• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Penyakit Diabetes Melitus

Sub pokok bahasan : Proses penyakit diabetes melitus Topik : Kenali Diabetes Melitus Lebih Awal

I. Latar belakang

Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang (Diabetes Care, 2004). Sedangkan hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%.

II. Tujuan

a. Tujuan umum

Pada akhir proses penyuluhan klien dan keluarga klien dapat mengetahui tentang diabetes melitus dan hal-hal terkait yang dapat menyebabkan dan upaya mencegah terjadinya penyakit.

b. Tujuan khusus

Setelah diberikan penyuluhan klien serta keluarganya dapat: 1. Menjelaskan pengertian dari diabetes melitus

(2)

3. Menyebutkan tipe penyakit diabetes melitus 4. Memahami tanda dan gejala diabetes melitus 5. Memahami faktor resiko dari diabetes melitus

6. Menyebutkan komplikasi yang mungkin terjadi karena diabetes melitus

7. Memahami upaya yang dapat dilakukan untuk pencegahan diabetes melitus

III. Materi

1. Pengertian diabetes melitus

2. Tipe dan penyebab diabetes melitus 3. Tanda dan gejala diabetes melitus 4. Faktor resiko diabetes melitus 5. Komplikasi diabetes melitus 6. Pencegahan diabetes melitus

IV. Rancangan kegiatan

Sasaran : Klien dan keluarga klien Tempat :

Hari/tanggal : Kamis, 14 September 2017 Waktu : 09.00-10.15 WIB

Metode : 1. Ceramah 2. Tanya jawab Media : Leaflet

Alat :

-V. Kegiatan penyuluhan

No. Waktu Durasi Kegiatan

1. 09.00-09.03 3” Pembukaan:

(3)

 Memperkenalkan diri.  Menjelaskan tujuan dari

penyuluhan.

 Menyebutkan materi yang akan diberikan.

2. 09.03-09.48 45” Pelaksanaan:

 Menjelaskan tentang pengertian dan penyebab diabetes melitus.  Menjelaskan tentang tipe serta

tanda gejala diabetes melitus.  Menjelaskan faktor resiko

terjadinya diabetes melitus.  Menjelaskan komplikasi serta

upaya pencegahan diabetes melitus.

3. 09.48-10.03 15” Pelaksanaan:

 Sesi tanya jawab 4. 10.03-10.13 10” Evaluasi:

 Menanyakan kepada peserta tentang materi yang telah diberikan.

 Reinforcment kepada pasien dan keluarga pasien yang dapat menjawab pertanyaan. 5. 10.13-10.15 2” Penutupan:

 Mengucapkan terima kasih atas peran serta peserta.

 Menutup dengan doa

 Mengucapkan salam penutup.

VI. Evaluasi

a. Evaluasi struktur

(4)

- Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di

- Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya.

b. Evaluasi proses

- Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.

- Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan.

- Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan benar.

c. Evaluasi hasil

- Klien beserta keluarga mengetahui diabetes melitus

- Jumlah peserta hadir dalam penyuluhan minimal 10 orang.

VII. Daftar Pustaka

Newsroom, 2009.Diagnosa dan Medis Diabetes Mellitus. http//diagnose%20DM/agromedia.net.html. (diakses 9 september 2017).

Dahl, Andrew A.”diabetic disease” 21 janurari 2014 http://www.emedicinehealth.com/diabetic_eye_disease/pa ge4_em.htm#diabetic_eye_disease_diagnosis

VIII. Lampiran

a. Materi

Kenali Diabetes Melitus Lebih Awal 1. Pengertian diabetes melitus

Berdasarkan WHO Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis, yang terjadi ketika pankreas tidak cukup memproduksi insulin, atau ketikatubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah(hyperglycaemia) (WHO, 2008).

(5)

Menurut Perkeni (2006), klasifikasi diabetes melitus dibagi

Tipe 2 Bervariasi, mulai dari resistensi insulin yang disertai defisiensi insulin relatif hingga defek sekresi insulin yang dibarengi resistensi insulin.

