• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BERAS MISKIN (RASKIN) DI KECAMATAN SAMARINDA ULU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BERAS MISKIN (RASKIN) DI KECAMATAN SAMARINDA ULU"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

© Copyright 2017

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BERAS MISKIN (RASKIN) DI KECAMATAN SAMARINDA ULU

Suparti 1, Hartutiningsih 2, Anwar Alaydrus 3

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi pelaksanaan program raskin di Kecamatan Samarinda Ulu sudah tepat sasaran, tepat kualitasnya, tepat waktu, tepat harga dan tepat jumlahnya. Serta untuk mengetahui faktor–faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan program beras miskin di Kecamatan Samarinda Ulu. Hasil penelitian tentang evaluasi pelaksanaan program raskin di Kecamatan Samarinda Ulu sudah tepat sasaran di mana beras sudah didistribusikan kepada RTS –PM yang terdaftar dalam daftar penerima raskin, mutu atau kualitas beras untuk tahun 2016 sudah layak konsumsi yaitu beras berwarna putih, tidak bau dan utuh.

Kata Kunci: evaluasi, program raskin, tepat sasaran, tepat mutu, tepat harga, tepat jumlah.

Abstract

The purpose of this research is to know and evaluate program implementation of poor rice in Samarinda Ulu already right on target, right quality, right time, right price and the right amount. As well as to find out the factors that support and hinder the implementation of the program of poor rice in Samarinda Ulu. The result of the research on the evaluation of the implementation of the programme of raskin in Samarinda Ulu already right on target that is already distributed rice to RTS-PM on appropriate list of beneficiaries raskin, the quality of the rice for 2016 already decent white rice consumption did not smell and intact.

Keywords: evaluation, Rice for the poor program, the right target, the right quality, the right price, the right amount.

Pendahuluan

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan utama pembangunan di Indonesia. Apabila masih ada masyarakat yang belum sejahtera atau miskin maka pembangunan dapat dikatakan belum mencapai tujuan. Oleh sebab itu pemerintah berusaha keras dalam pembangunan adalah menurunkan angka kemiskinan. Alasan penting mengapa kemiskinan perlu mendapat perhatian. Pertama, kemiskinan merupakan kondisi yang kurang beruntung karena

1

(2)

bagi kaum miskin akses untuk kemudahan kehidupan terbatas. Kedua, kemiskinan sering menjadi penyebab tindak kriminalitas. Ketiga, bagi para pembuat kebijakan, kemiskinan mencerminkan kegagalan kebijakan pembangunan yang telah diambil pada masa lampau.

Program Beras Miskin adalah salah satu program pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan dan perlindungan social dibidang pangan yang diselenggarakan oleh pemerintah Pusat berupa bantuan beras bersubsidi kepada rumah tangga berpendapatan rendah ( rumah tangga miskin dan rentan miskin ). Adapun tujuan dari program beras miskin ini adalah untuk mengurangi beban pengeluaran rumah tangga sasaran dalam memenuhi kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras. Selain itu juga untuk meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan pada keluarga miskin melalui pendistribusian beras yang diharapkan mampu menjangkau keluarga miskin. Sasarannya adalah terbantu dan terbukanya akses beras keluarga miskin yang telah terdata dengan kuantum tertentu sesuai dengan hasil musyawarah desa/kelurahan dengan harga bersubsidi di tempat, sehingga dapat membantu meningkatkan ketahanan pangan keluarga miskin.

Masalah yang timbul di masyarakat berkaitan dengan pelaksanaan program raskin adalah : salah sasaran, timbulnya kecemburuan social, kualitas beras yang tidak baik, jumlah beras yang tidak sesuai, dan waktu pendistribusian yang tidak tepat.

Evaluasi Kebijakan Publik

Kebijakan adalah kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan. Evaluasi dapat dilakukan jika suatu kebijakan sudah berjalan dalam waktu yang cukup lama, sebab evaluasi yang dilakukan terlalu dini maka outcome dan dampak dari suatu kebijakan belum tampak. Semakin strategis suatu kebijakan, maka diperlukan tenggang waktu yang lebih panjang untuk melakukan evaluasi. Sebaliknya, semakin tehnik sifat dari suatu kebijakan atau program, maka evaluasi dapat dilakukan dalam kurun waktu yang relative lebih cepat semenjak diterapkannya kebijakan yang bersangkutan, ( Subarsono, 2005).

