• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL EKONOMI Volume 24, Nomor 1 Maret 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL EKONOMI Volume 24, Nomor 1 Maret 2016"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL EKONOMI Volume 24, Nomor 1 Maret 2016

48

PENGARUH INDEPENDENSI DAN KOMPETENSIINTERNAL AUDITOR TERHADAP PENGUNGKAPAN FRAUDPADA SISTEM

INFORMASI AKUNTANSI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA V (PERSERO) PEKANBARU DAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VI (PERSERO) JAMBI

Hendri Irdanil, Amir Hasan dan Kasman Arifin Program Studi Magister Akuntansi Pasca Sarjana Universitas Riau

Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kompetensi, independensi auditor internal, pengungkapan fraud pada sistem informasi akuntansi serta penerapan GCG di dua BUMN perkebunan yaitu PTPN (Persero) V Pekanbaru dan PTPN (Persero) VI Jambi. Variabel independen yaitu independensi diproksikan dengan lama menjadi auditor, kompetensi diproksikan dengan pendidikan dan pengalaman, variabel intervening pengungkapan fraud pada sistem informasi akuntansi diproksikan dan sedangkan variabel dependen GCG diproksikan dengan prinsip-prinsip GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi dan kewajaran. Penelitian ini menggunakan 32 responden yang bekerja pada PTPN (Persero) V Pekanbaru dan PTPN (Persero) VI Jambi. Kemudian data dianalisis dengan menggunakan regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa independensi, kompetensi secara simultan mempunyai pengaruh positif terhadap pengungkapan fraud pada sistem informasi akuntansi dan penerapan GCG di perusahaan. Hal ini memberikan masukan kepada pimpinan perusahaan dalam hal ini para direksi bahwa independensi dan kompetensi auditor internal sangat dibutuhkan dalam pengungkapan fraud yang pada implikasinya adalah mendukung tingkat penerapan GCG diperusahaan. Kata Kunci : Independensi, Kompetensi Pengungkapan Fraud dan Penerapan

(2)

JURNAL EKONOMI Volume 24, Nomor 1 Maret 2016

49 PENDAHULUAN

Good Corporate Governance mengandung arti bahwa perusahaan harus dikelola dengan tata kelola yang memberikan jaminan berlangsungnya sistem dan proses pengambilan keputusan organ perusahaan yang berlandaskan pada prinsip-prinsip Fairness, Transparancy, Responsibility, dan Accountability (Budi agus riswandi dalam majalah fenomena : vol. 4, 2 september 2006) dan Audit internal membantu organisasi dalam mencapai prinsip-prinsip tersebut sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan dengan cara kerja yang sistematis, dan terus menerus dalam melakukan fungsi pengawasan, evaluasi sistem serta meningkatkan pengelolaan resiko menuju proses Good Corporate Governance guna mewujudkan suatu perusahaan yang sehat dan dapat dipercaya. Mekanisme dalam sistem pengendalian internal merupakan salah satu sarana utama untuk dapat memastikan bahwa perusahaan telah dikelola sesuai dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG).

Secara teoritis praktek GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan dalam meningkatkan kinerja operasional, mengurangi resiko kecurangan yang memungkinkan terjadi akibat adanya konflik of interest dari internal management menuju suatu sistem nilai dan best practice yang sangat fundamental bagi peningkatan performa perusahaan. BUMN sebagai salah satu ujung tombak roda perekonomian Negara memang dituntut untuk mengambil langkah-lankah yang komprehensif dalam kegiatan operasionalnya agar menghasilkan profit sekaligus mengurangi masalah pengangguran tetapi tetap memperhatikan biaya ekonomisnya.

Good Corporate Governance yang diterapkan dalam perusahaan, akan membawa dampak yang positif terhadap pengurangan risiko terjadinya fraud. Dalam penerapannya (corporate governance) harus dibarengi dengan suatu sistem manajemen yang efektif dan mengandung pengendalian internal yang dijalankan oleh orang-orang yang profesional dan bertanggung jawab.Fraud dalam laporan keuangan biasanya berbentuk salah saji atau kelalaian yang disengaja baik dalam jumlah maupun pengungkapan pos-pos dalam pelaporan keuangan untuk menyesatkan pemakai informasi laporan keuangan tersebut.

PT. Perkebunan Nusantara V (Persero) Pekanbaru dan PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Jambi merupakan dua Perusahaan yang dimiliki oleh Negara dimana sigma yag melekat pada perusahaan BUMN selama ini masih bersifat negatif dengan konotasi adanya tindakan-tindakan KKN dan tidak terpenuhinya prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang baik diperusahaan, sehingga menghasilkan kinerja perusahaan yang buruk.

(3)

JURNAL EKONOMI Volume 24, Nomor 1 Maret 2016

50

Hal ini mengharuskan pihak Management Perusahaan untuk lebih memperhatikan pengendalian internal yang efektif guna meningkatkan kinerja, mencegah atau meminimalisir terjadinya kecurangan, dan diharuskan untuk melakukan transparansi dalam laporan keuangan sebagai salah satu wujud penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance di Perusahaan, dengan adanya sigma negatif tersebut serta adanya keinginan dari stakehorders terutama pemerintah dalam hal ini Menteri Negara BUMN, untuk menciptakan BUMN bersih maka penelitian ini menitik beratkan penerapan Good Corporate Governance pada BUMN untuk membuktikan seberapa besar perubahan itu dilakukan untuk mewujudkan BUMN bersih.