Tipe lain - Defek genetik fungsi sel β

- Defek genetik kerja insulin

- Penyakit eksokrin pankreas

- Endokrinopati

- Karena obat atau zat kimia

- Infeksi gangguan toleransi glukosa setelah terminasi kehamilan.

a. Diabetes Tipe 1

(6)

biasanya akan mudah terjerumus ke dalam situasi ketoasidosis diabetik (Arisman, 2011).

b. Diabetes tipe 2

DM jenis ini disebut juga diabetes onset-matur (atau onset-dewasa) dan diabetes resistan-ketosis (istilah NIDDM sebenarnya tidak tepat karena 25% diabetes, pada kenyataannya, harus diobati dengan insulin; bedanya mereka tidak memerlukan insulin sepanjang usia). DM tipe 2 merupakan penyakit familier yang mewakili kurang-lebih 85% kasus DM di Negara maju, dengan prevalensi sangat tinggi (35% orang dewasa) pada masyarakat yang mengubah gaya hidup tradisional menjadi modern (Arisman, 2011).

3. Tanda dan gejala diabetes melitus

Tanda serta gejala yang akan muncul pada penderita diabetes melitus adalah:

a. Poliuria (BAK sering dengan volume yang banyak)

Gula tumpah ke dalam urin ketika kadar gula darah naik di atas 160-180 mg / dL. Ketika tingkat gula dalam urin meningkat lebih tinggi lagi, ginjal mengeluarkan air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar gula, maka menghasilkan air seni yang berlebihan.

b. Polidipsia (Sering haus)

Buang air kecil yang berlebihan mengakibatkan rasa haus yang tidak normal.

c. Sering lapar

(7)

Gejala lain untuk Diabetes Mellitus (DM) termasuk penglihatan kabur, pusing, mual, dan menurunnya daya tahan semasa melakukan aktivitas ( Kishore, P. MD, 2008).

4. Faktor resiko

Menurut Suyono (2007), DM di Indonesia akan terus meningkat disebabkan beberapa faktor antara lain :

a. Faktor keturunan (genetik)

b. Faktor kegemukan atau obesitas (IMT > 25 kg/m2)

- Perubahan gaya hidup dari tradisional ke gaya hidup barat

- Makan berlebihan

- Hidup santai, kurang gerak badan c. Faktor demografi

- Jumlah penduduk meningkat

- Urbanisasi

- Penduduk berumur di atas 40 tahun meningkat d. Kurang gizi

5. Komplikasi

I. Hipoglikemia

Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan berkunang-kunang, pitam (pandangan menjadi gelap), keluar keringat dingin, detak jantung meningkat, sampai hilang kesadaran. Apabila tidak segera ditolong dapat terjadi kerusakan otak dan akhirnya kematian.

(8)

pasokan energi sehingga tidak dapat berfungsi bahkan dapat rusak.

Serangan hipoglikemia pada penderita diabetes umumnya terjadi apabila penderita:

- Lupa atau sengaja meninggalkan makan (pagi, siang atau malam)

- Makan terlalu sedikit, lebih sedikit dari yang disarankan oleh dokter atau ahli gizi

- Berolah raga terlalu berat

- Mengkonsumsi obat antidiabetes dalam dosis lebih besar dari pada seharusnya

- Minum alkohol

- Stress

- Mengkonsumsi obat-obatan lain yang dapat meningkatkan risiko hipoglikemia

II. Komplikasi makrovaskular

3 jenis komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada penderita diabetes adalah penyakit jantung koroner (coronary heart disease = CAD), penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer (peripheral vascular disease = PVD).. Kombinasi dari penyakit-penyakit komplikasi makrovaskular dikenal dengan berbagai nama, antara lain Syndrome X, Cardiac Dysmetabolic Syndrome, Hyperinsulinemic Syndrome, atau Insulin Resistance Syndrome. Penderita diabetes sebaiknya selalu menjaga tekanan darahnya tidak lebih dari 130/80 mm Hg

III. Komplikasi mikrovaskular

(9)

penyumbatan pada pembuluh-pembuluh darah kecil. Hal inilah yang mendorong timbulnya komplikasi-komplikasi mikrovaskuler, antara lain retinopati, nefropati, dan neuropati.