Pengertian di atas memberikan petunjuk bahwa evaluasi harus dilakukan setelah kebijakan tersebut dilaksanakan dalam waktu yang cukup lama sehingga dapat diketahui manfaat dan dampak kebijakan tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Winarno. B, ( 2012 ) bahwa evaluasi kebijakan ditujukkan untuk melihat sebab – sebab kegagalan suatu kebijakan atau untuk mengetahui apakah kebijakan publik yang telah dijalankan meraih dampak yang diinginkan. Dalam bahasa yang lebih singkat evaluasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk menilai “manfaat” suatu kebijakan. Menurut Winarno. B. (2012) secara umum evaluasi kebijkakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak. Dalam hal ini, evaluasi kebijakan dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan

(3)

dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalah – masalah kebijakan, program – program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.

Sejalan dengan pendapat di atas terkait dengan kebijakan William N. Dunn, memberikan arti pada istilah evaluasi bahwa: “ Secara umum istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran ( appraisal), pemberian angka (rating) dan penilaian ( assessment), kata – kata yang menyatakan usaha untuk menganalisa hasil kebijakan dalam arti satuan nilainya. Dalam arti yang lebih spesifik, evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan”, (Dunn, 2003).

Menurut Mustopadidjaja ( 2002) menyatakan bahwa evaluasi kinerja merupakan aktivitas dalam manajemen proses kebijakan yang dilakukan pada tahap pemantauan pelaksanaan, pengawasan, atau pun pertanggungjawaban. Setiap tahapan berisikan kegiatan pengumpulan dan analisi data dan informasi serta pelaporan mengenai tingkat perkembangan capaian hasil kegiatan pelaksanaan, ketepatan sistem dan proses pelaksanaan, dan ketepatan kebijakan serta akuntabilitas kelembagaan secara keseluruhan. Kebijakan dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan kepada seluruh proses kebijakan.

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi menurut Mustopadidjaja dan Hutagalung merangkum makna pemantauan, pengawasan hingga evaluasi akhir. Sedangkan EKPP memilah makna pemantaun dan evaluasi. Pemantauan dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah program atau kegiatan dilaksanakan sesuai dengan rencana, memberikan masukan atau informasi yang sebenarnya tentang pelaksanaan kegiatan di lapangan, untuk mempermudah pengendalian dan pengawasan pelaksanaan suatu kebijakan.

Fungsi Evaluasi Kebijakan

Fungsi Evaluasi Kebijakan Publik menurut Dunn dan Ripley ( dalam wibawa dkk, 1998:10-11) adalah :

1. Ekplanasi.

Melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program dapat dibuat suatu generalisasi pola hubungan antar berbagai dimensi realitas yang diamanatinya.

2. Kepatuhan.

Melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang dilakukan oleh para pelaku, sesuai dengan standard an produser yang ditetapkan oleh kebijakan. 3. Auditing.

Melalui evaluasi dapat diketahui apakah output benar – benar sampai ketangan kelompok sasaran maupun penerima lain ( individu, keluarga, organisasi, birokrasi dan lain – lain) yang dimaksudkan oleh pembuat dan pembuat kebijakan tidak adakah penyimpangan dan kebocoran.

(4)

4. Akunting.

Dengan evaluasi dapat diketahui apa akibat social – ekonomi dan kebijakan tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, riset evaluasi kebijakan bertujuan untuk mengukur dampak dari suatu program yang mengarah pada pencapaian dari serangkaian tujuan yang telah ditetapkan dan sebagai sarana untuk memberikan kontribusi ( rekomendasi ) dalam membuat keputusan program dan perbaikan program pada masa mendatang.

Definisi Kemiskinan

Definisi Kemiskinan menurut Kecuk Suhariyanto ( 2011) dalam Syawie ( 2011:213) Kemiskinan adalah sebagai kondisi saat seseorang atau kelompok orang tak mampu memenuhi hak – hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Lebih lanjut Kecuk Suhariyanto (2011) menjelaskan dalam Syawie ( 2011 : 2013) definisi kemiskinan mengalami penyempitan makna hanya dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan. Konsep ini sejalan dengan konsep yang digunakan oleh Badan Pusat Stastistik ( BPS) Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar ( basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata – rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.

