• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pusat-Pusat Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pusat-Pusat Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENENTUAN PUSAT-PUSAT

PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA MEDAN

OLEH

REBECKA OCTARIA NAINGGOLAN 100501129

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

ANALISIS PENENTUAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA MEDAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dikota Medan melalui analisis klassen tipologi, metode skalogram dan analisis gravitasi.

Berdasarkan hasil penelitian Klassen Tipologi dan Skalogram diperoleh bahwa di Kota Medan terdapat dua pusat pertumbuhan yaitu Kecamatan Medan Deli dan Kecamatan Medan Petisah. Berdasarkan analisis gravitasi menunjukkan bahwa pada kecamatan yang menjadi pusat pertumbuhan yang memiliki interaksi paling kuat terhadap Kecamatan Medan Deli adalah Kecamatan Medan Timur dan interaksi paling kuat terhadap Kecamatan Medan Petisah adalah Kecamatan Medan Helvetia.

(3)

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the centers of economic growth in the city of Medan through analysis of a typology Klassen, schallogram analysis and analysis of gravity.

Based on the results obtained Klassen Typology and schallogram in Medan that there are two centers of growth ithat are District of Medan Deli District of Medan Petisah. Based on gravity analysis shows that the sub-district at the center of that growth has the strongest interaction of Medan Deli District is Medan Timur District and the strongest interaction of Medan Petisah District is Medan Helvetia District.

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat kasih karuniaNya yang luar biasa penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Pusat-Pusat Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan” ditujukan sebagai salah satu syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik berupa dukungan doa, motivasi, semangat maupun sumbangan materi dan pemikiran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta papa Drs. Mangantar Pardamean Nainggolan dan mama Marisi Paulina, kepada adik-adik terkasih Nico Brata Nainggolan, Daniel Junwaldi Nainggolan dan Jesika Dwiasta O. Nainggolan terimakasih untuk segala dukungan, kasih sayang, doa dan semangat selama ini.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac, Ak, CA. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

(5)

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S1 dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 5. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu, masukan, bimbingan dan arahan yang diberikan selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak DR. Rujiman, MA selaku Dosen Pembanding I dan Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si selaku Dosen Pembanding II yang telah memberi masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh Pegawai Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

Tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua yang membutuhkannya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Juni 2014 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

2.2 Teori Kutub Pertumbuhan Ekonomi (Growth Pole Theory) ... 11

(7)

4.4.5 Analisis Gravitasi... 73

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

5.1 Kesimpulan ... 76

5.2 Saran ... 76

(8)

DAFTAR TABEL

4.4 Jumlah Penduduk Kota Medan Berdasarkan Mata Pencaharian ... 36

(9)

4.32 Indeks Perhitungan Kumulatif ... 69 4.33 Hirarki Skalogram Kecamatan Kota Medan ... 70 4.34 Nilai Interaksi antara Kecamatan Pusat Pertumbuhan

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ... 25

3.1 Tipologi Klassen ... 28

4.1 Gambar Hasil Analisis Klassen Tipologi 2005 ... 63

(11)

ABSTRAK

ANALISIS PENENTUAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA MEDAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dikota Medan melalui analisis klassen tipologi, metode skalogram dan analisis gravitasi.

Berdasarkan hasil penelitian Klassen Tipologi dan Skalogram diperoleh bahwa di Kota Medan terdapat dua pusat pertumbuhan yaitu Kecamatan Medan Deli dan Kecamatan Medan Petisah. Berdasarkan analisis gravitasi menunjukkan bahwa pada kecamatan yang menjadi pusat pertumbuhan yang memiliki interaksi paling kuat terhadap Kecamatan Medan Deli adalah Kecamatan Medan Timur dan interaksi paling kuat terhadap Kecamatan Medan Petisah adalah Kecamatan Medan Helvetia.

(12)

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the centers of economic growth in the city of Medan through analysis of a typology Klassen, schallogram analysis and analysis of gravity.

Based on the results obtained Klassen Typology and schallogram in Medan that there are two centers of growth ithat are District of Medan Deli District of Medan Petisah. Based on gravity analysis shows that the sub-district at the center of that growth has the strongest interaction of Medan Deli District is Medan Timur District and the strongest interaction of Medan Petisah District is Medan Helvetia District.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator dalam mengukur keberhasilan ekonomi suatu wilayah. Untuk membentuk kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) yang baik dalam membangun suatu daerah diperlukan suatu sistem kerjasama yang terbentuk antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan pihak swasta. Tolak ukur dalam keberhasilan pembangunan ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan ekonominya, infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi, serta semakin kecilnya ketimpangan pendapatan dimasyarakat. Didalam suatu kota ada beberapa daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat namun ada pula yang lambat. Keterlambatan terjadi karena tidak ada kesamaan sumber-sumber daya yang dimiliki oleh tiap-tiap daerah, adanya kecenderungan terpusatnya peranan modal (investor) didaerah yang memiliki kelengkapan infrastruktur transportasi, telekomunikasi, asuransi, jaringan listrik, serta perbankan.

(14)

peranan penggerak utama (prime mover role) dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah, dimana setiap perubahan mempunyai efek multiplier terhadap perekonomian regional.

Pertumbuhan ekonomi menggambarkan suatu dampak nyata dari kebijakan pembangunan yang dilaksanakan khususnya dibidang ekonomi. Tanpa adanya pertumbuhan ekonomi, maka pembangunan ekonomi kurang bermakna. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB)/Produk Nasional Bruto (PNB) tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 2002:7).

Kota Medan adalah kota terbesar ketiga di Indonesia yang memiliki perekonomian dan sosial yang berkembang pesat sehingga sangat memungkinkan munculnya pusat-pusat pertumbuhan baru yang dapat menampung kegiatan ekonomi dan sosial dalam kota ini. Dalam mewujudkan kegiatah perekonomian pertumbuhan dan pembangunan ekonomi kota Medan dibutuhkan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat untuk menggali potensi-potensi yang dimiliki daerah. Untuk memberikan nilai tambah bagi pembangunan dapat dilakukan suatu proses identifikasi sektor-sektor yang berperan penting bagi pertumbuhan.

(15)

menggali kekuatan ekonomi yang sesuai dengan potensi daerah sehingga tercipta pertumbuhan ekonomi yang baik.yhg

Kota Medan sebagai salah satu kota besar yang memiliki banyak kecamatan harus mampu memberikan kesejahteraan yang baik atau sama rata bagi tiap daerahnya,khusnya bagi daerah dikecamatan dan sebaiknya diperlukan perhatian khusus terhadap setiap kecamatan. Bagi daerah yang kurang memiliki potensi untuk dikembangkan tentu akan sulit untuk mengembangkan daerahnya apabila tidak ada kelengkapan infrastruktur dan otomatis pertumbuhan ekonominya akan semakin tertinggal jika dibandingkan dengan daerah yang memiliki potensi yang tinggi. Hal ini juga akan mempengaruhi pendapatan masyarakat. Salah satu alternatif yang diambil pemerintah untuk mencapai keseimbangan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi antar daerah yaitu pertumbuhan ekonomi diarahkan pada daerah-daerah yang memiliki potensi dan fasilitas wilayah, akan mempercepat terjadinya kemajuan ekonomi, karena secara tidak langsung kemajuan daerah akan membuat masyarakat mencari kehidupan yang lebih layak didaerahnya (Sugiyanto : 2010).

(16)

pengelompokan dapat melakukan peningkatan pertumbuhan ekonomi, kesenjangan pendapatan juga diharapkan dapat dipersempit.

Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah, Kota Medan dapat di identifikasi sebagai wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai salah satu pusat perekonomian daerah dan regional yang penting serta utama di Pulau Sumatera. Kota Medan memiliki kedudukan, fungsi dan peranan penting serta strategis sebagai pintu gerbang utama bagi kegiatan jasa perdagangan barang dan keuangan domestik, maupun regional/internasional dikawasan barat Indonesia dengan dukungan faktor-faktor dominan yang dimilikinya. Pembangunan dan pengembangan fisik Kota Medan diarahkan untuk kepentingan kerjasama pembangunan kawasan industri dan perdagangan baru dalam rangka memperbaiki kualitas hidup masyarakat baik disaerah kota maupun kecamatan yang ada dikota Medan.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk menganalisis kecamatan mana yang menjadi pusat-pusat pertumbuhan sehingga penelitian skripsi ini membahas tentang “Analisis Penentuan Pusat-Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Kota Medan”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, menimbulkan rumusan masalah sebagai berikut :

(17)

2. Kecamatan-kecamatan mana saja yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Kota Medan ?

3. Bagaimana interaksi antar kecamatan yang menjadi pusat pertumbuhan dengan daerah belakangnya ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis kondisi perekonomian Kota Medan.

2. Untuk mengetahui kecamatan – kecamatan mana saja yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi Kota Medan.

3. Untuk mengidentifikasi interaksi antar kecamatan yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dengan daerah belakangnya.