IV. Ketoasidosis Diabetik

Banyak terbentuknya asam dalam darah. Hal ini terjadi akibat sel otot tidak mampu lagi membentuk energi sehingga dalam keadaan darurat ini tubuh akan memecah lemak dan terbentuklah asam yang bersifat racun dalam peredaran darah yang disebut keton. Keadaan ini terjadi akibat suntikan insulin berhenti atau kurang, atau mungkin karena lupa menyuntik atau tidak menaikkan dosis padahal ada makanan ekstra yang menyebabkan glukosa darah naik.

V. Hiperosmolar Non-Ketotik

Kadar glukosa darah sangat tinggi sehingga darah menjadi sangat “kental”, kadar glukosa darah DM bisa sampai di atas 600 mg/dl. Glukosa ini akan menarik air keluar sel dan selanjutnya keluar dari tubuh melalui kencing. Maka, timbullah kekurangan cairan tubuh atau dehidrasi.

Gejala Hiperosmolar Non-Ketotik mirip dengan ketoasidosis. Perbedaannya, pada Hiperosmolar Non-Ketotik tidak dijumpai nafas yang cepat dan dalam serta berbau keton. Gejala yang ditimbulkan adalah rasa sangat haus, banyak kencing, lemah, kaki dan tungkai kram, bingung, nadi berdenyut cepat, kejang dan koma.

VI. Kerusakan Ginjal (Nephropathy)

(10)

resiko 20 kali lebih besar menderita kerusakan ginjal dibandingkan dengan orang tanpa DM.

VII. Kerusakan Saraf (Neuropathy)

Neurophaty paling sering terjadi. Hal ini bisa terjadi setelah glukosa darah terus tinggi, tidak terkontrol dengan baik, dan berlangsung sampai 10 tahun atau lebih. Akibatnya saraf tidak bisa mengirim atau menghantar pesan-pesan rangsangan impuls saraf, salah kirim, atau terlambat dikirim. Keluhan neuropati yang paling berbahaya adalah rasa tebal pada kaki, karena tidak ada rasa nyeri, orang tidak tahu adanya infeksi.

VIII. Gangguan Saluran Pencernaan

Mengidap DM terlalu lama dapat mengakibatkan urat saraf yang memelihara lambung akan rusak sehingga fungsi lambung untuk menghancurkan makanan menjadi lemah. Hal ini mengakibatkan proses pengosongan lambung terganggu dan makanan lebih lama tinggal di dalam lambung. Gangguan pada usus yang sering diutarakan oleh penderita DM adalah sukar buang air besar, perut gembung, dan kotoran keras. Keadaan sebaliknya adalah kadang-kadang menunjukkan keluhan diare, kotoran banyak mengandung air tanpa rasa sakit perut.

6. Pencegahan diabetes melitus a. Pencegahan Primordial

(11)

Tindakan yang perlu dilakukan seperti penyuluhan mengenai pengaturan gaya hidup, pentingnya kegiatan jasmani teratur, pola makan sehat, menjaga badan agar tidak terlalu gemuk dan menghindari obat yang bersifat diabetagenik.

b. Pencegahan Primer

Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk kelompok resiko tinggi, yakni mereka yang belum terkena DM, tetapi berpotensi untuk mendapatkan penyakit DM. pada pencegahan primer ini harus mengenal faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya DM dan upaya untuk mengeliminasi faktor-faktor tersebut. Beberapa contoh pencegahan primer diabetes mellitus adalah :

I. Penyuluhan

Edukasi DM adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan mengenai DM. Disamping kepada pasien DM, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan. Berbagai materi yang perlu diberikan kepada pasien DM adalah definisi penyakit DM, faktor-faktor yang berpengaruh pada timbulnya DM dan upaya-upaya menekan DM, pengelolaan DM secara umum, pencegahan dan pengenalan komplikasi DM, serta pemeliharaan kaki.

II. Latihan Jasmani

(12)

Latihan jasmani yang dimaksud dapat berupa jalan, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.

