• Tidak ada hasil yang ditemukan

Framework Design IoT for Smart Agriculture

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Framework Design IoT for Smart Agriculture"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

©Asosiasi Prakarsa Indonesia Cerdas (APIC) – 2021

1

Framework Design IoT for Smart Agriculture

Dewi Indriati Hadi Putri Hafiyyan Putra Pratama Nadia Tiara Antik Sari Program Studi Sistem

Telekomunikasi

Program Studi Sistem Telekomunikasi

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Indonesia Bandung, Indonesia Bandung, Indonesia

[email protected] [email protected] [email protected]

Abstract— West Bandung Regency has a very abundant potential of natural resources, one of which is in agriculture. Agriculture is the use of resources made by humans to produce food and manage their environment. One of problem is the inability of farmers to supervise and take care of crops so that an intelligent agricultural system based on IOT is required. The intelligent agricultural system aims to predict and monitor the problems faced by farmers to increase the productivity of agricultural products. In this study, it proposed a design of intelligent agricultural framework by configuring several sensors that generated data from agricultural land and then the information is presented in the monitoring system for the use of the user to determine the decisions in conducting agricultural activities.

Keywords—Smart Agriculture, Internet of Things, Sensor, Framework design

I. P

ENDAHULUAN

Kabupaten Bandung Barat (KBB) memiliki potensi yang dapat menjadi penggerak perekonomian di Jawa Barat karena mimiliki beberapa modal dasar seperti sumber daya alam dan energi potensial, sumber daya pariwisata yang memadai, dan karakteristik masyarakat yang religious, harmonis, dan terbuka terhadap informasi. Berdasarkan modal potensi tersebut pemerintah dan masyarakat membuat program pembangunan KBB dengan memfokuskan pada pengelolaan potensi lokal di setiap wilayah mulai dari sektor pertanian, sektor industri kecil dan menengah, sektor perdagangan serta sektor pariwisata. Namun sektor pertanian memiliki kontribusi yang paling kecil diantara beberapa sektor tersebut.

Analisis potensi ekonomi dan pengarahan pusat pertumbuhan di Kabupaten Bandung Barat menunjukkan bahwa dari segi pertanian memiliki kontribusi sebesar 10,59 % terhadap PDRB Kabupaten Bandung Barat [1]. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa aspek yang bertanggung jawab dalam produktifitas pertanian, bisa jadi karena limbah air, kesuburan tanah yang rendah, penyalahgunaan pupuk, perubahan cuaca ataupun penyakit, dan lain sebagainya. Beberapa tantangan untuk sektor pertanian diberikan sebagai berikut [2]: 1) Pemanfaatan cara tradisional dalam bertani menghambat optimalisasi anggaran biaya serta waktu, 2) Menipisnya tanah karena banjir dan angin yang mengakibatkan pengendapan polutan, sedimen, nitrat, dan fosfat, 3) Menanam tanaman yang sama setiap sehabis panen membuat kandungan nutrisi tanah berlebihan, 4) Kelangkaan air karena perubahan iklim menurunkan tingkat air tanah untuk irigasi, sehingga mengganggu siklus air, 5) Perubahan iklim global karena penghancuran hutan tropis dan spesies vegetatif lainnya dalam pertanian mengakibatkan peningkatan kadar karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya, 6) Kurangnya ahli yang diakui dalam bidang spesies tanaman tertentu, 7) Tidak ada metode yang tepat untuk mendeteksi penyakit pada tahap awal, sehingga tindakan pencegahan dapat diambil untuk mencegahnya.

Apabila tantangan tersebut tidak ditangani dengan baik akan berpengaruh terhadap produktifitas hasil-hasil pertanian. Guna menjawab tantangan diatas diperlukan sebuah sistem yang dapat mengkoordinir hasil-hasil pertanian agar lebih produktif seperti smart agriculture yang menggunakan

(2)

©Asosiasi Prakarsa Indonesia Cerdas (APIC) – 2021

2

Internet of Things (IoT). Dengan menggunakan sistem IoT diharapkan dapat membantu para petani

untuk memaksimalkan produktifitas sistem pertanian dan hasil panen yang diharapkan karena penerapan IoT menggunakan sensor yang dapat diandalkan keakuratan datanya sehingga dapat memonitoring suatu perangkat yang ada pada sistem smart agriculture. Makalah ini meneliti tentang studi arsitektur yang tepat digunakan untuk mengaplikasikan komponen-komponen IoT pada sistem

smart agriculture pada wilayah Kabupaten Bandung Barat.