Sebagai komitmen dan upaya profesi akuntan untuk pemberantasan korupsi adalah melalui Forensic accounting (fraud auditing) yang secara efektif dapat menemukan penyimpangan keuangan yang dilakukan secara rapi dan sistematis. Tentunya, harapan Bangsa Indonesia agar tercipta sistem pengelolaan keuangan yang lebih baik, transparan, dan akuntabel untuk menciptakan good governance dapat terwujud. Akuntansi forensik merupakan formulasi yang dapat dikembangkan sebagai strategi preventif, detektif dan persuasif melalui penerapan prosedur audit forensik. Fraud audit yang proaktif menilai sistem yang ada untuk mengetahui resiko atau potensi terjadinya tindakan kecurangan. Akuntan forensik membuat pencegahan terhadap kecurangan dengan menerapkan anti-fraud contorls. Akuntan forensik menilai keefektifan pengendalian intern karena merupakan bagian yang sangat penting untuk diinvestigasi saat melakukan prosedur audit.

Seorang auditor dalam menemukan pelanggaran harus memiliki kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional. Seorang auditor harus mempunyai standar umum dalam pengetahuan dan keahlian dalam bidang akuntan untuk menjalankan profesinya berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan.Kompetensi terkait dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang harus dimiliki oleh auditor dalam bidang auditing dan akuntansi. Dalam melaksanakan audit, auditor harus bertindak sebagai seorang yang ahli dibidang akuntansi dauditing (ridwan, 2009). Kompetensi juga merupakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan yang non-rutin.

(4)

JURNAL EKONOMI Volume 24, Nomor 1 Maret 2016

51

Jadi istilah kompetensi adalah gabungan dari kemampuan atas pendidikan dan latihan yang menghasilkan satu pengetahuan dan banyaknya jumlah pengalaman yang didapat dari penugasan audit serta keahlian yang dihasilkan dari satu pelatihan yang bersifat kontiniu dan berkelanjutan, istilah kompetensi tersebut akan membangun suatu asosiasi bagi masyarakat dimana auditor yang berkompeten akan mampu menemukan setiap masalah yang ada dengan cepat dan menyeluruh serta akan segera encari jalan keluar serta solusi-solusi yang tepat agar dapat enyelesaikan masalah tersebut dengan akurat. Untuk itulah kenapa pilihan penelitian ini menitik beratkan kepada faktor kompetensi dari seorang internal auditor dalam hal tersebut dapat di ukur dari pengungkapan fraud oleh Auditor Internal.

Independensi merupakan sikap dimana seorang auditor mampu mempertahankan temuannya dan tidak dapat dipengaruhi oleh klien atau pihak lain yang memiliki kepentingan dengan hasil audit auditor.Auditing internal adalah sebuah fungsi penilaian independen yang dijalankan didalam organisasi untuk menguji dan mengevaluasi sistem pengendalian internal organisasi. Kualitas auditing internal yang dijalankan akan berhubungan denan kompetensi dan objektivitas dari staff internal auditor organisasi tersebut (Adams,2004; Bou-Raad, 2000). Sebagai pekerja,internal auditor mendapat penghasilan dari organisasi dimana dia bekerja, hal ini berarti internal auditor sangat bergantung kepada organisasinya sebagai pemeberi kerja. Di lain pihak, internal auditor dituntut untuk tetap independen sebagai bentuk tanggungjawabnya kepada publik dan profesinya (abdolmahommadi dan Owboso, 2000; Windsor, 2002).

Di sini konflik audit muncul ketika auditor internal menjalankan aktivitas auditing internal. Internal auditor sebagai pekerja didalam organisasi yang diauditnya akan menjumpai masalah ketika harus melaporkan temuan-temuan yang mungkin tidak menguntungkan dalam penilaian kinerja manajemen atau obyek audit yang dilakukannya, atau mungkin juga akan menghadapi masalaha ikatan emosional dan imbalan materi yang ditawarkan oleh auditee. Ketika manajemen atau auditee menawarkan sebuah imbalan atau tekanakan kepada internal auditor untuk menghasilkan laporan audit yang diinginkan oleh manajemen maka dapat menjadi dilema terhadap independensi auditor. Untuk itu auditor dihadapkan kepada pilihan-pilihan keputusan yang terkait dengan hal-hal keputusan yang menyulitkan bagi internal auditor.Menurut Boyton (dalam Rohman, 2007), fungsi auditor internal adalah melaksanakan fungsi pemeriksaan internal yang merupakan fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilakukan. Selain itu, auditor internal diharapkan pula dapat lebih memberikan sumbaangan perbaikan efisiensi dan efektivitas dalam rangka peningkatan kinerja organisasi.

(5)

JURNAL EKONOMI Volume 24, Nomor 1 Maret 2016

52

Definisi auditing menurut arens (2003) adalah sebaagai berikut : “Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and estabilished criteria Auditing should be done by a competent, independent person”. Auditing adalah proses yang ditempuh oleh seseorang yang kompeten dan independen agar dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti mengenai informasi yang terukur dalam suatu entitas (satuan) usaha untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Sedangkan sawyer (2003:10) dalam Mulyaning wulan memberikan pengertian yang lebih luas lagi seiring dengan makin berkembangnya peran audit internal dalam perusahaan : “Internal Auditing is a systematic objective appraisal by internal auditors of the diverse operation and control within an organization to determine wether (1) Financial and operating information is accuratc and reliable (2) Risk to the enterprise are identified and minimized (3) external regulation and acceptable internal policies and procedure are followed, (4) Satisfactory operation criteia are met, (5) Resources are used effectifely achieved – all for the purpose of assisting members of the organization in the effective discharge of their responsibility’. Internal audit adalah suatu organisasi intern yang dibentuk manajemen yang merupakan bagian dari organisasi perusahaan sebagai alat bantu bagi manajemen dalam fungsi pengendalian perusahaan. Adapun definisi internal auditing yang diberikan oleh the Institute of Internal Auditors dalam Statement of Responsibilities of Internal Auditing adalah sebagai berikut : Internal Auditing is an independent appraisal function established within an organization to examine and evaluate its activities as a service to the organization. The ojective of internal auditing is assist member of the organization in the effective discharge of their responsibilities. To this end, internal auditing furnishes them with analyses, appraisals, recommendations, counsel, and information concerning the activities reviewed. The audit objectives include promoting effective control at reasonable cost.

Berdasarkan definisi diatas jelaslah bahwa internal auditing merupakan organisasi internal yang dibentuk perusahaan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada anggota organisasi internal perusahaan dalam bidang evaluasi dan evaluasi yang bertujuan untuk peningkatan efektifitas tanggung jawab mereka serta meningkatkan pengendalian yang efektif dengan biaya layak. Definisi diatas dibuat tahun 1947 dan direvisi terakhir tahun 1990. Sementara itu, profesi internal auditing telah mengalami perkembangan pesat sehingga dirasakan definisi tersebut tidak lagi sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman dan ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan organisasi perusahaan modern.

(6)

JURNAL EKONOMI Volume 24, Nomor 1 Maret 2016

53

Selanjutnya the Institute of Interanl Auditor dalam tahun 1997 membentuk suatu Guidance Task Forsce (GTF) untuk melakukan tugas menelaah kembali arahan (guidance) buat para praktisi internal audit dan untuk memberikan rekomendasi tindakan-tindakan untuk perbaikan dan memutakhirkan arahan. Hasil kerja GTF dituangkan dalam suatu karangan ilmiah berjudul "A Vission for the Future Professional Practices Framework for Internal Auditing". Saran yang mendesak dari GTF adalah untuk mengadopsi definisi internal auditing yang lebih luas dengan memberikan usulan definisi baru seperti dibawah ini dan telah disetujui oleh the IIA Board of Director pada pertemuan bulan Juni 1999.

Independensi merupakan standar umum nomor dua dari tiga standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang menyatakan bahwa dalam semua yang berhubungan dengan perikatan, independensi dan sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. Independensi merupakan suatu syarat yang penting yang harus dimiliki oleh tiap auditor dengan tujuan agar dapat menilai kewajaran suatu informasi yang disajikan manajemen untuk para pemakai informasi yang teridiri dari pemakai internal dan eksternal.

Independensi berarti auditor tidak dapat dipengaruhi. Auditor internal tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Auditor internal berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada para kreditor dan pihak lain yaitu masyarakat dan pengguna laporan keuangan yang lainnya yang meletakkan kepercayaan pada pekerjaan internal auditor. Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang harus dimiliki oleh auditor dalam bidang auditing dan akuntansi. Dalam melaksanakan audit, auditor harus bertindak sebagai seorang yang ahli dibidang akuntansi dan auditing (Ridwan, 2009). Kompetensi juga merupakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan yang non rutin. Definisi kompetensi dalam bidang auditing pun sering diukur dengan pendidikan dan pengalaman (Mayangsari, 2003). Suraida (2005) menyatakan, kompetensi adalah keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, simposium dan lain-lain

Fraud sebagai suatu tindak kesengajaan untuk menggunakan sumber daya perusahaan secara tidak wajar dan salah menyajikan fakta untuk memperoleh keuntungan pribadi. Dalam bahasa awam Fraud adalah penipuan yang disengaja, termasuk berbohong, menipu, menggelapkan (merubah asset perusahaan yang dipercayakan kepadanya secara tidak wajar untuk kepentingan dirinya).

(7)

JURNAL EKONOMI Volume 24, Nomor 1 Maret 2016

54

Donald Cressey’s (1950) mengemukakan Fraud triangle sebagai faktor-faktor terjadinya Fraud :

The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), merupakan organisasi professional bergerak di bidang pemeriksaan atas Fraudyang berkedudukan di Amerika Serikat dan mempunyai tujuan untuk memberantas Fraud,menggambarkan peta mengenai Fraud di tempat kerja (occupational Fraud) yang berbentuk pohon dengan cabang dan ranting atau dapat juga disebut juga peta kecurangan (Tuanakota; 2007).

(8)

JURNAL EKONOMI Volume 24, Nomor 1 Maret 2016

55

Peta kecurangan ini menggambarkan bagaimana pembagian Fraud menurut jenis-jenisnya :

(9)

JURNAL EKONOMI Volume 24, Nomor 1 Maret 2016

56

Corporate governance adalah rangkaian proses terstruktur yang digunakan untuk mengelola serta mengarahkan / memimpin bisnis dan usaha-usaha korporasi dengan tujuan untuk meningkatkan nilai-nilai perusahaan serta kontinuitas usaha. Terdapat beberapa pemahaman tentang pengertian corporate governance yang dikeluarkan beberapa pihak baik dalam perspektif yang sempit (shareholders) dan perspektif yang luas (stakeholders) namun pada umumnya menuju suatu maksud dan pengertian yang sama. Cadburry report c.1992-CACG Guidline menefinikan Corporate governance is the system by which organizations are directed and controlled. (suatu sistem yang berfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi).

Setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Asas GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kesetaraan dan kewajaran diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha perusahaan dengan memperhatikan pemangku kepentingan, berikut kutipan dari KNKG (2006) mengenai prinsip-prinsip tersebut.

METODE PENELITIAN

Selain membahas internal audit penelitian ini juga membahas Good Corporate Governance dalam pokok permasalahannya, dimana Good Corporate Governance juga bisa dilakukan pembahasan melalui pendekatan perilaku organisasi dan hukum, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini pada Kompetensi, Indepedensi dan pengungkapan Fraudpada sistem informasi serta pengaruhnya secara langsung terhadap penerapan Good Corporate Governance pada PTPN V (Persero) Pekanbaru.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek dan obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2005 : 90). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tenaga Internal Auditor yang bekerja pada PTPN V Pekanbaru dan PTPN VI dengan jumlah 32 orang.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipergunakan sebagai sumber data. Didalam penelitian ini teknik penentuan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagi sampel, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana anggota populasi dijadikan sampel (Sugiono, 2005 : 96).

(10)

JURNAL EKONOMI Volume 24, Nomor 1 Maret 2016

57

Mengutip dari pendapat Arikunto (1998 : 120), apabila subjek penelitian kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Berdasarkan pendapat tersebut maka sampel penelitian ini adalah

seluruh Auditor Internal di dua perusahaan tersebut sebanyak 32 orang. Defenisi operasional dan pengukuran variabel adalah untuk

menggambarkan/mendeskripsikan variabel yang diteliti sedemikian rupa, sehingga variabel tersebut bersifat spesifik dan terukur. Independensi adalah sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. yang digambarkan dalam 14 pertanyaan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan indikator Independensi seperti yang dikemukakan oleh Unike (2007) dalam Indrawan (2010) yaitu: Lama hubungan dengan klien, Tekanan dari klien, Telaah dari rekan auditor dan Jasa Non AuditSedangkan pertanyaan variabel ini menggunakan skala likert : dengan skala 1 (sangat tidak setuju), skala 2 (tidak setuju), sakala 3 (tidak tahu), skala 4 (setuju), skala 5 (sangat setuju).

Kompetensi adalah pengetahuan, keahlian, danpengalaman yang dibutuhkan auditor untukdapatmelakukan audit secaraobjektif, cermatdanseksama. yang digambarkan dalam 8 pertanyaan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan indikator Kompetensi seperti yang dikemukakan oleh Harhinto (2004) yaitu : PenguasaanStandarAkuntansidan Auditing, WawasanTentangPemerintahan, PeningkatanKeahlian dan Pengalaman. Sedangkan pertanyaan variabel ini menggunakan skala likert : dengan skala 1 (sangat tidak setuju), skala 2 (tidak setuju), sakala 3 (tidak tahu), skala 4 (setuju), skala 5 (sangat setuju). Pengungkapan Fraud (kecurangan) pada sistem informasi akuntansi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengajuan peryataan informatif mengenai indikasi kecurangan yang terjadi pada rangkaian sistem informasi akuntansi perusahaan, membahas temuan kecurangan yang terjadi melalui pendekatan audit untuk investigas lebih lanjut dengan tingkat manajemen yang tepat sesuai dengan SAS (Statemen on Auditing Standar) 99.

Dalam penelitian ini, peneliti lebih fokus kepada (Fraud) Kecurangan yang menunjukkan penyimpangan yang disengaja yang mengakibatkan distorsi dalam laporan keuangan sebagai produk dari sistem informasi akuntansi seperti tindakan kecurangan dan penyalahgunaan kekayaan/harta lembaga (unit usaha) oleh manajemen, penyalahgunaan aset dan korupsi yang mungkin terjadi pada sistem informasi Akuntansi yang dibangun oleh perusahaan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan indikator Kecurangan (Fraud) seperti yang digunakan oleh Rini Handayani (2013) dalam penelitiannya yaitu : standar pemeriksaan dalam Fraud auditing, ruang lingkup Fraud auditing, pendekatan auditing.

(11)

JURNAL EKONOMI Volume 24, Nomor 1 Maret 2016

58

Sedangkan pertanyaan variabel ini menggunakan skala likert : dengan skala 1 (sangat tidak setuju), skala 2 (tidak setuju), sakala 3 (tidak tahu), skala 4 (setuju), skala 5 (sangat setuju).Good Corporate Governance sebagai tata kelola perusahaan yang baik. Yang baik disini mengandung pengertian sesuai dengan prinsip-prinsip GCG itu sendiri. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan indikator GCG seperti yang dikemukakan oleh Mas Ahmad Daniri (2005) yaitu : meliputi transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan fairness. Untuk mengukur penerapan prinsip GCG ini. Variabel ini diukur berdasarkan pemenuhan prinsip CG yang telah diterapkan perusahaan, yang digambarkan dalam 17 pertanyaan. Variabel ini menggunakan skala likert. dengan skala 1 (sangat tidak setuju), skala 2 (tidak setuju), sakala 3 (tidak tahu), skala 4 (setuju), skala 5 (sangat setuju). Skala tinggi menunjukkan tingkat penerapan GCG yang baik dan skala rendah menunjukkan penerapan GCG yang rendah.

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah/valid tidaknya suatu kuesioner sebagai alat pembantu dalam pengumpulan data. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghazali, 2012). Cara yang paling banyak dipakai untuk mengetahui validitas suatu alat pengukur adalah dengan cara mengkorelasikan antara score yang diperoleh pada masing-masing item (pertanyaan atau pernyataan) dengan score item dengan score total haruslah signifikan berdasarkan ukuran statistik tertentu. Untuk menguji validitas dari pertanyaan, dengan taraf signifikasi (a) = 5 % digunakan rumus koefisien korelasi produk moment dari Karl Pearson.

Asumsi klasik adalah asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam menyusun regresi berganda, sehingga hasilnya tidak bias. Untuk itu perlu dilakukan beberapa tes yang memungkinkan mendeteksi pelanggaran tersebut. Untuk mengetahui apakah estimasi regresi yang dilakukan terbebas dari gejala multikolinearitas, heteroskedastisitas perlu dilakukan pengujian yang disebut dengan uji asumsi klasik. Hal tersebut bertujuan agar hasil regresi dapat menarik suatu kesimpulan (Purwanto, 2004 : 528).

Pada penelitian ini menggunakan uji hipotesis analisis regresi berganda. Menurut Ghozali (2011: 96) analisis regresi berganda bertujuan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Model persamaan regresi berganda dirumuskan :

1. FIA = α + β1 IA + β2 KA + e

(12)

JURNAL EKONOMI Volume 24, Nomor 1 Maret 2016

59 Keterangan :

GCG= Good Corporate Governance

FIA= Pengungkapan Fraud pada Sistem Informasi Akuntansi IA= Independensi

KA= Kompetensi α = Konstanta

β= Koefisien Regresi e= Standar Error

Persamaan regresi berganda 1 digunakan untuk menguji hipotesis 1 dan 2. Persamaan regresi berganda 2 digunakan untuk menguji hipotesis 3, 4 dan 5. Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai (R2) yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011: 97).

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Hipotesis diterima jika nilai F > 4 dan nilai probabilitas signifikansi ≤ 0,05. Hipotesis ditolak jika nilai F < 4 dan nilai probabilitas signifikansi ≥ 0,05 (Ghozali, 2011: 98).

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dengan asumsi variabel lain dianggap konstan dan nilai probabilitas (alpha) α = 5%. Jika thitung> ttabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen dan sebaliknya, jika thitung< ttabel, maka Ha ditolak dan Ho diterima yang berarti variabel.

Di dalam penelitian ini terdapat variabel intervening yaitu perilaku etis. Menurut Imam (2011), suatu variabel disebut variabel intervening jika variabel tersebut ikut mempengaruhi hubungan variabel independen dan variabel dependen. Pengujian hipotesis mediasi dapat dilakukan dengan prosedur yang dikembangkan oleh Sobel (1982) yang dikenal dengan Uji Sobel (Sobel Test). Penelitian ini dilaksanakan di dua perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang perkebunan yaitu PT. Perkebunan Nusantara (Persero) V Pekanbaru (PTPN V) dan PT. Perkebunan Nusantara (Persero) VI Jambi (PTPN VI) dengan responden 32 orang Auditor Internal.

(13)

JURNAL EKONOMI Volume 24, Nomor 1 Maret 2016

60

Setelah berkoordinasi dengan bagian Satuan Pengawas Internal (SPI) di kedua perusahaan tersebut, peneliti melakukan pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner kepada seluruh Auditor Internal dengan tingkat partisipasi 99% karena ada beberapa orang Auditor Internal yang sedang berada diluar kota dalam jangka waktu tertentu sehingga tidak bisa diikut sertakan dalam pengumpulan data penelitian ini.

Hasil analisis persamaan regresi berganda 1 (hipotesis 1, dan 2) dinyatakan sebagai berikut: “Apakah Independensi dan Kompetensi berpengaruh terhadap Pengungkapan Fraud pada Sistem Informasi Akuntansi?” Hasil analisis persamaan regresi berganda 2(hipotesis 3, 4 dan 5) dinyatakan sebagai berikut: “Apakah Independen, Kompetensi dan Pengungkapan Fraud pada Sistem Informasi Akuntansi berpengaruh terhadap Good Corporate Governance?”

1. Nilai konstanta regresi menunjukkan hasil yang bernilai positif. Nilai konstanta ini menunjukkan apabila variabel Independen, Kompetensi dan Pengungkapan Fraud pada Sistem Informasi Akuntansi dianggap konstan, maka Variabel Good Corporate Governance mengalami kenaikan sebesar 93,130%.

2. Nilai koefisien dari Independensi bernilai positif. Hal ini menunjukkan apabila tidak terjadi perubahan dari variabel lain, maka diasumsikan setiap terjadi peningkatan Independensisebesar 1% menyebabkan peningkatan Good Corporate Governance sebesar 0,688%.

3. Nilai koefisien dari Kompetensi bernilai negatif. Hal ini menunjukkan apabila tidak terjadi perubahan dari variabel lain, maka diasumsikan setiap terjadi peningkatan Kompetensi sebesar 1% menyebabkan penurunan Good Corporate Governance sebesar 0,162%.

4. Nilai koefisien dari Pengungkapan Fraud pada Sistem Informasi Akuntansi bernilai negatif. Hal ini menunjukkan apabila tidak terjadi perubahan dari variabel lain, maka diasumsikan setiap terjadi peningkatan Pengungkapan Fraud pada Sistem Informasi Akuntansi sebesar 1% menyebabkan penurunan Good Corporate Governance sebesar 0,349%.

Dari hasil pengujian diperoleh nilai koefisien determinasi (adjusted R2) adalah sebesar 0,731. Hal ini berarti 73,1% Pengungkapan Fraud pada Sistem Informasi Akuntansi dipengaruhi oleh Independensi dan Kompetensi, sedangkan sisanya sebesar 26,9% dipengaruhi oleh sebab-sebab yang lain di luar model. Dan diperoleh nilai koefisien determinasi (adjusted R2) adalah sebesar 0,197. Hal ini berarti 19,7% Good Corporate Governance dipengaruhi oleh Independensi, Kompetensi Auditor dan Pengungkapan Fraud pada Sistem Informsi Akuntansi, sedangkan sisanya sebesar 80,3% dipengaruhi oleh sebab-sebab yang lain di luar model.

(14)

JURNAL EKONOMI Volume 24, Nomor 1 Maret 2016

61

Hadil pengujian selanjutnya diperoleh nilai statistik F sebesar 43,036 dengan nilai probabilitas sebesar 0,000. Karena nilai F > 4 dan nilai probabilitas < 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa variabel Pengungkapan Fraud pada Sistem Informasi Akuntansi dipengaruhi secara bersama-sama oleh variabel Independensi dan Kompetensi Auditor. Serta diperoleh nilai statistik F sebesar 3,530 dengan nilai probabilitas sebesar 0,000. Karena nilai F < 4 dan nilai probabilitas < 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa variabel Good Corporate Governance dipengaruhi secara bersama-sama oleh variabel Independensi, Kompetensi Auditor dan Pengungkapan Fraud pada Sistem Informasi Akuntansi.

Dari hasil uji t terlihat bahwa thitung> ttabel yaitu 9,251 > 2,042 dengan nilai signifikan sebesar 0,000 dan nilai probabilitas (alpha) sebesar 0,05 (p < 0,05). Nilai thitung menunjukkan tanda berarah positif. Dari hasil pengujian dapat diputuskan Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti Independensi berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Fraud pada Sistem Informasi Akuntansi, sehingga sesuai dengan hipotesis satu dalam penelitian ini yang menyatakan Independensi berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Fraud pada Sistem Informasi Akuntansi. Hasil uji statistik t berhasil menerima Hipotesis 1.

Dari pengujian selanjutnya terlihat bahwa thitung> ttabel yaitu 2,220 > 2,042 dengan nilai signifikan sebesar 0,034 dan nilai probabilitas (alpha) sebesar 0,05 (p < 0,05). Nilai thitung menunjukkan tanda berarah positif. Dari hasil pengujian dapat diputuskan Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti Kompetensi cenderung berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Fraud pada Sistem Informasi Akuntansi, sehingga sesuai dengan hipotesis dua dalam penelitian ini yang menyatakan Kompetensi berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Fraud pada Sistem Informasi Akuntansi. Hasil uji statistik t berhasil menerima Hipotesis 2. Dari hasil pengujian terlihat bahwa thitung< ttabel yaitu 2,956 < 2,042 dengan nilai signifikan sebesar 0,006 dan nilai probabilitas (alpha) sebesar 0,05 (p > 0,05). Nilai thitungmenunjukkan tanda berarah positif. Dari hasil pengujian dapat diputuskan Ha ditolak dan Ho diterima yang berarti Independensi berpengaruh positif terhadap Good Corporate Governance, sehingga tidak sesuai dengan hipotesis tiga dalam penelitian ini yang menyatakan Independensi berpengaruh positif terhadap Good Corporate Governance. Hasil uji statistik t gagal menerima Hipotesis 3. Pengujian memperlihatkan bahwa thitung> ttabel yaitu 2,225 > 2,042 dengan nilai signifikan sebesar 0,034 dan nilai probabilitas (alpha) sebesar 0,05 (p < 0,05). Dari hasil pengujian dapat diputuskan Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti Kompetensi cenderung berpengaruh terhadap Good Corporate Governance, sehingga sesuai dengan hipotesis empat dalam penelitian ini yang menyatakan Kompetensiberpengaruh terhadap Good Corporate Governance. Hasil uji statistik t berhasil menerima Hipotesis 4.

(15)

JURNAL EKONOMI Volume 24, Nomor 1 Maret 2016

62

Dari hasil penelitian selanjutnya terlihat bahwa thitung> ttabel yaitu 9,385 > 2,042 dengan nilai signifikan sebesar 0,000 dan nilai probabilitas (alpha) sebesar 0,05 (p < 0,05). Dari hasil pengujian dapat diputuskan Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti Pengungkapan Fraudpada Sistem Informasi Akuntansi berpengaruh terhadap Good Corporate Governance, sehingga sesuai dengan hipotesis lima dalam penelitian ini yang menyatakan Pengungkapan Fraud pada Sistem Informasi Akuntansi berpengaruh terhadap Good Corporate Governance. Hasil uji statistik t berhasil menerima Hipotesis 5.

Mendeteksi pengaruh pengungkapan Fraud Pada Sistem Informasi Akuntansi dalam memediasi hubungan Independensi Auditor Internal terhadap penerapan GCG. Berdasarkan perhitungan uji sobel test, dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh mediasi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t penelitian = 2,333 lebih besar dari t tabel dengan tingkat signifikansi 0,05 yaitu 2,042. Mendeteksi pengaruh pengungkapan Fraud Pada Sistem Informasi Akuntansi dalam memediasi hubungan Kompetensi Auditor Internal terhadap penerapan GCG. Berdasarkan perhitungan uji sobel test pada , dapat diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh mediasi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t penelitian = 0,637 lebih kecil dari t tabel dengan tingkat signifikansi 0,05 yaitu 2,042.

Pembahasan Hasil analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini menunjukkan secara umum bahwa Auditor di dua lokasi penelitian memiliki Independensi . Hipotesis satu dalam penelitian ini menyatakan Independensi Auditor berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Fraud pada Sistem Informasi Akuntansi. Hasil uji hipotesis satu menyimpulkan Indpendensi Auditor berpengaruh positif terhadap pengungkapan Fraud pada sistem Informasi Akuntansi. Artinya hipotesis satu diterima.

Dengan adanya hubungan yang berpengaruh secara positif dapat dibuktikan bahwa faktor Independensi mutlak dimiliki oleh seorang auditor dalam melakukan pekerjaan audit, artinya semakin seseorang menaati dan menjalankan yang menjadi peraturan dalam perusahaan sebagai guidance yang harus ditaati dan tapa bisa dipengaruhi oleh berbagai kepentingan yang ada didalamnya, maka audit yang hasilkan semakin berkualitas sesuai dengan tujuan audit itu sendiri. Hasil analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini menunjukkan secara umum bahwa Auditor di dua lokasi penelitian memiliki Kompetensi. Hipotesis dua dalam penelitian ini menyatakan Kompetensi Auditor berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Fraud pada Sistem Informasi Akuntansi. Hasil uji hipotesis satu menyimpulkan Kompetensi Auditor berpengaruh positif terhadap pengungkapan Fraud pada sistem Informasi Akuntansi. Artinya hipotesis dua diterima. Hal ini membuktikan bahwa faktor kompetensi mesti dimiliki oleh seorang auditor dalam melakukan pekerjaan audit.

(16)

JURNAL EKONOMI Volume 24, Nomor 1 Maret 2016

63

Hasil analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini menunjukkan secara umum bahwa Auditor di dua lokasi penelitian memiliki Independensi. Hipotesis tiga dalam penelitian ini menyatakan Independensi Auditor berpengaruh positif terhadap penerapan GCG. Hasil uji hipotesis satu menyimpulkan Independensi Auditor berpengaruh positif terhadap Good Corporate Governance. Artinya hipotesis tiga diterima.

Hal ini menunjukkan bahwa ada bukti Independensi berpengaruh secara positif terhadap penerapan GCG di dua perusahaan tersebut karena independensi menunjukkan ketaatan seseorang dalam menerapkan dan menjalankan yang menjadi peraturan dalam perusahaan tanpa keberpihakan kepada pihak manapun. Untuk melaksanakan tugas Auditor internal dituntut agar bebas dari segala macam kepentingan yang menyebabkan auditor internal menjadi tidak objektif.

Hasil analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini menunjukkan secara umum bahwa Auditor di dua lokasi penelitian memiliki Kompetensi. Hipotesis empat dalam penelitian ini menyatakan Kompetensi Auditor berpengaruh positif terhadap penerapan GCG. Hasil uji hipotesis satu menyimpulkan Independensi Auditor berpengaruh positif terhadap Good Corporate Governance. Artinya hipotesis empat diterima.

PTPN V dan PTPN VI sebagai badan usaha yang pada umumnya bertujuan untuk memperoleh laba, mempertahankan kesinambungan serta mengupayakan pengembangannya, tentu harus melakukan serangkaian kegiatan operasional secara efektif, efisien dan ekonomis. Perusahaan yang semakin besar memiliki kegiatan yang semakin kompleks sehingga tidak saja Semakin tinggi kompetensi auditor internal maka efektivitas audit internal dalam pelaksanaan good corporate governance pada perusahaan akan semakin baik, hal ini menunjukkan bahwa auditor internal yang memiliki kompetensi yang tinggi akan dapat melakukan pengawasan dengan baik dan dapat mengetahui celah-celah manasaja yang menjadi kekurangan dalam mewujudkan good corporate governance pada perusahaan untuk dapat diperbaiki.

Hasil analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini menunjukkan secara umum adanya pengungkapan Fraud pada Sistem Informasi Akuntansi di dua perusahaan BUMN tersebut cukup baik. Hipotesis lima dalam penelitian ini menyatakan Pengungkapan Fraud pada Sistem Informasi Akuntansi berpengaruh positif terhadap penerapan GCG. Hasil uji hipotesis lima menyimpulkan Pengungkapan Fraud pada Sistem Informasi Akuntansi berpengaruh positif terhadap Good Corporate Governance. Artinya hipotesis lima diterima.

(17)

JURNAL EKONOMI Volume 24, Nomor 1 Maret 2016

64

Dari hasil penelitian ini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dalam sebuah perusahaan semakin baik pengungkapan Fraud pada sistem informasi akuntansi akan menurunkan tingkat fraud pada sistem tersebut, karena dengan bagusnya pengungkapan fraud akan mendorong manajemen untuk memperbaiki pengawasan internalnya, sehingga dengan semakin baiknya pengawasan internal akan meningkatkan tingkat kepercayaan publik terhadap informasi akuntansi yang dihasilkan oleh sistem yang ada pada perusahaan tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris akan adanyapengaruh Independensi dan Kompetensi auditor internal terhadap Pengungkapan Fraud pada Sistem Informasi Akuntansi dan implikasinya terhadap penerapan Good Corporate Governance. Berdasarkan pada data yang diperoleh maupunhasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulanmengenai pengaruh Independensi dan Kompetensi auditor internal terhadap Pengungkapan Fraud pada Sistem Informasi Akuntansiimplikasinya terhadap penerapan Good Corporate Governance, yaitu :

1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Independensi berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Fraud pada Sistem Informasi Akuntansi, dimana hasil pengujian menunjukkan angka signifikan sebesar 0,000, lebih kecil dari probabilitas 5% (α = 0,05).Dengan demikian hipotesis yang menyatakan Independensi Auditor mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pengungkapan Fraud sistem informasi akuntansi di terima.