III. Perencanaan Pola Makan

Perencanaan pola makan yang baik dan sehat merupakan kunci sukses manajemen DM. Seluruh penderita harus

melakukan diet dengan pembatasan kalori, terlebih untuk penderita dengan kondisi kegemukan. Menu dan jumlah kalori yang tepat umumnya dihitung berdasarkan kondisi individu pasien.

c. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang ditujukan untuk pendeteksian dini DM serta penanganan segera dan efektif. Tujuan utama kegiatan-kegiatan pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi orang-orang tanpa gejala yang telah sakit atau penderita yang beresiko tinggi untuk mengembangkan atau memperparah penyakit. Beberapa pencegahan sekunder diabetes mellitus antara lain :

I. Diagnosis Dini Diabetes Mellitus

Dalam menetapkan diagnosis DM bagi pasien biasanya dilakukan dengan pemeriksaan kadar glukosa darahnya. Pemeriksaan kadar glukosa dalam darah pasien yang umum dilakukan adalah :

(13)

lebih dari 126 mg/dl dan lebih dari 140 mg/dl jika darah yang diperiksa diambil dari pembuluh vena.

2. Pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu.

Jika kadar glukosa darah berkisar antara 110-199 mg/dl, maka harus dilakukan test lanjut. Pasien didiagnosis DM bila kadar glukosa darah pada pemeriksaan darah arteri ataupun vena lebih dari 200 mg/dl.

3. Test Toleransi Glukosa Oral (TTGO).

Test ini merupakan test yang lebih lanjut dalam pendiagnosaan DM. Pemeriksaan dilakukan berturut-turut dengan nilai normalnya : 0,5 jam < 115 mg/dl, 1 jam < 200 mg/dl, dan 2 jam < 140 mg/dl.

4. Pemeriksaan HbA1C

HbA1C adalah protein yang terbentuk dari perpaduan antara gula dan haemoglobin dalam sel darah merah. Nilai yang dianjurkan oleh PERKENI untuk HbA1C normal (terkontrol) 4 % - 5,9 %. Semakin tinggi kadar HbA1C maka semakin tinggi pula resiko timbulnya komplikasi. Oleh karena itu pada penderita DM kadar HbA1C ditargetkan kurang dari 7 %.

II. Pengobatan Segera

(14)

Selain 2 macam pengobatan tersebut, dapat juga dilakukan dengan terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga kelompok OHO jika dengan OHO tunggal sasaran kadar glukosa darah belum tercapai. Dapat juga menggunakan kombinasi kombinasi OHO dengan insulin apabila ada kegagalan pemakaian OHO baik tunggal maupun kombinasi.

d. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan dari komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin bagi penderita yang mengalami kecacatan. Sebagai contoh, acetosal dosis rendah (80-325 mg) dapat dianjurkan untuk diberikan secara rutin bagi pasien DM yang sudah mempunyai penyakit makroangiopati.

Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien pasien dengan dokter mapupun antara dokter ahli diabetes dengan dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian awal ini menunjukkan bahwa, untuk hasil benda uji yang sejajar panjang tiang menunjukkan kepadatan benda uji yang diambil pada radius terjauh dari sumbu

Intinya, GUI pada Java adalah komponen-komponen penyempurna dalam sebuah sistem, seperti komponen navigasi, komponen-komponen penyempurna dalam sebuah sistem, seperti

Nilai recovery nikel dan besi campuran antara nickeliferous sintetik, sub-bituminous, dan tambahan sulfur hingga 52% yang dilakukan proses milling selama 10 jam

Pada perangkat lunak modifikasi kecemerlngan citra ini diharapkan mempunyai kemampuan dapat memodifikasi citra sesuai yang diinginkan dalam hal ini adalah

Docking membantu dalam mempelajari obat / ligan atau interaksi reseptor / protein dengan mengidentifikasi situs aktif yang cocok pada protein, mendapatkan geometri

AMPENAN  UTARA 71 NTB 15 Pengembangan Kehidupan Sosial‐Budaya  berbasis Kearifan Lokal dan Nasionalisme PENGEMBANGAN POTENSI LOKAL BERBASIS 

oleh konsumen yang dilakukan dengan menggunakan sample 100 responden di Desa Salaman Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

Menjamin operasional boiler sesuai dengan standar operasi dan keselamatan kerja Menyediakan uap air sesuai dengan yang dipersyaratkan untuk operasional Melaksanakan