1.4 Manfaat Penelitian

Apabila tujuan tersebut di atas tercapai, maka diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi semua pihak yang membaca maupun kepada pihak-pihak terkait di dalamnya. Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan perencanaan pertumbuhan wilayah kecamatan.

2. Sebagai bahan yang dapat menambah pengetahuan dalam bidang ekonomi terutama mengenai pusat pertumbuhan.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi yang didefinisikan oleh beberapa ahli dalam beberapa pengertian sebagai berikut :

a). Menurut Adam Smith pembangunan ekonomi merupakan proses perpaduan antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi (Suryana, 2000).

b). Menurut Schumpeter pembangunan ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis atau gradual, tetapi merupakan perubahan yang spontan dan tidak terputus-putus. Pembangunan ekonomi disebabkan oleh perubahan terutama dalam lapangan industri dan perdagangan (Suryana, 2000). .

(19)

d). Todaro (dalam Tarmidi, 1992) mengartikan pembangunan sebagai suatu proses multidimensional yang menyangkut perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap masyarakat, kelembagaan nasional maupun percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidakmerataan dan penghapusan dari kemiskinan mutlak.

Pembangunan ekonomi juga berkaitan dengan pendapatan per kapita dan pendapatan nasional. Pendapatan per kapita yaitu pendapatan rata-rata penduduk suatu daerah sedangkan pendapatan nasional merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam masa satu tahun. Pertambahan pendapatan nasional dan pendapatan per kapita dari masa ke masa dapat digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi dan juga perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu daerah. Dalam penelitian ini pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman adalah sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang.

Para pakar ekonomi yang membedakan kedua pengertian tersebut mengartikan istilah pembangunan ekonomi sebagai :

(1) Peningkatan pendapatan perkapita masyarakat yaitu tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto/Produk Nasional Bruto pada suatu tahun tertentu dibagi dengan tingkat pertumbuhan penduduk. (2) Perkembangan Produk Domestik Bruto/Produk Nasional Bruto yang

(20)

Sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Bruto/Produk Nasional Bruto tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perluasan struktur ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 1999).

2.1.1 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya – sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999 : 108).

Pembangunan daerah pada hakekatnya bertujuan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat di daerah melalui pembangunan daerah yang serasi dan terpadu baik antar sektor maupun antara pembangunan sektoral, dan kaitannya dengan perencanaan pembangunan oleh daerah yang efisien dan efektif menuju tercapainya kemandirian daerah dan kemajuan yang merata di seluruh pelosok tanah air. Secara mendasar dalam perencanaan pembangunan pada dasarnya terdapat tiga aspek perencanaan yaitu: makro, sektoral; dan regional, yang ketiganya tersusun dalam satu kesatuan (Kartasasmita, 1996).

(21)

sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan, kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas.

Sebelum mengetahui makna pembangunan ekonomi daerah terlebih dahulu harus mengetahui pengertian daerah. Pengertian ditinjau dari aspek ekonomi, daerah mempunyai tiga pengertian yaitu (Arsyad, 2002:107-108) :

a. Daerah homogen adalah suatu daerah dimana kegiatan ekonomi terjadi diberbagai pelosok ruang dan terdapat sifat-sifat yang sama, baik dari segi pendapatan perkapitanya, sosial budayanya, geografinya, dan sebagainya.

b. Daerah nodal adalah suatu daerah sebagai suatu ekonomi ruang yang dikuasai oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi.

c. Daerah perencanaan atau daerah administrasi adalah suatu daerah sebagai suatu ekonomi ruang yang berada di bawah satu administrasi tertentu seperti satu provinsi, kabupaten, kecamatan, dan sebagainya.

(22)

Telah diketahui bersama bahwa tujuan pembangunan ekonomi pada umumnya adalah peningkatan pendapatan riel perkapita serta adanya unsur keadilan atau pemerataan dalam penghasilan dan kesempatan berusaha. Dengan mengetahui tujuan dansasaran pembangunan, serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki suatu daerah, maka strategi pengembangan potensi yang ada akan lebih terarah dan strategi tersebut akan menjadi pedoman bagi pemerintah daerah atau siapa saja yang akan melaksanakan usaha di daerah tersebut.

Beberapa ahli menganjurkan bahwa pembangunan daerah dari suatu daerah haruslah mencakup tiga inti nilai (Todaro,2000; Mudrajat, 2000;)

1. Ketahanan (Sustenance): Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok (pangan,papan, kesehatan dan proteksi) untuk mempertahankan hidup. 2. Harga diri ( Self Esteem ): Pembangunan haruslah memanusiakan orang.

Dalam arti luas pembangunan suatu daerah haruslah meningkatkan kebanggaan sebagai manusia yang berada di daerah itu

3. Freedom from servitude: Kebebasan bagi setiap individu suatu negara untuk berpikir, berkembang, berperilaku dan berusaha untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

(23)

pertumbuhan ekonomi, teori basis ekonomi, pusat pertumbuhan dan teori spesialisasi.

Adisasmita (2005), menyatakan bahwa Pembangunan wilayah (regional) merupakan fungsi dari sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, tehnologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan, kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas.

Kebijakan ekonomi dalam era otonomi daerah di satu pihak harus menjamin lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional di daerah, dan dilain pihak, terbukanya peluang bagi pemerintah daerah untuk mengembangkan kebijakan regional dan lokal untuk mengoptimalkan pendayagunaan potensi ekonomi daerah di daerahnya dalam rangka membawa masyarakat ke tingkat kesejahteraan yang tinggi dari waktu ke waktu (Rasyid, 2002).

2.2 Teori Kutub Pertumbuhan Ekonomi ( Growth Pole Theory)

Teori ini dipelopori oleh Francois Perroux, seorang ahli ekonomi regional berkebangsaan Prancis. Teori kutub pertumbuhan adalah pemusatan spasial berhubungan dengan industri yang berisi dorongan pertumbuhan pada pusat kota melalui pemekaran. Teori Growth Pole dapat pula diartikan secara fungsional dan secara geografis.

• Secara Fungsional

(24)

menstimulai kehidupan ekonomi baik kedalam maupun keluar (daerah belakangnya). (Tarigan 128-129).

• Secara Geografis

Suatu lokasi yang memiliki tingkat aksesibilitas tinggi sehingga menjadi pusat daya tarik (pole of attraction), yang menyebabkan banyak usaha yang tertarik untuk berlokasi didaerah tersebut dan masyarakat dapat menggunakan fasilitas yang ada.

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan PDB/PNB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu ukuran utama keberhasilan dari pembangunan yang dilaksanakan. Pertumbuhan harus berjalan secara berdampingan dan berencana, mengupayakan terciptanya pemerataan kesempatan dan pembagian hasil-hasil pembangunan yang lebih merata.

Dengan demikian maka suatu daerah yang kurang produktif dan tertinggal akan menjadi produktif dan berkembang yang akhirnya mempercepat proses pertumbuhan itu sendiri. Suatu kota dikatakan sebagai pusat pertumbuhan harus bercirikan:

(25)

Dengan demikian kehidupan kota menciptakan sinergi untuk saling mendukung terciptanya pertumbuhan.

2. Adanya unsur pengganda (multiplier effect) keberadaan sektor-sektor yang saling terkait dan saling mendukung akan menciptakan efek pengganda. Maknanya bila ada permintaan satu sektor dari luar wilayah, peningkatan produksi sektor tersebut akan berpengaruh pada peningkatan sektor lain. Peningkatan ini akan terjadi beberapa kali putaran pertumbuhan sehingga total kenaikan produksi dapat beberapa kali lipat dibandingkan dengan kenaikan permintaan di luar untuk sektor tersebut. Unsur efek pengganda memiliki peran yang signifikan terhadap pertumbuhan kota belakangnya. Hal ini terjadi karena peningkatan berbagai sektor di kota pusat pertumbuhan akan membutuhkan berbagai pasokan baik tenaga kerja maupun bahan baku dari kota belakangnya.

(26)

4. Bersifat mendorong pertumbuhan daerah belakangnya sepanjang terdapat hubungan yang harmonis di antara kota sebagai pusat pertumbuhan dengan kota belakangnya maka pertumbuhan kota pusat akan mendorong pertumbuhan kota belakangnya. Kota membutuhkan bahan baku dari wilayah belakangnya dan menyediakan berbagai fasilitas atau kebutuhan wilayah belakangnya untuk dapat mengembangkan diri.

Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Menurut Sirojuzilam dan Mahalli (2010) pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang bidang ekonomi.

Supriana (2008) peningkatan taraf hidup masyarakat dalam jangka panjang melalui pertumbuhan ekonomi adalah tujuan pembangunan ekonomi setiap negara.Menurut Boediono (1985), pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Disini, proses mendapat penekanan karena mengandung unsur dinamis.