II. A

GRICULTURE DI

K

AWASAN

K

ABUPATEN

B

ANDUNG

B

ARAT

Kabupaten Bandung Barat yang dijadikan lokasi untuk studi arsitektur sistem smart agriculture berlokasi di daerah Cisarua. Pada lokasi tersebut mayoritas terdapat tumbuhan sayur-mayur dan buah-buahan seperti kangkung, pakcoy, bayam, sawi dan tanaman tomat yang dibudidayakan dengan cara hidroponik dan bersawah selain itu terdapat greenhouse yang digunakan untuk penyemaian benih. Penyemaian benih tanaman dibutuhkan temperature untuk tanaman tumbuh berkisar antara 110-280 C sehingga untuk melakukan penyemaian bibit tanaman dibutuhkan pengontrolan suhu di dalam

greenhouse.

Hama yang menyerang tanaman terdiri berbagai macam jenis diantaranya Tungau merah (Tentranychus SP), Kutu Kebul (Bemica tabaci), Ulat grayak (Spodoptera litura), Ulat penggorok daun (Liriomyza huidobrensis) dan lalat buah (Dacus verugenius). Namun yang sering kami jumpai adalah lalat buah dan penggorok daun. Selain hama masalah yang dialami petani adalah sistem irigasi yang belum terkoordinir dengan baik, karena dengan mengoptimalkan penyediaan air dapat memenuhi kebutuhan tanaman kemudian belum adanya sistem monitoring untuk kelembaban atau suhu tanah. Sistem monitoring juga dapat digunakan untuk notifikasi pada proses semai, pengukuran kelembaban dan suhu tanah pengaktifkan sistem irigasi dan lain-lain. Budidaya pertanian di daerah cisarua dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 1. Tanaman sayur yang dibudidayakan dengan hidroponik

(3)

©Asosiasi Prakarsa Indonesia Cerdas (APIC) – 2021

3

III. I

NTERNET OF THING

(I

O

T)

B

IDANG

A

GRICULTURE

Pada dasarnya, IoT adalah integrasi dari beberapa perangkat untuk saling berkomunikasi. Secara umum IoT memiliki tiga lapisan sistem yaitu lapisan persepsi, lapisan jaringan dan lapisan aplikasi. Lapisan persepsi atau sensing layer dianalogikan seperti panca indera manusia yang berperan dalam mengumpulkan data melalui sensor-sensor seperti menangkap gambar dari kamera, RFID, dan bentuk-bentuk sensor lain yang bertugas mengumpulkan informasi secara real time. Infrastruktur IoT dikelola di dalam sistem lapisan jaringan atau transport layer untuk merealisasikan layanan yang universal untuk berbagai macam alat dan teknologi sensor. Dan lapisan aplikasi atau application layer adalah lapisan dimana teknologi IoT dipadukan dengan teknologi spesifik industri tertentu untuk di tingkatkan layanannya [3].

Gambar 3. Desain arsitektur IoT untuk agriculture [4]

Sedangkan pada bidang agriculture penerapan lapisan persepsi menggunakan sensor-sensor seperti sensor hummidity, sensor suhu, dan sensor kelembaban tanah. Pada lapisan jaringan memiliki peranan untuk mentransformasikan data real time dari berbagai sensor yang dikirimkan dengan cara jaringan wireless menggunakan protokol yang mendukung M2M (Machine to Machine) [5]. Sedangkan pada lapisan aplikasi menerapkan sebuah monitoring sistem dimana user dapat melihat data secara real time yang akan menjadi sebuah informasi untuk menentukan keputusan.