Kemiskinan menurut Sayogyo (2000) diukur dengan menghitung jumlah penduduk yang memiliki pendapatan perkapita yang tidak mencukupi untuk mengkonsusmsi barang dan jasa yang nilainya ekuivalen dengan 20 kg beras per kapita per bulan untuk daerah pedesaan dan 30 kg beras untuk daerah perkotaan. Standar kecukupan pangan dihitung setara 2.100 kilo kalori per kapita per hari ditambah dengan pengeluaran untuk kebutuhan non makanan (perumahan, berbagai barang dan jasa, pakaian).

Pengertian Kemiskinan secara garis besar bisa dibedakan menjadi dua, yaitu kemiskinan relatif dan kemiskinan absolut ( Suyatno. B, 2013 ). Kemiskinan relative dinyatakan dengan beberapa persen dari pendapatan nasional yang diterimakan oleh kelompok penduduk dengan kelas pendapatan tertentu dibandingkan dengan proporsi pendapatan nasional yang diterima oleh kelompok penduduk dengan kelas pendapatan lainnya.

Kebijakan Beras Miskin

Tahun 2009 pemerintah mengeluarkan kebijakan yang bertujuan membantu masyarakat miskin melalui Peraturan Presiden No. 13 tahun 2009 tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan. Salah satu upaya pemerintah untuk menanggulangi rendahnya daya beli masyarakat berpenghasilan rendah

(5)

untuk memenuhi kebutuhan pangan adalah melalui Intruksi Presiden No.3 tahun 2012 tentang Kebijakan Pengadaan beras dan penyaluran beras oleh pemerintah atau perberasan nasional. Intruksi Presiden ini diantaranya “menetapkan kebijakan pengadaan dan penyaluran beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah”.

Pasal 1 peraturan ini menyebutkan :

(1) Penanggulangan kemiskinan adalah program kebijakan pemerintah dan pemerintah daerah yang dilakukan secara sistimatis, terencana, dan bersinergi dengan dunia usaha dan masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dalam rangka meningkatkan derajat kesejahteraan rakyat.

(2) Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat serta pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil.

Mengacu kepada peraturan presiden diatas jelas bahwa program beras miskin masuk dalam kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis bantuan dan perlindungan social yang terdiri atas program – program untuk melakukan pemenuhan hak dasar, pengurangan beban hidup serta perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin.

Evaluasi Pelaksanaan Program Beras Miskin (Raskin) Di Kecamatan Samarinda Ulu

Tepat Sasaran

Program beras miskin yang dibuat pemerintah sejak tahun 2008 yang lalu adalah dalam rangka membantu masyarakat tidak mampu ( masyarakat miskin ) untuk bertahan hidup melalui pemenuhan kebutuhan pokoknya khususnya beras dengan harga murah melalui subsidi pemerintah. Sehingga untuk menilai tepat sasaran program beras miskin dilakukan melalui penilaian apakah program ini bisa memecahkan masalah masyarakat miskin memenuhi kebutuhannya.

Agar program ini tepat sasaran dan bermanfaat bagi penerima Beras miskin maka pemerintah membuat pedoman umum Beras miskin yang diperbaharui setiap tahunnya. Dalam Pedoman Umum Beras Miskin tahun 2016 diatur bahwa Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat Program Beras Miskin ( RTS-PM ) adalah Rumah Tangga yang berhak menerima beras dari program beras miskin 2016 sesuai data yang diterbitkan dari Basis Data Terpadu yang dikelola oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan ( TNP2K ), yang telah dimutahirkan berdasarkan pelaporan hasil musyawarah desa/musyawarah kelurahan tahun 2014 yang tertuang didalam Formulir Rekapitulasi Pengganti ( FRP ) 2014 dan telah dilaporkan kesekretariat TNP2K sesuai tanggal yang telah ditetapkan dan disahkan Kemenko Kesra RI dan Data Rumah Tangga hasil pemutahiran daftar penerima manfaat ( DPM ) oleh musyawarah desa / kelurahan pemerintah setingkat.

