• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pusat-Pusat Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pusat-Pusat Pertumbuhan Ekonomi Di Kota Medan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi yang didefinisikan oleh beberapa ahli dalam beberapa pengertian sebagai berikut :

a). Menurut Adam Smith pembangunan ekonomi merupakan proses perpaduan antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi (Suryana, 2000).

b). Menurut Schumpeter pembangunan ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis atau gradual, tetapi merupakan perubahan yang spontan dan tidak terputus-putus. Pembangunan ekonomi disebabkan oleh perubahan terutama dalam lapangan industri dan perdagangan (Suryana, 2000). .

(2)

d). Todaro (dalam Tarmidi, 1992) mengartikan pembangunan sebagai suatu proses multidimensional yang menyangkut perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap masyarakat, kelembagaan nasional maupun percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidakmerataan dan penghapusan dari kemiskinan mutlak.

Pembangunan ekonomi juga berkaitan dengan pendapatan per kapita dan pendapatan nasional. Pendapatan per kapita yaitu pendapatan rata-rata penduduk suatu daerah sedangkan pendapatan nasional merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam masa satu tahun. Pertambahan pendapatan nasional dan pendapatan per kapita dari masa ke masa dapat digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi dan juga perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu daerah. Dalam penelitian ini pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman adalah sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang.

Para pakar ekonomi yang membedakan kedua pengertian tersebut mengartikan istilah pembangunan ekonomi sebagai :

(1) Peningkatan pendapatan perkapita masyarakat yaitu tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto/Produk Nasional Bruto pada suatu tahun tertentu dibagi dengan tingkat pertumbuhan penduduk. (2) Perkembangan Produk Domestik Bruto/Produk Nasional Bruto yang

(3)

Sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Bruto/Produk Nasional Bruto tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perluasan struktur ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 1999).

2.1.1 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya – sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999 : 108).

Pembangunan daerah pada hakekatnya bertujuan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat di daerah melalui pembangunan daerah yang serasi dan terpadu baik antar sektor maupun antara pembangunan sektoral, dan kaitannya dengan perencanaan pembangunan oleh daerah yang efisien dan efektif menuju tercapainya kemandirian daerah dan kemajuan yang merata di seluruh pelosok tanah air. Secara mendasar dalam perencanaan pembangunan pada dasarnya terdapat tiga aspek perencanaan yaitu: makro, sektoral; dan regional, yang ketiganya tersusun dalam satu kesatuan (Kartasasmita, 1996).

(4)

sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan, kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas.

Sebelum mengetahui makna pembangunan ekonomi daerah terlebih dahulu harus mengetahui pengertian daerah. Pengertian ditinjau dari aspek ekonomi, daerah mempunyai tiga pengertian yaitu (Arsyad, 2002:107-108) :

a. Daerah homogen adalah suatu daerah dimana kegiatan ekonomi terjadi diberbagai pelosok ruang dan terdapat sifat-sifat yang sama, baik dari segi pendapatan perkapitanya, sosial budayanya, geografinya, dan sebagainya.

b. Daerah nodal adalah suatu daerah sebagai suatu ekonomi ruang yang dikuasai oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi.

c. Daerah perencanaan atau daerah administrasi adalah suatu daerah sebagai suatu ekonomi ruang yang berada di bawah satu administrasi tertentu seperti satu provinsi, kabupaten, kecamatan, dan sebagainya.

(5)

Telah diketahui bersama bahwa tujuan pembangunan ekonomi pada umumnya adalah peningkatan pendapatan riel perkapita serta adanya unsur keadilan atau pemerataan dalam penghasilan dan kesempatan berusaha. Dengan mengetahui tujuan dan sasaran pembangunan, serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki suatu daerah, maka strategi pengembangan potensi yang ada akan lebih terarah dan strategi tersebut akan menjadi pedoman bagi pemerintah daerah atau siapa saja yang akan melaksanakan usaha di daerah tersebut.

