• Tidak ada hasil yang ditemukan

Self-disclosure pada Mahasiswa Pengguna Instagram (Studi Kasus Mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Pangkep)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Self-disclosure pada Mahasiswa Pengguna Instagram (Studi Kasus Mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Pangkep)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Journal of Communication Sciences (JCoS) Vol 1 No 2

Self-disclosure pada Mahasiswa Pengguna Instagram

(Studi Kasus Mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Pangkep)

Sabaruddin

Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

Korespondensi: sabaruddinmachmudmachmud@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk dan fungsi pengungkapan diri mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Pangkep dalam menggunakan fitur Instagram. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan fenomenologis dan jendela Johari. Subjek penelitian adalah mahasiswa Politeknik Pertanian dari 6 program studi yaitu Budidaya Perairan, Budidaya Peternakan, Peternakan, Agribisnis, Agroindustri, dan Perikanan. Data diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk aktualisasi pengungkapan diri mahasiswa dilakukan di area terbuka (area publik) dengan berbagi identitas, perasaan, keinginan, ide dan kegiatan kampus karena mereka mengharapkan umpan balik dari orang lain. Mahasiswa juga melakukan pengungkapan diri secara rahasia karena tidak semua informasi dan masalah yang mereka hadapi diungkapkan di area publik. Fungsi pengungkapan diri untuk siswa di Instagram adalah untuk memfasilitasi komunikasi, mengungkapkan perasaan, mengembangkan diri, dan penjernihan diri.

(2)

Journal of Communication Sciences (JCoS) Vol 1 No 2 LATAR BELAKANG

Perkembangan teknologi saat ini sangat pesat sekali terutama di bidang informasi komunikasi termasuk media sosial. Salah satu alasan sehingga media sosial disambut oleh masyarakat umum adalah karena media sosial telah banyak membantu untuk menghubungkan orang satu sama lain dengan cara yang sangat mudah dalam skala yang belum pernah ada sebelumnya. Salah satu media sosial yang semakin pesat perkembangannya selain Facebook adalah Instagram. Sama halnya Facebook, Instagram juga mempunyai tujuan membantu penggunanya mengekspresikan dirinya baik melalui gambar maupun kata-kata. Instagram dengan fitur caption, instastory, dan direct message telah menjadi sarana remaja mulai dari siswa SMP, SMA dan juga mahasiswa dalam mengungkapkan dirinya. Pada saat mereka menyampaikan informasi mengenai dirinya, hal tersebut menandakan bahwa mereka telah berhubungan dengan self-disclosure (pengungkapan diri). Self-disclosure adalah jenis komunikasi dimana kita mengungkapkan informasi diri kita sendiri yang secara aktif kita sembunyikan dan self-disclosure dapat terjadi jika seseorang dapat membuka dirinya dan berbagi informasi mengenai dirinya kepada orang lain.

Pengungkapan diri ini dapat berupa berbagai topik informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi dan ide yang sesuai dan terdapat dalam diri seseorang (Hidayat, 2012: 106). Dalam ensiklopedia psikologi,

self-disclosure adalah mengungkapkan kenyataan tentang diri sendiri kepada orang lain yang menyangkut

sebuah proses penting dalam pertumbuhan sebuah hubungan (Harre and Lamb, 1996). Seperti mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Pangkep yang cukup aktif menggunakan Instagram dengan ketiga fitur yang ada. Meskipun mereka mempunyai jurusan yang berhubungan dengan perikanan, perkebunan, peternakan dan agribisnis namun mereka tetap dapat aktif menggunakan Instagram sebagai sarana ekspresi diri mereka. Mahasiswa dapat menampilkan foto profil yang dilengkapi dengan nama, umur, asal daerah, hobby, nama kampus dan program study bahkan ada yang melengkapinya dengan kata-kata bijak (motivator quotes) sebagai prinsip hidup yang mereka percayai. Pada Instagram juga, mahasiswa dapat megunggah foto pribadi mereka dan melengkapinya dengan keterangan yang dinamakan caption. Caption ini selain merupakan keterangan gambar juga berisi kata-kata yang mengekspresikan diri mereka sendiri. Mereka dapat bercerita tentang kepribadian, pemikiran, perasaan serta kegiatan mereka baik di kampus maupun di luar kampus bahkan memberikan komentar tentang caption orang lain. Selain itu, pengungkapan diri mahasiswa juga dilakukan melalui fitur Instastory (Instagram story). Mahasiswa dapat dengan bebas membagi momen-momen aktivitas mereka baik dalam bentuk video maupun foto. Dan yang banyak terjadi saat ini adalah ungkapan curahan hati terhadap masalah yang dihadapi dan mengharapkan komentar atau solusi dari orang lain yang melihatnya.

