• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HAYCKAL RIZKI H.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HAYCKAL RIZKI H."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA

LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT

HAYCKAL RIZKI H.

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Tutupan Lahan Menggunakan Citra Landsat di Hutan Pendidikan Gunung Walat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015 Hayckal Rizki H. NIM E14100122

(4)

ABSTRAK

HAYCKAL RIZKI H. Analisis Tutupan Lahan Menggunakan Citra Landsat di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Dibimbing oleh PRIYANTO.

Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) merupakan hutan pendidikan yang pengelolaannya diserahkan langsung oleh pemerintah kepada Fakultas Kehutanan IPB. Perubahan tutupan lahan di HPGW terjadi seiring krisis moneter pada tahun 1997 yang mengakibatkan perambahan hutan terjadi termasuk di HPGW. Perkembangan perubahan tutupan lahan yang terjadi di HPGW dapat diketahui menggunakan teknologi penginderaan jauh atau sistem informasi geografis (SIG). Penelitian ini bertujuan mengetahui besar, laju perubahan, dan distribusi spasial perubahan tutupan lahan HPGW periode 19972014. Metode yang digunakan dibagi dalam 2 tahap umum yaitu prapengolahan citra dan intepretasi visual citra satelit. Klasifikasi tutupan lahan pada HPGW menghasilkan enam kelas tutupan lahan yang terdiri dari hutan tanaman, pemukiman, pertanian, tanah kosong, semak, dan vegetasi campuran.

Kata kunci: Hutan Pendidikan Gunung Walat, perubahan tutupan lahan, SIG

ABSTRACT

HAYCKAL RIZKI H. Land Cover Analysis Use Landsat Imagery in Gunung Walat Educational Forest. Supervised by PRIYANTO.

Gunung Walat Educational Forest (GWEF) is the unity of the various components of abiotic and biotic, and socio-cultural communities around forest areas. GWEF designated as forest management education by government and submitted directly to the Faculty of Forestry. Land cover change in HPGW occurred along the 1997 financial crisis which resulted in encroachment occurs every where, including in HPGW. Information on Land Use and Land Cover changes that occurred from 1997 to 2014 in HPGW was compared using remote sensing and geographic information system (GIS) with field verifications. This study aims to find land cover changes, the rate of change, and determine the spatial distribution of land cover change in HPGW from 1997 to 2014. The method used were divided into two general stages: preprocessing of image and the visual interpretation of satellite imagery. Generally the land use land covers of the study area were classified into forest plantation, settlement, agriculture, bare land, shrub-bush, and mixed vegetation.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

ANALISIS TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA

LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT

HAYCKAL RIZKI H.

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Tutupan Lahan Menggunakan Citra Landsat di Hutan Pendidikan Gunung Walat

Nama : Hayckal Rizki H. NIM : E14100122

Disetujui oleh

Diketahui oleh

Dr. Ir. Ahmad Budiaman, M.Sc F.Trop Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Priyanto, S.Hut, M.Si Pembimbing

(8)

PRAKATA

Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan berkah dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Perubahan Tutupan Lahan Menggunakan Citra Landsat di Hutan Pendidikan Gunung Walat dengan sebaik-baiknya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Priyanto, S.Hut, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan baik dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, Felisia S.Hut, Yuni R. Buntang S.Hut, Taufiq Hidayat S.Hut, Resi R. S.Hut, Riyma M. S.Hut, teman-teman Fakultas Kehutanan IPB, dan seluruh pihak atas doa dan dukungan yang telah diberikan.

