101
UPAYA MENINGKATKAN SELF MENTAL HEALTH AWARENESS PADA ANAK YANG
MENGALAMI GANGGUAN RASA NYAMAN PADA FASE PEMULIHAN SIRKUMSISI
DENGAN TERAPI KOMPLEMENTER BERBASIS SPIRITUAL
INCREASE MENTAL HEALTH AWARENESS IN CHILDREN WHO EXPERIENCE DISCOMFORT IN THE CIRCUMSISI RECOVERY PHASE
WITH COMPLEMENTARY THERAPY BASED ON SPIRITUAL
1)Suci Ratna Estria, 2)Dayat Trihadi
1,2)Program Studi Keperawatan S1, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Email: [email protected]
ABSTRAK
Sirkumsisi menurut sebagian ulama adalah hal yang wajib bagi laki-laki muslim. Sirkumsisi atau yang biasa disebut dengan sunat/khitan dilakukan dengan cara bedah minor yaitu dengan membuang kulit penis yang akan meninggalkan luka yang cukup mengganggu bagi anak. Proses pemulihan luka sirkumsisi tergantung oleh beberapa factor, salah satunya kondisi psikologis. Salah satu masalah kondisi psikologis anak adalah gangguan rasa nyaman yang masih sering terabaikan oleh tenaga kesehatan, keluarga maupun anak yang disurkimsisi. Gangguan rasa nyaman pada anak jika diabaikan akan menimbulkan masalah psikologis lebih lanjut dan jika dibiarkan akan memberikan efek yang lebih berat lagi seperti post traumatic syndrome disorder.Gangguan rasa nyaman pada anak dapat diatasi dengan berbagai intervensi komplementer, antara lain relaksasi otot progresif dimodifikasi spiritual, mindfulness spiritual dimodifikasi khusus untuk anak dan terapi dzikir.
Tujuan kegiatan untuk meningkatkan kesadaran anak terhadap kesehatan jiwa sendiri dengan intervensi komplementer. Metode yang dilakukan adalah dengan serangkaian kegiatan berupa diskusi, ceramah, simulasi, praktek & evaluasi. Hasil dari kegiatan pengabdian ini adalah, anak yang disirkumsisi memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah gangguan rasa nyaman yang dialami. Kesimpulannya kegiatan tersebut bahwa terapi komplementer berbasis spiritual selain dapat meningkatkan kemampuan koping anak juga dapat meningkatkan iman anak.
Kata Kunci: Komplementer, Sirkumsisi, Spiritual
ABSTRACT
According to some scholars, circumcision is mandatory for Muslim men. Circumcision is carried out by minor surgery, removing the skin of the penis which will leave a wound which is quite disturbing for the child. The process of healing a circumcision wound depends on several factors, one of which is psychological conditions. One of the problems with the psychological condition of children is a discomfort that is often neglected by health workers, families and children. Discomfort in children if ignored will cause further psychological problems and if left untreated, they will have even more severe effects such as post traumatic syndrome disorder. Disorders of comfort in children can be overcome with various complementary interventions, including progressive muscle relaxation modified spiritual, mindfulness spiritual modified specifically for children and dhikr therapy.
The purpose of the activity is to increase children's awareness of their own mental health with complementary interventions. The method used is a series of activities in the form of discussion, lecture, simulation, practice & evaluation. The result of this activity is that children who are circumcised have the ability to overcome the problem of comfort disorders they experience. The conclusion of this activity is that spiritual-based complementary therapies can improve children's coping abilities but can also increase children's faith.
Keywords: Circumcision, complementary, spiritual
PENDAHULUAN
102 Artinya:
“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), ikutilah agama (termasuk Khitan di dalamnya) Ibrahim, seorang yang hanif dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik.”
Surat An-Nahl ayat 123 menjadi salah satu dasar dalil tentang sirkumsisi atau lebih dikenal dengan khitan. Sirkumsisi sendiri merupakan fitrah dan telah disebutkan dalam hadits shahih. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘ahnu yang artinya “lima dari fitrah yaitu khitan, istihdad (mencukur bulu kemaluan), mencabut bulu ketiak, memotong kuku dan mencukur kumis.”
Sirkumsisi dalam dunia medis merupakan salah satu intervensi bedah elektif tertua dalam sejarah umat manusia. Sirkumsisi pada awalnya dianggap hanya sebagai ritual agama Islam saja, namun saat ini sirkumsisi telah menjadi operasi neonatal yang rutin dilakukan di Amerika Serikat dan negara Eropa lainnya. Sirkumsisi dianggap suatu hal yang positif karena terkait dengan kebersihan dan perlindungan dari kanker (Uruc, et al., 2017).
