakan theodolite dengan bantuan matahari yang memiliki tingkat keakurasian jauh lebih tinggi, jika dibandingkan dengan menggunakan kompas yang memiliki tingkat akurasi rendah.

Tulisan Abdul Baqir Zain tentang Masjid-Masjid Bersejarah di

Indonesia menerangkan sejarah dan fungsi masjid-masjid bersejarah yang tersebar

di Indonesia tetapi tidak menyebutkan secara spesifik bagaimana sistem penentuan arah kiblatnya dan pengaruh sejarah tersbut dalam penentuan arah kiblat.8

Skripsi Hasna Tuddar Putri9 yang berjudul PERGULATAN MITOS DAN

SAINS DALAM PENENTUAN ARAH KIBLAT ( Studi Kasus Pelurusan Arah Kiblat Mesjid Agung Demak) yang membahas bagaimana fiqih kiblat yang

digunakan oleh masyarakat pengguna masjid Agung Demak dan bagaimana masyarakat menempatkan mitos dan sains dalam penentuan arah kiblat.

8

Abdul Baqir Zain, Masjid-Masjid Bersejarah Di Indonesia, Jakarta: Gema Insani Press, Cet. ke-1, 1999.

9

Hasna Tuddar Putri , Mahasiswa fakultas Syariah Prodi Ilmu Falak IAIN Walisongo Semarang wisuda pada tahun 2011 dengan judul skripsi “PERGULATAN MITOS DAN SAINS

DALAM PENENTUAN ARAH KIBLAT ( Studi Kasus Pelurusan Arah Kiblat Mesjid Agung Demak) .

(18)

Skripsi Siti Muslifah10 yang berjudul SEJARAH METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT MASJID AGUNG AT TAQWA BONDOWOSO JAWA TIMUR” membahas bagaimana sejarah metode penentuan arah kiblat

Masjid Agung At Taqwa Bondowoso dan bagaimana akurasi metode penentuan arah kiblat Masjid Agung At Taqwa Bondowoso dalam setiap pengukuran.

Penelitian verifikasi tentang arah kiblat masjid-masjid Agung Se Jawa Timur hasil penelitian yang dilakukan oleh Drs. H.Syamsul Arifin AR, Dosen

Fakultas Syari'ah Ponorogo IAIN SA. Penelitian ini lebih menekankan pada besaran deviasi arah kiblat di masjid-masjid Agung Jawa Timur dan kedudukan shalat menghadap kiblat dengan deviasi tertentu, dengan demikian akan lebih memantapkan ibadah shalat kita dan dapat memperbaiki sikap keberagamaan khususnya masyarakat di Jawa Timur11.

Penelitian Tim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap arah kiblat masjid dan musalla di kecamatan Ciputat untuk mengetahui sejauh mana tingkat akurasi arah kiblat masjid dan musalla yang berada di kecamatan Ciputat dan bagaimana pola masyarakat Ciputat dalam menentukan arah kiblat bagi masjid dan musala ketika awal pembangunannya.12

PRASASTI MASJID AGUNG SUNAN AMPEL SURABAYA (STUDI TENTANG KONTAK PERADABAN ANTARA JAWA, ARAB DAN BARAT DALAM KRONOLOGI) skripsi yang dibuat oleh Iva Istiqomah. Penelitian ini

10

Siti Muslifah , Mahasiswa fakultas Syariah Prodi Ilmu Falak IAIN Walisongo Semarang wisuda pada tahun 2011 dengan judul skripsi SEJARAH METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT

MASJID AGUNG AT TAQWA BONDOWOSO JAWA TIMUR”.

11

http://digilib.sunan-ampel.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptiain-gdl-res-1994-drshsyamsu-439, diambil pada 7/6/2010, pukul 11.48.

12

www.arah-kiblat-masjid-dan-musholla-di.html, diakses tanggal 2 Juni 2010 pukul 14.15 WIB

(19)

fokus pada prasasti masjid Agung Sunan Ampel Surabaya kontak peradaban antara Jawa, Arab dan Barat dalam kronologi13.

SUNAN AMPEL BERDARAH CINA. Hasil penelitian dosen Fakultas

Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya, Drs H Sjamsudduha penelitian sejak 1971 menyimpulkan bahwa Sunan Ampel yang merupakan guru para wali itu ternyata keturunan Cina14.

Tulisan di koran harian bangsa yang berjudul “Saat tepat meluruskan

kiblat masjid dan musalla yang di terbitkan pada hari kamis 16 juli 2009

pukul 13.39.00 menjelaskan tentang kebanyakan masjid-masjid kuno yang didirikan oleh para wali untuk menentukan arah kiblat menggunakan cara metode rashdul kiblat/posisi matahari dijalur Ka’bah/posisi matahari dijalur Ka’bah/posisi matahari dijalur Ka’bah. Peneliti utama Astronomi-Astrofisika

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Dr Thomas

Jamaluddin membenarkan menggunakan cara seperti itu dalam menentukan arah kiblat.15

Wali Songo yang di terjemahkan oleh K.H, Dachlan sebagai

kenang-kenangan haul agung Sunan Ampel ke 544 di Ampel, Surabaya berisikan sejarah walisongo dan menjelaskan tempat-tempat penting di Sunan Ampel.16

13

http://digilib.sunan-ampel.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptiain--ivaistiqom-8291, diambil pada 7/6/2010, pukul 13,31.

14

http://dharmoghandul.blogspot.com/2007/07/sunan-ampel-berdarah-cina.html, diambil pada7/06/2010, pukul 7.13.

15

http://www.harianbangsa.com/index.php?option=com_content&view=article&id=571:s aat-tepat-luruskan-kiblat-masjid-atau-musala-&catid=52:nasional&Itemid=87, di ambil pada 5 April 2010, pukul 13.13.

16

(20)

Buku-buku yang menguraikan tentang arah kiblat secara umum antara lain:

Fiqh Hisab Rukyah 17, Ilmu Falak Praktis18, Ilmu Falak (Teori dan

Praktik) 19, Ilmu Falak (Perjumpaan Khazanah Islam Dan Sains Modern)20,

Almanak Hisab Rukyah21, Ilmu Falaq 22, Sains Untuk Kesempurnaan Ibadah

17

Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyah ( menyatukan NU & Muhammadiyah), Jakarta : Erlangga, 2007, halm. 40. Menyatakan tidak adanya pertentangan dalam masalah pengukuran arah kiblat antara mazhab hisab (Muhammadiyah) dan mazhab rukyat (NU) sedangkan untuk acuan yang di gunakan dalam penentuan arah kiblat mazhab hisab dilambangkan dengan penggunaan ilmu ukur bola (spherical trigonometry) dan mazhab rukyat dilambangkan dengan memakai

bencet, miqyas, tongkat istiwa , rubu al-mujayyab, atau berpijakan kepada waktu matahari

kulminasi (tepat di atas) titik zenith Ka’bah (metode rashdul kiblat/posisi matahari dijalur Ka’bah/posisi matahari dijalur Ka’bah/posisi matahari dijalur Ka’bah).