Penulis sangat mengharapkan kritik, saran, dan perbaikan untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan pengetahuan dan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Februari 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 1 Manfaat Penelitian 2 METODOLOGI 2

Waktu dan Tempat 2

Alat 2

Bahan 2

Metode Penelitian 2

Analisis Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 3

Keadaan Umum 3

Prapengolahan Citra 4

Interpretasi Visual Citra Satelit 4

SIMPULAN DAN SARAN 10

DAFTAR PUSTAKA 11

LAMPIRAN 12

(10)

DAFTAR TABEL

1 Deskripsi 6 kelas tutupan dan penggunaan lahan 5 2 Tutupan lahan tahun 1997, 1999, 2005, dan 2014 6

DAFTAR GAMBAR

1 Peta tutupan hutan dan lahan tahun 1997 di Hutan Pendidikan

Gunung Walat Sukabumi, Jawa Barat 7

2 Peta tutupan hutan dan lahan tahun 1999 di Hutan Pendidikan

Gunung Walat Sukabumi, Jawa Barat 7

3 Peta tutupan hutan dan lahan tahun 2005 di Hutan Pendidikan

Gunung Walat Sukabumi, Jawa Barat 8

4 Peta tutupan hutan dan lahan tahun 2014 di Hutan Pendidikan

Gunung Walat Sukabumi, Jawa Barat 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Matriks perubahan lahan hasil klasifikasi citra Landsat tahun 1997–

1999 12

2 Matriks perubahan lahan hasil klasifikasi citra Landsat tahun 1999–

2005 12

3 Matriks perubahan lahan hasil klasifikasi citra Landsat tahun 2005–

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) merupakan kesatuan dari berbagai komponen abiotik dan biotik, serta sosial budaya masyarakat di sekitar wilayah hutan. Sejak tahun 1967, IPB mulai mengadakan kerjasama dengan Pemda Tingkat I Jawa Barat dan Direktorat Jendral Kehutanan untuk memanfaatkan HPGW menjadi unit pengelolaan sebagai sarana penelitian, pendidikan, dan pengabdian kepada masyarakat. Sejak tahun 1969, HPGW ditetapkan sebagai hutan pendidikan yang pengelolaannya oleh pemerintah diserahkan langsung kepada Fakultas Kehutanan IPB. Beberapa kerjasama dengan lembaga dalam maupun luar negeri sudah dilakukan HPGW sejak awal berdiri dengan melakukan penanaman dan rehabilitasi lahan kosong di wilayah tersebut. HPGW menganut sistem zero cutting dalam pengelolaan hutannya yang bertujuan memanfaatkan hasil hutan bukan kayu untuk memaksimalkan nilai hutan (Hero 2012).

Luasan areal HPGW sekitar 359 ha dengan pembagian fungsi kawasan hutan untuk hutan produksi terbatas (HPT) seluas 98.484 ha, hutan produksi 35.175 ha, areal lindung seluas 12.781 ha, kawasan wisata alam seluas 132.493 ha, dan agroforestry seluas 79.258 ha (Kadamto 2008). Menurut Isnaini (2006), HPGW memiliki berbagai jenis pohon antara lain agathis, pinus, mahoni, sonokeling, rasamala, cendana, puspa, sengon, dan akasia.

Berdasarkan SK Menteri Kehutanan RI No. 188/Menhut-II/2005 tanggal 8 Juli 2005, kawasan HPGW ditetapkan dan ditunjuk sebagai Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) yang ditujukan untuk keperluan penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, serta untuk kepentingan sosial, religi, dan budaya dengan tidak mengubah fungsi pokok HPGW.

Perkembangan perubahan tutupan lahan yang terjadi dapat diketahui dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh atau sistem informasi geografis (SIG). Teknologi SIG memiliki keunggulan yaitu proses yang mudah dan biaya yang murah dibandingkan melakukan pengukuran langsung untuk pemantauan sumberdaya alam. Teknologi SIG ini menggunakan citra optik dari satelit untuk melakukan pengukuran dan intepretasi data di lapangan. Citra optik yang biasa digunakan adalah citra Land Satellite (Landsat). Citra memiliki frekuensi pengambilan gambar yang cukup untuk mengikuti perubahan lahan yang terjadi sepanjang tahun (Paine 1992).

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mengetahui besar dan laju perubahan tutupan lahan HPGW periode 19972014.

(12)

2

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan bagi pengguna dalam monitoring perubahan tutupan lahan dan perencanaan selanjutnya. Sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya terkait teknologi penginderaan jauh atau sistem informasi geografis (SIG) untuk mengetahui perubahan tutupan lahan.