Sirkumsisi merupakan hal yang wajib bagi setiap laki-laki muslim. Sunat atau khitan atau sirkumsisi (circumsion) adalah tindakan memotong atau menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan (kulup) dari penis (Prasetyo, 2018). Kata sirkumsisii berasal dari bahasa latin circum (berarti memutar) dan caedere (berarti memotong).
Salah satu alasan utama yang melatar belakangi sunat adalah agama. Diberbagai negara, sunat memiliki kombinasi antara dasar kebudayaan dan keagamaan. Contohnya, prosedur sunat diaggap sebagai tanda seorang anak lelaki memasuki masa pubertas. Hal ini seakan menjadi penjelasan mengapa dibelahan negara lain, sunat dilakukan pada anak laki- laki berusia 10 hingga 12 tahun.
Kulup pada penis perlu diangkat karena rentan terhadap gangguan kesehatan tertentu. Kondisi ini meliputi kulup yang tidak mampu untuk menarik kembali karena terlalu ketat (fimosis) dan parafimosis, yang terjadi ketika kulup ditarik kebelakang untuk membuka seluruh bagian kepala penis, namun tidak dapat menutup kembali. Kedua kondisi ini dapat menyebabkan nyeri dan peradangan. Sunat pada pria sangat dibutuhkan, khususnya bila kulup meradang atau pasien terdiagnosis menderita kanker penis. Orangtua dapat menentukan prosedur sunat untuk anak. Pakar kesehatan cenderung setuju dengan prinsip yang menyatakan prosedur sunat lebih baik segera dilakukan setelah anak lahir, karena komplikasi dan risiko akan lebih kecil (Prasetyo, 2018).
Sirkumsisi merupakan tindakan bedah yang meninggalkan luka yang bisa cukup mengganggu bagi anak (Prasetyono, 2009). Hal ini dikarenakan adanya rasa nyeri dan tebatasnya gerakan yang membuat anak merasa tidak nyaman. Luka sirkumsisi seharusnya sembuh dalam waktu beberapa hari, namun beberapa hal dapat menyebabkan penyembuhan luka menjadi lebih lama. Salah satu komplikasi sirkumsisi yang sering terjadi adalah infeksi. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri bukan satu-satunya yang menyulitkan kesembuhan luka.
Mengatasi masalah gangguan rasa nyaman akibat luka sirkumsisi, ada intervensi farmakologi dan non-farmakologi. Akan tetapi metode non-farmokologi masih sangat jarang sekali digunakan. Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan rasa nyaman, yaitu berupa psikoedukasi dan intervensi spiritual (Chaves, et al., 2015; Aghajani, Afaze & Morasai, 2014; Ebrahimi, et al., 2015).
Spiritual merupakan koping mekanisme yang sangat positif untuk mengatasi kecemasan dan masalah lain yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari (Chaves, et al., 2015). Intervensi spiritual antara lain adalah dengan relaksasi otot progresif berbasis spiritual, mindfulness spiritual islam (Meidiana, dkk., 2017) dan terapi dzikir.
Beberapa hadits mendasari intervensi yang akan dilakukan peneliti, yaitu:
“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya”. (HR.
Bukhari no. 5660 dan Muslim no. 2571).
“Tidaklah seseorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah-gulanan hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya”. (HR. Bukhari no. 5641).
“Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengan dosa-dosanya”. (HR. Muslim no. 2573).
“Sesungguhnya Allah benar-benar akan menguji hamba-Nya dengan penyakit, sehingga ia menghapuskan setiap dosa darinya”. (HR. Al-Hakim I/348). “Tidaklah seorang muslim tertusuk
103
duri atau yang lebih dari itu, melainkan ditetapkan baginya dengan sebab itu satu derajat dan dihapuskan pula satu kesalahan darinya”. (HR. Muslim no. 2572).
Survey awal yang dilakukan tim pengabdian dengan melakukan wawancara terhadap 10 anak yang belum sirkumsisi disimpulkan bahwa 8 dari 2 anak mengalami ketakutan dengan proses sirkumsisi dan setelahnya karena menurut mereka akan terasa sangat sakit dikarenakan obat biusnya sudah habis, tidak bisa berjalan, tidak bisa bermain, tidak bisa sekolah dan hanya bisa berbaring tiduran.