Melalui Instagram mahasiswa mengungkapkan pendapatnya, perasaannya, cita-citanya dan sebagainya sehingga memunculkan hubungan keterbukaan. Hubungan keterbukaan ini akan memunculkan hubungan timbal balik yang positif dan menghasilkan rasa aman, adanya penerimaan diri dan secara lebih mendalam

(3)

Journal of Communication Sciences (JCoS) Vol 1 No 2

dapat melihat diri sendiri serta mampu menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupannya. Meskipun pengungkapan diri dapat memperkuat dan mengembangkan hubungan, ia juga mengandung resiko. Mengungkapkan informasi personal akan membuat kita berada dalam kondisi rawan. Terkadang seseorang akan memanfaatkan informasi yang kita berikan untuk menyakiti atau mengontrol perilaku kita. Banyak pengguna media sosial yang tidak menyadari bahwa menunjukkan dirinya di media sosial selain dapat menaikkan eksistensi dirinya juga rawan terhadap terbukanya kejahatan dari keterbukaan seseorang membagi informasi mengenai dirinya. Melihat fenomena-fenomena yang terjadi mengenai pengungkapan diri melalui sosial media, peneliti tertarik untuk meneliti self-disclosure mahasiswa yang terjadi di Instagram.

Self-disclosure merupakan sebuah proses membeberkan informasi tentang diri sendiri kepada orang lain. Penyingkapan diri merupakan suatu usaha untuk membiarkan keontetikan memasuki hubungan social kita, dan hal ini berkaitan dengan kesehatan mental dan pengembangan konsep diri. Self-disclosure dapat bersifat deskriptif dan evaluatif. Deskriptif artinya individu melukiskan berbagai fakta mengenai diri sendiri yang mungkin belum diketahui oleh orang lain seperti jenis pekerjaan, alamat dan usia. Evaluatif artinya individu mengemukakan pendapat atau perasaan pribadinya seperti tipe orang yang disukai atau hal-hal yang dibenci (Sears, Freedman & Peplau, 1994).

Salah satu model inovatif untuk memahami tingkatan-tingkatan kesadaran dan penyingkapan diri dalam komunikasi adalah Jendela Johari( Johari Window). “Johari” berasal dari nama depan dua orang psikolog yang mengembangkan konsep ini, Joseph Luft dan Harry Ingham. Model ini menawarkan satu cara melihat kesalingbergantungan hubungan interpersonal dengan hubungan antar personal. Model ini menggambarkan seseorang ke dalam bentuk suatu jendela yang mempunyai empat kaca atau kamar; kamar satu adalah open area/public area atau daerah terbuka, daerah ini berisi semua informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi gagasan dan sebagainya yang diketahui oleh diri sendiri dan orang lain. Kamar dua adalah daerah buta (blind area) yang merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh orang lain tetapi tidak diketahui oleh diri sendiri. Kamar tiga adalah daerah tersembunyi (hidden area) merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh diri sendiri tetapi tidak diketahui oleh orang lain. Kamar empat adalah unknown area atau daerah yang tidak diketahui baik oleh diri sendiri maupun oleh orang lain. Ini adalah informasi yang tenggelam di alam bawah sadar atau sesuatu yang luput dari perhatian.

Dalam hal penyingkapan diri ini, hal yang paling mendasar adalah kepercayaan. Biasanya seseorang akan mulai terbuka pada orang yang sudah lama dikenalnya. Selain itu menyangkut kepercayaan beberapa ahli psikologi percaya bahwa perasaan percaya terhadap orang lain yang mendasar pada seseorang ditentukan oleh pengalaman selama bertahun-tahun pertama hidupnya. Bila seseorang telah menyingkap sesuatu tentang dirinya pada orang lain, ia cenderung memunculkan tingkat keterbukaan balasan pada orang kedua.