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Oktober 2014, dengan lokasi penelitian di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Kecamatan Cibadak dan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Remote Sensing dan GIS Fakultas Kehutanan IPB.

Alat

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas alat tulis, kamera, laptop yang dilengkapi program Erdas Imagine 9.1, ArcGis 9.3, dan Microsoft Office.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi citra Landsat 5 path/row 122/65 perekaman bulan Agustus tahun 1997, bulan Agustus tahun 1999, bulan Juli tahun 2005 dan citra Landsat 8 bulan Juni tahun 2014, peta tutupan lahan HPGW, dan peta tata batas HPGW.

Metode Penelitian

Penelitian dibagi dalam 2 tahap umum yaitu prapengolahan citra dan intepretasi visual citra satelit.

Prapengolahan Citra

Prapengolahan citra dilakukan sebelum data awal dioperasikan lebih lanjut, biasa dilakukan untuk menyiapkan data citra agar mudah diproses menjadi data yang diinginkan. Data citra awal memiliki format .tiff yang harus dirubah menjadi format .img agar mudah dioperasikan dalam software Erdas Imagine 9.1. Data yang sudah berformat .img akan disatukan setiap band-nya agar dapat digunakan kombinasi band tertentu untuk intepretasi visual. Pemilihan data tahun citra yang akan digunakan disesuaikan dengan latar belakang penelitian.

(13)

3

Intepretasi Visual Citra Satelit

Intepretasi visual citra satelit digunakan untuk memperoleh informasi tentang objek yang diamati pada citra tersebut. Informasi ini dapat diidentifikasi dengan melihat tekstur, warna, bentuk, pola, ukuran, letak dan asosiasi kenampakan objek yang kemudian dicocokkan ke dalam kategori-kategori yang sudah ditentukan (BAPLAN 2008). Kemudian dilakukan ground check untuk mendapatkan informasi keadaan tutupan lahan yang sebenarnya. Penyebaran titik-titik ground check dilakukan secara purposive berdasarkan kelas tutupan lahan dan aksesibilitas. Titik ground check yang diambil sebanyak 40 titik koordinat. Hasil ground check menjadi koreksi dari data tutupan lahan yang sudah diintepretasi sebelumnya. Informasi kelas tutupan lahan yang sudah ditentukan kemudian akan dihitung luasannya pada tiap tahun dan kemudian dibandingkan.

Analisis Data

Analisis data meliputi analisis perubahan lahan yang dilakukan dengan mengidentifikasi perubahan objek-objek pada citra-citra berbeda dalam lokasi penelitian atau biasa disebut time series analysis. Analisis ini menurut Prahasta (2008), diacu dalam Ahmada (2013) nantinya tidak hanya memberikan informasi perubahan karakteristik unsur-unsur di permukaan bumi, tetapi juga dapat merefleksikan variasi normal yang belum diinterpretasi dan dapat ditemukan pada suatu periode waktu ke waktu berikutnya. Analisis ini dilakukan dengan menghitung luasan dari tiap kelas tutupan lahan yang diinterpretasi sebelumnya. Luasan tiap kelas dihitung dari semua data citra yang digunakan mulai tahun 1997, 1999, 2005, dan 2014 yang kemudian dijabarkan melalui analisis data deskriptif. Analisis deskriptif merupakan penguraian dan penjelasan secara umum mengenai perubahan lahan yang terjadi serta penyebab terjadinya perubahan tutupan lahan di HPGW. Hasil analisis data disajikan ke dalam bentuk gambar dan tabel untuk memudahkan pembacaan dan penafsiran data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Kawasan HPGW secara geografis terletak antara 6°54′23″ – 6°55′35″ LS dan 106°48′27″ – 106°50′29″ BT dengan ketinggian 460–726 mdpl. HPGW secara administrasi terletak di wilayah Kecamatan Cibadak dan Cicantayan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Topografi pada wilayah ini cukup bervariasi, bergelombang mengikuti punggung-punggung bukit yang memanjang dan melandai dari utara ke selatan. Kondisi tutupan lahan HPGW pada awal tahun 1950-an sebagian besar berupa tanah kosong yang ditumbuhi semak, alang-alang dan beberapa pohon. Pada saat ini kondisi tutupan lahan terdiri dari vegetasi dengan dominasi tegakan agathis, campuran pinus dan puspa, sonokeling, akasia, dan rasamala. Tutupan lahan

(14)

4

lainnya merupakan tanah kosong akibat kegagalan reboisasi, bekas ladang, bekas kebakaran, dan perambahan.