Sebagai langkah untuk mengatasi masalah gangguan rasa nyaman pada anak sirkumsisi, peneliti akan melakukan upaya meningkatkan self mental health awareness pada anak yang mengalami gangguan rasa nyaman pada fase pemulihan sirkumsisi dengan intervensi komplementer berbasis spiritual bekerja sama dengan Nasyiatul Aisyiyah dan Griya Sunat Sokaraja yang akan mengadakan sunat gratis untuk anak-anak dari keluarga kurang mampu di lingkup anggota Muhammadiyah cabang Kemranjen. Intervensi komplementer berbasis spiritual yang akan dilakukan ada 3 macam, yaitu relaksasi otot progresis berbasis spiritual, mindfulness spiritual edisi untuk anak dan terapi dzikir.
Permasalahan Mitra
Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan mitra sebagai berikut
1.1.1. Keseluruhan anak dari anggota mitra belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan/penyuluhan dan pemahaman terkait masalah gangguan rasa nyaman, sehingga sebagian besar anak mengalami ketakutan sebelum dilakukan sirkumsisi.
1.1.2. Kelompok anak dari anggota mitra belum mampu mengidentifikasi masalah gangguan rasa nyaman, yang sebetulnya menjadi resiko tinggi mengganggu kesehatan jiwa anak yang lebih berat
1.1.3. Mayoritas anak dari anggota mitra belum memahami strategi koping adaptif yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah gangguan rasa nyaman.
1.1.4. Adanya beberapa anak dari anggota mitra yang belum dilakukan sunat dengan alasan takut, cemas hingga stress sementara umur sudah tahap remaja.
SOLUSI DAN TARGET LUARAN Solusi yang ditawarkan
Upaya yang dilakukan dalam pengabdian dalam masyarakat dengan tema upaya meningkatkan self mentah health awareness pada anak yang mengalami gangguan rasa nyaman pada fase pemulihan sirkumsisi dengan intervensi komplementer berbasis spiritual, adalah:
1. Mengadakan pembelajaran dengan metode ceramah, diskusi, sharing
2. Mengadakan pembelajaran, simulasi kemudian praktek cara mengidentifikasi masalah gangguan rasa nyaman yang dialami setelah sirkumsisi
3. Mengadakan sharing perasaan yang akan dirasakan karena akan disirkumsisi 4. Mengkaji ayat AlQuran tentang sakit dan pahala yang akan diterima
5. Mengadakan simulasi dan roleplay untuk meningkatkan self mentah health awareness pada anak yang mengalami gangguan rasa nyaman pada fase pemulihan sirkumsisi dengan intervensi komplementer berbasis spiritual, metode relaksasi otot progresif berbasis spiritual
6. Mengadakan simulasi dan roleplay untuk meningkatkan self mentah health awareness pada anak yang mengalami gangguan rasa nyaman pada fase pemulihan sirkumsisi dengan intervensi komplementer berbasis spiritual, metode mindfulness spiritual
7. Mengadakan simulasi dan roleplay untuk meningkatkan self mentah health awareness pada anak yang mengalami gangguan rasa nyaman pada fase pemulihan sirkumsisi dengan intervensi komplementer berbasis spiritual, metode terapi dzikir
Target luaran
1. Hak Cipta metode relaksasi otot progresif berbasis religi 2. Hak Cipta metode mindfulness spiritual edisi anak-anak 3. Publikasi Ilmiah
104
4. Anak dari anggota Muhammadiyah mendapatkan santunan berupa sirkumsisi gratis dan paket kenang-kenangan
5. Anak dari anggota Muhammadiyah yang telah dilakukan sirkumsisi memiliki pengetahuan, pemahaman terkait gangguan rasa nyaman dengan ditandai dengan kemampuan menyebutkan definisi gangguan rasa nyaman
6. Anak dari anggota Muhammadiyah yang dilakukan sirkumsisi memiliki pengetahuan, pemahaman terkait tanda dan gejala gangguan rasa nyaman dengan ditandai kemampuan menyebutkan tanda dan gejala gangguan rasa nyaman yang dialami sendiri
7. Anak dari anggota Muhammadiyah yang dilakukan sirkumsisi memiliki kemampuan untuk mengatasi gangguan rasa nyaman ditandai dengan kemampuan memilih strategi mengatasi gangguan rasa nyaman dengan metode relaksasi otot progresif berbasis spiritual atau mindfulness spiritual islam atau terapi dzikir
8. Anak dari anggota Muhammadiyah yang dilakukan sirkumsisi dapat terhindar dari trauma ditandai dengan kemampuan menceritakan pengalaman sirkumsisi dengan baik.
KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH
Pelaksanaan kegiatan upaya meningkatkan self mentah health awareness pada anak yang mengalami gangguan rasa nyaman pada fase pemulihan sirkumsisi dengan intervensi komplementer berbasis spiritual adalah sebuah kegiatan yang bertujuan untuk melatih anak untuk mampu mengidentifikasi gangguan rasa nyaman yang menimbulkan masalah pada kesehatan jiwa yang dialami serta memilih strategi koping dengan pendekatan spiritual yang bisa anak gunakan.
Kegiatan upaya meningkatkan self mentah health awareness pada anak yang mengalami gangguan rasa nyaman pada fase pemulihan sirkumsisi dengan intervensi komplementer berbasis spiritual selama ini belum pernah dilakukan. Kegiatan dilakukan sebelum anak dilakukan sircumcisi dengan metode diskusi, ceramah, simulasi, praktek dan evaluasi.
Luaran dari program ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada anak dalam meningkatkan pemahaman masalah gangguan rasa nyaman pada fase pemulihan sirkumsisi, kondisi psikologis yang dialami dan cara-cara mengatasinya hal tersebut dengan terapi pendekatan spiritual sehingga dapat melindungi anak dari masalah gangguan jiwa lebih lanjut. Kerangka penyelesaian masalah yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan persiapan untuk melaksanakan kegiatan upaya meningkatkan self mentah health awareness pada anak yang mengalami gangguan rasa nyaman pada fase pemulihan sirkumsisi dengan intervensi komplementer berbasis spiritual
2. Mengurus perijinan kepada ketua Nasyiatul Aisyiyah dan Pemilik Klinik Griya Sunat Sokaraja
3. Melakukan identifikasi anak yang akan disirkumsisi bekerjasama dengan Nasyiatul Aisyiyah, salah satu pertimbangannya adalah tingkat ekonomi.
4. Melakukan kontrak pelaksanaan Ipteks bagi Masyarakat dengan ketua Nasyiatul Aisyiyah dan anak yang akan disirkumsisi
5. Memberikan intervensi peningkatan self mental health awarenenss dengan terapi komplementer berbasis spiritual (ceramah, diskusi, sharing, simulasi dan praktek relaksasi otot progresif, simulasi dan praktek mindfulness spiritual islam, simulasi dan praktek terapi dzikir, role play)
6. Melakukan kontrak dengan pemilik Klinik Griya Sunat Sokaraja, untuk pelaksanaan sunat
7. Melakukan evaluasi kemampuan anak melakukan ketrampilan untuk mengatasi masalah gangguan rasa nyaman dengan teknik yang sudah diajarkan
8. Monitoring
Luaran yang diharapkan adalah:
Target luaran dari kegiatan ini adalah meningkatkan mental health awareness pada anak yang mengalami masalah gangguan rasa nyaman dengan koping mekanisme pendekatan spiritual.
105 PELAKSANAAN KEGIATAN
Realisasi Penyelesaian Masalah
Realisasi penyelesaian masalah dalam program upaya meningkatkan self mentah health awareness pada anak yang mengalami gangguan rasa nyaman pada fase pemulihan sirkumsisi dengan intervensi komplementer berbasis spiritual dilaksanakan sebagai berikut:
1. Persiapan pengabdian yang meliputi: a. Survey awal ke lokasi pengabdian
b. Mengadakan koordinasi dengan ketua Nasyiatul Aisyiyah c. Mengadakan koordinasi dengan pemilik Griya Sunat Sokaraja
d. Mempersiapkan screening stress untuk anak, membuat modul relaksasi otot progresif, mindfulness spiritual islam, terapi dzikir, membeli beberapa bahan untuk keperluan sunat
e. Melakukan penetapan waktu pelaksanaan kegiatan dan persiapan lain berupa penyiapan tempat pelaksanaan kegiatan serta pengkondisian peserta kegiatan.
2. Pengarahan/sosialisasi mengenai pentingnya pelaksanaan kegiatan kepada orang tua dan anak yang akan dilakukan sircumcisi
Pengarahan ini dilakukan untuk memberikan penyadaran pada orang tua dan anak yang akan dilakukan sircumcisi untuk mampu memahami, mengenali, mengidentifikasi terkait masalah gangguan rasa nyaman dan mampu melakukan koping adaptif dengan terapi komplementer berbasis spiritual.
