• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN MADRASAH IBTIDAIYAH DARUSSALAM I DESA PUCANGAN, KARTASURA, SUKOHARJO TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN MADRASAH IBTIDAIYAH DARUSSALAM I DESA PUCANGAN, KARTASURA, SUKOHARJO TAHUN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN MADRASAH IBTIDAIYAH

DARUSSALAM I DESA PUCANGAN, KARTASURA,

SUKOHARJO TAHUN 1967-2007

Indri Hapsari C0505032

Abstract

Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I was originally named MADINU (Madrasah Dinniyah Nahdlatul Ulama). Then, because of one internal reason, MADINU was renamed into Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. In further development, it got better response from the Pucangan Kartosuro people so that, a foundation with legal enterprise was required to manage the madrasah. In its development, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I played educational and religious roles that were important to the society life, particularly to the Pucangan Kartosuro people and surrounding.

The role of Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I in education sector established Kindergarten and Madrasah Ibtidaiyah Darussalam education units, in which the existence of education could improve education for the Pucangan Kartosuro people. Meanwhile in religion sector, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I held TPA, Majelis Taklim and Pekan Dakwah Ramadhan. Such the roles could improve the religious life of the Pucangan Kartosuro people.

Based on the result of discussion above, it could be concluded that the existence of Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I provided dynamic institutional development since 1967 to 2007.

Keyword : Dynamic, Contibution, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I 1

(2)

Pendahuluan

Sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial, manusia sangat membutuhkan pendidikan karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang bahkan akan terbelakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara ( UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ).

Pendidikan Islam sejak awal merupakan salah satu usaha untuk menumbuhkan dan memantapkan kecenderungan tauhid yang telah menjadi fitrah

manusia.1 Pendidikan Islam sebagai lembaga adalah di akui keberadaan

pendidikan Islam sebagai lembaga formal, non formal, dan informal. Sebagai lembaga pendidikan formal di akui keberadaan madrasah yang setara dan sama

dengan sekolah.2 Madrasah adalah personifikasi kebutuhan umat Islam terhadap

pelestarian nilai-nilai dan ajaran agama Islam. Dengan demikian, madrasah adalah penanaman nilai-nilai agama terhadap anak didiknya, selaku generasi umat

muslim sebagai bekal hidup di dunia dan akhirat.3 Latar belakang pertumbuhan

madrasah di Indonesia dapat dikembalikan pada dua situasi, pertama adanya gerakan pembaharuan Islam di Indonesia, dan kedua adanya respon pendidikan

1

Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangnya (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm 30.

2

Haidar Putra daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), hlm. 8.

3

Nunu Ahmad An-Nahidl,dkk, Posisi Madrasah dalam Pandangan Masyarakat (Jakarta: Gaung Persada Perss, 2007), hlm. 34.

(3)

Islam terhadap kebijakan pendidikan Hindia Belanda.4 Pada masa kolonial

Belanda, madrasah dibiarkan hidup sendiri tanpa pengakuan apa-apa, pendidikan Islam dianaktirikan, di kategorikan sebagai sekolah liar, karena pendidikan Islam di anggap sebagai pendidikan moral keagamaan yang mengutamakan rasa intuitif yang memberikan sumber semangat perjuangan bagi rakyat.

Keberadaan madrasah cukup berkembang di Kabupaten Sukoharjo. Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I merupakan salah satu Madrasah Ibtidaiyah yang ada di Kabupaten Sukoharjo, madrasah tersebut berada di Desa Pucangan, Kartasura. Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I merupakan madrasah yang keberadaan dan aktivitasnya sebagai lembaga pendidikan Islam mempunyai peranan pendidikan sekaligus keagamaan yang penting dalam kehidupan masyarakat, khususnya bagi masyarakat desa Pucangan Kartasura. Selain itu Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I juga berperan dan mampu menampilkan dirinya sebagai lembaga pendidikan Islam yang bersahaja dan berjiwa sosial tinggi yang menjadi daya tarik tersendiri sejak berdiri sampai sekarang, sehingga mampu menyatu dengan kehidupan masyarakat Desa Pucangan Kartasura.

Kebutuhan masyarakat akan pendidikan dasar yang bernafaskan Islam di Desa Pucangan, Kartosuro dapat terpenuhi dengan adanya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. Sehingga keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I sangat penting yang harus di jaga dan dikembangkan.