(6)

Rumah Tangga Sasaran dalam program Beras miskin ditanda dengan kepemilikan Kartu Raskin yang diterbitkan oleh Pemerintah Kota Samarinda. Kartu ini sebagai pengendali administrasi agar tidak salah dalam pendistribusian beras miskin. Kesalahan dalam pendistribusian merupakan masalah yang akan berakibat fatal dalam masyarakat. Sehingga Kartu Raskin akan memudahkan pendistribusian beras miskin.

Kriteria yang menjadi dasar dalam penetapan penerima beras miskin adalah rumah tangga yang berpendapatan tidak menentu, jumlah anggota keluarga banyak, terdapat balita dan anak usia sekolah, kondisi fisik rumahnya kurang layak huni. Keluarga seperti itulah yang diutamakan untuk menerima program beras miskin.

Berdasarkan hasil penelitian penulis bahwa pendistribusian raskin di Kelurahan Air Putih dan Kelurahan Bukit Pinang sudah tepat sasaran. Raskin didistribusikan kepada RTS-PM yang terdaftar di Daftar Penerima Raskin. RTS – PM dibuktikan dengan menunjukkan Kartu Raskin. Raskin tidak didistribusikan kepada selain penerima raskin. Selain itu RTS-PM juga menandatangani tanda terima raskin. Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa pendistribusian raskin sudah tepat sasaran. Walaupun dalam penelitian ditemukan ada sebagian warga miskin yang layak menerima raskin tetapi tidak terdaftar dalam daftar penerima raskin. Inilah yang menjadi persoalan dilapangan. Petugas Kelurahan yang menerima keluhan warga hanya dapat menampung keluhan dan mendata warga tersebut. Apabila nanti ada pendataan ulang maka data sudah ada, tinggal survey atau tinjau lokasi. Selain didata warga yang tidak mampu tersebut dimasukkan kedalam daftar Perlindungan Keluarga Harapan ( PKH ) yang merupakan program pemerintah dalam memberikan bantuan kepada Keluarga dari golongan tidak mampu.

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa :

a. Di Kelurahan Air Putih maupun Kelurahan Bukit Pinang penyaluran beras miskin sesuai dengan daftar penerima beras miskin ( Tepat Sasaran ). b. Sangat diperlukan pendataan ulang ( Up date data ) untuk mengetahui

warga yang layak menerima raskin.

c. Masih banyak warga miskin yang belum terdaftar dalam penerima raskin.

Tepat Waktu.

Beras miskin yang didistribusikan oleh Dolog ke Kelurahan biasanya setiap dua atau tiga bulan sekali. Tetapi rata – rata dua bulan sekali. Sebelumnya Dolog memberitahukan terlebih dahulu kepada Aparat Kelurahan untuk menyiapkan tempat penampungan sementara. Selanjutnya aparat menginformasikan kepada Ketua RT untuk menginformasikan kepada warga yang berhak menerima beras miskin.

Pendistribusian raskin yang dilaksanakan di Kelurahan Air Putih maupun Kelurahan Bukit Pinang belum tepat waktu. Ini disebabkan karena pendistribusian raskin tidak jelas hari dan tanggal datangnya raskin. Hal inilah yang membuat

(7)

RTS-PM tidak menggantungkan kebutuhan berasnya kepada raskin. RTS-PM biasanya membeli terlebih dahulu beras dengan harga yang lebih mahal dipasar.

Oleh sebab itu agar raskin dapat membantu memenuhi kebutuhan beras RTS-PM maka jadwal kedatangan raskin dapat ditentukan hari maupun tanggalnya. Sehingga RTS-PM dapat mengatur pemenuhan beras dalam keluarganya.

Tepat Harga

Pagu harga tebus beras miskin berdasarkan pedoman umum pelaksanaan program raskin tahun 2016 adalah Rp. 1.600 / kg. Harga ini tidak boleh kurang atau lebih untuk dibayarkan oleh RTS-PM. Oleh sebab itu perlu evaluasi atau monitoring pada waktu pendistribusian raskin. Ini untuk menjaga agar tidak ada oknum – oknum yang menaikan harga beras. Monitoring dapat dilakukan oleh aparat – aparat pemerintahan kelurahan yang berguna untuk melihat sejauh mana program raskin ini dapat berjalan dengan baik, baik dilihat dari segi pelaksanaan, dari segi tepat sasaran, segi tepat harga maupaun tepat jumlahnya.