2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kompetensi cenderung berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Fraud pada Sistem Informasi Akuntansi, dimana hasil pengujian menunjukkan angka signifikan sebesar 0,034, lebih kecil dari probabilitas 5% (α = 0,05).Dengan demikian hipotesis yang menyatakan Kompetensi Auditor mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pengungkapan Fraud sistem informasi akuntansi di terima.

3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Independensi berpengaruh positif terhadap penerapan Good Corporate Governance, dimana hasil pengujian menunjukkan angka signifikan sebesar 0,006, lebih kecil dari probabilitas 5% (α = 0,05).Dengan demikian hipotesis yang menyatakan Independensi Auditor mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadappenerapan Good Corporate Governance di terima.

(18)

JURNAL EKONOMI Volume 24, Nomor 1 Maret 2016

65

4. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kompetensi berpengaruh positif terhadap penerapan Good Corporate Governance, dimana hasil pengujian menunjukkan angka signifikan sebesar 0,034, lebih kecil dari probabilitas 5% (α = 0,05).Dengan demikian hipotesis yang menyatakan Kompetensi Auditor mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadappenerapan Good Corporate Governance di terima.

5. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan Fraud sistem informasi akuntansiberpengaruh positif terhadap penerapan Good Corporate Governance, dimana hasil pengujian menunjukkan angka signifikan sebesar 0,000, lebih kecil dari probabilitas 5% (α = 0,05).Dengan demikian hipotesis yang menyatakan pengungkapan Fraud sistem informasi akuntansimempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadappenerapan Good Corporate Governance di terima.

Penelitian ini masih memiliki beberapa kelemahan dan keterbatasan, yaitu :

a. Jumlah responden pada penelitian ini sangat terbatas, dan hanya dilakukan pada dua perusahaan BUMN, jadi belum dapat mengenaralisasi keadaan pada seluruh BUMN perkebunan yang ada di Indonesia.

b. Dalam pengisian kuesioner oleh responden, peneliti tidak bisa mengawasi apakah kuesioner benar responden sendiri yang melakukan pengisian dan pengisian kuesioner belum tentu diisi sesuai dengan yang sebenarnya atas seluruh pertanyaan yang diajukan karena berhubungan dengan kerahasiaan data yang harus dijaga dan keberlangsungan karir pihak responden sendiri. c. Peneliti menyadari bahwa Kuesioner yang diadopsi terkadangbelum mampu

menjelaskan secara maksimal indikator pada setiap variabel.dan penelitian ini menggunakan kuesioner yang diadopsi dari penelitian – penelitian terdahulu. Adapun saran-saran yang peneliti berikan setelah meneliti permasalahan ini adalah :

a. Tingkat Independensi dan Kompetensi Auditor Internal PT. Perkebunan Nusantara V (Persero) Pekanbaru dan PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Jambi termasuk baik, sehingga pihak PT. Perkebunan Nusantara V (Persero) Pekanbaru dan PT. Perkebunan Nusantara VI (Persero) Jambi perlu mempertahankan kondisi ini.Dalam usaha meningkatkan penerapan Good Corporate Governance di PTPN V dan PTPN VI harus benar-benar memperhatikan variabel-variabel yang mempengaruhinya

b. Penulis menyarankan bagi peneliti selanjutnya agar dapat memperluas jumlah badan usaha BUMN pada tingkat regional Sumatera agar dapat dilakukan perbandingan hasil yang lebih baik.

(19)

JURNAL EKONOMI Volume 24, Nomor 1 Maret 2016

66

c. Untuk penelitian selanjutnya penulis memberi saran untuk mengembangkan prespektif yang diteliti lebih luas lagi misalnya factor-faktor lain yang mempengaruhi penerapan Good Corporate Governance.

Hasil penelitian ini diharapkan akan mempunyai implikasi untuk penelitian selanjutnya, terutama yang berkaitan dalam bidang auditing dan lebih khususnya mengenai masalah Independensi dan Kompetensi Auditor Internal. Penelitian ini memberikan bukti bahwa Independensi dan Kompetensi Auditor Internal terhadap pengungkapan Fraud pada Sistem Informasi Akuntansi serta implikasinya pada penerapan Good Corporate Governance. Oleh karena itu dengan hasil penelitian ini diharapkan agar para auditor internal perusahaan untuk terus meningkatkan Independensi dan Kompetensi guna menunjang pelaksanaan tugas sebagai auditor internal perusahaan, khususnya dalam upaya pengungkapan fraud dan penerapan Good Corporate Governance.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan sarana produksi berupa luas lahan, bibit, garam, pupuk, pestisida, peralatan dan tenaga kerja pada usahatani tembakau rakyat di daerah

Bagi para pemegang keputusan di bidang pelaksanaan pembelajaran IPS di sekolah-sekolah dasar disarankan untuk memasukkan motede penilaian portofolio sebagai

Negara-negara Asia Pasifik mengalami perkembangan signifikan khususnya dalam bidang ekonomi dan militer yang kemudian memunculkan kawasan Asia Pasifik sebagai suatu

Hasil intensitas yang berbeda, dapat dilihat pada sudut 2 = 20,05 o (Gambar 1, 2 dan 3) menunjukkan intensitas pola data pengamatan tidak mengikuti intensitas data

Tahap awal penelitian ini adalah dengan melakukan identifikasi kepada operator guna mencari permasalahan yang dihadapi yang kemudian digunakan sebagai bahan dasar perancangan

Metode ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat belum mendaftarkan tanahnya yang masih berupa Letter C dan upaya

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh jumlah penduduk, dana perimbangan dan investasi pada kesejahteraan masyarakat (IPM) dengan atau tanpa Belanja Langsung