4 Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam di

(4)

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode sejarah. Metode sejarah terbagi menjadi empat tahap yang saling berkaitan satu sama lain. Tahap yang pertama adalah heuristik yaitu suatu proses pengumpulan sumber-sumber sejarah.

Tahap kedua adalah kritik sumber yang bertujuan mencari keaslian data-data yang di peroleh melalui kritik ekstern dan kritik intern. Kritik Sumber yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis artinya menggambarkan suatu fenomena beserta ciri-cirinya yang terdapat dalam fenomena tersebut berdasarkan fakta-fakta yang tersedia.

Tahap ketiga adalah interpretasi yaitu penafsirkan keterangan yang saling berhubungan dengan fakta yang di peroleh, dan kemudian merangkainya. Tahap terakhir adalah historiografi yang merupakan hasil dari penelitian. Data-data yang telah di seleksi dan di uji kebenarannya adalah fakta-fakta yang akan diuraikan dan dihubungkan sehingga menjadi kesatuan yang harmonis, berupa kisah sejarah

yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.5

Pembahasan

Peraturan Pemerintah dan keputusan Menteri Agama serta Menteri Dalam Negeri yang mengatur tentang madrasah, yaitu bahwa madrasah adalah lembaga pendidikan agama Islam yang di dalam kurikulum memuat materi pelajaran agama dan pelajaran umum, mata pelajaran agama pada madrasah lebih banyak di

5

Nugroho Notosusanto, Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Jakarta: Yayasan Indayu), hlm. 36.

(5)

banding dengan mata pelajaran agama di sekolah umum. Madrasah sebagai lembaga pendidikan kedudukannya semakin kuat dalam sistem pendidikan nasional dengan adanya Undang-Undang No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN), yang memberikan penegasan bahwa madrasah adalah sekolah umum yang berciri khas agama Islam. Perkembangan Pendidikan Madrasah di Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan tumbuh dan berkembangannya ide-ide pembaharuan pemikiran di kalangan umat Islam. Permulaan abad XX timbul beberapa perubahan pemikiran bagi umat Islam

Indonesia dengan masuknya ide-ide pembaharuan.6

Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, madrasah memulai proses pertumbuhannya atas dasar semangat pembaharuan dikalangan umat Islam. Latar belakang kelahiran madrasah bertumpu pada dua faktor penting, pertama, pendidikan Islam tradisional di anggap kurang sistematis dan kurang memberikan kemampuan pragmatis yang memadai. Kedua, laju perkembangan sekolah-sekolah ala Belanda di kalangan masyarakat cenderung meluas dan membawakan watak sekularisme sehingga harus diimbangi dengan sistem pendidikan Islam

yang memiliki model dan organisasi yang lebih teratur dan terencana.7 Sikap tidak

peduli terhadap lembaga pendidikan Islam di ambil karena pemerintah Belanda merasa tidak perlu dan tidak ada gunanya untuk melakukan sesuatu, karena pendidikan Islam di anggap sebagai pendidikan moral keagamaan yang

6 Haidar Putra Daulay, op. Cit, hlm. 63.

7

(6)

mengagungkan rasa intuitif yang memberikan sumber semangat perjuangan bagi

rakyat.8

Kebijakan yang kurang menguntungkan terhadap pendidikan Islam masih berlanjut pada masa penjajahan Jepang, meskipun terdapat beberapa modifikasi. Walaupun di akui lebih memberikan kebebasan daripada penjajahan Belanda, tetapi kebijakan dasar pemerintah penjajah Jepang berorientasi pada penguatan kekuasaannya di Indonesia. Pemerintah Jepang memegang kendali yang sangat ketat dalam program-program pendidikan di Indonesia, walaupun dalam kenyataannya menghadapi kendala kurangnya tenaga pengajar yang memenuhi kriteria. Untuk memutus hubungan dengan pemerintah Hindia Belanda, pemerintah Jepang menghapuskan sekolah-sekolah berbahasa Belanda.