(4)

Journal of Communication Sciences (JCoS) Vol 1 No 2 METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian fenomenologis. Pendekatan fenomenologis adalah pendekatan yang diperoleh peneliti dengan memperhatikan fenomena yang terjadi. Dalam hal ini, fenomena tersebut adalah fenomena yang terjadi pada kegiatan mahasiswa yang berhubungan dengan Instagram di kampus dan melihat apa saja fungsi Instagram sebagai media

self-disclosure mahasiswa.

Objek Penelitian

Obyek penelitian adalah mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Pangkep yang memiliki akun Instagram dengan pertimbangan: 1). Sebagian besar mahasiswa di kampus tersebut memiliki akun Instagram dan aktif menggunakannya, 2). Mahasiswa tersebut telah menjadikan Instagram sebagai media untuk mengekspresikan perasaan dalam Instagram story dan caption. Jumlah obyek penelitian ini sebanyak 30 mahasiswa dari enam program study. Setiap program study diwakili oleh lima responden yang aktif menggunakan akun Instagram-nya.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi, dan mendokumentasikan akun Instagram mahasiswa. Sebagai langkah awal, peneliti akan mendata mahasiswa yang memiliki akun Instagram dan aktif menggunakannya berdasarkan program studinya. Setelah data responden diketahui, peneliti melanjutkan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan memberikan kode tertentu pada materi status Instagram responden (Purwandary, 2005). Selanjutnya, peneliti menggunakan analisis tematik untuk menemukan model atau pola isi dari status akun Instagram responden lalu diinterpretasi. Evaluasi data penelitian menggunakan uji kredibilitas dengan model triangulasi dengan memeriksa kembali hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kebiasaan menggunakan media sosial termasuk Instagram saat ini telah menjadi rutinitas kebanyakan mahasiswa disamping kegiatan kuliah mereka. Bagi mahasiswa di kampus Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, aktualisasi bentuk self-disclosure melalui Instagram meliputi tiga hal utama yaitu identitas, ekspresi diri, dan kegiatan mahasiswa baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus.

Self-disclosure yang berhubungan dengan identitas

Identitas yang mereka bagikan di Instagram hanya terbatas pada nama, umur, hobby, asal sekolah, program study dan nama kampus. Beberapa mahasiswa hanya mencantumkan nama kampus tanpa memberikan informasi program studi mereka. Satu identitas yang mahasiswa selalu hindari di Instagram adalah

(5)

Journal of Communication Sciences (JCoS) Vol 1 No 2

mencantumkan nomor handphone. Sebagian besar mahasiswa juga mencantumkan asal SMA mereka dengan alasan mereka lebih mudah mendapatkan teman sedaerah karena melihat asal SMA. Bagi mereka identitas diri cukup sedikit saja bahkan ada yang mengaku akun Instagramnya hanya menuliskan nama saja, itupun bukan nama sebenarnya. Informasi lebih detail atau lengkap tentang identitas akan mereka bagikan pada teman sedaerah atau teman sesama SMA juga teman kuliah dengan membaginya melalui fitur direct message pada Instagram. Beberapa mahasiswa juga mengakui pernah membagikan identias detail dengan orang yang baru dikenal karena orang tersebut rajin memberikan komentar positif di setiap unggahannya. Satu alasan lagi sehingga mahasiswa menyembunyikan identitasnya secara detail adalah karena tidak semua teman di Instagram adalah orang yang baik dan tepat untuk membantu dan memberikan solusi. Mencantumkan nomor handphone adalah bagian identitas yang tidak pernah dibagikan. Hal ini karena mereka mengaku mencantumkan nomor handphone hanya akan memberikan kerugian besar kepada mahasiswa karena setiap orang mungkin akan menghubungi baik melalui telepon langsung, chatting, atau video chatting. Hal ini tentu saja akan membuat mahasiswa terganggu aktivitasnya dan resiko paling merugikan adalah adanya teror dari orang yang tidak dikenal.