(27)

lebih rinci, PDB adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa yang diproduksi disuatu negara dalam kurun waktu tertentu (Mankiw, 2001:126).

Beberapa ahli ekonomi pembangunan menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya diukur dengan pertambahan PDB dan PDRB saja, tetapi juga diberi bobot yang bersifat immaterial seperti kenikmatan, kepuasan dan kebahagiaan, dengan rasa aman dan tenteram yang dirasakan masyarakat luas (Lincolyn, 1999).

Pola interaksi ini menurut Sihotang (2001:115) mempunyai beberapa aspek, yaitu:

1. Pola interaksi ini menimbulkan ketidakseimbangan struktural di daerah bersangkutan, jika suatu titik pertumbuhan digandengkan dengan pembangunan suatu komplek industri baru, maka industri tersebut ditempatkan disekitar titik pertumbuhan itu. Walaupun daerah-daerah penyuplai akan ikut terdorong dan berkembang, tetapi perbedaan yang besar dalam kemakmuran antara titik pertumbuhan dengan daerah yang mengitarinya akan tetap terdapat.

2. Teori titik pertumbuhan secara implisit bersumber pada konsep basis ekspor tetapi dengan memberinya dimensi ruang, karena industri-industri inti atau key industries berlokasi pada titik pertumbuhan sedangkan industri penyuplai tenaga kerja, bahan mentah dan pelayanan-pelayanan dependent dapat terpencar di daerah pengaruhnya.

(28)

antara titik pertumbuhan dengan daerah pengaruhnya, tersedianya pelayanan sentral adalah salah satu keuntungan aglomerasi yang penting dari titik pertumbuhan.

Dalam teori ekonomi pembangunan, dikemukakan ada enam karakteristik pertumbuhan ekonomi, yaitu:

1. Terdapatnya laju kenaikan produksi perkapita yang tinggi untuk mengimbangi laju pertumbuhan penduduk yang cepat.

2. Semakin meningkatnya laju produksi perkapita terutama akibat adanya perbaikan teknologi dan kualitas input yang digunakan.

3. Adanya perubahan struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa.

4. Meningkatnya jumlah penduduk yang berpindah dari pedesaan ke daerah perkotaan (urbanisasi).

5. Pertumbuhan ekonomi terjadi akibat adanya ekspansi negara maju dan adanya kekuatan hubungan internasional.

6. Meningkatnya arus barang dan modal dalam perdagangan internasional. (Jhingan, 1995).

(29)

Menurut Boediono (1985), pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang.

Disini, proses mendapat penekanan karena mengandung unsur dinamis. Beberapa ahli ekonomi pembangunan menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya diukur dengan pertambahan PDB dan PDRB saja, tetapi juga diberi bobot yang bersifat immaterial seperti kenikmatan, kepuasan dan kebahagiaan, dengan rasa aman dan tenteram yang dirasakan masyarakat luas (Lincolyn, 1999).

Menurut Todaro (2003), Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang yang diproduksi meningkat yang digunakan untuk kemakmuran masyarakat . Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor,yaitu :

1. Pertumbuhan Penduduk dan Angkatan Kerja

Pertumbuhan penduduk sangat berkaitan dengan jumlah angkatan kerja yang bekerja yang notabenya merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Kemampuan pertumbuhan penduduk ini dipengaruhi seberapa besar perekonomian dapat menyerap angkatan kerja yang bekerja produktif.

2. Akumulasi Modal

(30)

3. Kemajuan Teknologi

Kemajuan teknologi menurut para ekonom merupakan faktor terpenting dalam terjadinya pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan karena kemajuan teknologi memberikan dampak besar karena dapat memberikan cara-cara baru dan menyempurnakan cara lama dalam melakukan suatu pekerjaan.

Ada beberapa alat pengukur dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu :

• Produk Domestik Bruto (PDB) : Produk Domestik Bruto/Produk Domestik

Regional Bruto apabila ditingkat nasional adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar.

• Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita : Produk domestik bruto per

kapita dapat digunakan sebagai alat ukur pertumbuhan yang lebih baik dalam mencerminkan kesejahteraan penduduk

Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan membandingkan PDRB pada satu tahun tertentu (PDRBt) dengan PDRB tahun sebelumnya (PDRB t-1)

Laju Pertumbuhan Ekonomi = �����−����(�−1)

����(�−1) x 100% 2.3 Tipologi Ekonomi Regional

(31)

daerah dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan perkapita sebagai sumbu horizontal.

Daerah yang diamati dapat dibagi menjadi empat klasifikasi yaitu daerah cepat maju dan cepat tumbuh (High growth and high income), daerah maju tapi tertekan (high income but low growth), daerah berkembang cepat (high growth but low income) dan daerah relatif tertinggal (low growth and low income). Kriteria

yang digunakan untuk membagi daerah adalah sebagai berikut:

Daerah cepat maju dan cepat tumbuh (High growth and high income)

adalah laju pertumbuhan PDRB dan pendapatan perkapita lebih tinggi dari rata – rata pertumbuhan dan pendapatan perkapita rata- rata nasional.

Daerah maju tapi tertekan. (high income but low growth) yaitu daerah

yang relatif maju, tapi dalam beberapa tahun terakhir laju pertumbuhan menurun akibat tertekannya kegiatan utama daerah yang bersangkutan. Daerah ini merupakan daerah yang telah maju tapi dimasa mendatang pertumbuhannya tidak akan begitu cepat walaupun potensi pengembangan yang dimiliki pada dasarnya sangat besar. Daerah ini mempunyai pendapatan perkapita lebih tinggi tapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibandingkan rata- rata nasional.

Daerah berkembang cepat (high growth but low income) adalah daerah

(32)

dicapai sebenarnya masih relatif rendah. Daerah ini memiliki tingkat pertumbuhan tinggi tetapi tingkat pendapatan perkapita lebih rendah dibandingkan dengan rata- rata nasional.

Daerah relatif tertinggal (low growth and low income) adalah daerah

yang masih mempunyai tingkat pertumbuhan dan pendapatan perkapita lebih rendah dari pada rata- rata nasional.

2.4 Penelitian Terdahulu

Danastri, S dan Hendarto, R (2011) melakukan penelitian dengan judul Analisis Penetapan Pusat-Pusat Pertumbuhan Baru Di Kecamatan Harjamukti,

Cirebon Selatan. Penelitian ini dilakukan dengan latar belakang pemandirian

daerah sekitar pusat kota agar tidak bergantung pada kegiatan perekonomian pusat kota utama serta adanya ketimpangan pembangunan atau pembangunan yang tidak merata antara kawasan Cirebon Utara dan Cirebon Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis skalogram, dapat dilihat kondisi saat ini tiap-tiap kelurahan dengan fasilitas terlengkap adalah Kelurahan Kecapi, Kelurahan Harjamukti, Kelurahan Kalijaga, Kelurahan Larangan, dan Kelurahan Argasunya sebagai kelurahan yang jumlah fasilitasnya paling sedikit. Berdasarkan hasil analisis gravitasi,semua daerah di kecamatan Harjamukti memiliki interaksi yang kuat dengan daerah pusat kecamatan, yaitu Kelurahan Kalijaga.

Ardila, Refika (2012) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengembangan Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Banjarnegara.

(33)

pusat pertumbuhan. Selain itu juga diharapkan adanya pemerataan pembangunan antar kecamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis tipologi klassen dengan menggunakan data PDRB per kapita dan pertumbuhan ekonomi tahun 2010 di masing-masing kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, diperoleh empat keadaan ekonomi daerah. Kategori pertama adalah daerah maju dan cepat tumbuh adalah kecamatan Banjarnegara, Madukara dan Batur. Kategori kedua adalah daerah maju tapi tertekan adalah \Kecamatan Purwareja Klampok, Sigaluh, dan Pejawaran, Kategori ketiga adalah derah berkembang cepat adalah Kecamatan Susukan, Mandiraja, Bawang Rakit dan Punggelan. Kategori keempat adalah daerah relatif teringgal adalah Kecamatan Purwanegara, Pagedongan, Banjarmangu, Wanadadi, Karangkobar, Pagentan, Wanayasa, Kalibening dan Pandanarum. Berdasarkan hasil analisis Skalogram dan Indeks Sentralitas pada 20 kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, diperoleh 6 kecamatan pusat pertumbuhan yaitu Kecamatan Banjarnegara, Kecamatan Madukara, Kecamatan Purwanegara, Kecamatan Mandiraja, Kecamatan Purwareja Klmpok, Kecamatan Susukan.