Perkembangan madrasah pada masa awal kemerdekaan terkait dengan peran Departemen Agama yang mulai resmi berdiri 3 Januari 1946. Lembaga tersebut secara intensif memperjuangkan politik pendidikan Islam di Indonesia. Orientasi usaha Departemen Agama dalam bidang pendidikan Islam bertumpu pada aspirasi ummat Islam agar pendidikan agama diajarkan disekolah-sekolah, di samping pada pengembangan madrasah itu sendiri. Secara lebih spesifik, usaha ini ditangani oleh satu bagian khusus yang mengurusi masalah pendidikan agama. Dalam salah satu dokumen disebutkan bahwa tugas bagian pendidikan di lingkungan Departemen Agama itu meliputi : (1) Memberi pengajaran agama di sekolah negeri dan partikulir,(2) Memberi pengetahuan umum di madrasah, dan

8

Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Visi, Misi, dan Aksi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 8.

(7)

(3) Mengadakan Pendidikan Guru Agama(PGA) dan Pendidikan Hakim Islam

Negeri (PHIN).9

Kebijakan pemerintah Orde Baru mengenai pendidikan agama, termasuk madrasah bersifat positif dan konstruktif. Pemerintah Orde Baru memandang bahwa lembaga madrasah tersebut harus dikembangkan dalam rangka pemerataan kesempatan dan peningkatan mutu pendidikan. Kebijakan seperti ini lebih kuat tercermin dalam komitmen Orde Baru untuk menyelenggarakan pendidikan

agama sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem Pendidikan Nasional.10

Sejak lahirnya sistem madrasah di Indonesia telah memiliki ciri khas yang membedakannya dari pesantren dan sekolah umum, yaitu upaya untuk mengkonvergensikan antara mata pelajaran umum dengan mata pelajaran agama. Ciri tersebut terlihat pada sistem pengajaran madrasah menggunakan sistem klasikal, di mana sekelompok siswa dengan kemampuan rata-rata hampir sama dengan usia yang hampir sama, menerima pelajaran dari seorang guru mata pelajaran tertentu, supaya ada diskusi dalam waktu dan tempat yang sama. Perbedaan madrasah dengan sekolah umum adalah kurikulum agama yang lebih banyak di banding dengan pelajaran agama di sekolah umum. Sekolah umum pelajaran agama 2 jam, sedangkan di madrasah pelajaran agama menjadi 4 sampai

9Maksum , op. cit, hlm. 123. 10

(8)

7 jam untuk Madrasah Ibtidaiyah dan 10 jam untuk Madrasah Tsanawiyah dan

Madrasah Aliyah.11

Filosofi pendirian madrasah, yaitu untuk mendidik anak agar mengetahui ajaran agama dan dapat mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan pendidikan madrasah lebih menekankan kepada dimensi moral dan spiritual. Orientasi pendidikan yang dikembangkan lebih ditujukan untuk mencapai keridhaan Tuhan, yang pada gilirannya akan mendatangkan kebutuhan-kebutuhan

lain yang bersifat keduniawiaan.12 Filosofi tersebut yang dapat di lihat dan

terkandung dalam pendirian Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I yang terletak di Desa Pucangan Kartasura.

Pendirian Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I di latar belakangi oleh keprihatinan terhadap kondisi masyarakat di Desa Pucangan Kartasura di mana Kehidupan masyarakat pada waktu itu kurang mempedulikan pendidikan bagi anak-anaknya, karena orang tua yang memiliki anak hanya di haruskan membantu orang tuanya di sawah dari pada harus menuntut ilmu di sekolah. Keadaan seperti itu bukan tanpa alasan, karena keberadaan sekolah maupun madrasah di sana pada waktu itu masih sangat terbatas, dan pengetahuan orang tua akan arti pendidikan bagi anak-anaknya masih kurang. Selain jumlah sekolah atau madrasah yang masih terbatas. Padahal setiap orang tua berkeinginan mempunyai anak yang berkepribadian baik, atau setiap orang bercita-cita mempunyai anak yang saleh yang senantiasa membawa harum nama orang tuanya, karena anak yang baik

11

Husni Rahim. Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), hlm. 134.

12

(9)

merupakan kebanggaan orang tua. Anak yang saleh senantiasa mendoakan orang tuanya merupakan amal baik bagi orang tua yang akan mengalir terus menerus pahalanya walaupun orang tua itu sudah meninggal dunia.

Keadaan tersebut mendorong Syaebani untuk memperbaiki kehidupan masyarakat melalui pendidikan, hal tersebut juga dirasakan oleh para pendiri yang lain. Mereka merasakan adanya kebutuhan masyarakat Pucangan terhadap pendidikan dasar yang bernafaskan Islam. Para pendiri tersebut adalah sekolompok orang yang sering mengadakan pengajian rutin di Desa Pucangan, dan mereka memiliki latar belakang pendidikan yang sama, yaitu pesantren. Hal tersebut mempermudah bagi mereka menyamakan visi dan misi untuk mendirikan madrasah atau sekolah dasar yang bernafaskan Islam.

Perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I di kelompokan dalam beberapa periode antara lain :

1. Masa Perintisan (1967-1978)

Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I sebelumnya bernama MADINU (Madrasah Diniyah Nahdhatul Ulama) yang didirikan pada tahun 1967. Kemudian pada tahun 1970 berubah nama menjadi Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. Periode tersebut merupakan tahap perjuangan pengurus yayasan untuk memformalkan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I.

2. Masa Terdaftar (1979-1988)

Periode tersebut Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I memperoleh status terdaftar pada tanggal 5 April 1978, dengan nomor piagam Madrasah

(10)

Lk/3.c/650/Pgm/MI/1978. Dengan di perolehnya status terdaftar tersebut, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I di beri hak menurut hukum untuk menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran serta diperbolehkan untuk mengikuti ujian persamaan madrasah negeri.

Kurikulum yang di terapkan di Madarasah Ibtidaiyah Darussalam I sesuai dengan kurikulum yang di tetapkan Kementerian Agama Kabupaten Sukoharjo. Adapun mata pelajaran yang menjadi ciri khas dari Madarasah Ibtidaiyah Darussalam I adalah mata pelajaran agama yang meliputi sebagai berikut :

1. Al Qur’an dan Hadits

Mata pelajaran Qur’an-Hadits dimaksudkan untuk memberikan bekal kepada siswa untuk memahami ayat-ayat Al Qur’an dan Hadits Nabi sebagai sumber utama ajaran agama Islam. Bahan kajian mata pelajaran ini mencakup pengetahuan tentang ulumul Qur’an, ilmu hadits dan ayat-ayat serta hadits pilihan.

2. Aqidah-Akhlak

Mata pelajaran aqidah-akhlak di maksudkan untuk memberikan pengetahuan pemahaman, dan penghayatan tentang keimanan dan nilai-nilai akhlak yang merupakan dasar utama dalam pembentukan kepribadian muslim, dengan mengarahkan siswa menjadi manusia yang beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur.

3. Fiqih

Mata pelajaran fiqih dimaksudkan untuk memberikan bekal pengetahuan dan kemampuan mengamalkan ajaran Islam dalam aspek hukum, baik yang berupa ajaran ibadah maupun mu’amalah. Hukum yang terkandung dalam ibadah

(11)

shalat, zakat, puasa, haji, dan lainnya berupa syarat-syarat, rukun-rukun, kewajiban-kewajiban atau sunnah-sunnahnya.

4. Tarikh (Sejarah Kebudayaan Islam)

Mata pelajaran Tarikh (Sejarah Kebudayaan Islam ) dimaksudkan untuk memberikan bekal kemampuan kepada siswa untuk memahami diri sebagai muslim serta menumbuhkan kesadaran dan gairah Islamiah.

5. Bahasa Arab

Mata pelajaran Bahasa Arab di maksudkan untuk memberikan bekal pengetahuan dan kemampuan menggunakan Bahasa Arab baik untuk memahami ajaran Islamdari sumber utamanya maupun untuk bekal dasar bagi pengembangan lebih lanjut di jenjang pendidikan tinggi.

3. Masa Kemunduran (1989-1995)

Periode tersebut perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I banyak mengalami permasalahan, terutama pada pengelolaan madrasah. Pengelolaan madrasah dilakukan apa adanya, tidak menggunakan prinsip-prinsip manajemen yang baik. Hal ini di sebabkan pembagian peran dalam pengelolaan madrasah tidak jelas, bahkan terkesan ada dominasi dari Yayasan Pendidikan Darussalam. Hal ini bukan berarti yayasan mengambil semua pekerjaan madrasah. Bahkan pihak yayasan seperti menyerahkan hidup mati madrasah pada guru dan kepala madrasah. Hal ini justru menjadi permasalahan bagi guru Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I, karena para guru seakan-akan menanggung beban sendirian dan

(12)

tidak ada yang membantu. Padahal seharusnya keberadaan Yayasan sangat penting bagi perkembangan madrasah, karena pengaruh yayasan sangat besar terhadap madrasah, namun pengaruh yang sangat besar tersebut lebih bersifat pada penentuan kebijakan madrasah, tetapi dalam memberikan solusi terhadap persoalan yang dihadapi madrasah sangat rendah.