Prapengolahan Citra

Data citra dipilih berdasarkan tahun-tahun yang diduga terdapat kejadian perubahan tutupan lahan. Proses prapengolahan menghasilkan data citra komposit yang sudah memiliki sistem koordinat. Citra komposit digunakan untuk mengintepretasi objek-objek pada citra dengan menggunakan elemen penafsiran citra yaitu warna, bentuk, tekstur, pola, bayangan, ukuran, asosiasi, dan situs. Sistem koordinat pada citra disesuaikan dengan sistem koordinat peta tutupan lahan HPGW dan peta tata batas HPGW, agar dapat di-overlay dan diintepretasi tutupan lahannya. Proses selanjutnya yaitu pan-sharpening. Pan-sharpening merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mempertajam objek dalam analisis visual (Danoedoro 2012).

Intepretasi Visual Citra Satelit

Salah satu faktor penting untuk menentukan kesuksesan pemetaan penggunaan dan tutupan lahan terletak pada skema pemilihan klasifikasi yang tepat dirancang untuk suatu tujuan tertentu. Pendekatan fungsional atau pendekatan berorientasi kegiatan akan lebih sesuai digunakan untuk citra satelit, sebagai skema klasifikasi tujuan umum (Lo 1995). Intepretasi visual citra satelit menggunakan metode digitasi on-screen yang menghasilkan kelas tutupan lahan teridentifikasi. Hasil intepretasi visual disajikan dalam bentuk peta yang memberikan informasi tentang perubahan kelas tutupan lahan dan penggunaan lahan. Indentifikasi tutupan dan penggunaan lahan didasarkan pada penampakan visual citra dan peta tutupan lahan HPGW pada tahun 1997, 1999, 2005, dan 2014. Kegiatan interpretasi visual menghasilkan enam kelas tutupan dan penggunaan lahan yang dapat dibedakan satu dengan yang lainnya (Tabel 1).

(15)

5 Tabel 1 Deskripsi 6 kelas tutupan dan penggunaan lahan

Kelas tutupan dan

penggunaan lahan Deskripsi

Penampakan citra Landsat 5 Band 5-4-3 (R-G-B) Penampakan citra Landsat 8 OLI Band 7-5-4 (R-G-B) Foto lapang

Hutan tanaman Lahan yang ditumbuhi tumbuhan dominasi pohon sejenis

Pemukiman Lahan yang

merupakan kawasan terbangun seperti rumah atau jalan

Pertanian Lahan yang

ditanami tanaman pertanian seperti padi, tanaman buah-buahan, dan tanaman lainnya

Tanah kosong Lahan yang

ditumbuhi rumput atau tidak ditumbuhi sama sekali

Semak Lahan yang

didominasi tumbuhan bawah tapi bukan rumput

Tidak ada data citra Vegetasi campuran Lahan yang ditumbuhi tumbuhan campuran

Tidak ada data citra

(16)

6

Hutan tanaman merupakan hutan yang dibangun untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi. Warna hutan tanaman pada citra Landsat berwana hijau gelap hingga agak terang. Hasil interpretasi visual citra Landsat pada kelas pemukiman dan tanah kosong memiliki warna merah, merah muda hingga merah tua. Kelas tutupan pertanian memiliki kenampakan berwarna merah muda hingga merah dengan kombinasi warna hijau dan kuning.