18

Ahmad Izzuddin, Fiqh Hisab Rukyah (metode hisab-rukyah praktis dan solusi

permasalahannya), Semarang : Komulo Grafika, 2006, halm. 18-49. Pembahasan meliputi fiqih

arah kiblat (pengertian arah kiblat dengan memberikan pemaknaan untuk masalah arah yang benar dalam menghadap Ka’bah sehingga meyakinkan bagi orang yang shalat bahwa dirinya benar-benar menghadap kiblat dan tidak ada rasa kekhawatiran dalam menghadap kiblat karena merupakan kewajiban bagi seorang muslim ketika akan melaksanakan shalat, memberikan pendapat para ulama’ dalam arah kiblat serta mengulaskan kata kiblat yang berarti tempat shalat, dasar menghadap kiblat melalui sumber-sumber yang berasal dari al-Qur’an dan Hadits, sejarah kiblat mulai dari bentuk, stuktur bangunan sampai dengan masalah pihak-pihak dalam pembahasan sejarah kiblat ini), hisab praktis arah kiblat (hisab azimuth kiblat (Arah atau garis yang menunjukkan ke kiblat/Ka’bah) dengan data-data yang di perlukan sebagai berikut: lintang tempat, bujur tempat, lintang tempat kota Makkah dan bujur tempat kota Makkah dan hisab metode rashdul kiblat/posisi matahari dijalur Ka’bah/posisi matahari dijalur Ka’bah/posisi matahari dijalur Ka’bah (Waktu-waktu tertentu dimana arah bayang-bayang suatu benda adalah arah kiblat karena pada saat itu matahari tepat berada di atas Ka’bah dan 2 kali terjadi setiap tahunnya yaitu 27/28 mei dan 15/16 juli ).

19

Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak (Dalam Teori dan Praktik), Yogyakarta : Buana Pustaka, cet.I, 2004, halm. 49-80. Membahas tentang pengertian arah kiblat, dalil sya’i, dasar perhitungan arah kiblat, perhitungan arah kiblat, pengukuran arah kiblat dengan kompas dan sinar matahari, pengukuran arah kiblat dengan theodolit.

20

Susiknan Azhari, Ilmu Falak ((Perjumpaan Khazanah Islam Dan Sains Modern), Yogyakarta : Suara Muhammadiyah, 2007, halm. 39. Berisikan pendahuluan, kiblat (Ka’bah) dalam lintas sejarah, hisab arah kiblat antara teks dan konteks, posisi matahari di atas Ka’bah (rasdu al-kiblat), proses perhitungan arah kiblat, praktik pengukuran.

21

Badan Hisab & Rukyah Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, halm. 151. Membahas ilmu-ilmu ukur segitiga bola dalam menghitung posisi benda langit dan arah kiblat karya Badan Hisab & Rukyah Departemen Agama.

22

Maskufa, Ilmu Falaq, cet.I, Jakarta : Gaung Persada (GP Press), 2009, halm. 123-147. Membahas tentang pengertian arah kiblat, landasan normatif, sejarah kiblat, beberapa metode penentuan arah kiblat dan penentuan arah kiblat dalam praktek.

(21)

(penerapan sains dalam peribadatan) 23. Pengantar Ilmu Falak 24. Karya-karya dari para pakar falak tersebut memang tidak secara spesifik membahas tentang arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel, Surabaya namun demikian di dalamnya terdapat pembahasan arah kiblat yang merupakan bagian tak terpisahkan dari pembahasan skripsi ini.

E. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sebagai berikut : 1. Jenis Penelitian

Peneliti menggunakan jenis penelitian lapangan25 untuk meneliti akurasi arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel saat ini sebagai latar belakang dari judul skripsi yang akan dibahas. Metode azimuth kiblat dan metode rashdul kiblat/posisi matahari dijalur Ka’bah/posisi matahari dijalur Ka’bah/posisi matahari dijalur Ka’bah dengan data ephemeris26 dan theodolit digunakan untuk melakukan pengecekan terhadap arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel. Penelitian juga menggunakan wawancara untuk mengetahui respon

23

HM Dimsiki Hadi, Sains Untuk Kesempurnaan Ibadah (penarapan sains dalam

peribadatan), cet.I, Jogyakarta :Prima Pustaka, 2009, halm. 81-95. Membahas tentang: menentukan arah kiblat, saat matahari kulminasi di atas Makkah, saat bayangan searah pada sebarang hari, penentuan arah kiblat dengan rumus segitiga bola.

24

Tgk. M. Yusuf Harun, Pengantar Ilmmu Falak, cet.I, Banda Aceh :Yayasan Pena, 2008, halm. 67-71. Membahas tentang hisab arah kiblat dan rumusnya dan hisab baying-bayang kiblat dan rumusnya.

25

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Ed. I, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, Cet. 10, 1997, hlm. 22.

26

Merupakan buku pedoman hisab rukyat yang dibuat oleh REKTORAT URUSAN AGAMA ISLAM DAN PEMBINAAN SYARIAH DITJEN BIMBINGAN MASYARAKAT AMPEL DEPARTEMEN AGAMA RI. Perhitungan ini sama dengan buku falak yang dibuat oleh Muhyiddin Khazin yang berjudul Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktik cetakan I november 2004 salah satu jabatannya adalah instruktur pada berbagai pelatihan Hisab Rukyat baik Regional maupun Nasional bahkan pada tingkat MABIMS (Menteri Agama Brunai Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura).

(22)

masyarakat Ampel terhadap pengecekan arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel.

2. Sumber Data A. Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil pengecekan arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel saat ini untuk mengetahui akurasi arah kiblatnya dengan metode azimuth kiblat dan metode rashdul kiblat/posisi matahari dijalur Ka’bah. Wawancara juga dilakukan untuk mengetahui respon masyarakat Ampel terhadap pengecekan arah kiblat yang dilakukan oleh penulis.

B. Data Sekunder

Penulis mendapatkan data arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel dan respon masyarakat Ampel dengan mengkaji beberapa data yang berasal dari bahan-bahan kepustakaan: berupa ensiklopedi, buku-buku, artikel-artikel, karya ilmiah yang dimuat dalam media massa seperti majalah dan surat kabar, serta jurnal ilmiah maupun laporan – laporan hasil penelitian dan data-data yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga pemerintah.

3. Metode Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penulisan ini dengan observasi / pengamatan langsung27 untuk melakukan pengecekan arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel dengan metode azimuth kiblat diantara alat-alat yang digunakan antara lain: theodolit sebagai pengola data ephemeris secara mekanik dan diaplikasikan dalam menentukan arah kiblat, GPS sebagai alat

27

(23)

elektronik untuk mengetahui lintang dan bujur tempat, dan metode rashdul kiblat / posisi matahari dijalur Ka’bah. Penulis juga melakukan wawancara untuk mengetahui respon masyarakat Ampel dan pengurus masjid terhadap pengecekan arah kiblat yang penulis lakukan.

4. Metode Analisis Data

Data yang terkumpul kemudian dipelajari dan dilakukan analisis data. Dalam menganalisis data penulis menggunakan tehnik analisis verifikasi dengan cara menguji kembali arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel saat ini dengan metode metode azimuth kiblat diantara alat-alat yang digunakan antara lain: theodolit sebagai pengola data ephemeris secara mekanik dan diaplikasikan dalam menentukan arah kiblat, GPS sebagai alat elektronik untuk mengetahui lintang dan bujur tempat, dan metode rashdul kiblat / posisi matahari dijalur Ka’bah. Tehnik analisis semacam ini disebut juga analisis kualitatif. 28 Metode wawancara juga digunakan untuk mengetahui respon masyarakat Ampel dengan pengecekan arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel saat ini.

F. Sistematika Penulisan

Secara garis besar penulisan skripsi ini terdiri dari 5 bab, dimana dalam setiap bab terdapat sub-sub bab permasalahan yaitu :

28

Analisis kualitatif pada dasarnya mempergunakan pemikiran logis, analisis dengan logika, induksi, deduksi, analogi, komparasi dan sejenisnya. Lihat Tatang M. Amirin, Menyusun

(24)

BAB I : Pendahuluan.

Bab ini memuat latar belakang permasalahan, pokok permasalahan, tujuan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Arah Kiblat.