Beberapa ahli menganjurkan bahwa pembangunan daerah dari suatu daerah haruslah mencakup tiga inti nilai (Todaro,2000; Mudrajat, 2000;)

1. Ketahanan (Sustenance): Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok (pangan,papan, kesehatan dan proteksi) untuk mempertahankan hidup. 2. Harga diri ( Self Esteem ): Pembangunan haruslah memanusiakan orang.

Dalam arti luas pembangunan suatu daerah haruslah meningkatkan kebanggaan sebagai manusia yang berada di daerah itu

3. Freedom from servitude: Kebebasan bagi setiap individu suatu negara untuk berpikir, berkembang, berperilaku dan berusaha untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

(6)

pertumbuhan ekonomi, teori basis ekonomi, pusat pertumbuhan dan teori spesialisasi.

Adisasmita (2005), menyatakan bahwa Pembangunan wilayah (regional) merupakan fungsi dari sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, tehnologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan, kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas.

Kebijakan ekonomi dalam era otonomi daerah di satu pihak harus menjamin lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional di daerah, dan dilain pihak, terbukanya peluang bagi pemerintah daerah untuk mengembangkan kebijakan regional dan lokal untuk mengoptimalkan pendayagunaan potensi ekonomi daerah di daerahnya dalam rangka membawa masyarakat ke tingkat kesejahteraan yang tinggi dari waktu ke waktu (Rasyid, 2002).

2.2 Teori Kutub Pertumbuhan Ekonomi ( Growth Pole Theory)

Teori ini dipelopori oleh Francois Perroux, seorang ahli ekonomi regional berkebangsaan Prancis. Teori kutub pertumbuhan adalah pemusatan spasial berhubungan dengan industri yang berisi dorongan pertumbuhan pada pusat kota melalui pemekaran. Teori Growth Pole dapat pula diartikan secara fungsional dan secara geografis.

• Secara Fungsional

(7)

menstimulai kehidupan ekonomi baik kedalam maupun keluar (daerah belakangnya). (Tarigan 128-129).

• Secara Geografis

Suatu lokasi yang memiliki tingkat aksesibilitas tinggi sehingga menjadi pusat daya tarik (pole of attraction), yang menyebabkan banyak usaha yang tertarik untuk berlokasi didaerah tersebut dan masyarakat dapat menggunakan fasilitas yang ada.

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan PDB/PNB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu ukuran utama keberhasilan dari pembangunan yang dilaksanakan. Pertumbuhan harus berjalan secara berdampingan dan berencana, mengupayakan terciptanya pemerataan kesempatan dan pembagian hasil-hasil pembangunan yang lebih merata.

Dengan demikian maka suatu daerah yang kurang produktif dan tertinggal akan menjadi produktif dan berkembang yang akhirnya mempercepat proses pertumbuhan itu sendiri. Suatu kota dikatakan sebagai pusat pertumbuhan harus bercirikan:

(8)

Dengan demikian kehidupan kota menciptakan sinergi untuk saling mendukung terciptanya pertumbuhan.

2. Adanya unsur pengganda (multiplier effect) keberadaan sektor-sektor yang saling terkait dan saling mendukung akan menciptakan efek pengganda. Maknanya bila ada permintaan satu sektor dari luar wilayah, peningkatan produksi sektor tersebut akan berpengaruh pada peningkatan sektor lain. Peningkatan ini akan terjadi beberapa kali putaran pertumbuhan sehingga total kenaikan produksi dapat beberapa kali lipat dibandingkan dengan kenaikan permintaan di luar untuk sektor tersebut. Unsur efek pengganda memiliki peran yang signifikan terhadap pertumbuhan kota belakangnya. Hal ini terjadi karena peningkatan berbagai sektor di kota pusat pertumbuhan akan membutuhkan berbagai pasokan baik tenaga kerja maupun bahan baku dari kota belakangnya.