Gambar 4. Blok diagram sistem IoT smart agriculture

Diatas merupakan blok diagram yang umumnya diusulkan para peneliti dalam membuat sistem IoT untuk smart agriculture [3][5][6]. Blok sensor yang terdiri dari sensor humidity, sensor suhu dan sensor soil moisture menangkap informasi terkait dengan kondisi real time pada area tanaman kemudian data-data tersebut dikirimkan ke mikrokontroler. Apabila terdapat data yang tidak memenuhi kondisi ideal bagi pertumbuhan tanaman maka kontroler akan mengaktifkan actuator mana

(4)

©Asosiasi Prakarsa Indonesia Cerdas (APIC) – 2021

4 yang dibutuhkan untuk menjaga kondisi ideal tanaman. Misalnya kondisi kelembaban tanah kering maka actuator yang akan diaktifkan oleh controller yaitu water sprinkle. Informasi atau data tersebut juga akan dikirimkan melalui jaringan internet untuk disimpan dalam database yang selanjutkan informasi disajikan di monitoring system, user yang menggunakan monitoring system secara jarak jauh dapat mengaktifkan actuator secara manual seperti mengkatifkan buzzer, water sprinkle, kipas, lampu untuk mengatur kondisi ideal bagi tanaman.

Banyak penelitian yang telah dilakukan di teknologi IoT di bidang pertanian untuk mengembangkan solusi Pertanian Cerdas (smart agriculture). IoT telah membawa sebuah revolusi dalam lingkungan pertanian dengan menganalisa komplikasi dan tantangan di bidang pertanian. Saat ini, dengan kemajuan teknologi telah diharapkan bahwa penggunaan IoT dan ahli teknologi pertanian untuk mengetahui solusi dari masalah petani, seperti kelangkaan air, manajemen biaya dan masalah produktivitas [7].

IV. S

ENSOR DAN

P

ERANGKAT

I

O

T

A

GRIKULTUR

Sensing lingkungan terhadap iklim sangatlah penting dalam pengambil keputusan yang benar dan tepat untuk mengoptimalkan produktifitas dan kualitas pertanian. Pengambilan keputusan tersebut dapat menggunakan sensor dalam bentuk kabel maupun wireless sensor yang dimanfaatkan dalam bidang pertanian. Beberapa jenis sensor yang digunakan untuk sistem pemantauan dan kontrol pada pertanian terdiri dari humidity sensor, sensor temperature, sensor soil moisture, UV sensor, CO2 sensor, PH sensor dan lain-lain.[8] [9][10].

A. Sensor Temperatur

Sensor temperature atau suhu yang digunakan pada bidang pertanian seperti sensor LM 35 yang merupakan tipe analog sensor yang memiliki fungsi mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan. Keakuratan tinggi dengan keluaran impedansi yang rendah dan linieritas yang tinggi. Prinsip kerja sensor LM35 akan melakukan penginderaan setiap 10C dengan menunjukkan tegangan keluaran sebesar 10mV. Sensor LM35 komponen utama yang digunakan adalah sensor dengan bentuk IC tipe LM35DZ yang memiliki kemampuan pembacaan suhu dengan rentang 00 C-1000C yang dikonversi dalam besaran tegangan dan arus kurang dari dari 60µA. Nilai arus yang minimal digunakan untuk mencegah pemanasan diri (selfheating) [11]. Pada LM3 terdapat 3 pin dengan masing-masing fungsi, pin 1 sebagai sumber tegangan kerja, pin 2 sebagai tegangan keluaran (Vout) dengan jangkauan 0V-1,5 V dan pin 3 sebagai ground. Penampakan fisik sensor LM35 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 5. Sensor LM35

B. Sensor Soil Moisture

Pada sistem smart agriculture pemantauan kondisi tanaman atau kondisi kelembapan tanah dalam waktu yang lama dan terus menerus penting dilakukan. Tak terkecuali sistem irigasi dan pengaturan kelembapan tanah pada suatu lahan dapat dilakukan secara otomatis menggunakan sensor soil moisture FC-28. Sensor ini terdiri dari dua probe untuk melewatkan arus melalui tanah kemudian membaca resistansinya untuk mendapatkan tingkat kelembapan. Prinsip kerja sensor ini semakin banyak air membuat tanah lebih mudah menghantarkan listrik atau nilai resistansi kecil sedangkan tanah yang cenderung kering memiliki karakteristik sulit menghantarkan listrik atau nilai resistansinya

(5)

©Asosiasi Prakarsa Indonesia Cerdas (APIC) – 2021

5 besar atau dengan kata lain sensor ini mendeteksi adanya tingkat kelembaban pada tanah. Soil moisture sensor FC-28 memiliki spesifikasi sebagai berikut [12]

Tabel 1. Spesifikasi sensor soil moisture F-28

Parameter Nilai

Tegangan input 3.3V atau 5V

Tegangan output 0-4.2V

Arus 35mA

Nilai ADC 1024 bit (0-1023 bit)