Semak merupakan kenampakan hasil suksesi atau lahan kering dengan dominasi vegetasi alami yang rendah. Semak memiliki kenampakan warna hijau muda hingga hijau terang dengan kombinasi warna kuning dan merah sedangkan vegetasi campuran memiliki tampilan warna hijau muda hingga hijau tua. Perubahan tutupan lahan masing masing tipe kelas dan penggunaan lahan dari tahun 1997 hingga 2014 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Tutupan lahan tahun 1997, 1999, 2005, dan 2014 Tutupan

Lahan

Tahun 1997 Tahun 1999 Tahun 2005 Tahun 2014

Luas (ha) % Luas (ha) % Luas (ha) % Luas (ha) % Hutan tanaman 337.17 93.92 324.11 90.28 307.48 85.65 311.98 86.92 Pemukiman 2.26 0.63 2.26 0.63 2.26 1.67 2.26 0.63 Pertanian 14.79 4.12 17.66 4.92 46.44 11.90 27.75 7.72 Tanah kosong 4.74 1.32 14.97 4.17 2.82 0.78 1.43 0.31 Semak 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.12 0.40 Vegetasi campuran 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 14.44 4.02 Jumlah 359.00 100.00 359.00 100.00 359.00 100.00 359.00 100.00

Tutupan lahan yang berubah merupakan piksel-piksel pada kedua citra klasifikasi di lokasi yang sama namun memiliki perbedaan atribut klasifikasi, sedangkan tutupan yang tidak berubah merupakan piksel dengan lokasi dan atribut klasifikasi yang sama pada kedua citra (Kosasih 2002). Tutupan lahan pada tahun 1997, 1999, 2005, dan 2014 masing-masing disajikan pada Gambar 1, Gambar 2, Gambar 3, dan Gambar 4.

(17)

7

Gambar 1 Peta tutupan hutan dan lahan tahun 1997 di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi, Jawa Barat

Gambar 2 Peta tutupan hutan dan lahan tahun 1999 di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi, Jawa Barat

(18)

8

Gambar 3 Peta tutupan hutan dan lahan tahun 2005 di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi, Jawa Barat

Gambar 4 Peta tutupan hutan dan lahan tahun 2014 di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi, Jawa Barat

(19)

9 Tipe tutupan lahan terluas yaitu hutan tanaman. Luas hutan pada tahun 1997, 1999, 2005 dan 2014 berturut-turut yaitu 337.17 ha, 324.11 ha, 307.48 ha, dan 311.98 ha. Hutan tanaman mengalami perubahan luasan pada setiap tutupan lahannya. Luas hutan tanaman di HPGW pada tahun 1997 adalah 337.17 ha dengan dominasi tanaman kehutanan berupa Agathis loranthifolia (Adirianto 2012). Hutan tanaman mengalami penurunan luas pada tahun 1999 menjadi 324.11 ha atau berkurang seluas 13.06 ha. Tutupan hutan tanaman sebagian besar berubah menjadi tanah kosong, hal ini diduga seiring dengan terjadinya krisis moneter pada tahun 1997–1998 yang mengakibatkan perambahan hutan termasuk di HPGW. Penurunan luas wilayah hutan tanaman kembali terjadi pada tahun 2005 menjadi 307,48 ha atau berkurang 16.63 ha dari tahun 1999. Tutupan hutan tanaman sebagian besar beralih menjadi lahan pertanian.

Berdasarkan SK Menteri Kehutanan RI No. 188/Menhut-II/2005 tanggal 8 Juli 2005 kawasan HPGW ditetapkan dan ditunjuk sebagai Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) yang ditujukan untuk keperluan penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, serta untuk kepentingan sosial, religi, dan budaya dengan tidak mengubah fungsi pokok HPGW. Hal ini berdampak nyata terhadap luasan hutan tanaman di HPGW yang mengalami peningkatan tutupan luasan dengan luas hutan tanaman pada tahun 2014 yaitu 311.98 ha atau naik seluas 4.50 ha dari tahun 2005. Peningkatan luasan kawasan hutan berasal dari perubahan tutupan pertanian yang ditanami tanaman kehutanan sehingga berubah menjadi hutan tanaman. Peningkatan luasan hutan ini diduga karena pengelola HPGW menerapkan sistem kehutanan agroforestry bekerja sama dengan masyarakat sekitar HPGW untuk kembali mengelola hutan.