Arifin, Zainal (2008) melakukan penelitian dengan judul Penetapan Kawasan Andalan dan “Leading Sector” Sebagai Pusat Pertumbuhan Pada

Empat Koridor Di Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan dengan latar

(34)

Madiun, Kota Probolinggo, Kabupaten Jember, dan Kabupaten Bojonegoro. Yang tergolong daerah maju tapi tertekan adalah Kabupaten Sidorajo, Kabupaten Mojokerto, Kota Baru, Kediri, Kabupaten Nganjuk, KabupatenMadiun, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Lamongan, KabupatenTuban dan Kabupaten Sumenep. Yang tergolong daerah berkembang cepat adalah Kabupaten Gresik, Kabupaten Malang, Kota Blitar, Kota Pasuruan, Kabupaten Jombang, Kabupaten Kediri, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Ngawi, dan Kabupaten Bangkalan. Yang tergolong daerah relatif tertinggal adalah Kabupaten Blitar, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Sampang dan Kabupaten Pamekasan. Berdasarkan hasil analisis LQ, sektor yang paling banyak menjadi unggulan adalah pertanian disusul listrik, gas dan air bersih, bangunan, jasa-jasa, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, angkutan dan komunikasi, perdagangan, hotel dan restoran, industri pengolahan, serta pertambangan dan penggalian.

Pujiati, A. (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Kawasan Andalan Di Jawa Tengah. Penelitian ini memiliki latar belakang tidak optimalnya

(35)

berkembang cepat dan limabelas kabupaten/kota yang termasuk klasifikasi relatif teringgal. Hasil analisis LQ menunjukkan bahwa sektor unggulan dikawasan andalan cenderung didominasi sektor skunder dan tersier . Hasil analisis indeks spesialisasi regional menunjukkan bahwa kabupaten/kota yang termasuk kawasan andalan relatif cenderung lebih tinggi daripada kawasan bukan andalan.

Razak, AR. (2009) dalam Economis Journal of Emerging Markets melakukan penelitian dengan judul EconomicGrowth And Regional Development Disparity in South Sulawesi. Penelitian ini memiliki latar belakang adanya tingkat

disparitas pembangunan ekonomi pada kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil klasen tipologi menunjukkan bahwa daerah yang termasuk klasifikasi cepat maju dan cepat tumbuh adalah kota Makassar, daerah yang termasuk klasifikasi daerah maju tapi tertekan yaitu Kota Parepare, kota Palopo, dan Kabupaten Luwu Utara, daerah yang termasuk klasifikasi berkembang cepat yaitu Kabupaten Selayar, Bulukumba, Bantaeng, Takalar, Sinjai, Maros, Pangkep, Barru, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang, Enrekang, dan Luwu, daerah yang termasuk klasifikasi daerah tertinggal yaitu Jeneponto, Gowa, Bone, Tana Toraja, dan Luwu Timur.

Christofakis dan Athanasios (2011) melakukan penelitian dengan judul The Growth Poles Strategy in Regional Planning : The Recent Experience of

Greece. Penelitian ini dilatar belakangi o;eh upaya untuk merangsang peran

(36)

menunjukkan relatif kelemahan dalam merancang dan menerapkan kebijakan pembangunan perkotaan sebagai bagian dari program regional. Adapun masalah utama adalah tidak adanya spesialisasi aktual dalam Program Operasional Daerah, serta sebagai pembentukan atau adaptasi dan implementasi selanjutnya kebijakan tambahan yang diperlukan (seperti kebijakan sektoral, jaringan kebijakan, mengangkut kebijakan, dll) untuk realisasi kutub pertumbuhan strategi. Secara khusus, pembentukan kebijakan sektoral khusus untuk menarik kegiatan pendorong, berdasarkan karakteristik pertumbuhan dan potensi masing-masing konsentrasi polar, dianggap dari besar penting, seiring dengan promosi proyek khusus di bidang infrastruktur yang strategis, tergantung pada potensi perkembangan dari masing-masing konsentrasi.

2.5 Kerangka Konseptual

Suatu kota yang memiliki pusat pertumbuhan dan potensi ekonomi dapat terlihat dari besarnya PDRB yang dihasilkan, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita. Dari PDRB akan dapat diketahui daerah mana yang dapat memberikan potensi pertumbuhan melalui keunggulan kompetitif dan spesialisasi dari daerah tersebut. Dari pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita dapat diketahui Tipologi daerah.

(37)

tertekan sehingga pembangunan yang dilaksanakan dapat sesuai dengan kondisi daerah tersebut dan mampu bersaing dengan daerah lain sekitarnya.

Dari uraian diatas maka dapatlah disusun suatu skema sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Penentuan Pusat-pusat pertumbuhan kota

medan

PDRB Kecamatan Kota Medan

Analisis Gravitasi Analisis Klassen

Tipologi

Daerah Pusat Pertumbuhan Kota

Daerah Maju Daerah

Berkembang

Daerah Maju tapi Tertekan

Daerah Relatif Tertinggal

Peningkatan Kualitas Daerah-Daerah Tertinggal melalui Pembangunan Daerah

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metodologi Penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipoteis penelitian.

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup Penelitian ini adalah untuk mengkaji pusat-pusat pertumbuhan di kota Medan.

3.2 Jenis Dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini menggunakan data skunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan dan mencatat teori-teori dari bku literatur, jurnal-jurnal, dan bacaan-bacaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Sumber data diperoleh dari Instansi pemerintahan, yaitu BPS (Badan Pusat Statistik) kota Medan.

3.3 Model Analisis Data 3.3.1 Analisis Tipologi Klassen

(39)

1. Tipologi I : Daerah Cepat maju dan cepat tumbuh ( high growth and high income) adalah Kabupaten/kota yang mempunyai laju

pertumbuhan PDRB rata-rata diatas pertumbuhan PDRB Kota Medan dan pendapatan perkapita diatas rata-rata pendapat perkapita Kota Medan .

2. Tipologi 2 : Daerah maju tapi tertekan (high income but low growth) adalah Kabupaten yang mempunyai laju pertumbuhan PDRB rata-rata lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan PDRB Kota Medan dan pendapatan perkapita lebih tinggi rata-rata diatas pendapatan perkapita Kota Medan. Daerah ini dalam beberapa tahun terakhir laju pertumbuhan menurun akibat tertekannya kegiatan utama daerah yang bersangkutan. Daerah ini merupakan daerah yang telah maju tapi dimasa mendatang pertumbuhannya tidak akan begitu cepat walaupun potensi pengembangan yang dimiliki pada dasarnya sangat besar. Daerah ini mempunyai pendapatan perkapita lebih tinggi tapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibandingkan rata- rata nasional.

(40)

4. Tipologi 4 : Daerah relatif tertinggal ( low growth and low income ) merupakan kabupaten/kota yang mempunyai laju rata-rata pertumbuhan PDRB dan pendapatan perkapita lebih rendah dari rata-rata laju pertumbuhan dan pendapatan perkapita Kota Medan.

PDRB Perkapita (y)

R1> r Daerah cepat maju dan cepat tumbuh Daerah Berkembang Cepat

R1< r Daerah Maju Tapi

Diharapkan dari analisis ini dapat ditentukan tipologi masing-masing kabupaten / kota yang dapat digunakan sebagai acuan pendukung untuk menentukan prioritas dalam pengembangan pembangunan wilayah.

3.3.2 Analisis Skalogram

Analisis Skalogram dipergunakan untuk menganalisis pusat-pusat permukiman, khususnya hierarki atau orde-orde pusat pertumbuhan. Analisis ini dapat digunakan dengan mendasarkan kepada jumlah unit dan jenis fasilitas yang ada.

Analisis scalogram mengelompokkan klasifikasi wilayah berdasarkan pada tiga komponen fasilitas dasar yang dimilikinya yaitu:

(41)

lingkungan yang kompleks, jumlah dan tipe fasilitas komersial akan menunjukkan derajat ekonomi kawasan/kota dan kemungkinan akan menarik sebagai tempat tinggal dan bekerja;

b. solidarity adalah fasilitas yang berkaitan dengan aktivitas sosial.Fasilitas ini menunjukkan tingkat kegiatan sosial dari kawasan/kota. Fasilitas tersebut dimungkinkan tidak seratus persen merupakan kegiatan sosial namun pengelompokan tersebut masih dimungkinkan jika fungsi sosialnya relatif lebih besar dibandingkan sebagai kegiatan usaha yang berorientasi pada keuntungan (benefit oriented);

c. centrality adalah fasilitas yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi-politik/pemerintahan. Fasilitas ini menunjukkan bagaimana hubungan dari masyarakat dalam sistem kota/komunitas. Sentralitas ini diukur melalui perkembangan hierarki dari institusi sipil, misalnya kantor pos, sekolahan, kantor pemerintahan dan sejenisnya.

3.3.3 Analisis Gravitasi

Model gravitasi adalah suatu teknik untuk menganalisis pola interaksi ruang. Model Gravitasi ini di dasari oleh Hukum Gravitasi Newton (Sir Isaac Newton) yang berbunyi “dua massa yang berdekatan akan saling tarik menarik dan daya tarik masing-masing massa adalah sebanding dengan bobotnya.”