(9)

4. Bersifat mendorong pertumbuhan daerah belakangnya sepanjang terdapat hubungan yang harmonis di antara kota sebagai pusat pertumbuhan dengan kota belakangnya maka pertumbuhan kota pusat akan mendorong pertumbuhan kota belakangnya. Kota membutuhkan bahan baku dari wilayah belakangnya dan menyediakan berbagai fasilitas atau kebutuhan wilayah belakangnya untuk dapat mengembangkan diri.

Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Menurut Sirojuzilam dan Mahalli (2010) pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang bidang ekonomi.

Supriana (2008) peningkatan taraf hidup masyarakat dalam jangka panjang melalui pertumbuhan ekonomi adalah tujuan pembangunan ekonomi setiap negara.Menurut Boediono (1985), pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Disini, proses mendapat penekanan karena mengandung unsur dinamis.

(10)

lebih rinci, PDB adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa yang diproduksi disuatu negara dalam kurun waktu tertentu (Mankiw, 2001:126).

Beberapa ahli ekonomi pembangunan menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya diukur dengan pertambahan PDB dan PDRB saja, tetapi juga diberi bobot yang bersifat immaterial seperti kenikmatan, kepuasan dan kebahagiaan, dengan rasa aman dan tenteram yang dirasakan masyarakat luas (Lincolyn, 1999).

Pola interaksi ini menurut Sihotang (2001:115) mempunyai beberapa aspek, yaitu:

1. Pola interaksi ini menimbulkan ketidakseimbangan struktural di daerah bersangkutan, jika suatu titik pertumbuhan digandengkan dengan pembangunan suatu komplek industri baru, maka industri tersebut ditempatkan disekitar titik pertumbuhan itu. Walaupun daerah-daerah penyuplai akan ikut terdorong dan berkembang, tetapi perbedaan yang besar dalam kemakmuran antara titik pertumbuhan dengan daerah yang mengitarinya akan tetap terdapat.

2. Teori titik pertumbuhan secara implisit bersumber pada konsep basis ekspor tetapi dengan memberinya dimensi ruang, karena industri-industri inti atau key industries berlokasi pada titik pertumbuhan sedangkan industri penyuplai tenaga kerja, bahan mentah dan pelayanan-pelayanan dependent dapat terpencar di daerah pengaruhnya.

(11)

antara titik pertumbuhan dengan daerah pengaruhnya, tersedianya pelayanan sentral adalah salah satu keuntungan aglomerasi yang penting dari titik pertumbuhan.

Dalam teori ekonomi pembangunan, dikemukakan ada enam karakteristik pertumbuhan ekonomi, yaitu:

1. Terdapatnya laju kenaikan produksi perkapita yang tinggi untuk mengimbangi laju pertumbuhan penduduk yang cepat.

2. Semakin meningkatnya laju produksi perkapita terutama akibat adanya perbaikan teknologi dan kualitas input yang digunakan.

3. Adanya perubahan struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa.

4. Meningkatnya jumlah penduduk yang berpindah dari pedesaan ke daerah perkotaan (urbanisasi).

5. Pertumbuhan ekonomi terjadi akibat adanya ekspansi negara maju dan adanya kekuatan hubungan internasional.

6. Meningkatnya arus barang dan modal dalam perdagangan internasional. (Jhingan, 1995).

(12)

Menurut Boediono (1985), pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang.

Disini, proses mendapat penekanan karena mengandung unsur dinamis. Beberapa ahli ekonomi pembangunan menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya diukur dengan pertambahan PDB dan PDRB saja, tetapi juga diberi bobot yang bersifat immaterial seperti kenikmatan, kepuasan dan kebahagiaan, dengan rasa aman dan tenteram yang dirasakan masyarakat luas (Lincolyn, 1999).

Menurut Todaro (2003), Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang yang diproduksi meningkat yang digunakan untuk kemakmuran masyarakat . Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor,yaitu :

1. Pertumbuhan Penduduk dan Angkatan Kerja

Pertumbuhan penduduk sangat berkaitan dengan jumlah angkatan kerja yang bekerja yang notabenya merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Kemampuan pertumbuhan penduduk ini dipengaruhi seberapa besar perekonomian dapat menyerap angkatan kerja yang bekerja produktif.