Harga beras yang harus ditebus oleh RTS-PM yang berada di Kelurahan Air Putih maupun Kelurahan Bukit Pinang sudah tepat harga. RTS-PM menebus beras raskin dengan harga Rp. 1.600 / kg. Sesuai dengan Pagu Harga Tebus raskin. Dengan harga tersebut diatas RTS-PM dapat memenuhi kebutuhan yang lainnya. Sehingga program raskin ini sangat dirasakan oleh RTS-PM dalam membantu memenuhi kebutuhan pangan terutama beras. Dengan demikian maka tujuan pemerintahan dengan adanya program ini akan tercapai yaitu meningkatkan kesejahteraaan rakyat khususnya dibidang pemenuhan kebutuhan pangan pada keluarga tidak mampu.

Tepat Mutu / kualitas.

Mutu/kualitas beras miskin memang sering dikeluhkan oleh RTS-PM. Beras yang warnanya kecoklatan, berbau dan kadang – kadang ada kutunya. Sehingga RTS-PM dengan terpaksa menerima raskin tersebut. Solusinya dengan mencampur beras tersebut dengan beras yang layak konsumsi dengan harga beras yang lebih mahal. Tepat Mutu / Kualitas adalah mutu atau keadaan beras yang diterima oleh RTS-PM raskin harus layak dikonsumsi atau sesuai dengan standar kesehatan. Yaitu beras berwarna putih, tidak bau, tidak ada kutunya dan baik.

Jenis Beras yang dibagikan dari program raskin adalah jenis beras yang berasal dari dolog, sehingga jika tidak ada penyimpangan dalam pendistribusian, dan kualitas beras yang dibagikan merupakan beras yang layak dikonsumsi oleh warga masyarakat. Bulog yang paling bertanggungjawab terhadap mutu beras miskin.

Berdasarkan keluhan – keluhan dari RTS-PM maka pemerintahan mengadakan evaluasi – evaluasi terhadap mutu / kualitas beras miskin. Pada tahun 2016 ini kondisi beras miskin jauh lebih baik dibanding dengan tahun – tahun sebelumnya. Beras berwarna putih, kondisi beras masih baik dan tidak

(8)

berbau. Sehingga RTS-PM tidak perlu lagi mencampur beras raskin dengan beras lain, yang akhirnya RTS-PM dapat menghemat biaya pengeluaran untuk membeli kebutuhan beras dan dapat memenuhi kebutuhan lainnya. Sehingga RTS-PM dapat merasakan manfaat dari keberadaan beras miskin tersebut. Maka Program pelaksanaan raskin ini benar – benar mencapai harapan yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari golongan tidak mampu.

Tepat Jumlah

Tepat jumlah adalah jumlah beras yang sampai ke RTS – PM raskin dalam jumlah 15 kg per bulan setiap kepala keluarga. Setiap RTS-PM menerima jumlah beras sebanyak 15 kg/bulan / kk. Jumlah ini memang belum cukup untuk memenuhi untuk keluarga yang berjumlah 3-5 jiwa. RTS-PM harus menambah sendiri kekurangannya. Jumlah ini sesuai dengan aturan yang telah ditentukan, yaitu 15 kg setiap kepala keluarga yang diterima setiap bulannya. Apabila pendistribusian beras miskin ini dilakukan tiap dua bulan sekali maka tinggal mengalikan saja. Setiap Kepala Keluarga mendapatkan 30 kilogram beras. Jumlah ini tidak boleh dikurangi mupun ditambah.

Jumlah Beras miskin yang diterima oleh RTS-PM Kelurahan Air Putih dan Kelurahan Bukit Pinang setiap bulannya 15 kg / kk / bulan. Beras tersebut sudah dikemas dalam karung. Setiap karungnya berisi 15 kg. Kondisi karung setiap pendistribusian beras harus dalam keadaan baik. Karung tidak sobek dan tidak bocor. Sehingga jumlah timbangannya pun juga tidak berkurang yaitu tetap 15 kg. Apabila ada yang robek atau bocor maka akan dikembalikan kepada petugas dolog pada waktu pengiriman beras raskin di kelurahan. Maka jumlah beras miskin yang diterima RTS-PM adalah sudah tepat jumlahnya, yaitu tepat timbangannya yaitu 15 kg / KK / bulan.