(42)

daya tarik yang dapat dianalogikan sebagai daya tarik menarik antara 2(dua) kutub magnet.

Rumus dasar untuk menghitung model ini adalah:

Tij =

�.��.��

���

Keterangan :

Tij = Banyaknya interaksi dari kelurahan i kecamatan j K = Bilangan konstan/rata-rata perjalanan per penduduk P i = Penduduk Kecamatan i

P j = Penduduk kecamatan j Dij = Jarak antara i dan j

Maka, semakin besar indeks Tij yang ditemukan berdasarkan hubungan antara 2 wilayah kecamatan, maka semakin besar pula kekuatan interaksi antara kedua wilayah kecamatan yang dianalisis tersebut.

3.4 Definisi Operasional

1. Pendapatan perkapita merupakan sebagai keseluruhan nilai tambah bruto dari kegiatan perekonomian di suatu wilayah, hal ini berdasarkan harga berlaku (Milyar Rupiah).

(43)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kota Medan

Sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia, Kota Medan merupakan salah satu wilayah yang subur diwilayah dataran rendah timur dari provinsi Sumatera Utara dengan ketinggian berada di 22,5 meter dibawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka. Secara geografis, Medan terletak pada 3,30̊ - 3,43̊ LU dan 98,35̊ - 98,44̊ BT dengan topografi cenderung miring ke utara. Sebelah barat dan timur Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli dan Serdang. Disebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka. Letak yang strategis ini menyebabkan Medan berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa baik itu domestik maupun interbasional. Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 2000-2500mm per tahun.

(44)

No Kecamatan Luas

Daerah Persentase (%)

1 Medan Tuntungan 20,68 7,8

2 Medan Johor 12,81 4,83

3 Medan Amplas 14,58 5,5

4 Medan Denai 11,19 4,22

5 Medan Area 9,05 3,41

6 Medan Kota 7,99 3,01

7 Medan Maimun 5,27 1,99

8 Medan Polonia 5,52 2,08

9 Medan Baru 5,84 2,2

10 Medan Selayang 9,01 3,4

11 Medan Sunggal 2,98 1,13

12 Medan Helvetia 15,44 5,83

13 Medan Petisah 13,16 4,97

14 Medan Barat 6,82 2,57

15 Medan Timur 5,33 2,01

16 Medan Perjuangan 7,76 2,93

17 Medan Tembung 4,09 1,54

18 Medan Deli 20,84 7,86

19 Medan Labuhan 36,67 13,83

20 Medan Marelan 23,82 8,99

21 Medan Belawan 26,25 9,9

Jumlah 265,1 100

Tabel 4.1

Luas Daerah Kota Medan

Sumber : Medan Dalam Angka Tahun 2010

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Labuhan dengan luas sebesar 36,67 km² dan yang paling sempit adalah Kecamatan Medan Sunggal sebesar 2,98 km². Dari tabel diatas juga dapat dilihat bahwa luas Kota Medan sebesar 265,10 ². Luas Kota Medan ini mencakup 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara.

4.2 Komposisi Penduduk

(45)

suku-Laki-Laki Perempuan

1 Medan Tuntungan 39.414 41.528 80.942 2 Medan Johor 61.085 62.766 123.851 3 Medan Amplas 56.175 56.968 113.143 4 Medan Denai 71.181 70.214 141.395 5 Medan Area 47.813 48.731 96.544 6 Medan Kota 35.329 37.341 72.580 7 Medan Maimun 19.411 20.170 39.581 8 Medan Polonia 25.989 26.805 52.794 9 Medan Baru 17.576 21.940 39.516 10 Medan Selayang 48.293 50.024 98.317 11 Medan Sunggal 55.403 57.341 112.744 12 Medan Helvetia 70.705 73.552 144.257 13 Medan Petisah 29.367 32.382 61.749 14 Medan Barat 34.733 36.038 70.771 15 Medan Timur 52.635 55.998 108.633 16 Medan Perjuangan 45.144 48.184 93.328 17 Medan Tembung 65.391 68.188 13.3579 18 Medan Deli 84.520 82.273 166.793 19 Medan Labuhan 56.676 54.497 111.173 20 Medan Marelan 71.287 69.127 140.414 21 Medan Belawan 48.889 46.617 95.506

1.036.926 1.060.684 2.097.610

No Kecamatan Jenis Kelamin Jumlah

Jumlah

suku asli, seperti : Melayu, Simalungun, dan Karo. Namun, seiring dengan hadir dan berkembangnya perkebunan tembakau di Sumatera Timur maka demografi penduduk Medan berubah dengan hadirnya suku-suku pendatang, seperti Jawa, Batak Toba, Cina dan India. Komposisi penduduk Kota Medan tidak hanya dilihat berdasarkan suku tetapi juga berdasarkan jenis kelamin, mata pencaharian, dan pendidikan. Adapun komposisi penduduk Kota Medan berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan jenis kelamin

(46)

1 Medan Tuntungan 41,12 51,34 7,09 0,15 0,29 0,02 2 Medan Johor 67,71 19,96 2,76 0,32 9,22 0,03 3 Medan Amplas 75,92 21,68 1,65 0,02 0,67 0,06 4 Medan Denai 70,74 23,97 `1,27 0,03 3,95 0,03 5 Medan Area 69,01 5,63 0,61 0,03 24,67 0,04 6 Medan Kota 47,61 28,51 1,41 0,1 22,34 0,03 7 Medan Maimun 70,5 6,83 1,22 1,1 20,32 0,04 8 Medan Polonia 68,53 14,33 1,6 2,28 13,16 0,1 9 Medan Baru 44,83 43,8 54,39 1,71 5,22 0,07 10 Medan Selayang 58,14 34,65 4,87 1,24 1,05 0,04 11 Medan Sunggal 70,08 16,69 1,95 1,39 9,85 0,04 12 Medan Helvetia 66,41 27,96 2,6 0,34 2,67 0,02 13 Medan Petisah 45,59 27,37 1,94 2,03 23,02 0,05 14 Medan Barat 62,25 14,64 1,42 0,84 20,81 0,04 15 Medan Timur 64,1 15,32 1,15 0,4 18,97 0,07 16 Medan Perjuangan 60,49 26,13 1,25 0,31 11,8 0,02 17 Medan Tembung 71,21 17,48 1,49 0,04 9,76 0,01 18 Medan Deli 82,47 12,35 0,48 0,12 4,54 0,03 19 Medan Labuhan 73,76 20,19 1,12 0,02 4,87 0,05 20 Medan Marelan 90,85 4,54 0,4 0,13 4,06 0,03 21 Medan Belawan 78,24 18,81 0,7 0,03 2,22 0

68,4 20,44 1,8 0,44 8,88 0,04 Kota Medan

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat jumlah penduduk terbanyak berada pada kecamatan Medan Denai dengan jumlah 141.395 orang yang dihuni oleh 71.181 orang laki-laki dan 70.214 orang perempuan. Sementara itu, Kecamatan Medan Marelan lebih banyak didominasi oleh penduduk berjenis kelamin Laki-laki daripada penduduk yang berjenis kelamin perempuan yang hanya berjumlah 691.27 orang. Berdasarkan tabel juga dapat disimpulkan bahwa penduduk kota Medan bila dirinci dari jenis kelaminnya berjumlah 1.036.926 orang penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 1.060.684 penduduk berjenis kelamin perempuan. Dengan demikian jumlah penduduk kota Medan secara keseluruhan adalah 2.097.610 orang. Komposisi penduduk kota Medan juga dapat dilihat dari agama yang dianut oleh penduduk kota Medan berdasarkan agama dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Kota Medan Berdasarkan Agama yang dianut

(47)

Penduduk kota Medan pada tahun 2010 masih didominasi oleh penduduk yang beragama Islam dengan persentase sebesar 68,4%, kemudian disusul oleh agama Kristen Protestan dengan persentase sebesar 20,44%, dan agama Budha dengan persentase 8,88%. Bila ditelisik lagi menurut kecamatan, komposisi penduduk menurut agama tidak jauh berbeda dengan kondisi kota Medan secara umum. Di kecamatan Medan Tuntungan, mayoritas penduduknya didominasi penduduk yang beragama Kristen Protestan yang persentasenya mencapai 51,34%. Ada empat kecamatan yang persentase penduduk beragama Islam-nya tidak mencapai 50%, yaitu kecamatan Medan Tuntungan (41,12%), kecamatan Medan Kota (47,61%), Kecamatan Medan Baru ( 44,83%), dan Kecamatan Medan Petisah (45,59%). Secara umum persentase penduduk Kota Medan yang beragama Budha terkonsentrasi didaerah pusat kota.