Dalam bab ini memuat pengertian arah kiblat, dasar hukum arah kiblat, sejarah arah kiblat, pendapat ulama’ tentang arah kiblat dan macam-macam metode arah kiblat.

BAB III : Akurasi Arah Kiblat Masjid Agung Sunan Ampel

Dalam bab ini mencakup sejarah masjid Agung Sunan Ampel, akurasi arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel, respon masyarakat Ampel terhadap pengecekan arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel.

BAB IV : Analisis Terhadap Akurasi Arah Kiblat Masjid Agung Sunan Ampel

Dalam bab ini analisis dilakukan dengan menganalisis tentang bagaimana akurasi arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel dan bagaimana respon Masyarakat Ampel terhadap pengecekan arah kiblat masjid Agung Sunan Ampel.

BAB V : Penutup

(25)

BAB II ARAH KIBLAT

A. Pengertian Arah Kiblat

1. Pengertian Arah Kiblat Menurut Bahasa

Umat Muslim wajib menghadap ke kiblat (Ka’bah) ketika melakukan shalat. Kamus Munjid mengartikan kiblat adalah menghadap ke Ka’bah berasal dari

-

-

.

29 Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan kiblat adalah arah ke Ka’bah di Makkah.30 Kiblat dalam Al-Qur’an memiliki 2 pemaknaan yaitu arah dan tempat.

A. Kiblat Berarti Arah

Arah disini dijelaskan dalam firman Allah surat Al-Baqarah ayat 144 :

*

ãAqà)u‹y™

âä!$ygxÿ•¡9$#

z`ÏB

Ĩ$¨Z9$#

$tB

öNßg9©9ur

`tã

ãNÍkÉJn=ö6Ï%

ÓÉL©9$#

(#qçR%x.

$ygø‹n=tæ

4

@è%

°!

ä-ÎŽô³pRùQ$#

Ü>Ì•øóyJø9$#ur

4

“ωöku‰

`tB

âä!$t±o„

4’n<Î)

:ÞºuŽÅÀ

5OŠÉ)tGó¡•B

ÇÊÍËÈ

Artinya : Orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka Telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus" Al-Baqarah : 142).31

29

Louis Ma’luf, al-Munjid fil Lughah wal Alam, Beirut : Darul Masyriq, 1986, hlm. 606-607.

30

Dendy Sugono, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Media, 2008, edisi IV, halm. 695.

31

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur an Dan Terjemahannya, Bandung : CV Penerbit Diponegoro, 2007, cet. V, halm. 22.

(26)

Ayat lain yang mengartikan kiblat sebagai arah tercantum dalam surat al-baqarah ayat : 143, 144, dan 145.

y7Ï9ºx‹x.ur

öNä3»oYù=yèy_

Zp¨Bé&

$VÜy™ur

(#qçRqà6tGÏj9

uä!#y‰pkà-’n?tã

Ĩ$¨Y9$#

tbqä3tƒur

ãAqß™§•9$#

öNä3ø‹n=tæ

#Y‰‹Îgx©

3

$tBur

$oYù=yèy_

s's#ö7É)ø9$#

ÓÉL©9$#

|MZä.

!$pköŽn=tæ

žwÎ)

zNn=÷èuZÏ9

`tB

ßìÎ6®Ktƒ

tAqß™§•9$#

`£JÏB

Ü=Î=s)Ztƒ

4’n?tã

Ïmø‹t7É)tã

4

bÎ)ur

ôMtR%x.

¸ouŽ•Î7s3s9

žwÎ)

’n?tã

tûïÏ%©!$#

“y‰yd

ª!$#

3

$tBur

tb%x.

ª!$#

yì‹ÅÒã‹Ï9

öNä3oY»yJƒÎ)

4

žcÎ)

©!$#

Ĩ$¨Y9$$Î/

Ô$râät•s9

ÒOŠÏm§‘

ÇÊÍÌÈ

ô‰s%

3“t•tR

|=•=s)s?

y7Îgô_ur

’Îû

Ïä!$yJ¡¡9$#

(

y7¨YuŠÏj9uqãYn=sù

\'s#ö7Ï%

$yg9|Êö•s?

4

ÉeAuqsù

y7ygô_ur

t•ôÜx©

ωÉfó¡yJø9$#

ÏQ#t•ysø9$#

4

ß]øŠymur

$tB

óOçFZä.

(#q—9uqsù

öNä3ydqã_ãr

¼çnt•ôÜx©

3

¨bÎ)ur

tûïÏ%©!$#

(#qè?ré&

|=»tGÅ3ø9$#

tbqßJn=÷èu‹s9

çm¯Rr&

‘,ysø9$#

`ÏB

öNÎgÎn/§‘

3

$tBur

ª!$#

@@Ïÿ»tóÎ/

$£Jtã

tbqè=yJ÷ètƒ

ÇÊÍÍÈ

÷ûÈõs9ur

|MøŠs?r&

tûïÏ%©!$#

(#qè?ré&

|=»tGÅ3ø9$#

Èe@ä3Î/

7ptƒ#uä

$¨B

(#qãèÎ7s?

y7tFn=ö7Ï%

4

!$tBur

|MRr&

8ìÎ/$tFÎ/

öNåktJn=ö6Ï%

4

$tBur

OßgàÒ÷èt/

8ìÎ/$tFÎ/

s's#ö6Ï%

<Ù÷èt/

4

ÈûÈõs9ur

|M÷èt7¨?$#

Nèduä!#uq÷dr&

.`ÏiB

ω÷èt/

$tB

x8uä!$y_

šÆÏB

ÄNù=Ïèø9$#

š•¨RÎ)

#]ŒÎ)

z`ÏJ©9

šúüÏJÎ=»©à9$#

ÇÊÍÎÈ

Artinya : Dan demikian (pula) kami Telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. dan kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang Telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia(143). Sungguh kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, Maka sungguh kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab

(27)

(Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan(144). Dan Sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil), semua ayat (keterangan), mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamupun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebahagian merekapun tidak akan mengikuti kiblat sebahagian yang lain. dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, Sesungguhnya kamu -kalau begitu-termasuk golongan orang-orang yang zalim (al-baqarah : 143-145).32

B. Kiblat Berarti Tempat

!$uZø‹ym÷rr&ur

4’n<Î)

4Óy›qãB

Ïm‹Åzr&ur

br&

#uä§qt7s?

$yJä3ÏBöqs)Ï9

uŽóÇÏJÎ/

$Y?qã‹ç/

(#qè=yèô_$#ur

öNà6s?qã‹ç/

\'s#ö6Ï%

(#qßJŠÏ%r&ur

no4qn=¢Á9$#

3

ÎŽÅe³o0ur

šúüÏZÏB÷sßJø9$#

ÇÑÐÈ

Artinya : Dan kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya:

"Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu tempat shalat dan Dirikanlah olehmu sembahyang serta gembirakanlah orang-orang yang beriman" (yunus : 87).33

Rumah disini tidak diartikan dengan rumah yang berarti tempat tinggal akan tetapi kiblat sebagai tempat melakukan ibadah kepada Allah.34

2. Pengertian Arah Kiblat Menurut Istilah

Fachruddin dalam Ensiklopedia Al-Qur’an menjelaskan kiblat adalah satu arah yang dituju oleh kaum Muslimin dimanapun mereka berada ketika mengerjakan shalat fardu atau sunat. Kiblat yang dituju kaum

32

Ibid.

33

Ibid., halm. 218.

34

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jakarta : Lentera Hati, 2002, cet. I, vol. VI, halm. 142.