3. Pelaksanaan kegiatan
Kegiatan program upaya meningkatkan self mentah health awareness pada anak yang mengalami gangguan rasa nyaman pada fase pemulihan sirkumsisi dengan intervensi komplementer berbasis spiritual dilakukan secara bertahap di tempat praktek Griya Sunat Sokaraja dan dimasing-masing rumah anak yang akan dilakukan sircumcisi.
a. Mengidentifikasi anak yang akan mengikuti sircumcisi
b. Kontrak waktu dengan masing-masing orang tua anak yang akan mengikuti sircumcisi (8 anak di Griya Sunat Sokaraja, 7 anak di rumah orang tuanya masing-masing)
c. Mengukur tingkat gangguan rasa nyaman: nyeri
d. Pemberian materi tentang teknik terapi komplementer berbasis spiritual yaitu relaksasi otot progresif, mindfulness spiritual islam, terapi dzikir oleh Ns. Suci Ratna Estria., M.Kep
e. Simulasi dan praktek
f. Melaksanakan sircumcisi terhadap masing-masing anak g. Mengukur kembali tingkat gangguan rasa nyaman anak h. Evaluasi kegiatan
Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran dari program Ipteks bagi Masyarakat mengenai upaya meningkatkan self mentah health awareness pada anak yang mengalami gangguan rasa nyaman pada fase pemulihan sirkumsisi dengan intervensi komplementer berbasis spiritual adalah putra dari anggota Muhammadiyah atau Aisyiyah Kemranjen yang bersedia diikutsertakan dalam sunatan gratis kerjasama dengan Griya Sunat Sokaraja.
Metode yang Digunakan
Untuk mencapai tujuan dan manfaat yang diinginkan, metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah:
1. Persiapan untuk melaksanakan kegiatan upaya meningkatkan self mentah health awareness pada anak yang mengalami gangguan rasa nyaman pada fase pemulihan sirkumsisi dengan intervensi komplementer berbasis spiritual, koordinasi dengan ketua Nasyiatul Aisyiyah dan Pemilik Griya Sunat Sokaraja
2. Mengadakan kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan mekanisme koping dengan metode diskusi, ceramah, dan simulasi
106
3. Mengukur skor gangguan rasa nyaman anak sebelum diberikan materi terkait teknik terapi komplementer berbasis spiritual yaitu relaksasi otot progresif, mindfulness spiritual islam, terapi dzikir
4. Mengukur skor gangguan rasa nyaman anak setelah diberikan materi terkait teknik terapi komplementer berbasis spiritual yaitu relaksasi otot progresif, mindfulness spiritual islam, terapi dzikir Memberikan intervensi spiritual mindfulness caring sebelum dan selama sirkumcisi, dibantu oleh tenaga kesehatan dari Griya Sunat Sokaraja
5. Evaluasi program dengan mengukur kembali gangguan rasa nyaman setelah dilakukan sircumcisi yang dibarengi dengan terapi komplementer berbasis spiritual yaitu relaksasi otot progresif, mindfulness spiritual islam, terapi dzikir
HASIL KEGIATAN Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan ini meliputi kegiatan sosialisasi dan koordinasi program, pengarahan mengenai pentingnya kegiatan dan pendidikan kesehatan terkait gangguan rasa nyaman pada anak dan koping mekanisme yang dapat dilakukan, melakukan sircumcisi dibarengi dengan intervensi terapi komplementer berbasis spiritual yaitu relaksasi otot progresif, mindfulness spiritual islam, terapi dzikir.
1. Sosialisasi dan Koordinasi Program Kegiatan
Sosialisasi dan koordinasi kegiatan upaya meningkatkan koping mekanisme anak yang mengalami gangguan rasa nyaman dengan terapi komplementer berbasis spiritual yaitu relaksasi otot progresif, mindfulness spiritual islam, terapi dzikir, dalam kegiatan ini tim pelaksana memberikan penjelasan kepada pihak-pihak yang terkait mengenai maksud dan tujuan dilaksanakannya kegiatan serta manfaat bagi peserta dengan diselenggarakannya kegiatan tersebut.
2. Pendidikan kesehatan terkait gangguan rasa nyaman pada anak dan koping mekanisme yang dapat dilakukan pada saat dilakukan sircumcisi
Penyelenggaraan dilaksanakan secara bertahap, tahap pertama pelaksaan diadakan di Griya Sunat Sokaraja yang diikuti oleh 8 orang anak, selanjutnya diadakan dimasing-masing rumah orang tua dari anak yang menjadi peserta sejumlah 7 orang.
3. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan
Evaluasi kegiatan upaya meningkatkan self mentah health awareness pada anak yang mengalami gangguan rasa nyaman pada fase pemulihan sirkumsisi dengan intervensi komplementer berbasis spiritual disampaikan dalam narasi sebagai berikut:
Awalnya peserta dan orang tua kurang memahami terkait konsep gangguan rasa nyaman dan masalah psikologis yang biasanya dialami oleh anak yang akan disircumcisi, beberapa peserta mengaku belum dilakukan sircumcisi dikarenakan mengalami ketakutan dan kesulitan tidur setiap orang tua memintanya untuk sircumcisi.
Hasil evaluasinya bahwa adanya peningkatan pemahaman, pengetahuan tentang konsep gangguan rasa nyaman, masalah psikologis serta koping mekanisme dengan terapi komplementer berbasis spiritual ditandai dengan penurunan skor gangguan rasa nyaman yang dilakukan sircumcisi.
Luaran yang Diperoleh
Target luaran dari kegiatan ini adalah meningkatnya pemahaman, pengetahuan terkait konsep gangguan rasa nyaman dan mekanisme koping adaptif dengan terapi komplementer berbasis spiritual, serta menurunnya skor gangguan rasa nyaman peserta yang mengikuti program ipteks bagi masyarakat.
Faktor Pendukung dan Penghambat 1. Faktor Pendukung
Nasyiatul Aisyiyah sebagai mitra yang membantu mencarikan peserta memiliki kontribusi yang sangat besar bagi tim pelaksana kegiatan, serta Pak Supriyatno selaku pemilik Griya Sunat
107
Sokaraja dan tenaga kesehatan yang bersedia membantu secara maksimal sehingga kegiatan dapat berjalan dengan lancer sesuai harapan semua pihak.
2. Faktor Penghambat
Pelaksanaan kegiatan ini muncul beberapa masalah yang masih dapat ditolerir oleh tim pelaksana ipteks bagi masyarakat. Adapun permasalahan tersebut adalah keberagaman kontrak waktu antara tim pelaksana dengan peserta untuk melaksanakan sircumcisi. Kerjasama yang baik anatar anggota tim dan pihak terkait, akhirnya kegiatan dapat dilaksanakan dengan lancar.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Program Ipteks bagi Masyarakat yang berjudul “upaya meningkatkan self mentah health awareness pada anak yang mengalami gangguan rasa nyaman pada fase pemulihan sirkumsisi dengan intervensi komplementer berbasis spiritual” memberikan kontribusi berupa:
1) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terkait konsep gangguan rasa nyaman pada anak 2) Meningkatkan pengetahuan tentang mekanisme koping adaptif
3) Meningkatkan kemampuan koping adaptif dengan terapi komplementer berbasis spiritual 4) Menurunkan skor gangguan rasa nyaman
5) Membantu peserta menunaikan syariat islam berupa sircumcisi Saran
Melihat dukungan, tanggapan dan respon yang baik dari pihak mitra maka perlu diadakan kegiatan berkelanjutan dengan mengambil tema mekanisme koping secara islami untuk masalah psikososial yang lebih luas.
REFERENSI
Aghajani, M., Afaze, M.R., Morasai, F. (2014). The effect of spirituality counselling on anxiety and depression in hemodialysis patients. Evidence Based Care Journal. 3 (4): 19-28. DOI: 10.22038/EBCJ.2013.2016
Ebrahimi, M., Jalilabadi, Z., Ghareh Chenagh, K. H., Amini, F., & Arkian, F. (2015). Effectiveness of training of spiritual intelligence components on depression, anxiety, and stress of adolescents. Journal of medicine and life, 8(Spec Iss 4), 87-92.
Dwidiyanti, M., Pamungkas, A.Y.F., Ningsih, H.E.W. (2017). Mindfulness caring pada stress. Semarang: UNDIP Press 2017.
Uruc, F., Yildirim, C., Urkmez, A., Aras., B., Yanartas, O., Irmak., M.Y., Yuksel, O.H., Sahin, A., Verit, A. (2017). Circumcision and its potential effects on children’s mental health state. Revista Internacional de Andrologia. http://dx.doi.org/10.1016/j.androl.2016.10.007
Chaves, ECL., Iunes, DH., Moura, CC., Carvalho, LC., Silva, AM., Carvalho, EC. (2015). Anxiety and spirituality in university students: a cross-sectional study. Rev Bras Enferm. 68(3):444-9