Gambar 6. Soil moisture sensor F-28

C. Sensor Humidity

Sensor humidity atau sensor suhu yang sering digunakan pada bidang pertanian salah satunya DHT11. Sensor ini dapat membaca suhu ruangan dan kelembapan udara dan terdiri dari serangkaian senor dan IC kontroler serta memiliki 4 pin atau 3 pin. DHT11 memiliki keluaran berupa sinyal digital yang telah terkalibrasi. Spesifikasi sensor DHT11 dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 2. Spesifikasi sensor DHT11

Parameter Nilai

Jangkauan pengukuran temperatur 0-500C

Jangkauan pengukuran kelembapan relatif 20-90%

Catu daya 3-5V

Keakuratan untuk kelembapan relatif ±4%

Keakuratan untuk temperatur ±20C

Gambar 7. Sensor DHT11

V. J

ARINGAN

I

O

T

A

GRIKULTUR

Dalam beberapa penelitian yang telah dipelajari, jaringan IoT dibangun untuk bertanggung jawab dalam membangun komunikasi antar sensor-sensor, service, dan monitoring system. Pada penelitian [13] dipelajari bahwa data yang tergenerate dari sensor-sensor sangat besar sementara perangkat sensor tersebut hanya memiliki kemampuan menyimpan data sedikit jumlahnya. Sehingga diperlukan

(6)

©Asosiasi Prakarsa Indonesia Cerdas (APIC) – 2021

6 integrasi sensor-sensor tersebut dengan server yang memiliki kapasitas pemrosesan dan penyimpanan data yang besar.

Protokol jaringan IoT terbagi dalam 2 kategori yaitu protokol data dan protokol jaringan. Protokol data yang banyak digunakan diantaranya Message Queueing Telemetry Transport (MQTT), Advance Message Queueing Protocol (AMQP), Constrained Application Protocol (CoAP). Protokol jaringan diantaranya Bluetooth, Zigbee, Sigfox, LoRAWAN,

VI. F

RAMEWORK

D

ESIGN YANG DIAJUKAN UNTUK

A

GRICULTURE

K

AWASAN

B

ANDUNG

B

ARAT

Berdasarkan survei di lokasi penelitian dan identifikasi kondisi permasalahan yang terjadi maka dilakukan studi literatur dari berbagai jurnal terkait dengan sistem smart agriculture sehingga dapat dirancang framework design seperti gambar di bawah ini.

Gambar 8. Rancangan Framework yang diajukan

Pada lapisan persepsi (sensing layer) terbagi menjadi dua kategori yaitu sistem instrumentasi dan actuator. Sistem instrumentasi sensor LM35, sensor DHT11, dan sensor soil moisture F-28 yang digunakan untuk membaca informasi terkait kondisi tanaman di lokasi penelitian sedangkan sistem aktuator akan bekerja ketika user atau petani memberikan perintah berdasarkan data informasi yang diperoleh dari sistem instrumentasi.

(7)

©Asosiasi Prakarsa Indonesia Cerdas (APIC) – 2021

7 Lapisan jaringan (network layer) akan mentransformasikan data dari sensor menggunakan protocol data MQTT melalui internet menuju RabitMQ sebagai gateway. Terdapat node service yang akan menerima data dari RabbitMQ kemudian menyimpan pada database. Terakhir pada lapisan aplikasi (application layer) terdapat sistem pemantauan dengan perangkat web dan mobile phone untuk menyajikan informasi bagi petani untuk mengambil tindakan terhadap kegiatan pertanian seperti dapat mengendalikan aktuator secara jarak jauh menggunakan aplikasi di perangkat.

VII. K

ESIMPULAN

Agrikultur di lokasi penelitian Kawasan Bandung Barat dapat dioptimalkan dengan menggunakan teknologi Internet of Things yang dirancang dengan framework yang terdiri dari lapisan persepsi, lapisan jaringan dan lapisan aplikasi. Rancangan ini diharapkan dapat memudahkan petani dalam memonitoring budidaya pertanian untuk meningkatkan produktifitas hasil panen dan mengatasi masalah yang terjadi.

D

AFTAR

P

USTAKA

[1]

E. Djuwendah; E. Renaldy; H. Hapsari, “Analisis Potensi Ekonomi dan Pengarahan

Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Bandung Barat,” 2015.