(28)

Muslimin adalah Ka’bah terletak di tengah-tengah Masjidil Haram di kota Mekkah yang dibangun oleh nabi Ibrahim dan Ismail.35

Slamet Hambali dosen falak IAIN Walisongo, Semarang mengartikan arah kiblat adalah arah terdekat menuju Ka’bah yang melewati lingkaran besar (great circle) bumi. Lingkaran arah kiblat adalah lingkaran besar bola bumi yang melewati kiblat/lingkaran besar bola bumi yang melewati sumbu kiblat (sumbu yang menghubungkan titik pusat Ka’bah dengan titik kebalikan dari Ka’bah).36

B. Dasar Hukum Arah Kiblat

1. Dasar Hukum al-Qur’an

ô‰s%

3“t•tR

|=•=s)s?

y7Îgô_ur

’Îû

Ïä!$yJ¡¡9$#

(

y7¨YuŠÏj9uqãYn=sù

\'s#ö7Ï%

$yg9|Êö•s?

4

ÉeAuqsù

y7ygô_ur

t•ôÜx©

ωÉfó¡yJø9$#

ÏQ#t•ysø9$#

4

ß]øŠymur

$tB

óOçFZä.

(#q—9uqsù

öNä3ydqã_ãr

¼çnt•ôÜx©

3

¨bÎ)ur

tûïÏ%©!$#

(#qè?ré&

|=»tGÅ3ø9$#

tbqßJn=÷èu‹s9

çm¯Rr&

‘,ysø9$#

`ÏB

öNÎgÎn/§‘

3

$tBur

ª!$#

@@Ïÿ»tóÎ/

$£Jtã

tbqè=yJ÷ètƒ

ÇÊÍÍÈ

Artinya : Sungguh kami (sering) melihat mukamu menengadah ke

langit, Maka sungguh kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan (al-baqarah : 144).37

35

Fachruddin Hs., Ensiklopedia Al-Qur an, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1992, jilid I, cet. I, halm. 608-609.

36

Slamet Hambali, Op. Cit.

37

(29)

Ayat ini memerintahkan umat Muslim untuk menghadap Ka’bah secara tepat ketika melakukan shalat baik yang melihat langsung maupun tidak langsung.38

ô`ÏBur

ß]ø‹ym

|Mô_t•yz

ÉeAuqsù

y7ygô_ur

t•ôÜx©

ωÉfó¡yJø9$#

ÏQ#t•ysø9$#

4

ß]øŠymur

$tB

óOçFZä.

(#q—9uqsù

öNà6ydqã_ãr

¼çnt•ôÜx©

žxy¥Ï9

tbqä3tƒ

Ĩ$¨Y=Ï9

öNä3ø‹n=tæ

îp¤fãm

žwÎ)

šúïÏ%©!$#

(#qßJn=sß

öNåk÷]ÏB

Ÿxsù

öNèdöqt±øƒrB

’ÎTöqt±÷z$#ur

§NÏ?T{ur

ÓÉLyJ÷èÏR

ö/ä3ø‹n=tæ

öNä3¯=yès9ur

tbr߉tGöhs?

ÇÊÎÉÈ

Artinya : Dan dari mana saja kamu (keluar), Maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu (sekalian) berada, Maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku (saja). dan agar kepada-Ku-sempurnakan nikmat-kepada-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk (al-baqarah : 150).39

2. Dasar Hukum Al-hadits

a. Kewajiban Menghadap Kiblat Ketika Shalat

:

" :

.

Artinya : dari Abu Hurairah dalam suatu hadits yang akan disebut

nanti- ia berkata : telah bersabda Nabi saw. : apabila kamu berdiri hendak shalat, maka sempurnakanlah wudlu , lalu menghadaplah ke kiblat lalu bertakbirlah

:

-38

Abdul Halim Hasan, Tafsir Al-Ahkam, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006, cet. I, edisi I, halm. 18.

39

Ibid., halm. 23.

40

(30)

.

Artinya : dan dari Ibnu Umar, ia berkata : ketika orang-orang

berada di Quba waktu shalat shubuh- tiba-tiba ada seseorang datang kepada mereka, lalu ia berkata : sesungguhnya Nabi saw. Pada malam hari ini telah diturunkan kepadanya ayat Al-Qur an, dan sesungguh ia diperintah untuk menghadap kiblat, oleh karena itu menghadaplah ke kiblat, sedang muka-muka mereka waktu itu menghadap ke Syam, kemudian mereka memutar ke jurusan Ka bah.

.

"

"

:

.

Artinya : dan dari Anas, sesungguhnya Rasulullah saw. Pernah

shalat menghadap ke jurusan Baitul Maqdis, lalu turunlah ayat : sungguh kami mengetahui berbolak-baliknya mukamu ke langit, oleh karena itu-sekarang-kami memalingkan kamu ke satu kiblat yang pasti kamu rela, maka hadapkanlah mukamu ke jurusan Masjidil Haram . Kemudian seorang laki-laki dari Bani Salamah berjalan sedang mereka semua dalam keadaan ruku dalam shalat shubuh- dan mereka shalat satu rakaat. Lalu ia menyeru : ketahuilah, sesungguhnya kiblat telah dipindahkan. Lalu mereka berpaling sebagaimana keadaan mereka ke jurusan kiblat.

Hadits-hadits di atas menunjukkan kewajiban bagi seluruh umat Muslim untuk menghadap kiblat (Ka’bah) dan menjadi ijma’ seluruh umat Muslim kecuali dalam keadaan tidak mampu seperti dalam peperangan, ketakutan dan lain sebagainya.43

41

Hadits riwayat Bukhari, Muslim, dan Ahmad no. 828.

42

Hadits riwayat Muslim, Ahmad, dan Abu Dawud no. 829.

43

Mu’ammal Hamidy, Imron AM, Umar Fanany BA., Terjemahan Nailul Authar

(31)

b. Menghadap Arah Ka’bah

:

.

Artinya : dari Abu Hurairah, sesungguhnya Nabi saw. Telah

bersabda : arah antara timur dan barat adalah kiblat

"

"

Artinya : dan sabda Nabi saw. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh

Abu Ayyub : tetapi menghadaplah ke timur dan barat ini menguatkan di atas.

,

Artinya : Baitullah adalah kiblatnya orang yang berada di Masjidil

Haram, sedang Masjidil Haram adalah kiblat bagi penduduk Makkah, dan Makkah adalah kiblat bagi penduduk dunia dari ummatku di barat dan di timur.

Hadits-hadits di atas menganjurkan untuk berkiblat ke arah bendanya bagi orang yang tidak dapat melihat langsung ke Ka’bah.47

C. Sejarah Arah Kiblat

Hadits- hadits kiblat shalat dari Al Qudus ke Ka’bah :

.

.

-44

Hadits riwayat Ibnu Majah dan Tirmidzi mengesahkannya no. 830.

45

Hadits no. 831, Ibid.

46

Al Baihaqi meriwayatkan dari Ibnu Abbas.

47

(32)

.

.

-Artinya : Al Barra Ibn Azib ra. Berkata : Rasulullah saw. Bershalat

ke arah Baitul Maqdis selama 16 bulan atau 17 bulan. Rasulullah sangat ingin diperintahkan menghadap ke Ka bah, karena itu Allah menurunkan firman : qad nara...sungguh kami telah melihat muak engkau ke arah langit. Nabi pun menghadap ke arah Ka bah. Dan berkatalah orang-orang yang kuat akalnya di antara manusia, yakni orang-orang-orang-orang Yahudi : apakah yang memalingkan mereka dari kiblat yang telah mereka hadapi? Katakanlah kepunyaan Allah timur dan barat, Allah menunjuki siapa yang dia kehendaki kepada jalan yang lurus. Maka seorang laki-laki bershalat bersama Nabi kemudian dia keluar setelah shalat kemudian dia melewati kaum Anshar yang sedang shalat ashar dengan menghadap ke arah Baitul Maqdis, maka orang itu berkata sambil bersumpah bahwasannya dia telah shalat bersama Rasulullah ke arah Ka bah, karenanya orang-orang itu shalat menghadap Ka bah.