Tipe tutupan lahan terluas setelah hutan tanaman di HPGW yaitu pertanian dengan luasan kelas tutupan dan penggunaan lahan pada tahun 1997 sebesar 14.79 ha. Luasan ini semakin bertambah hingga pada tahun 1999 menjadi seluas 17.66 ha dan terus meningkat drastis setelah terjadi krisis moneter pada tahun 2005 menjadi 46.44 ha. Peningkatan luasan pertanian sebagian besar berasal dari perubahan tutupan lahan hutan tanaman. Kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat sekitar hutan umumnya terkait erat dengan hutan. Setelah krisis moneter 1997, masyarakat sekitar HPGW terpaksa merambah hutan (Isnaini 2006) dan dialihkan fungsinya menjadi lahan pertanian. Namun setelah tahun 2005, masyarakat sekitar HPGW diajak bekerja sama sehingga mereka menanam tanaman kehutanan penghasil getah seperti Agathis dammara dan Pinus merkusii untuk diambil getahnya dan sebagai sumber penghasilan masyarakat. Hal ini terbukti efektif karena pada tahun 2014, luasan lahan pertanian di HPGW berkurang menjadi 27.75 ha atau berkurang 18.69 ha. Lahan pertanian kembali dialihfungsikan menjadi hutan tanaman.

Seiring krisis moneter pada tahun 1997, terjadi perambahan hutan tanaman di HPGW sehingga luasan kelas tutupan dan penggunaan tanah kosong meningkat dari seluas 4.74 ha pada tahun 1997 menjadi 14.97 ha pada tahun 1999 atau bertambah seluas 10.23 ha. Namun kecenderungan ini memudar seiring penanaman yang dilakukan pengelola HPGW sehingga pada tahun 2005, tutupan lahan tanah kosong menjadi seluas 2.82 ha dengan sebagian besar tutupan lahan tanah kosong dialihkan menjadi tutupan dan penggunaan lahan hutan tanaman. Tutupan lahan tanah kosong semakin menurun sehingga pada tahun 2014 hanya tersisa 1.43 ha. Kelas tutupan dan penggunaan lahan pemukiman tetap pada tahun 1997 hingga

(20)

10

tahun 2014 di HPGW seluas 2.26 ha berupa bangunan kantor, aula, dan bangunan lainnya yang mendukung pengelolaan HPGW sebagai hutan pendidikan dan digunakan sebagai basecamp.

Kebakaran hutan merupakan salah satu penyebab terjadinya perubahan terhadap kondisi ekosistem pada kawasan yang ada terutama terhadap vegetasi dan tanah pada areal yang terbakar. Pada September 2012, terjadi kebakaran di HPGW yang menghanguskan 3.7 ha lahan HPGW dan 8.6 ha lahan masyarakat (HPGW 2012). Hal ini menyebabkan muncul klasifikasi baru tutupan dan penggunaan lahan citra Landsat 2014 yaitu klasifikasi semak seluas 1.12 ha dan klasifikasi vegetasi campuran seluas 14.44 ha. Hal ini merupakan bagian alami dari proses suksesi. Suksesi ekologi adalah konsep mendasar dalam ekologi yang merujuk pada perubahan-perubahan berangkai dalam struktur dan komunitas ekologi. Suksesi dapat terinisiasi oleh adanya gangguan terhadap komunitas hayati yang telah ada sebelumnya oleh kebakaran, badai, maupun penebangan hutan atau disebut suksesi sekunder (Hartman & McCarthy 2008). Terbentuknya semak serta vegetasi campuran merupakan suksesi sekunder yang terjadi di HPGW karena kebakaran.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Klasifikasi tutupan lahan pada Hutan Pendidikan Gunung Walat menghasilkan enam kelas tutupan lahan yang terdiri dari hutan tanaman, pemukiman, pertanian, tanah kosong, semak, dan vegetasi campuran. Penurunan luas hutan tanaman terjadi pada tahun 1997–1999 sebesar 3.64% atau 13.07 ha, dan menurun lagi pada tahun 2005 sebesar 4.63% atau 16.62 ha, kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2014 sebesar 1.27% atau 4.55 ha. Luasan pemukiman tetap 2.26 ha pada tahun 1997–2014 berupa bangunan resmi HPGW. Pertanian pada tahun 1997–2005 mengalami peningkatan luasan sebesar 8.81% atau 31.65 ha, kemudian mengalami penurunan sebesar 5.2% atau 18.68 ha. Tanah kosong mengalami peningkatan luasan pada 1997–1999 sebesar 2.85% atau 10.23 ha, kemudian mengalami penurunan sampai tahun 2014 sebesar 3.77% atau 13.54 ha. Pada tahun 1997–2014 kelas tutupan semak dan vegetasi campuran mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0.40% atau 1.12 ha dan 4.02% atau 14.44 ha.