[2]

V. P. Kour and S. Arora, “Recent Developments of the Internet of Things in

Agriculture: A Survey,” IEEE Access, vol. 8, pp. 129924–129957, 2020.

[3]

A. Anusha, A. Guptha, G. Sivanageswar Rao, and R. K. Tenali, “A model for smart

agriculture using IOT,” Int. J. Innov. Technol. Explor. Eng., vol. 8, no. 6, pp. 1656–

1659, 2019.

[4]

M. B. Ulum, P. Studi, T. Informatika, F. I. Komputer, U. E. Unggul, and J. Barat,

“DESAIN INTERNET OF THINGS ( IoT ) UNTUK OPTIMASI PRODUKSI,” pp.

69–73, 2016.

[5]

J. Zhao, J. Zhang, Y. Feng, and J. Guo, “The Study and Application of the lOT

Technology in Agriculture,” pp. 462–465, 2010.

[6]

S. R. Prathibha, A. Hongal, and M. P. Jyothi, “IOT BASED MONITORING SYSTEM

IN SMART AGRICULTURE,” pp. 5–8, 2017.

[7]

M. S. Farooq, S. Riaz, A. Abid, K. Abid, and M. A. Naeem, “A Survey on the Role of

IoT in Agriculture for the Implementation of Smart Farming,” IEEE Access, vol. 7, pp.

156237–156271, 2019.

[8]

T. Hidayat, “Internet of Things Smart Agriculture on ZigBee : A Systematic Review,”

pp. 75–86.

[9]

T. U. Pathan and S. Chakole, “Sensor Based Smart Farming and Plant Diseases

Monitoring,” no. 2, pp. 442–446, 2019.

[10] A. Nayyar, “Smart Farming : IoT Based Smart Sensors Agriculture Stick for Live

Temprature and Moisture Monitoring using Arduino , Cloud Computing & Solar

Technology.”

[11] S. Hadinata, “Uji Karakteristik Sensor Suhu LM35 Pada Bahan Komposit Sebagai

Desain Awal Pembuatan Alat Pengukur Konduktivitas Panas,” 2016.

[12] H. Husdi and U. I. Gorontalo, “MONITORING KELEMBABAN TANAH

PERTANIAN MENGGUNAKAN SOIL MONITORING KELEMBABAN TANAH

(8)

©Asosiasi Prakarsa Indonesia Cerdas (APIC) – 2021

8

PERTANIAN MENGGUNAKAN SOIL MOISTURE SENSOR FC- 28 DAN

ARDUINO UNO,” no. September 2018, 2019.

[13] A. Chaudhary, S. K. Peddoju, and K. Kadarla, “Study of Internet-of-Things Messaging

Protocols used for Exchanging Data with External Sources,” 2017.

Gambar

Gambar 2. Contoh tanaman tomat yang terserang hama
Gambar 3. Desain arsitektur IoT untuk agriculture [4]
Tabel 1. Spesifikasi sensor soil moisture F-28
Gambar 8. Rancangan Framework yang diajukan

Referensi

Dokumen terkait

LAMPIRAN IV-B TATA CARA PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI BERBENTUK PERORANGAN HALAMAN IV B - iA.

Hasil dari proses akuisisi data citra wajah pada aplikasi android diupload pada server yang telah terkoneksi pada jaringan lokal menggunakan access

Sistem mengelola semua data mulai dari data customer, data paket, data booking beserta data informasi dan data pembayaran.. Sistem dapat memberikan informasi tentang

Sistem baru tersebut adalah semua pihak yang turut serta dalam meeting dengan klien baik dari pihak operasional maupun pihak marketing sama-sama membuat notulen pribadi,

Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian atas kualitas pelayanan suatu perusahaan terhadap kepuasan konsumen, dengan topik penelitian

a) Gunakan bahan kimia pro analisis (pa). b) Gunakan alat gelas bebas kontaminasi. c) Gunakan alat ukur yang terkalibrasi. d) Dikerjakan oleh analis yang kompeten. e)

Tiga variasi dosis ekstrak rimpang kencur yaitu 0, 52 mg/kgBB mencit; 1,04 mg/kg BB mencit; dan 1,3 mg/kgBB mencit berefek untuk mencegah erosi mukosa gaster mencit walaupun dalam

Sesuai dengan potensi sumber daya alam Provinsi Kalimantan Barat, industri utama yang dikembangkan untuk menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi daerah adalah