Artinya : kami telah bershalat dengan Nabi saw. Ke arah Baitul Maqdis selama 16 bulan atau 17 bulan kemudian dipalingkan ke arah kiblat (Ka bah) .

:

,

48

Hadits Al Bukhari 8 : 31, Muslim : 5 : 2, Al Lu’lu-u Wal Marjan 1 : 116 no. 303.

49

Hadits no. 304 Al Bukhari 65 : 18, Ibid.

50

(33)

Artinya : sebagian orang-orang Quba berada di masjid Quba dalam shalat shubuh, tiba-tiba datanglah seorang pendatang lalu berkata : sesungguhnya pada malam hari ini turunlah aayt Al Qur an dan diperintahkan untuk menghadap ke Ka bah maka hadaplah ke arah itu, dan ketika itu muka-muka mereka menghadap ke Syam, oleh karena itu mereka memutar menghadap ke arah Ka bah.

Allah memerintahkan kepada nabi Muhammad untuk menghadap ke Baitul Maqdis selama 16 atau 17 bulan setelah hijrah ke Madinah, kemudian memerintahkan mengubah kiblat ke Ka’bah karena seringnya nabi Muhammad menghadapkan wajahnya ke langit dan berharap kiblat kembali ke Ka’bah. Abbas bin Bisyir atau Abbas bin Nahid adalah seseorang laki-laki yang telah berjamaah shalat dhuhur dengan nabi Muhammad kemudian berniat untuk pulang ke kampungnya. Dia melihat dalam perjalanannya kaum Anshar yang sedang shalat ashar, kemudian dia mengatakan kepada kaum Anshar tersebut bahwasannya nabi Muhammad telah menghadap ke Ka’bah ketika shalat dhuhur dan dia termasuk jamaahnya. Abbas juga memberikan kabar kepada penduduk Quba yaitu Bani Amer ibn Auf yang sedang melakukan shalat shubuh bahwa nabi Muhammad telah diperintahkan menghadap Ka’bah maka mereka memutar arah ketika sedang melakukan shalat.51

D. Pendapat Ulama’ Tentang Arah Kiblat

Ka’bah merupakan kiblat umat Islam dan para ulama mazhab seluruhnya sepakat untuk menghadap Ka’bah secara tepat bagi orang yang dapat melihat langsung ke Ka’bah, akan tetapi perbedaan terjadi ketika

51

Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Mutiara Hadits 3 Shalat, Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra, 2003, cet. I, edisi II, halm. 23-25.

(34)

kiblat bagi orang yang jauh dari Ka’bah dan tidak dapat melihat langsung.52 Mayoritas penduduk Indonesia bermazhab kepada Imam Syafi’i oleh karena itu disini penulis memberikan penjelasan tentang kiblat menurut Imam Syafi’i dengan keterangan kiblat menurut imam-imam lainnya.

Imam Syafi’i mewajibkan seluruh umat Islam untuk menghadap kiblat (Ka’bah) ketika shalat fardu, sunah, jenazah, sujud syukur, dan sujud tilawah. Imam Syafi’i mengambil dasar dari Qur’an surat Al-Baqarah ayat 150 serta ayat Al-Qur’an sebagai berikut :53

.

.

.

.

-Artinya : Al Barra Ibn Azib ra. Berkata : Rasulullah saw. Bershalat

ke arah Baitul Maqdis selama 16 bulan atau 17 bulan. Rasulullah sangat ingin diperintahkan menghadap ke Ka bah, karena itu Allah menurunkan

52

Muhammad Jawad Mughniyah, Al-Fiqh Ala Al-Madzahib Al-Khamsah, Masykur A. B., Afif Muhammad dan Idrus Al-Kaff, “Fiqih Lima Mazhab”, Jakarta : Lentera, 2007, cet. V, halm. 77.

53

Imam Syafi’i Abu Abdullah Muhammad Bin Idris, Mukhtashar Kitab Al-Umm Fiil

Fiqhi, Mohammad Yazir Abd. Muthalib, Andi Arlin, “Ringkasan Kitab Al Umm”, Jakarta :

Pustaka Azzam, 2004, halm. 146.

54

(35)

firman : qad nara...sungguh kami telah melihat muak engkau ke arah langit. Nabi pun menghadap ke arah Ka bah. Dan berkatalah orang-orang yang kuat akalnya di antara manusia, yakni orang-orang-orang-orang Yahudi : apakah yang memalingkan mereka dari kiblat yang telah mereka hadapi? Katakanlah kepunyaan Allah timur dan barat, Allah menunjuki siapa yang dia kehendaki kepada jalan yang lurus. Maka seorang laki-laki bershalat bersama Nabi kemudian dia keluar setelah shalat kemudian dia melewati kaum Anshar yang sedang shalat ashar dengan menghadap ke arah Baitul Maqdis, maka orang itu berkata sambil bersumpah bahwasannya dia telah shalat bersama Rasulullah ke arah Ka bah, karenanya orang-orang itu shalat menghadap Ka bah.

Artinya : kami telah bershalat dengan Nabi saw. Ke arah Baitul Maqdis selama 16 bulan atau 17 bulan kemudian dipalingkan ke arah kiblat (Ka bah) .

:

,

Artinya : sebagian orang-orang Quba berada di masjid Quba dalam shalat shubuh, tiba-tiba datanglah seorang pendatang lalu berkata : sesungguhnya pada malam hari ini turunlah aayt Al Qur an dan diperintahkan untuk menghadap ke Ka bah maka hadaplah ke arah itu, dan ketika itu muka-muka mereka menghadap ke Syam, oleh karena itu mereka memutar menghadap ke arah Ka bah.

Imam Syafi’i mengatakan ada dua cara menghadap kiblat:

I. Orang yang dapat melihat Ka’bah secara langsung dengan kasat mata maka kiblatnya harus benar-benar menghadap Ka’bah.

II. Orang buta yang diarahkan kiblatnya oleh orang yang normal maka sah shalatnya dan jika tidak ada yang mengarahkan maka dia diperbolehkan untuk shalat dan mengulangi shalatnya ketika tidak yakin.

55

Hadits no. 304 Al Bukhari 65 : 18, Ibid.

56

(36)

Imam Syafi’i mengatakan :

o Orang yang berijtihat dalam menentukan arah kiblat dan ijtihatnya salah maka harus diulangi karena untuk menghilangkan ijtihad yang salah menuju pengetahuan yang sempurna.

o Orang yang berada di Makkah akan tetapi tidak dapat melihat langsung ke arah Ka’bah atau orang bertempat tinggal di luar Makkah harus bersungguh-sungguh dalam menentukan arah kiblat baik dengan petunjuk bintang-bintang, matahari, bulan, gunung, arah hembusan angin atau segala cara untuk mengetahui arah kiblat.

o Pendapat orang buta dianggap tidak sah ketika menentukan kiblat dengan sendirian baik dalam perjalanan maupun dengan orang lain dan wajib mengulang semua shalat yang telah dilakukannya.

o Petunjuk arah kiblat dapat diterima apabila orang yang mengucapkan adalah orang yang tidak buta dan dia tidak pernah dusta sehingga dapat dipercaya perkataannya.

o Petunjuk kiblat orang musyrik tidak dapat dipercaya walaupun benar karena termasuk orang yang tidak amanah.

o Seseorang harus mengulangi shalatnya ketika dia menggunakan petunjuk alam dan ternyata dia salah karena cuaca mendung dan sebagainya.

o Shalat tidak harus diulangi ketika diyakini shalatnya seseorang ke arah kiblat sebenarnya selama masih dalam satu arah.