Faktor Pendukung

Dalam rangka memperlancar kegiatan pelaksanaan program beras miskin perlu faktor – faktor yang mendukung kegiatan tersebut. Faktor – faktor tersebut dapat berupa kebijakan, dukungan dan biaya.

Adapun yang mendukung pelaksanaan raskin di Kelurahan Air Putih dan Kelurahan Bukit Pinang berjalan lancar adalah kegiatan pelaksanaan pendistribusian raskin mendapat dukungan penuh dari pemerintah pusat maupun daerah selaku pembuat kebijakan dan penyedia anggaran. Anggaran yang disediakan oleh pemerintah cukup besar untuk program raskin ini.

Selain faktor diatas kegiatan program raskin juga mendapat dukungan yang kuat dari Pemerintah Kecamatan Samarinda Ulu dan Kelurahan Air Putih dan Kelurahan Bukit selaku pelaksana kegiatan program raskin. Serta dukungan yang sangat kuat dari Ketua RT selaku aparat yang paling dekat dengan RTS-PM raskin.

(9)

Faktor Penghambat

Faktor penghambat program raskin adalah : data RTS-PM raskin dari tahun 2011 tidak berubah, yang mana masih banyak warga miskin yang perlu mendapatkan raskin. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu diadakan pendataan ulang / up date data bagi masyarakat yang layak menerima raskin. Di dalam pendataan penerima raskin seharusnya melibatkan Ketua RT dan aparat kelurahan yang lebih tahu kondisi ekonomi warganya.

Selain itu juga waktu pendistribusian raskin yang tidak pasti. Ini mengakibatkan RTS-PM tidak dapat menggantungkan beras raskin dan harus membeli beras yang lebih mahal di pasar. Hal itu dapat diatas apabila Dolog dapat menjadwalkan dengan pasti akan kedatangan beras miskin.

Selain faktor penghambat diatas masih ada factor lain yaitu baik di Kelurahan Air Putih maupun Kelurahan Bukit Pinang tidak mempunyai tempat untuk menampung raskin yang datang dengan jumlah yang banyak. Sehingga raskin yang datang harus cepat disalurkan kepada Ketua RT maupun RTS-PM. Untuk menghindari kerusakan beras akibat banjir.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data melalui evaluasi pelaksanakan program raskin yang dilaksanakan di Kecamatan Samarinda Ulu, dalam hal ini Kelurahan Air Putih dan Kelurahan Bukit Pinang adalah Sebagai berikut :

Pelaksanaan program raskin sudah tepat sasaran. Beras didistribusikan kepada RTS-PM yang terdaftar dalam Daftar Penerima Raskin. Pendistribusian beras miskin belum tepat waktu, Hal ini disebabkan oleh jadwal hari dan tanggal pendistribusian raskin tidak jelas. Harga tebus beras raskin sudah Tepat Harga. Yaitu RTS-PM menebus raskin dengan harga Rp. 1.600 / kg. Mutu / Kualitas beras miskin yang diterima oleh RTS-PM. Tahun 2016 mengalami perbaikan kualitas / mutu. Beras dalam keadaan baik, berwarna putih dan tidak bau. Sehingga mutu/kualitas beras miskin sudah tepat mutu/kualitas. Jumlah beras miskin yang harus diterima oleh RTS-PM, yaitu 15 kg / kepala keluarga / setiap bulannya sudah tepat jumlahnya.

Sedangkan Faktor Pendukung dari Program raskin ini adalah : mendapat dukungan penuh dari Pemerintah pusat dan daerah sebagai pembuat kebijakan dan penyedia anggaran. Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Kelurahan sebagai pelaksana kegiatan sangat mendukung dalam melaksanakan program raskin ini. Ketua RT yang secara sukarela membantu kelancaran kegiatan program raskin..