4. Masa Perkembangan (1996-2007)

Pengelolaan madrasah yang cenderung di lakukan apa adanya, dan ketidakjelasan pembagian peran antara pengelola madrasah dengan yayasan tidak membuat madrasah ini menjadi mati, namun harus mulai berbenah diri agar tetap menjaga eksistensi dan mewujudkan madrasah unggulan masa depan.

Program pemberdayaan madrasah di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I di laksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan citra madrasah dan memiliki berapa karakteristik dari Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. Karakteristik perubahan yang di harapkan adalah sebagai berikut :

1. Semakin meningkatnya keterkenalan Madrasah Ibtidaiyah

Darussalam I sebagai madrasah unggulan sehingga mencapai wilayah yang lebih luas dari sebelumnya.

2. Semakin meningkatnya daya tarik madrasah sehingga jumlah siswa

semakin meningkat.

Sebagai tindak lanjut dari program pemberdayaan madrasah, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I menjalin kerja sama dengan STAIN Surakarta yang berlokasi tidak jauh dari Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I, kerja sama dalam peningkatan mutu Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I berbasis masyarakat. Tujuan

(13)

program ini adalah terwujudnya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I yang mandiri dan berkualitas berdasarkan konsep school based management (SBM).

Semula pihak madrasah meragukan akan tercapai atau akan tumbuh partisipasi masyarakat karena selama ini madrasah sangat berhati-hati terhadap kata partisipasi masyarakat. Bahkan ketua yayasan mengingatkan kepada kepala madrasah untuk tidak membebani masyarakat dalam hal meningkatkan mutu madrasah. Dengan pendekatan yang komunikatif serta tidak melakukan paksaan, ternyata kesadaran masyarakat mulai tumbuh. Para orang tua dan alumni tersentuh untuk ikut meningkatkan kualitas sarana dan lulusan madrasah, dengan memberikan sumbangan pengadaan komputer, dan ikut mempromosikan keberadaan madrasah yang di cintainya.

Keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I selama ini telah membantu memberikan pendidikan yang layak bagi masyarakat Desa Pucangan Kartasura. Meskipun bukan menjadi pilihan utama bagi masyarakat Desa Pucangan Kartosuro, keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I telah berperan dalam memberikan pendidikan tingkat dasar bagi masyarakat Desa Pucangan Kartasura. Keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I juga masyarakat Desa Pucangan Kartosuro menjadi pilihan pendidikan dengan nuansa Islam terhadap masyarakat Desa Pucangan Kartasura.

Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I tidak hanya di tuntut untuk dapat menyelenggarakan pendidikan dasar yang berciri khas Islam, tetapi lebih jauh Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I juga memainkan peran sebagai basis dan benteng tangguh yang akan menjaga dan memperkukuh etika dan moral

(14)

masyarakat. Melalui sifat dan bentuk pendidikan yang di milikinya, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I juga berfungsi sebagai media sosialisasi nilai-nilai ajaran agama kepada anak didik secara lebih efektif karena di berikan sejak dini. Peranan dalam bidang agama Madrasah Ibtidaiyah Darussalam di wujudkan dalam menanamkan akhlakul kharimah, memelihara kelangsungan tradisi keislaman, media sosialisasi nilai-nilai keislaman, benteng moralitas masyarakat.

Kesimpulan

Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I merupakan salah satu madrasah ibtidaiyah yang ada di Kabupaten Sukoharjo yang di dirikan dan di kelola oleh Yayasan Pendidikan Islam Darussalam. Lahirnya Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I di latar belakangi oleh kehidupan masyarakat Kartasura yang kurang mempedulikan masalah pendidikan dan kurangnya kebutuhan masyarakat Pucangan terhadap pendidikan dasar yang bernafaskan Islam. Keprihatinan terhadap kondisi masyarakat di Desa Pucangan Kartasura tersebut mendorong Syaebani dan para pendiri Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I untuk memperbaiki kehidupan masyarakat melalui pendidikan.

Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I pada awalnya bernama MADINU (Madrasah Dinniyah Nahdlatul Ulama) yang didirikan pada tahun 1967, yang kemudian tahun 1970 berganti nama menjadi Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I. Perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I pada tahun 1990 pernah mengalami banyak permasalahan, terutama pada pengelolaan madrasah. Hal ini di sebabkan Yayasan Pendidikan Islam Darsussalam mendominasi pembagian peran

(15)

dalam pengelolaan madrasah tersebut. Perkembangan selanjutnya, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I berusaha meningkatkan kualitas dan mutu pendidikannya dengan melaksanakan program pemberdayaan madrasah, yang berupaya untuk membangun kesadaran bersama masyarakat di lingkungan madrasah agar lebih berdaya dalam meningkatkan kualitas dirinya, agar di masa-masa yang akan datang memiliki kualitas yang lebih baik dan berkembang lebih maju.

Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I berusaha membina dan menjalin hubungan baik dengan masyarakat Desa Pucangan Kartosuro, hal ini menunjukan bahwa Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I merupakan lembaga pendidikan agama Islam yang tak terpisah dari masyarakat di sekitarnya. Peranan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I terhadap masyarakat Desa Pucangan Kartasura meliputi bidang pendidikan dan agama.

Pendidikan memegang peran yang sangat penting dan harus merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Salah satu peran penting pendidikan adalah menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan perubahan zaman. Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I mewujudkan peran penting dalam bidang pendidikan yaitu mendirikan satuan pendidikan dari Taman Kanak-kanak Darussalam dan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I

Peranan dalam bidang agama, karena agama mengajarkan kepada manusia untuk tunduk dan patuh kepada Tuhan. Ajaran agama juga berisi ketahuidan yang harus dicerminkan dalam kehidupan sehari-hari yang bertujuan memberi dasar pegangan keyakinan hidup.

(16)

Peranan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam di wujudkan dalam bentuk nyata, di antaranya mendirikan Taman Pendidikan Al Qur’an, Majelis Takhlim, Perkumpulan Yasinan, dan Pekan Dakwah Ramadhan. Peranan tersebut dapat meningkatkan kehidupan beragama masyarakat Pucangan Kartasura. Peranan Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I terhadap masyarakat desa Pucangan dalam bidang agama di harapkan tidak hanya dilakukan di waktu sekarang ini, tetapi juga di masa yang akan datang. Sebagai lembaga pendidikan yang konsen terhadap bidang pendidikan dan keagamaan, Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I terus berusaha mempertahankan dan meningkatkan peranan terhadap masyarakat desa Pucangan Kartasura sesuai dengan visi dan misi Madrasah Ibtidaiyah Darussalam I yaitu Menjadikan madrasah yang mampu bersaing, bertauhid dan beraqidah ahlusunnah wal jama’ah untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akherat berdasarkan Al Qur’an, Al Hadits, Ijma dan Qiyas.

(17)

Daftar Pustaka

Abdul Rachman Saleh. 2000. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Visi, Misi, dan Aksi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Abudin Nata, ed. 2001. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.

Haidar Putra Daulay. 2007. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Husni Rahim. 2001. Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

H. Maksum. 1999. Madrasah, Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Nunu Ahmad An-Nahidl, dkk. 2007. Posisi Madrasah dalam Pandangan Masyarakat. Jakarta: Gaung Persada Perss.

Nugroho Notosusanto. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer. Jakarta: Yayasan Indayu.

Referensi

Dokumen terkait

The photographs mostly show young women with her pretty face and wearing modern clothes, we see that the representation of healthy women is tend to be modern, eventhough

Kondisi ini juga didukung dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap beberapa pegawai yang bekerja di bagian penerimaan berkas, loket dan petugas

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum empiris, yaitu penelitian hukum yang berfokus pada perilaku masyarakat hukum. Penelitian

Untuk melakukan penilaian kinerja dosen berdasarakan indeks kepuasan mahasiswa dapat menerapkan metode clustering K-Means. Data diperoleh dari mahasiswa melalui

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir

Dikaitkan dengan fenomena Solidaritas DX Bandoeng, para anggota DX Bandoeng merupakan aktor yang mengkontruksi kehidupan mereka sendiri dalam tindakan solidaritas sesama

Pada hakikatnya, ipok kala dianggap sebagai kekuatan ghaib yang sangat kuat, dan sewaktu meraikan (merayakan) dalam rangka upacara kaul, doa dituju kepada ipok ini supaya

Microsoft DOS (Disk Operating System)   adalah salah satu sistem operasi   adalah salah satu sistem operasi yang banyak digunakan oleh komputer IMB-PC maupun oleh