(37)

o Seseorang diperbolehkan menghadap ke arah mana saja ketika dalam keadaan takut serta dikawal.57

Fiqih lima mazhab kumpulan pendapat dari para Imam mazhab antara lain :

o Imam Hanafi, Hambali, Maliki, dan sebagian kelompok Imamiyah menjelaskan kiblat orang yang jauh dari Ka’bah adalah arah dari bangunan Ka’bah.

o Imam Syafi’i dan sebagian Imamiyah mewajibkan untuk menghadap Ka’bah secara pasti baik bagi orang yang dapat melihat langsung ataupun tidak langsung. Umat Muslim wajib bersungguh-sungguh dalam berijtihat untuk mengetahui kiblat secara tepat.

o Imam Syafi’i, empat mazhab dan sekelompok Imamiyah lainnya mengesahkan umat Muslim untuk melaksanakan shalat ke arah mana saja ketika tidak menemukan kiblat setelah bersungguh-sungguh dalam berijtihat.

o Imamiyah sebagian besar menganjurkan untuk melaksanakan ke empat arah karena berlandaskan ayat 144 surat Al-Baqarah dan sedangkan pada surat yang sama ayat 115 memerintahkan menghadap ke arah mana saja yang disukai. Perbedaan pendapat terjadi, pendapat pertama mengatakan ayat pertama menghapus ayat ke dua. Pendapat kedua tidak ada ayat yang terhapus dan menggantikan oleh karena itu terdapat dua cara untuk

57

(38)

melaksanakannya. Ayat pertama bagi orang-orang yang dapat melihat Ka’bah dan ayat kedua bagi orang yang tidak dapat melihat Ka’bah.

o Imamiyah mengatakan kesalahan menghadap kiblat diketahui ketika seseorang sedang melaksanakan shalat, maka seseorang meneruskan shalatnya dan sisanya menghadap ke arah kiblat yang benar. Seseorang mengetahui kesalahan menghadap kiblat setelah selesai shalat maka shalatnya diulang seketika itu bukan di luar waktu itu dan orang yang tahu shalatnya salah menghadap kiblat maka shalatnya batal.

o Pendapat Imamiyah sebagian mengatakan tidak perlu mengulangi shalat jika melenceng sedikit akan tetapi jika seseorang shalat membelakangi Ka’bah maka harus mengulangi seketika itu bukan di luar waktu shalat tersebut.

o Imam Hanafi dan Hambali mengatakan jika seseorang tidak menemukan arah yang diyakini sebagai pedoman kiblat maka dia boleh menghadap ke arah mana saja. Seseorang masih dalam pertengahan melaksanakan shalat dan mengetahui arah kiblat maka sisa shalatnya menghadap arah kiblat, akan tetapi jika mengetahui arah kiblat sebenarnya setelah shalat maka shalatnya sah dan tidak wajib diulangi.

o Imam Maliki dan Hambali mengatakan shalat seseorang batal shalatnya jika dia tidak mau berusaha untuk menemukan arah kiblat walaupun arah yang dihadapnya ketika shalat benar. Hanafi dan Imamiyah mengatakan

(39)

sah shalat seseorang jika yakin arah kiblatnya benar karena niatnya adalah mendekatkan diri kepada Allah.58

E. Macam-Macam Metode Arah Kiblat

Metode arah kiblat memiliki beberapa macam antara lain : I. Metode Hitungan Ephemeris Menggunakan Alat Bantu Theodolit59.

Persiapan sebelum melakukan pengukuran arah kiblat suatu tempat atau kota dengan theodolit maka yang terlebih dahulu dilakukan adalah :

vMenentukan kota yang akan diukur arah kiblatnya. vMenentukan data lintang ( ) dan bujur tempat ( ).

- Lintang tempat / Ardlul balad adalah jarak suatu tempat sampai

khatulistiwa diukur sepanjang garis garis bujur. Khatulistiwa adalah lintang 00 - 900 sampai kutub bumi.

- Bujur tempat / Thulul balad adalah jarak suatu tempat sampai garis bujur kota greenwich. Greenwich adalah 1800 bujur barat (BB) dan 1800 bujur timur (BT).60

vData lintang dan bujur Ka’bah :

Data lintang dan bujur Ka’bah bermacam-macam diantaranya :

No Sumber data Lintang Bujur

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Atlas PR Bos 38 Mohammad Ilyas Saadoe’ddin Djambek (1) Saadoe’ddin Djambek (2) Nabhan Masputra

Ma’shum bin Ali Google Earth 210 31’ LU 210 LU 210 20’ LU 210 25’ LU 210 25’ 14,7 LU 210 50’ LU 210 25’21,2’’ LU 390 58’ BT 400 BT 390 50’ BT 390 50’ BT 390 49’ 40’’ BT 400 13’ BT 390 49’ 34’’ BT 58

Muhammad Jawad Mughniyah, Op. Cit., halm. 77-79.

59

Muhyiddin Khazin, Op.Cit, halm.62.

60

(40)

8. 9. 10. 11. 12. 13. Monzur Ahmed Ali Alhadad Gerhard Kaufmann S. Kamal Abdali

Muhammad Basil at- Ta’i Mohammad Odeh 210 25’ 18’’ LU 210 25’23,2’’ LU 210 25’21,4’’ LU 210 25’ 24’’ LU 210 26’ LU 210 25’ 22’’ LU 390 49’ 30’’ BT 390 49’ 38’’ BT 390 49’ 34’’ BT 390 49’ 24’’ BT 390 49’ BT 39049’31’’ BT61

vMenyiapkan hitungan arah kiblat tempat yang akan diukur dan hasil hitungan arah kiblatnya hendaklah dari barat ke utara (B -U).

vMenyiapkan data astronomis ephemeris hisab rukyat pada hari dan tanggal pengukuran.

vMembawa jam penunjuk waktu yang akurat.

Pelaksanaan dilakukan setelah persiapan telah terlengkapi, kemudian langkah-langkah penggunaan sebagai berikut :

vPasang theodolit pada penyangganya.

vPeriksa waterpass yang ada di theodolit agar terpasang benar-benar datar.

vBerilah titik pada tempat bersdirinya theodolit (misal T). vBidik matahari.62

vKunci theodolit dengan skrup horizontal clamp dikencangkan agar tidak bergerak.

vTekan tombol “0-set” pada theodolit agar angka layar (HA=Horizontal Angel) menunjukkan angka 0.

61

Susiknan Azhari, Op.Cit, halm. 206.

62

Hati-hati sinar matahari sangat kuat sehingga dapat merusak mata, oleh karena itu pasang filter pada lensa theodolit sebelum digunakan untuk membidik matahari.

(41)

vMencatat waktu ketika membidik matahari.63

vMengkonversi waktu yang dibidik dengan GMT (misalnya WIB dikurangi 7 jam).

vMelihat nilai deklinasi matahari ( 0) dan equetion of time (e) saat

matahari berkulminasi (misal pada jam 5 GMT) dari ephemeris. - Deklinasi matahari / Mailus Syams adalah jarak sepanjang lingkaran

deklinasi dihitung dari equator sampai matahari.