(48)

Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Pertanian 4,41 0,57 3,07

2 Pertambangan dan Penggalian 0,22 0,00 0,15

3 Industri 13,71 12,13 13,15

4 Listrik , Air dan Gas 0,60 0,17 0,45

5 Bangunan 10,12 0,59 6,80

6 Perdagangan 33,19 46,63 37,87

7 Angkutan dan Komunikasi 14,90 2,03 10,42

8 Keuangan 4,21 2,09 3,47

9 Jasa-Jasa 18,64 35,79 24,62

No Lapangan Usaha Persentase

Tabel 4.4

Jumlah Penduduk Kota Medan Berdasarkan Mata Pencaharian

Sumber : BPS Kota Medan tahun 2010

Berdasarkan data dalam tabel dapat disimpulkan bahwa struktur lapangan pekerjaan dikota Medan menunjukkan bahwa sektor perdagangan merupakan lapangan pekerjaan yang paling menonjol,jika dibandingkan dengan sktor lainnya. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 37,87% penduduk di Kota Medan bekerja disektor perdagangan, dan sisanya disektor lain sebesar 62,13%. Sangat dapat dimaklumi jika mayoritas penduduk bekerja dikota Medan terjun pada sektor perdagangan, karena seperti diketahui bersama bahwa kota Medan merupakan pusat perdagangan dan jasa. Sektor lain yang juga menyerap tenaga kerja cukup besar adalah jasa, yang mencapai 24,62% dari total penduduk yang bekerja, diikuti oleh sektor industri yang persentasenya mencapai 13,15%.

(49)

perdagangan yang menyerap 46,63%, lalu sektor jasa sebesar 35,79% dan sektor industri sebesar 12,13%.

Untuk memudahkan analisis sektor perekonomian maka lapangan pekerjaan utama yang terdiri dari sembilan sektor dibagi dalam tiga kelompok utama, yaitu sektor A ( Pertanian), sektor M (Pertambangan/Penggalian, Industri, Listrik, Gas, dan Air serta Konstruksi), serta sektor S ( Angkutan, Perdagangan, Keuangan dan Jasa ) atau ketiganya biasa disebut sebagai sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier. Komposisi tenaga kerja menurut sektor agrikultur, manufaktur, dan service ( A M S ), maka komposisi penduduk kota Medan yang bekerja menjadi 3,07% pada sektor A, sektor M sebesar 20,55%, dan sisanya sektor S sebesar 76,38%. Untuk penduduk laki-laki komposisinya 4,41%, pada sektor A, 24,65% pada sektor M, dan 70,94% pada sektor S. Sedangkan untuk penduduk perempuan, komposisinya adalah 0,57% pada sektor A, 12,89% pada sektor M, dan 86,54% pada sektor S.

(50)

No Golongan Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 0-4 98.437 92.857 191.294

2 5 - 9 99.961 93.532 193.494

3 10-14 97.514 91.828 189.342

4 15-19 102.566 107.423 209.989

5 20-24 112.860 123.093 235.952

6 25-29 100.935 103.459 204.394

7 30-34 85.609 87.265 172.874

8 35-39 77.344 80.794 158.139

9 40-44 69.238 71.727 140.965

10 45-49 57.718 59.997 117.715

11 50-54 48.163 49.244 97.407

12 55-59 34.548 34.282 68.830

13 60-64 20.373 22.555 42.928

14 65-69 14.573 17.556 32.129

15 70-74 9.596 12.384 21.980

16 >75 7.491 12.688 20.179

Jumlah 1.036.926 1.060.684 2.097.910 Tabel 4.5

Jumlah Penduduk Kota Medan Menurut Kelompok Umur

Sumber : BPS Kota Medan tahun 2010

(51)

2005 2006 2007 2008 2009 2010

1 Pertanian 670,58 673,09 707,71 735,25 765,95 771,33

2 Pertambangan dan Penggalian 0,78 0,73 0,66 0,57 0,57 0,55

3 Industri Pengolahan 3842,15 4095,43 4344,56 4514,29 4591,6 4792,16

4 Listrik Gas dan Air 413,36 435,64 423,39 442,54 464,92 497,66

5 Bangunan 2712,63 3011,37 3205,06 3463,84 3748,68 4005,47

6 Perdagangan, Hotel, Restoran 6850,44 7271,81 7703,59 8134,82 8824,16 9584,51 7 Pengangkutan dan Komunikasi 4637,2 5255,76 5813,39 6287,38 6866,78 7346,13

8 Keuangan 3507,54 3685,67 4518,05 4586,68 4720,84 5133,72

9 Jasa-Jasa 2637,75 2804,95 2996,51 3208,58 3446,55 3690,69

PDRB 25,272,42 27,234,45 29,352,92 31,373,95 33,430,05 35,822,22

No Lapangan Usaha

Tahun

4.3 Kondisi Perekonomian Kota Medan

Pemerintah Kota Medan dalam melaksanakan pembangunan khususnya pembangunan dibidang ekonomi tidak terlepas dari dampak positif maupun negatif, untuk mengukur hasil pembangunan tersebut diperlukan alat ukur yaitu berupa indikator ekonomi yang sering digunakan secara luas adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

4.3.1 PDRB Atas Dasar Harga Konstan

PDRB atas dasar harga konstan menggambarkan perubahan volume atau kuantum produksi saja. Pengaruh perubahan harga telah dihilangkan dengan cara menilai dengan harga suatu tahun dasar tertentu. Penghitungan atas dasar konstan berguna untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau sektoral. Berdasarkan tabel dibawah menunjukkan bahwa PDRB kota Medan dalam periode 2005-2010 atas dasar harga konstan 2000 meningkat cukup pesat. Terlihat dalam tabel bahwa tahun 2005 PDRB kota Medan sebesar Rp.25.272 Milyar meningkat menjadi Rp. 35.822.22 Milyar. Peningkatan rata-rata PDRB ini sebesar 7,26% pertahunnya.

Tabel 4.6

PDRB Kota Medan Menurut Lapangan Usaha berdasarkan harga konstan (RP. Milyar )

(52)

2005 2006 2007 2008 2009 2010

1 Pertanian 1306,92 1427,43 1557,84 1876,2 2023,06 2225,32

2 Pertambangan dan Penggalian 2,6 3,28 3,09 2,89 2,98 2,95

3 Industri Pengolahan 7094,92 7960,6 9029,33 10420,82 10860,5 12475,53

4 Listrik Gas dan Air 917,53 1102,66 1040,73 1142,92 1244,8 1415,44

5 Bangunan 3502,8 4795,79 5420,08 6233,09 6927,`19 8149,94

6 Perdagangan, Hotel, Restoran 11271,82 12692,84 14106,17 16917,47 19502,96 22431,93

7 Pengangkutan dan Komunikasi 7979,78 9164,62 10548,09 12456,64 14255,72 15786,32

8 Keuangan 6063,88 6550,5 7833,88 9547,46 10062,91 11893,13

9 Jasa-Jasa 4652,21 5152,23 5893,3 6718,76 7750,09 8933,95

PDRB 42792,45 4889,95 55452,5 65316,26 72630,2 83315,02

No Lapangan Usaha Tahun

4.3.2 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

PDRB atas dasar harga berlaku, selama periode 2005-2010 menunjukkan bahwa nilai tambah yang dihasilkan dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi di Kota Medan ditandai oleh peningkatan PDRB harga berlaku yang mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dalam PDRB Kota Medan atas dasar harga berlaku pada tahun2005 sebesar Rp. 42,79 triliun, meningkat menjadi Rp. 48,89 triliun pada tahun 2010. Perkembangan PDRB Kota Medan atas dasar harga berlaku terus mengalami kenaikan dari Rp. 55,45 triliun pada tahun 2007 menjadi Rp 65,31 triliun pada tahun 2008, sementara pada tahun 2009 meningkat menjadi Rp. 72,63 triliun. Peningkatan PDRB atas dasar harga belaku ini rata-rata sebesar 14,27% pertahunnya.

Tabel 4.7

PDRB Kota Medan Menurut Lapangan Usaha berdasarkan harga berlaku (RP. Milyar )

(53)

Tahun Medan Nasional

2006 7,76 5,5

2007 7,78 6,35

2008 6,89 6,01

2009 6,55 4,58

2010 7,16 6,1

4.3.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan

Pertumbuhan Ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan, khususnya bidang ekonomi. Untuk melihat perkembangan ekonomi kota Medan secara rinci dari tahun ke tahun dapat dilihat dari PDRB atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha. Apabila terjadi pertumbuhan positif, hal ini menunjukkan adanya peningkatan perekonomian dibandingkan dengan tahun yang lalu. Sebaliknya apabila terjadi pertumbuhan yang menurun atau negatif akan menunjukkan penurunan perekonomian dibandingkan dengan tahun lalu.

Tabel 4.8

Pertumbuhan Ekonomi kota Medan dan Nasional

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

(54)

2005 475,83 9,62 6,89

penurunan pertumbuhan ekonomi kota Medan masih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yaitu sebesar 6,01%.