Saran

Diperlukan penelitian lebih lanjut menggunakan citra satelit berbeda agar dapat membandingkan hasil intepretasi tutupan lahan HPGW yang telah dilakukan. Pengelola HPGW perlu meningkatkan pengelolaan yang melibatkan masyarakat sekitar hutan serta meningkatkan penjagaan hutan dan penanggulangan bencana terutama kebakaran hutan.

(21)

11

DAFTAR PUSTAKA

Adirianto B. 2012. Potensi nilai ekonomi total Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Ahmada S. 2013. Monitoring luas hutan rakyat berdasarkan citra Landsat: kasus di Kecamatan Cikalong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[BAPLAN] Badan Planologi Kehutanan, Pusat Inventarisasi dan Perpetaan Hutan, Badan Planologi Kehutanan Kementrian Kehutanan. 2008. Pemantauan Sumberdaya Hutan. Jakarta (ID): PIPH BAPLAN DEPHUT.

Danoedoro P. 2012. Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Yogyakarta (ID): Penerbit ANDI.

Hartman KM, McCarthy BC. 2008. Changes in forest structure and species composition following invasion by a non-indigenous shrub, Amur honeysuckle (Lonicera maackii). Journal of the Torrey Botanical Society 135: 245-59.

Hero Y. 2012. Peran Kelembagaan dalam Proses Pembuatan Kebijakan Pengelolaan Hutan Pendidikan Gunung Walat Berdasarkan Pendekatan Diskursus dan Sejarah [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hutan Pendidikan Gunung Walat. 2012. Kebakaran di Hutan Pendidikan Gunung

Walat (HPGW) IPB. Bogor (ID): HPGW

Isnaini DN. 2006. Kelayakan usaha agroforestry di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kadamto I. 2008. Pengaturan pemanfaatan ruang Hutan Pendidikan Gunung Walat

menggunakan metode semi-otomatis berbasis SIG. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Kosasih D. 2002. Monitoring perubahan lahan menggunakan citra satelit multiwaktu di DAS Citarum Hulu, Jawa Barat. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Lo CP. 1995. Penginderaan Jauh Terapan. Terj: Bambang Purbowiseso. Atlanta (US): University of Georgia

Paine DP. 1992. Fotografi Udara dan Penafsiran Citra untuk Pengelolaadn Sumberdaya. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press.

(22)

12

LAMPIRAN

Lampiran 1 Matriks perubahan lahan hasil klasifikasi citra Landsat tahun 1997– 1999 Tahun 1999 Tahun 1997 Hutan tanaman (ha) Pemukiman (ha) Pertanian (ha) Tanah kosong (ha) Semak (ha) Vegetasi campuran (ha) Total (ha) Hutan tanaman (ha) 321.53 - 2.61 13.03 - - 337.17 Pemukiman (ha) - 2.26 - - - - 2.26 Pertanian (ha) 1.03 - 13.78 0.01 - - 14.79 Tanah kosong (ha) 1.53 - 1.27 1.94 - - 4.74 Semak (ha) - - - 0.00 Vegetasi campuran (ha) - - - 0.00 Jumlah (ha) 324.11 2.26 17.66 14.97 0.00 0.00 359.00

