• Tidak ada hasil yang ditemukan

HIS-02: Harbul Ishobah As-Siyasiyah, Politik Gerakan Jihad

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HIS-02: Harbul Ishobah As-Siyasiyah, Politik Gerakan Jihad"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

HIS-02:

Harbul Ishobah As-Siyasiyah,

Politik Gerakan Jihad

KIBLAT.NET- Jagat pemikiran jihad di dunia maya sedang ramai memperbincangkan sebuah gagasan baru dari Abdullah bin Muhammad. Kali ini, pemilik akun @strateeegy tersebut mengusung sebuah ide perlawanan politik (siyasi) dalam serial tulisan yang ia beri judul: Harbul Ishobah As-Siyasiyah (HIS).

Ide tersebut didasari fenomena perjuangan umat Islam di Libya pasca Gadhafi. Di mana sekelompok jihadis tetap fokus dan konsentrasi pada perlawanan senjata, sementara sekelompok jihadis lainnya mulai merambah ke gedung parlemen negeri tersebut, dengan alasan semaksimal mungkin mencegah alat negara menjadi predator gerakan jihad.

Sebagai sebuah ide baru, apalagi terlanjur ada dogma tertentu terkait istilah politik (siyasi), tentu saja mengundang pro dan kontra di kalangan para pemikir jihad lainnya. Namun, sebenarnya apa gagasan Abdullah bin Muhammad dengan Harbul Ishobah As-Siyasiyah-nya itu? Apakah ia mengajak gerakan jihad untuk meletakkan senjata dan membaur dalam parlemen di sebuah system demokrasi sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian aktivis?

(2)

Dalam kesempatan sebelumnya kiblat.net telah memuat terjemah utuh artikel Harbul Ishobah As-Siyasiyah tulisan Syaikh Abdullah bin Muhammad. Artikel tersebut langsung mendapatkan respon dari beberapa tokoh jihad.

Pada kesempatan kali ini, kiblat.net menghadirkan tanggapan dari Syaikh Abu Qatadah. Selamat menyimak.

TIDAK DIPERKENANKAN MENGGANDAKAN SEBAGIAN ATAU SELU-RUH NASKAH INI UNTUK TUJUAN KOMERSIAL TANPA IZIN TERTULIS

(3)

Alhamdulillahirobbil ‘alamin dan shalawat dan salam kepada makhluk paling mulia dan imam para rasul Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga dan kepada seluruh para sahabatnya.

Amma ba’du

Inilah tanggapan Syaikh Abu Qatadah terhadap ustadz Abdullah bin Muhammad setelah beliau menampilkan makalah beliau di hadapan para penuntut ilmu dan para cendikiawan. Dan diskusi dalam masalah ini sudah selesai dengan memberikan penilaian terhadap poin mana yang benar dan mana yang keliru. Tanggapan syaikh kami membuka cakrawala berpikir dan mengkaji lebih dalam agar mampu nantinya membuahkan hasil dan bermanfaat bagi perjalanan aliran salafi jihadi.

Syaikh Abu Qotadah berkata:

Saya telah mengkaji tulisan ustadz Abdullah bin Muhammad yang berjudul Harbul Ishabah As-Siyasiyah (perang gerilya politik). Dalam makalah tersebut beliau memberikan beberapa pandangan yang sangat bagus sekali untuk dikaji dan ditelaah. Masalah seperti ini tidak cocok bagi para pemula.

Saya mencoba untuk berkontribusi dalam makalah beliau. Mudah-mudahan kontribusi saya bisa menyingkap hal-hal baru sebelum makalah beliau menjadi sebuah kerangka berpikir. Maka di awal saya katakan melihat sebuah masalah pada hal yang fundamental (ushul) lebih dikedepankan dari pada melihatnya pada hal-hal furu’. Oleh sebab itu, saya meminta kerelaan beliau untuk memberikan beberapa tanggapan berikut ini yang mana saya yakin hal ini juga menjadi pikiran beliau.

Tanggapan

Syaikh Abu Qatadah

Terhadap Tulisan Syaikh Abdullah bin Muhammad, "Harbul Ishobah As-Siyasiyah" (Perang Gerilya Politik)

Penerjemah : Miftahul Ihsan, Lc. Editor : Hamdan

(4)

Ibrah dalam dunia konflik tidak semata berkaitan dengan bahwa pendapat itu baik (atau buruk—Red) saja. Tetapi juga erat kaitannya dengan memungkinkan sebuah ide tersebut untuk direalisasikan atau tidak(probabilitas). Khayalan merupakan hal yang indah akan tetapi indah pada dunia khayalan saja karena cendrung khayalan tersebut tidak realistis. Bahkan segala sesuatu semakin tidak membumi (jauh dari realitas) akan menjadi semakin indah dan enak jika hanya sebatas perkataan saja.