Seseorang yang ingin mengungkapkan diri melalui media sosial baik Instagram dan Facebook tentu mengharapkan timbal balik yang positif, konstruktif dan dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapi, paling tidak memberikan empati terhadap apa yang dirasakan oleh seseorang, bukan sebaliknya semakin memperburuk keadaan dan memberikan kekacauan dari keterbukaan yang diberikan. Hal inilah yang membuat sebagian besar mahasiswa sangat berhati-hati memberikan informasi detail tentang diri mereka. Informasi detail hanya diberikan kepada teman dekat yang mereka percaya dapat memberikan solusi dan membantu mereka.

Self-disclosure yang berhubungan dengan ekspresi diri

Dalam akun Instagram, istilah InstaStory dan caption adalah kata atau kalimat yang berisi ungkapan perasaan atau ekspresi pengguna akun. Mahasiswa mengakui caption dalam akun Instagram mereka lebih banyak berisi kata atau kalimat-kalimat bijak (quotes motivasi) dibanding curahan hati masalah yang dihadapi. Kalimat bijak tersebut ada yang dibuat sendiri untuk mengungkapkan apa yang mereka hadapi dan yang ingin diekspresikan namun ada juga mengutip kalimat bijak orang lain.

Kalimat dalam caption tersebut menurut mahasiswa adalah pelengkap gambar atau foto yang diunggah. Caption sudah cukup menggambarkan apa yang mereka rasakan dan masalah apa yang sedang mereka hadapi. Unggahan tersebut terkadang ditulis dengan kalimat tersirat yang belum tentu semua orang yang membacanya bisa mengerti. Beberapa mahasiswa mengakui bahwa mereka lebih bebas mengungkapkan perasaan dan permasalahannya dengan menggunakan caption di akun Instagram. Hal ini karena caption yang mereka ungkap tidak secara langsung dan frontal menyinggung pribadi tetapi lebih halus dan sopan karena berisi kalimat tersirat. Bahkan ada beberapa caption mahasiswa yang bertolak-belakang dengan foto

(6)

Journal of Communication Sciences (JCoS) Vol 1 No 2

unggahan. Menurut mahasiswa, caption selain berguna untuk mengekspresikan diri juga memperluas jaringan komunikasi dan sebagai media promosi.

Selain caption, Instagram juga telah menyediakan fitur story (InstaStory) yang memungkinkan penggunanya untuk berbagi foto, video dan keluh kesah tentang diri si pengguna. Namun, fitur ini hanya bertahan dalam waktun 24 jam saja. Dari story tersebut, mahasiswa dapat berbagi segala kegiatan atau curahan hati. Tanpa disadari, dengan InstaStory yang dibagikan , mahasiswa dapat melakukan pengungkapan diri atau

self-disclosure. Beragam hal dibagikan oleh para mahasiswa ke dalam instaram story mereka, seperti

momen kebersamaan, capture chat, quotes motivasi, rekaman lagu hingga cerita galau. Dengan membagikan kisah mereka ke dalam InstaStory tentunya mereka memiliki tujuan tertentu yaitu menunjukkan seperti apa diri mereka kepada publik dan mengharapkan komen atau jawaban dari InstaStory mereka.

Berbeda dengan caption, InstaStory juga adalah salah satu fitur Instagram dimana mahasiswa dapat mengekspresikan perasaan dan permasalahannya secara live. Jika pada caption, mahasiswa berkespresi dengan kalimat bijak (quotes motivasi) atau hanya sebatas kata-kata singkat memberikan keterangan unggahannya, berbeda pada InstaStory, mahasiswa mengaku lebih bebas mengekspresikan perasaan termasuk masalah yang sedang dihadapinya. Pada InstaStory, mahasiswa berani mengungkapkan permasalahan pribadinya dengan harapan teman dapat memberikan komentar ataupun memberikan solusi. Selain masalah kuliah dan organisasi, mereka mengakui dapat dengan bebasnya menyatakan pendapat atau opininya terhadap suatu masalah termasuk ungkapan yang menyinggung seseorang. Dari InstaStory ini pula, mahasiswa berharap story mereka mendapatan komentar balik dari teman atau pembacanya atau memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapinya.

Tidak sedikit mahasiswa yang membagikan keluh kesahnya dalam InstaStory. Mereka bercerita mengenai masalah yang bersifat pribadi seperti masalah asmara. Mereka tak segan mencurahkan isi hatinya ke dalam story yang termasuk ruang publik. Hal ini dilakukan karena mereka membutuhkan tempat bagi dirinya untuk didengar, dimengerti, dipahami dan direspon oleh orang lain mengenai apa yang terjadi pada dirinya.