2. Akumulasi Modal

(13)

3. Kemajuan Teknologi

Kemajuan teknologi menurut para ekonom merupakan faktor terpenting dalam terjadinya pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan karena kemajuan teknologi memberikan dampak besar karena dapat memberikan cara-cara baru dan menyempurnakan cara lama dalam melakukan suatu pekerjaan.

Ada beberapa alat pengukur dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu :

• Produk Domestik Bruto (PDB) : Produk Domestik Bruto/Produk Domestik

Regional Bruto apabila ditingkat nasional adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar.

• Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita : Produk domestik bruto per

kapita dapat digunakan sebagai alat ukur pertumbuhan yang lebih baik dalam mencerminkan kesejahteraan penduduk

Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan membandingkan PDRB pada satu tahun tertentu (PDRBt) dengan PDRB tahun sebelumnya (PDRB t-1)

Laju Pertumbuhan Ekonomi = �����−����(�−1)

����(�−1) x 100% 2.3 Tipologi Ekonomi Regional

(14)

daerah dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan perkapita sebagai sumbu horizontal.

Daerah yang diamati dapat dibagi menjadi empat klasifikasi yaitu daerah cepat maju dan cepat tumbuh (High growth and high income), daerah maju tapi tertekan (high income but low growth), daerah berkembang cepat (high growth but low income) dan daerah relatif tertinggal (low growth and low income). Kriteria

yang digunakan untuk membagi daerah adalah sebagai berikut:

Daerah cepat maju dan cepat tumbuh (High growth and high income)

adalah laju pertumbuhan PDRB dan pendapatan perkapita lebih tinggi dari rata – rata pertumbuhan dan pendapatan perkapita rata- rata nasional. • Daerah maju tapi tertekan. (high income but low growth) yaitu daerah

yang relatif maju, tapi dalam beberapa tahun terakhir laju pertumbuhan menurun akibat tertekannya kegiatan utama daerah yang bersangkutan. Daerah ini merupakan daerah yang telah maju tapi dimasa mendatang pertumbuhannya tidak akan begitu cepat walaupun potensi pengembangan yang dimiliki pada dasarnya sangat besar. Daerah ini mempunyai pendapatan perkapita lebih tinggi tapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibandingkan rata- rata nasional.

Daerah berkembang cepat (high growth but low income) adalah daerah

(15)

dicapai sebenarnya masih relatif rendah. Daerah ini memiliki tingkat pertumbuhan tinggi tetapi tingkat pendapatan perkapita lebih rendah dibandingkan dengan rata- rata nasional.

Daerah relatif tertinggal (low growth and low income) adalah daerah

yang masih mempunyai tingkat pertumbuhan dan pendapatan perkapita lebih rendah dari pada rata- rata nasional.

2.4 Penelitian Terdahulu

Danastri, S dan Hendarto, R (2011) melakukan penelitian dengan judul Analisis Penetapan Pusat-Pusat Pertumbuhan Baru Di Kecamatan Harjamukti,

Cirebon Selatan. Penelitian ini dilakukan dengan latar belakang pemandirian

daerah sekitar pusat kota agar tidak bergantung pada kegiatan perekonomian pusat kota utama serta adanya ketimpangan pembangunan atau pembangunan yang tidak merata antara kawasan Cirebon Utara dan Cirebon Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis skalogram, dapat dilihat kondisi saat ini tiap-tiap kelurahan dengan fasilitas terlengkap adalah Kelurahan Kecapi, Kelurahan Harjamukti, Kelurahan Kalijaga, Kelurahan Larangan, dan Kelurahan Argasunya sebagai kelurahan yang jumlah fasilitasnya paling sedikit. Berdasarkan hasil analisis gravitasi,semua daerah di kecamatan Harjamukti memiliki interaksi yang kuat dengan daerah pusat kecamatan, yaitu Kelurahan Kalijaga.

Ardila, Refika (2012) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengembangan Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Banjarnegara.