Ustadz Abdullah bin Muhammad menyajikan di hadapan kita sebuah gambaran yang indah tentang perang politik yang berdasarkan pada teori gerilya politik. Hal ini sebenarnya juga ada dalam pikiran para komandan dan setiap orang yang ingin Islam berkuasa mereka percaya bahwa yang namanya perang harus berada dalam sebuah tujuan politik. Saat sebuah peperangan jauh dari politik maka perang tadi hanya sebuah kesia-siaan yang hanya akan menghancurkan dan tidak bermanfaat.

Pemikiran seperti ini (perang tanpa politik) sama sekali tidak terpikir oleh para komandan jihad modern. Dan menurut saya sebuah tindakan yang kurang tepat jika menghukumi jama’ah jihad hari ini dengan kesalahan-kesalahan masa lalu.

Harakah Jihad telah mengeluarkan segala potensinya untuk mencapai tujuannya. Di antara usaha yang dilakukan adalah berkoalisi dengan Taliban. Di samping berbagai upaya yang dilakukan oleh jamaah jihad untuk menghadirkan perlindungan keamanan dan upaya-upaya politik yang terukur dengan pihak-pihak yang lebih sedikit menimbulkan bahaya. Kesalahan masa lalu ini tidak layak untuk diekspos lagi saat ini, karena dengan mengekposnya adalah sebuah kesalahan yang dilakukan sang pengekspos.

Ide untuk mengembangkan sayap politik bersamaan dengan langkah-langakah sayap militer bukanlah sesuatu yang tidak dilakukan oleh jamaah jihadiyah sehingga tidak layak menuduh mereka dengan penggambaran seperti ini bahwa mereka tidak memikirkan politik).

Maka cukup adil kalau kita mengetahui kalau harakah jihad dengan pandangan mereka yang visioner dalam memerangi kejahiliyahan dan di antara cara yang mereka tempuh adalah menguliti setiap kelompok murtad dari muka bumi agar mereka bisa mewujudkan

(5)

keislaman mereka dan meletakkan pondasi-pondasi utamanya yang mana hal ini juga disebut dengan “legitimasi syar’i”. Maknanya adalah bagaimana hukum itu hanya menjadi milik Allah satu-satunya.

Dan saya garis bawahi adalah tujuan utama (menjadikan hukum milik Allah) yang merupakan kewajiban yang harus ada di awal merupakan perkara yang agak mustahil diwujudkan dengan cara yang ustadz Abdullah bin Muhammad rekomendasikan (turut serta dalam proses demokrasi—Pent).

Apa yang saya sampaikan ini bukanlah bentuk persetujuan saya terhadap pikiran-pikiran ustadz Abdullah bin Muhammad dalam hal pandangan beliau bahwa pergerakan perilaku politik harus selalu bersamaan dengan tindakan perang. Akan tetapi yang saya sampaikan ini adalah memperlakukan perilaku jamaah jihad di masa lalu dengan adil dan saya rasa tidak perlu menyalahkan jamaah jihad dan mengkritik jamaah jihad dengan cara seperti ini menurut saya bukanlah sebuah tindakan yang adil.

Setiap orang yang objektif, dan Anda (ustadz Abdullah bin Muhammad) adalah orang yang objektif, akan mengetahui bahwa pendirian sebuah negara modern di bawah bangunan jahiliyah (PBB) pasca Perang Dunia II tidak memungkinkan. Negara tersebut disusupi baik oleh personal ataupun kelompok karena bangunan kebangsaan atau nasionalisme, berada di bawah sebuah institusi jahilyah yang bersifat universal. Hal ini telah Anda sampaikan saat Anda berbicara tentang elemen-elemen untuk menyelesaikan pertempuran. Anda berpendapat bahwa negara itu hanyalah bagian dari sebuah tatanan yang besar. Maka upaya apapun untuk memisahkan negara ini dari sebuah tatanan yang besar (PBB) sama saja mimpi di siang bolong.