Lampiran 2 Matriks perubahan lahan hasil klasifikasi citra Landsat tahun 1999– 2005 Tahun 2005 Tahun 1999 Hutan tanaman (ha) Pemukiman (ha) Pertanian (ha) Tanah kosong (ha) Semak (ha) Vegetasi campuran (ha) Total (ha) Hutan tanaman (ha) 297.91 - 23.77 2.41 - - 324.11 Pemukiman (ha) - 2.26 - - - - 2.26 Pertanian (ha) 1.73 - 15.76 0.17 - - 17.66 Tanah kosong (ha) 7.83 - 6.91 0.24 - - 14.97 Semak (ha) - - - 0.00 Vegetasi campuran (ha) - - - 0.00 Jumlah (ha) 307.48 2.26 46.44 2.82 0.00 0.00 359.00

(23)

13 Lampiran 3 Matriks perubahan lahan hasil klasifikasi citra Landsat tahun 2005–

2014 Tahun 2014 Tahun 2005 Hutan tanaman (ha) Pemukiman (ha) Pertanian (ha) Tanah kosong (ha) Semak (ha) Vegetasi campuran (ha) Total (ha) Hutan tanaman (ha) 297.48 - 1.98 0.86 0.70 6.43 307.47 Pemukiman (ha) - 2.26 - - - - 2.26 Pertanian (ha) 13.91 - 25.64 0.21 0.42 6.27 46.45 Tanah kosong (ha) 0.59 - 0.13 0.36 - 1.74 2.82 Semak (ha) - - - 0.00 Vegetasi campuran (ha) - - - 0.00 Jumlah (ha) 311.98 2.26 27.75 1.43 1.12 14.44 359.00

(24)

14

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 29 April 1991 dari pasangan Bapak Audie Muftha dan Ibu Sri Hastuti. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 6 Bogor dan pada tahun 2010 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif sebagai anggota Kelompok Studi Hidrologi Hutan dan DAS Forest Management Student’s Club (FMSC) tahun 2011-2013. Penulis pernah melakukan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Indramayu-Ciremai Jawa Barat tahun 2012, Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat tahun 2013, serta Praktik Kerja Lapang (PKL) di Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam (IUPHHK-HA) PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat, pada bulan Februari-April 2014. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di IPB, penulis menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Tutupan Lahan Menggunakan Citra Landsat di Hutan Pendidikan Gunung Walat di bawah bimbingan Priyanto, S.Hut, M.Si.

Gambar

Tabel 2 Tutupan lahan tahun 1997, 1999, 2005, dan 2014
Gambar 2 Peta tutupan hutan dan lahan tahun 1999 di Hutan Pendidikan Gunung  Walat Sukabumi, Jawa Barat
Gambar 4 Peta tutupan hutan dan lahan tahun 2014 di Hutan Pendidikan Gunung  Walat Sukabumi, Jawa Barat

Referensi

Dokumen terkait

Pada proses pembuatan telur puyuh asin dengan berbagi metode, telur yang diasinkan dengan larutan garam jenuh mempunyai kadar garam yang paling tinggi, maka dari itu

tak terlupakan.. Kontribusi Media Pembelajaran, Motivasidan Kondisi Tempat Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X Sekolah Menengah Kejuruan

Penelitian lainnya oleh Suhaili, Irawan, Fahrizal, & Herusutopo (2014) yang melakukan analisis perbandingan algortima pathfinding Greedy Best-First Search dengan A* dalam

Modal usaha dari pinjaman kredit tersebut dimanfaatkan oleh pedagang kaki lima disekitar Jalan Jawa Jember menjadi 3 kepentingan yakni untuk kepentingan produksi,

Tuturan tersebut merupakan bentuk tindak tutur tidak langsung karena tipe kalimatnya adalah kalimat tanya namun penutur tidak bermaksud untuk bertanya.. Penutur menggunakan

bentuk biner dalam fungsi aktivasi sigmoid, untuk dapat diproses kedalam algoritma Neural network untuk mendapatkan jaringan terbaik dari Neural network yang

Marchis (2013) dalam hasil penelitiannya mengatakan bahwa “Students, who like mathematics, who like explain their solution to other and who don’t like to solve more problems

Distribusi frekuensi panjang cagak ikan tongkol como ( Euthynnus affinis ) hasil tangkapan purse seine di perairan laut Jawa, tahun 2012.