Pertumbuhan ekonomi Kota Medan pada tahun 2009 kembali mengalami penurunan sebesar 0,34% menjadi 6,55% namun pertumbuhan ekonomi nasional juga mengalami penurunan sebesar 1,43% menjadi 4,58%. Perekonomian Kota Medan melambat diakibatkan terjadinya krisis global yang berdampak cukup besar. Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 7,16%, sementara pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,1%.

4.4 Hasil Analisis dan Pembahasan

4.4.1 Keadaan Ekonomi Kecamatan di Kota Medan 1. Kecamatan Medan Tuntungan

Di Kecamatan Medan Tuntungan PDRB terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun,hal ini terlihat dari PDRB yang terus meningkat, seperti terlihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.9

Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Tuntungan

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

(55)

2005 649,984 9,9 5,81

Tahun PDRB ADHB (Rp. Milyar)

Pertumbuhan Ekonomi (%)

PDRB Perkapita (Rp. Jutaan)

ketahun. Adapun pertumbuhan ekonomi di Kecamatan Medan Tuntungan pada tahun 2005 tumbuh sebesar 9,62% , tahun 2006 menurun sebesar 3,88% tahun 2007 meningkat sebesar 5,22%, tahun 2008 6,99% tahun 2009 meningkat menjadi 6,99% dan tahun 2010 menurun menjadi 5,64%.

Terlihat dalam tabel bahwa pada tahun 2005 PDRB Perkapita Kecamatan Medan Tuntungan sebesar Rp. 6,89 juta. Tahun 2006 PDRB Perkapita meningkat 11,3% menjadi sebesar Rp. 7,67 juta. PDRB Perkapita tahun 2007 meningkat 10,9% menjadi sebesar Rp. 8,51 juta. PDRB Perkapita tahun 2008 meningkat 17,3% menjadi Rp. 9,99 juta. PDRB Perkapita tahun 2009 meningkat 12,2% menjadi Rp. 11,21 juta. PDRB Perkapita tahun 2010 menurun sebesar 1,3% menjadi sebesar Rp. 11,06 juta.

2. Kecamatan Medan Johor

Di Kecamatan Medan Johor PDRB terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Persentase pertumbuhan ekonomi tidak terus mengalami peningkatan tetapi tidak mengalami penurunan secara , seperti terlihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.10

Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Johor

(56)

2005 1143,58 8,12 10,55

Tahun PDRB ADHB (Rp. Milyar)

Pertumbuhan Ekonomi (%)

PDRB Perkapita (Rp. Jutaan)

Dari tabel dapat diketahui bahwa di Kecamatan Medan Johor PDRB atas dasar harga berlaku selalu mengalami peningkatan. Pertumbuhan ekonomi dari tahun 2005 sebesar 9,9% mengalami penurunan cukup drastis tahun 2006 yaitu menjadi 6,15%, tahun 2007 sebesar 6,48%, tahun 2008 sebesar 6,23%, tahun 2009 sebesar 7,79%, tahun 2010 sebesar 6,18%. PDRB Perkapita pada tahun 2005 sebesar Rp.5,81 juta.

PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 9,46% menjadi sebesar Rp.6,36 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar 13,36% menjadi sebesar Rp.7,21 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008 meningkat sebesar 15,25% menjadi sebesar Rp.8,31 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2009 meningkat sebesar 11,79% menjadi sebesar Rp.9,29 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar 8,5% menjadi sebesar Rp.10,08 juta.

3. Kecamatan Medan Amplas

Di Kecamatan Medan Amplas PDRB mengalami peningkatan dari tahun ketahun seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.11

Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Amplas

(57)

2005 5333,88 7,28 3,92

Tahun PDRB ADHB (Rp. Milyar)

Pertumbuhan Ekonomi (%)

PDRB Perkapita (Rp. Jutaan)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa PDRB Di Kecamatan Medan Amplas terus meningkat selama periode tahun 2005-2010 yaitu dari 1143,58 milyar rupiah menjadi 2270,9 milyar rupiah. Persentase pertumbuhan ekonomi tahun 2005 sebesar 8,12%, kemudian meningkat pada tahun 2006 menjadi 8,19%, menurun pada tahun 2008 menjadi 6,8%, meningkat pada tahun 2008 sebesar 6,87%, meningkat pada tahun 2009 sebesar 7,68% dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 7,81%.

PDRB Perkapita Kecamatan Medan Amplas tahun 2005 sebesar Rp. 10,55 juta. PDRB perkapita tahun 2006 meningkat 12,3% menjadi sebesar Rp. 11,85 juta. Pada tahun 2007 PDRB Perkapita meningkat sebesar 12,06% menjadi Rp. 13,28 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008 meningkat sebesar 12,9% menjadi Rp. 12,9 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2009 meningkat sebesar 13,8% menjadi Rp. 17,07 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar 17,5% menjadi Rp. 20,07 juta.

4. Kecamatan Medan Denai

Di Kecamatan Medan Amplas PDRB mengalami peningkatan dari tahun ketahun seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.12

Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Denai

(58)

2005 874,32 8,65 8,03

Tahun PDRB ADHB (Rp. Milyar)

Pertumbuhan Ekonomi (%)

PDRB Perkapita (Rp. Jutaan)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa PDRB Di Kecamatan Medan Denai terus meningkat selama periode 2005-2010 yaitu dari 533,88 milyar rupiah menjadi 1082,96 milyar rupiah. Persentase pertumbuhan ekonomi tahun 2005 menjadi 7,28%, pada tahun 2006 meningkat menjadi 9,62%, tahun 2007 menurun menjadi 8,16%, tahun 2008 menurun menjadi sebesar 6,18%, tahun 2009 meningkat menjadi 7,15%, dan tahun 2010 menurun menjadi 5,04%.

PDRB Perkapita Kecamatan Medan Denai tahun 2005 sebesar Rp. 3,92 juta. PDRB perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 19,3% menjadi Rp 4,68 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar 11,3% menjadi sebesar Rp. 5,21 juta. Pada tahun 2008 PDRB meningkat sebesar 12,6% menjadi Rp. 5,87 juta. PDRB pada tahun 2009 meningkat sebesar 13,2% menjadi Rp. 6,65 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar 15,03% menjadi sebesar Rp.7,65 juta.

5. Kecamatan Medan Area

Di Kecamatan Medan Amplas PDRB mengalami peningkatan dari tahun ketahun seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.13

Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Area

(59)

2005 2135,92 9,17 25,62

Tahun PDRB ADHB (Rp. Milyar)

Pertumbuhan Ekonomi (%)

PDRB Perkapita (Rp. Jutaan)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa PDRB Di Kecamatan Medan Area terus meningkat selama periode tahun 2005 – 2010 yaitu dari 874,32 Milyar rupiah menjadi 1704,18 Milyar rupiah. Persentase pertumbuhan ekonomi tahun 2005 adalah sebesar 8,65%, tahun2006 menurun menjadi 6,29%, tahun 2007 meningkat menjadi 9,12%, tahun2008 meningkat menjadi 8,55%, tahun 2009 menurun menjadi 6,65%, tahun 2010 meingkat menjadi 7,62%.

PDRB Perkapita pada tahun 2005 sebesar Rp. 8,03 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 15,06% menjadi sebesar Rp. 9,24 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar 16,3% menjadi sebesar Rp. 10,75 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008 meningkat sebesar 13,9% menjadi sebesar Rp. 12,25 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2009 meningkat sebesar 10,5% menjadi sebesar Rp. 13,24 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar 30,3% menjadi sebesar Rp. 17,65 juta.

6. Kecamatan Medan Kota

Di Kecamatan Medan Kota PDRB mengalami peningkatan dari tahun ketahun seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.14

Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Kota

(60)

2005 2205,6 6,83 46,63

Tahun PDRB ADHB (Rp. Milyar)

Pertumbuhan Ekonomi (%)

PDRB Perkapita (Rp. Jutaan)

Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa PDRB Kecamatan Medan Kota selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 2135,92 milyar menjadi Rp. 4231,87 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005 9,17%, tahun 2006 menurun menjadi 6,39%, tahun 2007 menurun menjadi 6,08%, tahun 2008 meningkat menjadi 6,29%, tahun 2009 meningkat menjadi 7,52%, tahun 2010 7,26%.

PDRB Perkapita Kecamatan Medan Kota pada tahun 2005 sebesar Rp. 25,62 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 15,2% menjadi sebesar Rp. 29,3 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar 12,8% menjadi sebesar Rp. 33,32 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008 meningkat sebesar 16,5% menjadi sebesar Rp. 38,82 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2009 meningkat sebesar 12,6% menjadi sebesar Rp. 43,72 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar 30,3% menjadi sebesar Rp. 58,3 juta.