Hal ini sama saja menarik sebuah negara dari hukum internasional untuk dikritik kemudian membangun “bangunan emas” di dalamnya tanpa mengindahkan hukum internasional. Padahal hukum ineternasional menjadikan negara ini bagian-bagiannya. Oleh kerena itu Usamah bin Ladin menyarankan kepada harakah

jihad agar keluar dari pandangan yang bersifat nasional kemudian

berjihad melawan kepala ular. Dan telah terbukti bahwa negara nasional tadi telah membaur dengan sistem global karena adanya keterikatan dengan aturan-aturan yang satu sama lain saling

(6)

berkaitan sehingga hal tersebut mengakibatkan adanya jihad melawan pemerintahan lokal dan global secara bersamaan.

Maka upaya apapun untuk mengeluarkan satu unsur kekafiran (negara lokal) dari sistem global kekafiran tanpa melemahkan sistem pusatnya (AS) hanyalah ide yang sia-sia yang akan berujung kepada keputusasaan yang menjatuhkan amalan, atau membuat orang putus lalu mengalah. Kedua-duanya sama buruknya bagi akidah jamaah jihad. Kita telah menyaksikan kelompok-kelompok Islam yang berbasis kedaerahan mengalami kejatuhan karena sebab ini, bukan karena sebab lainnya.

Hal ini nampak jelas untuk peristiwa-peristiwa sebelum terjadi

Arab Spring yang menimbulkan adanya celah pada sistem jahiliyah

global, sekaligus memberikan kemudahan bagi kelompok jihad untuk bergerak.

Kalau begitu apa yang dikatakan oleh Ustadz dalam makalahnya: “Dan hal inilah yang gagal yang diatasi oleh para mujahidin karena sempitnya pemahaman siyasah syar’iyyah mereka?”

Pernyataan ini adalah perkataan yang tidak benar dan tidak objektif karena yang membuat jihadis gagal adalah tertutupnya celah untuk bergerak dan tidak adanya celah yang ada pada sistem global jahiliyah ini.

Sebelum saya masuk ke pokok permasalahan, legalitas syar’inya dan kemungkinan realisasi hal tersebut—sebelum saya mendiskusikan pengalaman jihad Libya yang menjadi sandaran Ustadz untuk membenarkan gagasanya, maka saya ingin memberikan catatan penting terhadap contoh yang oleh sang Ustad dijadikan sandaran sehingga tidak menjadi kekeliruan dalam menjadikannya contoh : Ustadz berkata: “Amerika membangun strateginya pasca Perang Dunia II didasarkan pada laporan-laporan sebelumnya yang telah dikaji oleh para penasihat politiknya.” Hal ini tidaklah benar. Yang benar, tokoh pediri Amerika adalah orang-orang yang tidak peduli keadaan politik di luar Amerika karena pikiran mereka hanyalah pikiran bisnis semata. Maka keinginan terbesar mereka adalah menikmati keadaan dalam negeri mereka tanpa peduli kondisi luar negeri.

(7)

Toh andaikata mereka memikirkan keadaan luar negeri itupun hanya jika mengutungkan bagi bisnis mereka, bukan didasarkan pada kolonialisme.

Oleh kerena itu setiap usaha Eropa mengajak Amerika dalam Perang Dunia I selalu berujung kegagalan. Bahkan saat kapal uap mereka di tenggelamkan oleh Jerman, mereka tidak juga mengubah strategi mereka yang tidak peduli dengan apa yang terjadi di luar benua mereka.

Hal ini terus berlangsung sampai Perang Dunia II. Bahkan Roosevelt dua kali menghadap kongres meminta persetujuan mereka untuk ikut berperang melawan Jerman membantu Eropa. Tetapi kongres tetap menolaknya. Hingga serangan Pearl Harbour, barulah kongres memberikan izin perang.

Saya meminta saudara sekalian membaca buku “Nadzarul Aulamah” (Janji Globalisasi) karangan Abdul Hay Zalum” agar kalian bisa melihat penyebab terjadinya serangan Pearl Harbour dan bagaimana kejadian ini mampu memaksa para pemegang kebijakan di Amerika untuk ikut berperang melawan Jerman. Setelah kejadian itu, barulah Amerika masuk ke dalam kancah kolonisalisme, baik secara ideologis maupun praktek. Ustadz Abdullah bin Muhammad berkata: “Sesungguhnya Eropa Timur jatuh tanpa sedikitpun peluru yang ditembakkan.” Saya berharap ustadz memaafkan saya, beliau adalah seorang pengamat yang baik. Saya katakan kepada beliau bahwa yang meruntuhkan rezim Uni soviet adalah perang bintang atau persaingan senjata. Harakah-harakah jihad lebih suka menisbatkan jatuhnya Uni soviet adalah karena kekalahan di Afganistan. Ini adalah sesuatu yang disukai dan penafsiran yang sah-sah saja.

Kalau kejatuhan Soviet kita nisbatkan kepada jihad Afghan hal ini maka otomatis apa yang disampaikan ustad terbantahkan. Kalau kita tinggalkan asumsi bahwa runtuh Uni Soviet karena Jihad Afghan dan kita mengikuti teori Barat, maka kita harus mengatakan bahwa persaingan persenjataan itu berarti menciptakan ketakutan.

(8)

Dalam agama, itu merupakan amal jihad. Itulah (persaingan persenjataan) yang menyebabkan runtuhnya Uni Soviet. Uni Soviet adalah adalah sumber pergerakan maka dengan jatuhnya Uni soviet maka runtuhlah negara-negara komunis.

lll

Sekarang saya mencoba menanggapi dalil yang disampaikan Ustadz Abdullah bin Muhammad yaitu perihal terkait pengalaman jihadis Libya.

Saya sampaikan kepada Ustadz ungkapan kasih sayang. Disebutkan bahwa “menghukumi sesuatu itu menggambarkan pemahaman seseorang terhadap sesuatu tersebut”.

Apakah betul yang melarang? Apakah yang mereka larang? Sungguh saya tidak mengetahuinya

Minimal mereka telah memberikan kemajuan, kemajuan apa? Sungguh saya tidak tahu.

Saya berharap Ustadz memaafkan saya. Keberhasilan apa yang diraih Jamaah Muqatilah Libya (LIFG)?

Setiap negara punya ciri khas masing-masing. Inilah kebenarannya. Para komandan Jamaah Muqatilah Libya (LIFG) telah berhasil menciptakan pertarungan yang komprehensif melawan kubu sekuler. Inilah adalah prestasi mereka, bisa saja Anda tidak sepakat beberapa prakteknya. Tidak apa-apa.

Koalisi, inilah sebenarnya rahasianya.

Akan tetapi apakah Libya sama dengan Suriah? Apakah Libya sama dengan Yaman?

Coba bandingkan realita Libya yang semua rakyat mengangkat senjata melawan Gadhafi termasuk Ikhwanul Muslimin. Mereka (rakyat) tidak adanya background ideologi dan mazhab sebelumnya. Jika dibandingkan dengan dengan Yaman yang mana Ikhwanul Muslimin untuk mengemukakan pendapat saja mereka tidak mau padahal negara tengah dirampok.

(9)

Apakah Harakah Jihad di Suriah kehabisan nafasnya sehingga mereka rela untuk berhukum dengan hukum internasional dengan tema koalisi, mereka tidak melakukan hal ini kecuali setelah para

ghulat yang merusak harakah jihad, hingga seseorang meletakkan

tangannya di di dadanya sembari berkata “kalau bukan karena perlindungan Allah, jihad (Suriah) ini akan binasa.

Rahasia dari perkataan Ustadz adalah “Koalisi di bawah payung syar’i”. Hal ini bisa diterima. Koalisi adalah bersekutu, maknanya adanya unsur lain selain jamaah jihad. Siapa mereka? Biarkan saya berterus terang kepada semuanya.

Sejujurnya pasca mulainya revolusi demi revolusi dan masuknya para jihadis ke dalam jihad yang lebih luas (jihad bersama rakyat) dan tidak lagi melakukan jihad terbatas, saya terus berpikir akan pertanyaan yang sulit: bagaimana jihadis bisa bersinergi dengan jamaah islami (non jihadi) yang lain. Yang saya maksud adalah Ikhwanul Muslimin, karena mereka yang paling besar.

Jika dikatakan: “Jika Salafi jihadi pernah mengalah dengan kesalafian mereka dan bergabung dengan Taliban yang notabene Hanafiah, Diyubandiyah dan Maturidiyah untuk mewujudkan tujuan jihad, maka kenapa tidak mengalah dengan hal yang tingkat prinsipnya lebih rendah dari hal di atas dengan berkoalisi dengan Ikhwanul Muslimin?”

Jawabannya adalah karena IM bukanlah harakah jihadiyah. Inilah Yaman yang para Jihadis bergabung bersama rakyat tanpa adanya embel-embel apapun kecuali embel-embel sunnah, sementara IM tidak andil sedikitpun (dalam jihad Yaman).

Bisa saja dikatakan: “ Ini lho contoh koalisi dengan IM yang berhasil di Libya.”

Saya katakan: “ Ya Allah, saat tokoh-tokoh mazhab Malikiyah berkoalisi dengan Khawarij melawan Syi’ah Ubaidiyah, mereka (Khawarij) pasca kejadian tersebut malah membunuh Ahlu Sunnah. Marilah kita lihat sejauh mana para politikus mampu bertahan bergandengan tangan dengan jihadis yang tujuannya adalah memukul kepala ular kekufuran dan ingin menegakkan hukum yang hanya miliki Allah.

(10)

Demi amanah pikiran dan perkataan saya katakana bahwa sejauh kajian saya, saya melihat hal terbesar yang paling merusak

harakah Islam (harakah Islam, bukan hanya harakah jihad) adalah berkoalisi dengan pihak-pihak jahiliyah.

Adapun koalisi yang dilakukan oleh Jama’ah Muqatilah Libya atau yang tersisa dari Jama’ah Muqatilah, tentunya kita menyukai hal ini. Akan tetapi mengatakan bahwa koalisi mampu mencegah campur tangan asing, saya rasa ini analisa yang tidak sempurna. Kita lihat bagaimana Mesir ikut campur tangan dengan begitu jelas. Maka koalisi tidak mencegah campur tangan pihak luar.

Justru keputusan Mahkamah Konstitusi membuat mereka bingung lebih dari kebingungan mereka terhadap koalisi itu sendiri. Tidak adanya dukungan rakyat juga memiliki peranan yang sangat besar dalam menghancurkan gerakan Islam. Maka dari pada itu contoh yang diberikan Ustadz tidak tidaklah cocok.

Penutup

Amalan jihad dalam pemahaman fiqih adalah apa yang menghantarkan kita untuk menjatuhkan lingkaran kemurtadan. Dan setiap hal, entah itu politik, harta dan persatuan adalah elemen untuk memperkuat tujuan tersebut dalam pertempuaran ini. Saya setuju sepenuhnya dengan Ustadz yang menganggap bodoh orang yang tergesa-gesa dalam melakukan rilisan media terkait penerapan hudud dalam kondisi realita saat, ini bukan dari tinjauan syar’i. Semua itu merupakan bagian dari kebodohan anak-anak junior dalam dunia manajemen konflik dan siasat konflik.

Saya mohon kepada Allah untuk memperbaiki dan mengampuni dosa dan saya berharap dengan keutamaan obyektifitas dan kelapangan dadanya Ustadz akan memaafkan saya []

(11)

http://goo.gl/U3pO7I

[Video] Wawancara Eksklusif Ust. Abu Rusydan :

HARBUL ISHOBAH AS-SIYASIYAH;

JAMAAH JIHAD KOK BERPOLITIK?

Simak pendapat pengamat jihad

global tentang wacana

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan metode Monte Carlo dengan exit probability dalam simulasi numerik untuk menentukan harga opsi barrier up-and-out call, down-and-out call dan up-and-in call

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011.. Skripsi Ilmu

Pelayanan kontrasepsi yang dilakukan oleh pelayanan keluarga berencana rumah sakit (PKBRS) dengan media konfirmasi, informasi, dan edukasi (KIE), tetapi tidak menyampaikan cara dan

Hukum rumah susun adalah aturan-aturan atau kaidah yang mengatur tentang penyelenggaraan rumah susun. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun merupakan

Hasil penelitian tentang evaluasi pelaksanaan program raskin di Kecamatan Samarinda Ulu sudah tepat sasaran di mana beras sudah didistribusikan kepada RTS –PM yang

Untuk penyelesaian kredit macet akibat debitur wanprestasi agar mendapatkan hasil yang adil untuk kedua belah pihak, maka bagi debitur apabila kemampuan melunasi

Pada pengolahan secara keseluruhan dari inlet multiple tray aerator hingga ke outlet rapid sand filter efisiensi nilai removal optimum untuk parameter Fe terjadi pada variasi

Setelah penulis survei di tempat usaha warung makan etnis Jawa, serta menelaah secara ekonomi Islam, di dalam manajemen usaha warung makan etnis Jawa ada