Faktor Penghambat dari program ini adalah : Data Penerima beras miskin sejak tahun 2011 tidak ada perubahan. Jadwal pendistribusian beras belum tepat waktu serta tidak ada tempat penampungan beras miskin yang datang dikelurahan baik di Kelurahan Bukit Pinang maupun Kelurahan Air Putih.

(10)

Saran – Saran.

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan program beras miskin Kecamatan Samarinda Ulu, khususnya di Kelurahan Air Putih dan Kelurahan Bukit Pinang diperoleh berbagai hal yang perlu diperbaiki agar tujuan program ini benar – benar berjalan baik dalam menyelesaikan persoalan kemiskinan pangan yaitu :

1. Pemerintah perlu memperbaiki istilah beras miskin dengan beras untuk keluarga miskin atau beras untuk keluarga golongan tidak mampu. Hal ini dikarenakan di dalam kamus bahasa Indonesia tidak ada istilah beras miskin tetapi yang ada beras IR 24, Beras Merah, Beras IR 36 dan lain-lainya. 2. Program ini perlu dilanjutkan karena sudah menjadi kewajiban pemerintah

dalam menangani masyarakat tidak mampu sesuai UUD 1945 pasal 34. 3. Pemerintah harus selalu memperbaharui data / up date data kemiskinan. 4. Mutu atau kualitas beras miskin harus selalu dieavaluasi setiap tahunnya. 5. Waktu pendistribusian beras miskin seharusnya dapat dijadwalkan untuk

tanggal dan waktunya setiap bulannya. Hal ini diharpakan RTS-PM dapat menyiapkan uang tebus berasnya untuk setiap bulannya.

6. Petugas Kecamatan Samarinda Ulu dan Kelurahan diharapkan selalu melaksanakan pemantauan, pengawasan dan peninjauan lapangan pada saat pendistribusian beras agar tidak terjadi salah sasaran, tidak terjadi mark-up harga beras, sehingga pelaksanaan raskin dapat berjalan semakin baik.

Daftar Pustaka

Anonim. Inpres No. 3 Tahun 2012 tentang Kebijakan Pengadaan Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah.

______. 2016. Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor: 511.1/K.21/2016 tanggal 12 Januari 2016 tentang Penetapan Pagu Beras Untuk Rumah Tangga Miskin Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016. Bryant dan White. 1987. Manajemen Pembangunan untuk Negara Berkembang

terjemahan Rusyanto. LP3ES: Jakarta.

Dunn, William. 2003. Public Policy Analysis: An Intrudution, New Jersey:

Pearson Education. Edisi terjemahan bahasa Indonesia diterjemahkan dari

edisi kedua dengan judul Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.

Mustopadidjaja. 2002. Manajemen Proses Kebijakan Publik. LAN: Jakarta. Sayogyo. 2000. Kemiskinan dan Indikator Kemiskinan. Gramedia: Jakarta.

Subarsono, A. 2016. Kebijakan Publik dan Pemerintah Kolaboratif Isu-isu

Kontemporer. Gava Media: Yogyakarta.

Syawie, Mochamad. 2011. ‘’Kemiskinan dan Kesenjangan’’, Informasi, Vol.16 No.03 Tahun 2011.

Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Media Pressindo: Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

“Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat dengan OJK, adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan

Tri Yudani MR, MAppSc Unggulan PT (M) - dana desentralisasi BOPTN 33 Pengaruh Pemberian Endosulfan Terhadap Ekspresi Serotonin, Gaba dan Apoptosis sel pada otak tikus Dr.

 Analisis Kekuatan Kolom Beton Bertulang Dengan Diagram Interaksi . ANALISIS KEKUATAN KOLOM

Kelompok Kerja Pokja ULP Pengadaan Barang/Jasa Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, telah melakukan Penjelasan (Aanwijzing) Dokumen di website

Dan untuk menentukan calon penyedia perlu dilakukan pembuktian terhadap semua data dan informasi yang ada dalam formulir isian kualifikasi pada aplikasi SPSE, maka diminta

Often people fail to realize the dedication and time it takes to keep a content heavy and interactive website fresh.. You need to spend your time capturing and responding to leads,

Keluarga dalam hal ini sebagai orang terdekat harus memiliki pengetahuan terutama terkait penyakit Rematik yang memang lebih sering dialami oleh lansia.Selain itu kesadaran