Tidak semua responden pengguna Instagram tergolong orang yang terbuka (extrovert). Beberapa diantara mereka mengaku tetap bijak menggunakan caption dan InstaStory. Jika mereka ingin membagikan kisahnya dalam InstaStory, mereka akan berfkiri dan memilah kisah yang patut dipublish dan mana yang tidak. Mahasiswa akan berfikir terlebih dahulu apakah kisahnya akan memberikan dampak baik bagi dirinya maupun orang lain yang melihat dan membacanya.

Selain caption dan InstaStory, mahasiswa juga dapat mengekspresikan dirinya dan mengungkapkan masalahnya melalui direct message atau disingkat DM. Melalui DM, mahasiswa dapat menyampaika isi hati,

(7)

Journal of Communication Sciences (JCoS) Vol 1 No 2

opini dan permasalahannya kepada teman yang bisa dipercaya. Mahasiswa mengakui melalui fitur DM, mereka tida perlu kuatir keluh kesah dan masalah mereka bisa dibaca dan diketahui orang lain.

Mahasiswa mengakui fitur DM sangat membantu mereka berkomunikasi dengan teman atau orang lain yang bisa dipercaya membantu masalah yang dihadapi. DM juga menjadi sarana membangun perhatian dan kepercayaan antar mahasiswa. Semakin sering mahasiswa berkomunikasi melalui DM, semakin terbangun kepercayaan terhadap temannya sehingga akan membuat mahasiswa lebih terbuka mengungkapkan permasalahan dan solusi yang diharapkan. DM dijadikan sebagai media berbagi informasi lebih detail baik masalah identitas, kegiatan, masalah bahkan asmara. Karena bersifat pribadi, DM menjadi jembatan untuk membangun kepercayaan dengan teman lainnya. Dengan terbangunnya kepercayaan di antara mereka, maka seseorang akan semakin terbuka menceriterakan dirinya kepada orang lain karena mereka memiliki hubungan timbal balik dan saling memberikan support yang positif.

Self-disclosure yang berhubungan dengan aktivitas mahasiswa

Mahasiswa juga telah menggunakan Instagram sebagai media untuk mengekspresikan kegiatan-kegiatan di kampus. Foto kegiatan bisa mereka unggah pada fitur caption dan juga InstaStory. Foto kegiatan dilengkapi dengan caption atau keterangan nama kegiatan, pelaksana kegiatan, waktu pelaksanaan dan lokasi kegiatan.

Foto kegiatan mahasiswa yang dibagikan dapat berupa foto kegiatan sendiri dan foto kegiatan kelompok atau organisasi. Mahasiswa menyatakan bahwa unggahan kegiatan mereka memberikan pengaruh yang baik kepada mahasiswa lainnya. Mahasiswa yang belum mengetahui atau minim informasi tentang kegiatan program study atau di kampus misalnya, tertarik bergabung setelah memberikan komentar pada caption mereka. Selain itu, unggahan kegiatan ini juga sebagai sarana megekspresikan diri mahasiswa melalui kegiatan-kegiatan positif.

Selain kegiatan praktek dan kegiatan organisasi yang mereka bagikan, mahasiswa juga menggunakan Instagram sebagai tempat berjualan. Meka mempromosikan produk mereka lewat feed Instagram dan juga InstaStory. Kehadiran Instagram ternyata juga memudahkan mahasiswa menjual produk baik produk sendiri maupun produk hasil kreativitas kelompok mahasiswa.

Fungsi Self-disclosure Mahasiswa di Instagram

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa mahasiswa lebih suka mengunggah foto dan kegiatan mereka di Instagram daripada di Facebook. Mahasiswa mengatakan Instagram lebih cocok bagi kalangan mahasiswa untuk mengungkapkan ekspresi dirinya baik dalam bentuk foto, video maupun berkeluh kesah lewat story mereka. Dari temuan di lapangan, beberapa fungsi dari self-disclosure mahasiswa di Instagram sehingga menjadi pilihan mahasiswa mengungkapkan dirinya adalah:

1) Mengekspresikan perasaan. Melalui InstaStory, mahasiswa mengungkapkan permasalahannya mulai dari perasaan bahagia, rasa kesal, pengharapan, rasa kecewa. Beberapa kata atau kalimat yang

(8)

Journal of Communication Sciences (JCoS) Vol 1 No 2

pernah ditulis oleh responden di InstaStory-nya adalah I hate you, Kamu ternyata pendusta, Semoga sukses final hari ini, Kecewa, Semoga bisa lebih baik dari hari ini, Dosen tiba-tiba batalkan perkulihan!, Semoga kamu mendapatkan yang lebih baik dari aku, Allah Maha Tahu, Terimakasih, kamu memang motivatorku, dan lain-lain. Melalui ungkapan ekspresi perasaan ini, mahasiswa dapat sedikit melepaskan diri dari permasalahan yang dihadapi dan berharap mendapat jawaban atau balasan, ataupun support sebagai perhatian singkat dari dari story-nya.

2) Mengembangkan diri. Salah satu fungsi Instagram adalah media untuk mengembangkan diri. Hal ini karena dengan unggahan story, foto atau video tentang dirinya atau kegiatannya, mahasiswa akan mendapatkan timbal balik dari orang lain berupa jawaban, support, solusi, dan saran-saran (feedback). Dari feedback itulah mahasiswa dapat menilai dan menimbang sesuatu yang baik, positif atau memberikan dampak bagi dirinya. Dan hal ini akan sangat membantu mereka menemukan konsep diri sebenarnya. Feedback ini sangat penting karena mahasiswa mulai memusatkan diri untuk bertindak dan berperilaku seperti orang dewasa atau orang yang mendekati usia kematangan (Hurlock, 1990). Berbagai tuntutan yang dihadapi seperti tuntutan untuk menyelesaikan kuliah sesuai dengan waktunya, tuntutan bekerja, berumah tangga dan tuntutan lainnya terkadang membuat mahasiswa diliputi kecemasan. Kecemasan tersebut sangat perlu dikomunikasikan guna mendapatkan support dan masukan dari orang lain. Melalui feedback Instagram, mahasiswa banyak mendapatkan saran bahkan solusi dari masalahnya. Diharapkan dari feedback yang diberikan, dapat meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa dalam mengembangkan pergaulan yang lebih baik.

3) Penjernihan diri. Terkadang feedback yang diberikan tidak terbatas pada support dan masukan sebagai solusi dari masalah yang diungkapkan, namun terkadang feedback yang diberikan disertai dengan pandangan dan penjelasan lengkap tentang masalah yang dihadapi. Bahkan terkadang disertai dengan kutipan pendapat para ahli dan kutipan ayat-ayat Al-Quran. Dari pandangan dan penjelasan tersebut mahasiswa akan menimbang lagi solusi masalahnya dengan lebih jernih sehingga mahasiswa akan menyikapi dan mengambil keputusan yang lebih bijak terhadap masalahnya.

4) Mempermudah komunikasi. Beberapa mahasiswa mengakui merasa nyaman mengungkapan diri, perasaan, dan permasalahannya melalui fitur-fitur di Instagram. Hal ini karena mahasiswa terkadang diliputi rasa malu bila mengungkapkannya secara langsung atau face to face. Melalui Instagram, mahasiswa berani mengungkapkan perasaannya tanpa diliputi oleh rasa malu, kuatir dan rasa takut. Melalui Instagram, komunikasi terjalin dengan mudah

Empat fungsi self-disclosure mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Pangkep di Instagram memiliki fungsi yang tidak jauh berbeda dengan fungsi self-disclosure yang dijelaskan oleh Derlega dan Grzelak (1994:254)

(9)

Journal of Communication Sciences (JCoS) Vol 1 No 2

yaitu expression (ekspresi), self-clarification (penjernihan diri), social validation (keabsahan sosial), dan relation development (perkembangan hubungan). Jika dikaitkan dengan teori self-disclosure model Johari Window, dapat dikatakan bahwa pengungkapan diri mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Pangkep banyak dilakukan di daerah publik (public area) dimana hampir seluruh responden menyatakan bahwa mereka membagikan informasi, perasaan, keinginan dan gagasannya secara terbuka sehingga orang lain (publik) juga mengetahui informasi tentang diri mereka. Hal ini dilakukan karena mereka mengharapkan adanya feedback dari yang melihat dan membacanya.

Selain keterbukaan, mahasiswa Politeknik Pertanian juga melakukan pengungkapan diri pada daerah tersembunyi (hidden area). Hal ini karena beberapa mahasiswa juga mengakui bahwa tidak semua informasi dan masalah yang mereka hadapi harus diketahui oleh orang lain. Hal-hal yang bersifat sangat pribadi atau rahasia tetap disembunyikan dan tidak diungkap secara terang-terangan. Mahasiswa lebih bijak dengan menyaring dan memilah terlebih dahulu mana yang baik atau pantas dibagikan sehingga tidak semua orang dapat menilai tanpa menanyakan terlebih dahulu. Meskipun berada di daerah tersembunyi, namun mahasiswa mengakui terkadang mengungkapkan hal yang bersifat rahasia kepada orang yang betul-betul dipercaya melalui fitur pribadi Instagram (Direct Message) karena mereka membutuhkan umpan balik (feedback) dari orang lain. Terkadang pengungkapan ini berlangsung dengan baik dengan orang tertentu sehingga menjadi hubungan yang saling terbuka.

KESIMPULAN

1) Model aktualisasi self-disclosure mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Pangkep di Instagram dilakukan di daerah terbuka (public area). Mahasiswa mengungkapkan dirinya dengan baik. Mahasiswa membagikan identitas, informasi, perasaan, keinginan, gagasan serta aktivitas kampus secara terbuka karena mengharapkan feedback dari orang lain. Mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Pangkep juga melakukan pengungkapan diri secara tersembunyi; tidak semua informasi dan masalah yang mereka hadapi diungkapkan di area publik.

2) Fungsi-fungsi self-disclosure mahasiswa di Instagram adalah:

a) Mengekspresikan perasaan; mengungkapkan segala bentuk perasaan dan permasalahan serta mengembangkan pertemanan.

b) Mengembangkan diri; adanya timbal balik dari orang lain berupa jawaban, support, solusi, dan saran-saran (feedback).

c) Penjernihan diri; terkadang feedback yang diberikan disertai dengan pandangan dan penjelasan agar dapat menyikapi dan mengambil keputusan yang lebih bijak terhadap masalah.

d) Mempermudah komunikasi; pengungkapan secara langsung atau face to face tanpa diliputi oleh rasa malu, kuatir dan rasa takut akan lebih efektif.

(10)

Journal of Communication Sciences (JCoS) Vol 1 No 2 LITERATUR

Budi, Rayudaswati, 2011. Jurnal Ilmiah Komunikasi, Makassar. Universitas Muslim Indonesia.

Damaiyanti, Mukhripah. 2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan. Bandung:Refika Aditama. Fatimah, Enung. 2006. Psikologi Perkembangan, Bandung:CV. Pustaka Setia.

Hidayat, Dasrun, 2012. Komunikasi Antar Pribadi dan Medianya,Yogyakarta: Graha Ilmu. Herre, R. Dan Lamb, R. 1996. Ensiklopedia Psikologi, Terjemahan: Erdianti Kamil. Jakarta: Arcan.

Hurlock,E.B. 1990. Psikolog Perkembangan, Terjemahan: Istiwidayanti dan Sodjarwo. Jakarta: Erlangga. Maleong,L.J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi Cet. Ke-21. Bandung:PT Remaja Rosdakarya. Oktavianti, Ayu Mutiara, 2018. Skripsi: Instagram Stories sebagai Media Self-disclosure Mahasiswa.

Panuju, P. Dan Umami,I. 1999. Psikologi Remaja. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Potter, Patricia A. dan Anne Griffin P. 2010. Fundamental Keperawatan Buku. Jakarta: Salemba Medika. Purwandary, E.K., 2005. Penelitian Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: LPSP3UI. Rakhmat, Jalaluddin, 2003. Psikologi Komunikasi; Edisi Revisi, Bandung: Rosdakarya.

Sarwono, S.W., 2003. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sears, David O & Jonathan L. Freedman dkk. 1985. Psikologi Sosial; Edisi ke lima Jilid I, Jakarta: Erlangga. Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sunaryo, 2004. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta:EGC.

Referensi

Dokumen terkait