- Equetion of time / Ta dilul Waqti / Ta diluz Zaman / perata waktu adalah selisih waktu antara waktu matahari hakiki dengan waktu matahari rata-rata (pertengahan).64

vMenghitung waktu Meridian Pass (MP) dengan rumus: MP = ((10565 - ) : 15) + 12 – e

- Meridian Pass (MP) adalah waktu pada saat matahari tepat di titik kulminasi atas atau tepat di meridian langit menurut waktu pertengahan.66

vMenghitung Sudut Waktu (t0) dengan rumus:

t0 = (MP – waktu bidik) x 15

vMenghitung Azimuth Matahari (A0) dengan rumus:

Cotg A0 = [((cos x tan 0) : sin t0) – (sin : tan t0)]67

63

Akan lebih baik pembidikan dilakukan tepat seperti jam 09.00.

64

Muhyiddin Khazin, Op.Cit., halm.67-69.

65

letak masjid Agung Sunan Ampeldi bujur barat (WIB) maka nilainya 1050, WITA (1200), WIT (1350).

66

Muhyiddin Khazin, Op.Cit, halm.70.

67

(42)

vArah kiblat (AK) dengan theodolit adalah :

• Jika 0positif dan pembidikan dilakukan sebelum matahari

berkulminasi maka AK = 360 - A0– kiblat (B - U).

• Jika 0 positif dan pembidikan dilakukan setelah matahari

berkulminasi maka AK = A0– kiblat (B - U).

• Jika 0negatif dan pembidikan dilakukan sebelum matahari

berkulminasi maka AK = 360 – (180 - A0) – kiblat (B

-U).

• Jika 0negatif dan pembidikan dilakukan setelah matahari

berkulminasi maka AK = 180 - A0 – kiblat (B - U).

vBuka kunci horizontal dan kendurkan skrup horizontal clamp. vPutar theodolit hingga menampilkan angka hasil AK.68

vTurunkan sasaran theodolit sampai menyentuh tanah pada jarak sekitar 5 meter dari theodolit berdiri dan berilah tanda (misal Q). vHubungkan titik T dan sasaran Q dengan garis lurus atau benang. vGaris atau benang itulah yang merupakan arah kiblat untuk

tempat/kota tersebut.

II. Pengukuran Arah Kiblat dengan Kompas dan Sinar Matahari69.

Hitunglah arah kiblat suatu tempat terlebih dahulu yang arahnya (B - U), kemudian lakukan langkah-langkah sebagai berikut :

68

Apabila diputar ke kanan (searah jarum jam) maka angkanya semakin membesar (bertambah) dan sebaliknya jika diputar ke kiri (anti jarum jam) maka angkanya semakin mengecil (berkurang).

69

(43)

vPilih tempat datar dan rata.

vMenentukan titik utara dan selatan sejati baik dengan kompas70

atau sinar matahari71, kemudian beri tanda pada kedua arah tersebut.72

vTitik keduanya dihubungkan dengan tali atau benang sehingga menunjukkan garis lurus arah utara dan selatan sejati.

vBuatlah titik P pada benang yang menghubungkan utara dan selatan sejati.

vTitik P ditarik lurus ke arah barat dengan garis atau benang sehingga menjadi garis PB.

vTarik berapa meter dari titik P ke titik B kemudian diberi tanda C (misal 1 meter).

vTarik garis tegak lurus dari ke arah utara dari titik C.

70

Kompas adalah alat penunjuk arah mata angin dengan jarum jam didalamnya. Jarum jam terbuat dari logam magnetis sehingga dengan mudah menunjuk arah utara, akan tetapi bukan arah utara sejati (titik kutub utara) sehingga untuk mendapat utara sejati perlu adanya koreksi deklinasi kompas terhadap arah jarum kompas. Deklinasi kompas berubah-ubah tergantung posisi tempat dan waktu, untuk itu dianjurkan berhati-hati karena jarum kompas kecil dan peka terhadap daya magnit. Mendapatkan deklinasi kompas dapat menghubungi BMG (Badan Meteorologi & Geofisika).

71

Menentukan titik barat dan timur dengan sinar matahari dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Pilih tempat yang rata, datar, dan terbuka, 2. Buat lingkaran dengan jari-jari sekitar 0,5 meter, 3. Tancapkan tongkat tegak lurus di tengah-tengah lingkaran kira-kira 1,5 meter, 4. Berilah tanda B di titik perpotongan antara bayangan tongkat dengan garis lingkaran sebelah barat (ketika bayangan sinar matahari masuk lingkaran). Titik B terjadi sebelum dhuhur, 5. Berilah tanda T di titik perpotongan antara bayangan tongkat dengan garis lingkaran sebelah timur (ketika bayangan sinar matahari keluar lingkaran). Titik T terjadi sesudah dhuhur, 6. Hubungkan titik T dan B dengan garis lurus atau tali, 7. Titik T adalah timur dan titik B adalah barat sehingga didapat garis lurus timur dan barat, 8. Buatlah garis utara tegak lurus dengan garis timur dan barat maka itu adalah utara sejati.

72

Penentuan titik utara dengan kompas harus memperhatikan variasi magnet. Wilayah Indonesia dari barat sampai timur sebesar – 1 sol + 50 artinya titik utara sejati berada di sebelah timur utara magnet kompas sebesar 00 45’.

(44)

vGaris yang ditarik dari titik C diukur dengan tangen arah kiblatnya ( misal 240 42’ 46,34’’ =0,46 meter), kemudian beri titik K. vTarik garis antara titik P dan K sehingga membentuk garis PK dan

garis ini yang menunjukkan arah kiblatnya.

III. Posisi Matahari di atas Ka’bah yang Terjadi Setiap Tahun pada Tanggal 28 Mei dan 16 Juli73.

v28 Mei (jam 11j

57 m 16 dLMT atau 09j 17 m 56 d GMT ). v16 Juli (jam 12j

06 m 03 dLMT atau 09j 26 m 43 d GMT ).74

Apabila dikehendaki dengan waktu lain maka waktu GMT harus dikoreksi75 dengan selisih waktu di tempat (misal tanggal 28 Mei = 09j 17 m 56 d + 7 jam = 16j 17 m 56 d WIB).

IV. Posisi Matahari di Jalur Ka’bah76.

vTentukan lokasi atau tempat untuk mengetahui data lintang dan bujur.

vMenghitung kiblat dengan arah utara ke barat (U - B).

73

Muhyiddin Khazin, Op.Cit., halm. 73.

74

Lintang Ka’bah 210 25’ LU dan bujur Ka’bah 390 50’ BT ditetapkan oleh Muhyiddin Khazin dalam bukunya berjudul “Ilmu Falak Dalam Teori Dan Praktik” cetakan I tahun 2004.

75

Bujur timur ditambah (+) dan bujur barat dikurangi (-).

76

Muhyiddin Khazin, Op.Cit., halm.74.

Utara Selatan Kiblat Shof P B C K

(45)

vTentukan tanggal untuk mengetahui deklinasi matahari dan equation of time.

vMenghitung unsur-unsur yang diperlukan dalam rumus.77

vMelakukan perhitungan dengan rumus yang ada.

77

1. Az = azimuth arah kiblat yaitu besar sudut dihitung dari titik utara ke barat atau timur sampai garis menuju arah kiblat sehingga : a. Jika arah kiblat U ke B/T maka Az = 000 + arah kiblat, b. Jika arah kiblat S ke B/T maka Az = 1800 - arah kiblat, c. Jika arah kiblat B/T ke U maka Az = 900 - arah kiblat, d. Jika arah kiblat B/T ke S maka Az = 900 + arah kiblat. 2. a = jarak antara kutub utara dengan deklinasi matahari diukur sepanjang lingkaran deklinasi dan besarnya a dihitung dengan rumus a = 900 - 0. 3. b = jarak antara kutub utara langit dengan zenit (besarnya

zenit = besarnya lintang tempat) dengan rumus a = 900 – . 4. MP = waktu pada saat matahari tepat di titik kulminasi atas atau tepat di meridian langit dengan rumus MP = 12 – e. 5. Interpolasi = selisih antara dua tempat (misal waktu setempat dengan waktu daerah WIB) dengan rumus cotan P = cos b x tan Az dilanjutkan dengan cos (C - P) = cotan a x tan b cos P dengan C = (C-P) + P dan diperoleh bayangan = C : 15 + MP. Keterangan P = sudut pembantu dan C = sudut waktu matahari yaitu busur pada garis edar harian matahari antara lingkaran meredian dengan titik pusat matahari yang sedang membuat bayang-bayang menuju arah kiblat. C hasilnya negatif berarti pada waktu itu matahari belum melewati MP (tengah siang hari) dan jika C hasilnya positif berarti terjadi sesudah melewati MP. Harga mutlak C tidak boleh lebih besar dari setengah busur siangnya (1/2 BS) karena jika lebih besar maka matahari akan menempati posisi arah kiblat pada malam hari sehingga bayangan arah kiblat tidak akan terjadi. Cos ½ BS = -tan 0x tan dan bayangan

kiblat tidak akan terjadi jika : 1. Harga mutlak deklinasi matahari lebih besar dari harga mutlak 90 – Az. 2. Harga deklinasi matahari sama besar dengan harga lintang tempat. 3. Harga mutlak C lebih besar daripada harga setengah busur siangnya.

(46)

BAB III

AKURASI ARAH KIBLAT MASJID AGUNG SUNAN AMPEL A. Sejarah Masjid Agung Sunan Ampel

Masjid Agung Sunan Ampel merupakan masjid yang dibangun oleh Sunan Ampel (Raden Mohammad Ali Rahmatullah) dan murid-muridnya seperti Mbah Shonhaji (Mbah Bolong) dan Mbah Sholeh pada 821 H (821+578=1399 M). Data ini didapat dari buku kenang-kenangan haul Agung Sunan Ampel ke 544 menjelaskan pada tahun 1421 H umur bangunan masjid Agung Sunan Ampel sekitar 600 tahun. Masjid Agung Sunan Ampel terletak di jalan Ampel Masjid no. 53 kode pos 60151 kelurahan Ampel kecamatan Semampir kota Surabaya. Ukuran asli masjid Agung Sunan Ampel adalah 46,80 m x 44,20 m = 2.068,56 m2. Adipati Regent R. Aryo Niti Adiningrat memperluas bangunan masjid Agung Sunan Ampel pada tahun 1926 M seluas 22,70 m x 20,55 m = 466,485 m2 karena semakin banyaknya penganut Islam dan para peziarah yang mengunjungi makam Sunan Ampel. Bangunan asli masjid Agung Sunan Ampel memiliki 16 batang kayu jati sebagai tiang bangunan dan setiap penyangga memilki panjang 17 m dan lebar 0,4 m tanpa sambungan. Tiang kayu jati merupakan ciri khas dan merupakan sesuatu yang spesial dari masjid Agung Sunan Ampel karena sampai sekarang masih menimbulkan pertanyaan dari mana kayu tersebut dan bagaimana mendatangkannya, padahal alat transportasi pada saat itu belum secanggih saat ini.

(47)

Bangunan asli masjid Agung Sunan Ampel

Kepengurusan makam Sunan Ampel sekaligus menjadi pengurus masjid Agung Sunan Ampel saat ini antara lain :

1. Nadzir : K. H. Ubaidillah 2. Ta’mir : K. H. Azmi Nawawi 3. Bilal : Ustad H. Baidowi 4. Muadin : ustad Sa’in 5. Imam shalat

• Dhuhur : Ustad H. Ahmad Suhada

• Ashar : Ustad H. Anwar

• Magrib : Ustad H. Marzuki

• Isya’ : Ustad H. Imam Ghazali

• Shubuh : Ustad H. Dzulhilmi

6. Para Abdi : orang-orang yang menjadi pegawai di area makam Sunan Ampel baik sebagai pembersih, keamanan dan lainnya.

Pengurus masjid Agung Sunan Ampel mempunyai inisiatif untuk melakukan renovasi. Mereka berusaha menghubungi para pengusaha untuk

(48)

mendanai dan terakhir berkonsultasi dengan Prof. DR. Sri Edi Swasono ketua umum Dekopin (menantu proklamator Republik Indonesia Drs. Moh. Hatta). Prof. DR. Sri Edi Swasono bersama dengan H. Probosutedjo didampingi H. Rosihan Anwar berziarah ke makam Sunan Ampel dan berkunjung ke masjid Agung Sunan Ampel pada 26 juni 1992. Kunjungan tersebut untuk membahas rencana renovasi masjid Agung Sunan Ampel dan dana renovasi induk masjid Agung Sunan Ampel diperkirakan lebih dari 500 juta. K. H. Nawawi Mohammad selaku nadzir masjid Agung Sunan Ampel beserta staf-stafnya berterima kasih kepada H. Probosutedjo dengan diiringi do’a semoga amal suci ini dapat diterima dan dibalas oleh Allah swt. Pencanangan renovasi masjid induk Agung Sunan Ampel dan diresmikan pada tanggal 20 agustus 1992 dengan penyandang dana adalah Sutarno MS, BA.

Tahapan pembangunan masjid Agung Sunan Ampel berangsur selama 4 tahapan antara lain78 :

1. Tahap I

• Pekerjaan : pembangunan atau renovasi masjid Agung Sunan Ampel.

• Pemberi tugas : PEMDA tingkat I Jawa Timur.

• Kontrak no. : 050 / 2079 A / 032 / 93.

• Tanggal : 30 oktober 1993.

• Dana : APBD / tahun 1993 / 1994 Rp. 338. 500. 000,00

78

Data diambil dari papan tahap renovasi masjid Agung Sunan Ampel yang berada di bagian timur masjid.

Gambar

Gambar di atas diambil dari program google earth dengan akses internet.

Referensi

Dokumen terkait

Hal itu menunjukkan, bahwa deviasi derajat arah kiblat masjid di kabupaten Pamekasan berkisar 3 derajat, apabila dikonversi pada jarak kilometer, akan didapatkan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan Tongkat Istiwa dan Busur kiblat, arah kiblat Masjid Nur Balangnipa tidak mengalami kemelencengan ini

Kepada Takmir Masjid Agung Sidoarjo, disarankan untuk melakukan langkah-langkah yang diperlukan guna menyelaraskan arah kiblat yang sekarang ini dengan arah kiblat yang

Data yang diperlukan dalam penulisan ini dengan observasi/pengamatan langsung untuk melakukan pengukuran arah kiblat Masjid As Salam Medan Sunggal dengan metode

Kepada Takmir Masjid Agung Sidoarjo, disarankan untuk melakukan langkah-langkah yang diperlukan guna menyelaraskan arah kiblat yang sekarang ini dengan arah kiblat yang

dari theodolit atau layar theodolite (HA) telah menampilkan angka arah kiblat sebenarnya, selanjutnya dari garis shaf ditarik siku-siku ke arah timur sehingga terdapat

Selain itu, masjid Sunan Kalijaga Kadilangu yang juga di bangun oleh Sunan Kalijaga sangat berhubungan erat dengan masjid Agung Demak, penetapan arah kiblatnya pun

Dari latar belakang tersebut muncul permasalahan pokok yakni bagaimanakah akurasi arah kiblat Masjid – masjid kuno khususnya masjid Tiban At-Taqwa Ketapang dan masjid