(16)

pusat pertumbuhan. Selain itu juga diharapkan adanya pemerataan pembangunan antar kecamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis tipologi klassen dengan menggunakan data PDRB per kapita dan pertumbuhan ekonomi tahun 2010 di masing-masing kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, diperoleh empat keadaan ekonomi daerah. Kategori pertama adalah daerah maju dan cepat tumbuh adalah kecamatan Banjarnegara, Madukara dan Batur. Kategori kedua adalah daerah maju tapi tertekan adalah \Kecamatan Purwareja Klampok, Sigaluh, dan Pejawaran, Kategori ketiga adalah derah berkembang cepat adalah Kecamatan Susukan, Mandiraja, Bawang Rakit dan Punggelan. Kategori keempat adalah daerah relatif teringgal adalah Kecamatan Purwanegara, Pagedongan, Banjarmangu, Wanadadi, Karangkobar, Pagentan, Wanayasa, Kalibening dan Pandanarum. Berdasarkan hasil analisis Skalogram dan Indeks Sentralitas pada 20 kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, diperoleh 6 kecamatan pusat pertumbuhan yaitu Kecamatan Banjarnegara, Kecamatan Madukara, Kecamatan Purwanegara, Kecamatan Mandiraja, Kecamatan Purwareja Klmpok, Kecamatan Susukan.

Arifin, Zainal (2008) melakukan penelitian dengan judul Penetapan Kawasan Andalan dan “Leading Sector” Sebagai Pusat Pertumbuhan Pada

Empat Koridor Di Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan dengan latar

(17)

Madiun, Kota Probolinggo, Kabupaten Jember, dan Kabupaten Bojonegoro. Yang tergolong daerah maju tapi tertekan adalah Kabupaten Sidorajo, Kabupaten Mojokerto, Kota Baru, Kediri, Kabupaten Nganjuk, KabupatenMadiun, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Lamongan, KabupatenTuban dan Kabupaten Sumenep. Yang tergolong daerah berkembang cepat adalah Kabupaten Gresik, Kabupaten Malang, Kota Blitar, Kota Pasuruan, Kabupaten Jombang, Kabupaten Kediri, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Ngawi, dan Kabupaten Bangkalan. Yang tergolong daerah relatif tertinggal adalah Kabupaten Blitar, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Sampang dan Kabupaten Pamekasan. Berdasarkan hasil analisis LQ, sektor yang paling banyak menjadi unggulan adalah pertanian disusul listrik, gas dan air bersih, bangunan, jasa-jasa, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, angkutan dan komunikasi, perdagangan, hotel dan restoran, industri pengolahan, serta pertambangan dan penggalian.

Pujiati, A. (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Kawasan Andalan Di Jawa Tengah. Penelitian ini memiliki latar belakang tidak optimalnya

(18)

berkembang cepat dan limabelas kabupaten/kota yang termasuk klasifikasi relatif teringgal. Hasil analisis LQ menunjukkan bahwa sektor unggulan dikawasan andalan cenderung didominasi sektor skunder dan tersier . Hasil analisis indeks spesialisasi regional menunjukkan bahwa kabupaten/kota yang termasuk kawasan andalan relatif cenderung lebih tinggi daripada kawasan bukan andalan.

Razak, AR. (2009) dalam Economis Journal of Emerging Markets melakukan penelitian dengan judul EconomicGrowth And Regional Development Disparity in South Sulawesi. Penelitian ini memiliki latar belakang adanya tingkat

disparitas pembangunan ekonomi pada kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil klasen tipologi menunjukkan bahwa daerah yang termasuk klasifikasi cepat maju dan cepat tumbuh adalah kota Makassar, daerah yang termasuk klasifikasi daerah maju tapi tertekan yaitu Kota Parepare, kota Palopo, dan Kabupaten Luwu Utara, daerah yang termasuk klasifikasi berkembang cepat yaitu Kabupaten Selayar, Bulukumba, Bantaeng, Takalar, Sinjai, Maros, Pangkep, Barru, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang, Enrekang, dan Luwu, daerah yang termasuk klasifikasi daerah tertinggal yaitu Jeneponto, Gowa, Bone, Tana Toraja, dan Luwu Timur.

Christofakis dan Athanasios (2011) melakukan penelitian dengan judul The Growth Poles Strategy in Regional Planning : The Recent Experience of

Greece. Penelitian ini dilatar belakangi o;eh upaya untuk merangsang peran

(19)

menunjukkan relatif kelemahan dalam merancang dan menerapkan kebijakan pembangunan perkotaan sebagai bagian dari program regional. Adapun masalah utama adalah tidak adanya spesialisasi aktual dalam Program Operasional Daerah, serta sebagai pembentukan atau adaptasi dan implementasi selanjutnya kebijakan tambahan yang diperlukan (seperti kebijakan sektoral, jaringan kebijakan, mengangkut kebijakan, dll) untuk realisasi kutub pertumbuhan strategi. Secara khusus, pembentukan kebijakan sektoral khusus untuk menarik kegiatan pendorong, berdasarkan karakteristik pertumbuhan dan potensi masing-masing konsentrasi polar, dianggap dari besar penting, seiring dengan promosi proyek khusus di bidang infrastruktur yang strategis, tergantung pada potensi perkembangan dari masing-masing konsentrasi.

2.5 Kerangka Konseptual

Suatu kota yang memiliki pusat pertumbuhan dan potensi ekonomi dapat terlihat dari besarnya PDRB yang dihasilkan, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita. Dari PDRB akan dapat diketahui daerah mana yang dapat memberikan potensi pertumbuhan melalui keunggulan kompetitif dan spesialisasi dari daerah tersebut. Dari pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita dapat diketahui Tipologi daerah.

(20)

tertekan sehingga pembangunan yang dilaksanakan dapat sesuai dengan kondisi daerah tersebut dan mampu bersaing dengan daerah lain sekitarnya.

Dari uraian diatas maka dapatlah disusun suatu skema sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Penentuan Pusat-pusat pertumbuhan kota

medan

PDRB Kecamatan Kota Medan

Analisis Gravitasi Analisis Klassen

Tipologi

Daerah Pusat Pertumbuhan Kota

Daerah Maju Daerah Berkembang

Daerah Maju tapi Tertekan

Daerah Relatif Tertinggal

Peningkatan Kualitas Daerah-Daerah Tertinggal melalui Pembangunan Daerah

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengujian dapat diputuskan Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti Pengungkapan Fraudpada Sistem Informasi Akuntansi berpengaruh terhadap Good Corporate

Proses pencarian model yang dilakukan menggunakan analisis survival (SPSS 13) pada data penghuni yang telah merenovasi rumah dari kedua Perumahan tersebut, menghasilkan model

Penelitian ini berjudul Konstruksi Melayu Saat Revolusi Sosial Sumatera Timur di Kesultanan Langkat dalam Surat Kabar (Analisis Framing tentang Konstruksi

Bahkan kondisi buah ini juga diperburuk dengan perlakuan pasca panen yang sekedarnya sehingga buah jeruk lokal tidak memiliki daya saing pasar yang kuat baik

Salah satu antisipasi dalam menghandle kelemahan masing-masing standar terhadap jaringan nirkabel ini adalah dengan mengupas setiap standarisasi yang dikembangkan oleh IEEE

Nell'abitare, buono è il sito; nel pensare, buona è la profondità; nei rapporti con gli altri, buona è l'umanità; nel parlare, buona è la sincerità; nel governare, buono è

KEADAAN TEMPAT KERJA : - Bekerja dalam ruangan dengan kondisi umum tempat kerja dan lingkungan kerja tidak terdapat karakteristik yang berpengaruh negatif terhadap

Hasil praproses data yang menyatakan jumlah sequence di setiap tingkat takson dan setiap panjang fragmen untuk data latih dan data uji dapat dilihat pada Lampiran 4 dan