7. Kecamatan Medan Maimun

Di Kecamatan Medan Amplas PDRB mengalami peningkatan dari tahun ketahun seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.15

Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Maimun

(61)

2005 3612,71 10,51 71,27

Tahun PDRB ADHB (Rp. Milyar)

Pertumbuhan Ekonomi (%)

PDRB Perkapita (Rp. Jutaan)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa PDRB Kecamatan Medan Maimun selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 2205,6 milyar menjadi Rp. 4490,33 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005 6,83%, tahun 2006 menurun menjadi 6,68%, tahun 2007 meningkat menjadi 9,65%, tahun 2008 menurun menjadi 9,33%, tahun 2009 menurun menjadi 6,16%, tahun 2010 meningkat menjadi 7,75%.

PDRB Perkapita Kecamatan Medan Maimun pada tahun 2005 sebesar Rp. 46,63 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 16,6% menjadi sebesar Rp. 54,38 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 menurun sebesar 2,2% menjadi sebesar Rp. 53,16 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008 meningkat sebesar 16,6% menjadi sebesar Rp. 62 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2009 meningkat sebesar 16,6% menjadi sebesar Rp. 67.88 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar 67,1% menjadi sebesar Rp. 113,44 juta.

8. Kecamatan Medan Polonia

Di Kecamatan Medan Amplas PDRB mengalami peningkatan dari tahun ketahun seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.16

Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Polonia

(62)

2005 1859,43 5,53 43,23

Tahun PDRB ADHB (Rp. Milyar)

Pertumbuhan Ekonomi (%)

PDRB Perkapita (Rp. Jutaan)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa PDRB Kecamatan Medan Polonia selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 3612,71 milyar menjadi Rp. 6835,18 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005 10,51%, tahun 2006 meningkat menjadi 15,45%, tahun 2007 menurun menjadi 9,68%, tahun 2008 menurun menjadi 7,7%, tahun 2009 meningkat menjadi 7,79%, tahun 2010 menurun menjadi 7,29%.

PDRB Perkapita pada tahun 2005 sebesar 71,27 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 15,9% menjadi sebesar Rp. 82,62 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar 15,5% menjadi sebesar Rp. 95,48 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008 meningkat sebesar 17,9% menjadi sebesar Rp. 112,63 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2009 meningkat sebesar 13,5% menjadi sebesar Rp. 127,94 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar 16,2% menjadi sebesar Rp. 148,77 juta.

9. Kecamatan Medan Baru

Di Kecamatan Medan Baru PDRB mengalami peningkatan dari tahun ketahun seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.17

Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Baru

(63)

2005 565,293 10,23 6,81

Tahun PDRB ADHB (Rp.

Milyar)

Pertumbuhan Ekonomi (%)

PDRB Perkapita (Rp. Jutaan)

Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa PDRB Kecamatan Medan Baru selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 1859,43 milyar menjadi Rp. 3509,51 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005 5,53%, tahun 2006 meningkat menjadi 6,23%, tahun 2007 menurun menjadi 6,01%, tahun 2008 meningkat menjadi 7,57%, tahun 2009 menurun menjadi 5,87%, tahun 2010 meingkat menjadi 7,29%. PDRB perkapita selama periode 2005-2010 terus mengalami peningkatan dari Rp. 43,23juta menjadi Rp. 88,81 juta.

PDRB Perkapita Kecamatan Medan Baru pada tahun 2005 sebesar Rp. 43,23 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 14,4% menjadi sebesar Rp. 49,55 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar 16,4% menjadi sebesar Rp. 57,72 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008 meningkat sebesar 10% menjadi sebesar Rp. 63,52 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar 9,06% menjadi sebesar Rp. 69,28 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar 28,1% menjadi sebesar Rp. 88,81 juta.

10. Kecamatan Medan Selayang

Di Kecamatan Medan Selayang PDRB mengalami peningkatan dari tahun ketahun seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.18

Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Selayang

(64)

2005 1338,15 4,66 12,33

Tahun PDRB ADHB (Rp. Milyar)

Pertumbuhan Ekonomi (%)

PDRB Perkapita (Rp. Jutaan)

Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa PDRB Kecamatan Medan Selayang selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 565,93 milyar menjadi Rp. 1081,91 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005 10,23%, tahun 2006 menurun menjadi 4,57%, tahun 2007 menurun menjadi 4,45%, tahun 2008 meningkat menjadi 7,23%, tahun 2009 menurun menjadi 6,66%, tahun 2010 meingkat menjadi 8,12.

PDRB Perkapita pada tahun 2005 sebesar Rp. 6,81 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 11,6% menjadi sebesar Rp. 7,6 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar 14,3% menjadi sebesar Rp. 8,69 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008 meningkat sebesar 14,1% menjadi sebesar Rp. 9,92 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2009 meningkat sebesar 8,8% menjadi sebesar Rp. 10,8 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar 1,8% menjadi sebesar Rp. 11 juta.

11. Kecamatan Medan Sunggal

Di Kecamatan Medan Sunggal PDRB mengalami peningkatan dari tahun ketahun seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.19

Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Sunggal

(65)

2005 1793,8 8,51 `12,90

Tahun PDRB ADHB (Rp. Milyar)

Pertumbuhan Ekonomi (%)

PDRB Perkapita (Rp. Jutaan)

Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa PDRB Kecamatan Medan Sunggal selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 1338,15 milyar menjadi Rp. 2517,03 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005 4,66%, tahun 2006 meningkat menjadi 6,55%, tahun 2007 menurun menjadi 6,05%, tahun 2008 menurun menjadi 5,69%, tahun 2009 menurun menjadi 4,83%, tahun 2010 meingkat menjadi 7,09%.

PDRB Perkapita Kecamatan Medan Sunggal pada tahun 2005 sebesar Rp. 12,33 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 13,7% menjadi sebesar Rp. 14,02 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar 12,7% menjadi sebesar Rp. 15,81 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008 meningkat sebesar 14,1% menjadi sebesar Rp. 18,04 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2009 meningkat sebesar 9,4% menjadi sebesar Rp. 19,74 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar 13,06% menjadi sebesar Rp. 22,32 juta.

12. Kecamatan Medan Helvetia

Di Kecamatan Medan Helvetia PDRB mengalami peningkatan dari tahun ketahun seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.20

Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Helvetia

(66)

2005 2141,67 7,77 31,83

Tahun PDRB ADHB (Rp. Milyar)

Pertumbuhan Ekonomi (%)

PDRB Perkapita (Rp. Jutaan)

Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa PDRB Kecamatan Medan Helvetia selama periode 2005-2010 terus meningkat dari Rp. 1.793,8 milyar menjadi Rp. 3.624,39 milyar. Persentase pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005 8,51%, tahun 2006 menurun menjadi 7,7%, tahun 2007 menurun menjadi 5,56%, tahun 2008 meningkat menjadi 6,59%, tahun 2009 meningkat menjadi 6,72%, tahun 2010 meningkat menjadi 7,22%.

PDRB Perkapita Kecamatan Medan Helvetia pada tahun 2005 sebesar Rp. 12,90 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2006 meningkat sebesar 16,5% menjadi sebesar Rp. 15,03 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2007 meningkat sebesar 10,3% menjadi sebesar Rp. 16,58 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2008 meningkat sebesar 13,8% menjadi sebesar Rp. 18,87 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2009 meningkat sebesar 14,2% menjadi sebesar Rp. 21,55 juta. PDRB Perkapita pada tahun 2010 meningkat sebesar 16,98% menjadi sebesar Rp. 25,21 juta.

13. Kecamatan Medan Petisah

Di Kecamatan Medan Petisah PDRB mengalami peningkatan dari tahun ketahun seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.21

Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Medan Petisah

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Gambar 3.1 Tipologi Klassen
Tabel 4.1 Luas Daerah Kota Medan
Tabel 4.2  Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan jenis kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji kointegrasi menunjukkan bahwa realisasi pengeluaran pemerintah sektor pendidikan maupun pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara memiliki hubungan keseimbangan dalam

Dari Hasil penelitian terhadap 40 responden dapat diambil kesimpulan bahwa Modal Kredit Perbankan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan usaha ekonomi kreatif di kota

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan jumlah tenaga kerja, pertumbuhan investasi pemerintah, pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah dan pertumbuhan

Adanya pengaruh antara Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pemerintah daerah dengan pertumbuhan ekonomi daerah melalui Belanja Daerah sebagai

Berdasarkan analisis gravitasi menunjukkan bahwa pada kecamatan yang menjadi pusat pertumbuhan yang memiliki interaksi paling kuat terhadap Kecamatan Medan Deli adalah

Kota Medan adalah kota terbesar ketiga di Indonesia yang memiliki perekonomian dan sosial yang berkembang pesat sehingga sangat memungkinkan munculnya pusat-pusat pertumbuhan baru

Analisis Potensi Dan Daya Saing Kecamatan Sebagai Pusat Pertumbuhan Satuan Wilayah Pengembangan (Swp) Kabupaten Malang. Jurnal Of Indonesian Applied Economics

“Analisis Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi” untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana