• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Akhir Modul 3_RAHMADI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tugas Akhir Modul 3_RAHMADI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Akhir Modul 1 Tugas Akhir Modul 1 1.

1. Carilah sedikitnya 3 artikel di jurnal online tentang topik Pancasila sebagai Dasar Negara.Carilah sedikitnya 3 artikel di jurnal online tentang topik Pancasila sebagai Dasar Negara. Kemudian buatlah analisis anda tentang topik tersebut.

Kemudian buatlah analisis anda tentang topik tersebut.

Analisis Jurnal 1 Analisis Jurnal 1 1.

1. Judul Judul : : Mempraksiskan Mempraksiskan Pancasila Pancasila dalam dalam penegakan penegakan hukum hukum di di IndonesiaIndonesia 2.

2. Peneliti Peneliti : : Syahrul Syahrul KiromKirom 3.

3. Penerbit Penerbit : Jurnal Ilmiah : Jurnal Ilmiah CIVIS, CIVIS, Volume Volume V, V, No No 1, 1, Januari Januari 20152015

http://journal.upgris.ac.id/index.php/civis/article/view/627/577 http://journal.upgris.ac.id/index.php/civis/article/view/627/577 4.

4. Metode Metode Penelitian Penelitian : Metode : Metode deskritptif-analitis deskritptif-analitis serta serta mengggunakan mengggunakan metode metode hermeneutik,hermeneutik, kemudian dilakukan pencarian data-data yang paling relevan dan kemudian dilakukan pencarian data-data yang paling relevan dan utama terkait dengan kajian implementasi pancasila dalam penegakan utama terkait dengan kajian implementasi pancasila dalam penegakan hukum serta selanjutnya dilakukan analisis yang lebih tajam sehingga hukum serta selanjutnya dilakukan analisis yang lebih tajam sehingga menghasilkan gagasan atau ide yang kreatif.

menghasilkan gagasan atau ide yang kreatif. 5.

5. Analisis Analisis : : Pada Pada jurnal jurnal tersebut, tersebut, peneliti peneliti mempersoalkan mempersoalkan terkait terkait merebaknyamerebaknya kasus korupsi, kolusi dan nepotisme serta lemahnya penegakan hukum kasus korupsi, kolusi dan nepotisme serta lemahnya penegakan hukum di Indonesia yang menciptakan kelumpuhan dalam bidang

di Indonesia yang menciptakan kelumpuhan dalam bidang hukum.hukum. Berdasarkan hipotesa peneliti, persoalan tersebut disebabkan para Berdasarkan hipotesa peneliti, persoalan tersebut disebabkan para penegak hukum mulai dari polisi, hakim dan Jaksa Agung tidak mampu penegak hukum mulai dari polisi, hakim dan Jaksa Agung tidak mampu mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Bahkan peneliti secara jelas dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Bahkan peneliti secara jelas dan tegas menyatakan banyak terdapat mafia hukum di institusi kejaksaan tegas menyatakan banyak terdapat mafia hukum di institusi kejaksaan dan kepolisian Republik I

dan kepolisian Republik Indonesia.ndonesia.

Pancasila hanya dijadikan sebagai sebuah identitas saja. Tapi, tidak Pancasila hanya dijadikan sebagai sebuah identitas saja. Tapi, tidak pernah diejawantahkan

pernah diejawantahkan di dalam di dalam kehidupan berbangskehidupan berbangsa dan bernegara,a dan bernegara, apalagi dal

apalagi dalam proses am proses penegakan hukum. penegakan hukum. Padahal Pancasila Padahal Pancasila sebagaisebagai sebuah pandangan hidup

sebuah pandangan hidup (way of life)(way of life) sudah seharusnya dijadikan alat sudah seharusnya dijadikan alat dan tindakan dalam setiap mengambil keputusan serta

dan tindakan dalam setiap mengambil keputusan serta kebijakan dalamkebijakan dalam sistem pemerintahan di Indonesia.

sistem pemerintahan di Indonesia.

Menurut peneliti, persoalan mengenai lunturnnya pemahaman bangsa Menurut peneliti, persoalan mengenai lunturnnya pemahaman bangsa Indonesia mengenai Pancasila menjadi tugas dari disiplin filsafat Indonesia mengenai Pancasila menjadi tugas dari disiplin filsafat pancasila. Filsafat pancasila sebagai dasar ilmu pengetahuan harus pancasila. Filsafat pancasila sebagai dasar ilmu pengetahuan harus mampu mengembangkan pancasila sebagai dasar-dasar hukum di mampu mengembangkan pancasila sebagai dasar-dasar hukum di Inonesia, yang sesungguhnya mempunyai nilai-nilai luhur untuk Inonesia, yang sesungguhnya mempunyai nilai-nilai luhur untuk mengatasi persoalan kebangsaan seperti persoalan carut-marutnya mengatasi persoalan kebangsaan seperti persoalan carut-marutnya penegakan hukum di Indonesia.

penegakan hukum di Indonesia. Menurut analisis saya, penelitian

Menurut analisis saya, penelitian berjudul “mberjudul “mempraksiskan Pancasilaempraksiskan Pancasila dalam penegakan hukum di Indonesia

(2)

sehingga menghasilkan rumusan yang cenderung normative dan tidak menjawab persoalan secara operasional. Bahkan menurut pemahaman saya, peneliti cenderung tendensius dan menggeneralisasi bahwa institusi kejaksanaan dan kepolisian adalah sumber mafia hukum di Indonesia tanpa diikuti data yang valid dan sahih. Padahal salah satu syarat utama sebuah penelitian adalah kesahihan data yang dijadikan acuan/pedoman.

Peneliti hanya menggunakan data kasus yang menimpa Indra Azwan, seorang pencari keadilan dari Kota Malang, yang anaknya tewas ditabrak perwira polisi menuntut keadilan di Jakarta. Persoalan hukum tersebut sampai saat ini belum terselesaikan (Kirom, 2009, Menjunjung Tinggi Keadilan Hukum Di Indonesia, Harian Pelita, Jakarta). Tetapi dari persoalan itu, peneliti kemudian mengeneralisir bahwa penegakan hukum di Indonesia diskriminatif dan setengah hati.

Meski demikian, saya sependapat dengan peneliti, pada bagian kesimpulan menyatakan bahwa nilai-nilai pancasila yang mengandung ajaran luhur sudah semestinya dapat dimplementasikan oleh aparat penegak hukum dalam menjalankan peran dan fungsi sesuangguhnya sebagai pembentukan dasar watak dan kepribadian bagi penegak hukum. Penerapan pancasila harus terus dikembangkan sebagai proses penyadaran dalam “hati”, “pikiran” menuju tindakan secara praksis, sehingga terlahirlah rasa keadilan sosial, rasa keadilan hukum, rasa perlindungan hukum bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dengan demikian, pancasila sebagai falsafah hidup bangsa harus menjadi petunjuk dan penerang dalam menjalankan segala kebijakan dalam hukum sehingga pancasila bisa dijadikan sebagai tujuan pembangunan bangsa Indonesia.

Analisis Jurnal 2

1. Judul : Menjaga eksistensi Pancasila dan penerapannya bagi masyarakat di era globalisasi

2. Peneliti : Ambiro Puji Asmaroini, M.Pd

3. Penerbit : JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 1, No. 2, Januari 2017 E-ISSN 2527-7057, P-ISSN 2545-2683

 journal.umpo.ac.id/index.php/JPK/article/download/307/336

4. Metode Penelitian : Tidak disebutkan. Kerangka penulisan hanya terdiri dari pendahuluan, pembahasan dan kesimpulan.

5. Analisis : Secara umum, peneliti hanya menyampaikan bahwa era globalisasi menjadikan bangsa di dunia tidak memiliki batasan. Globalisasi

(3)

merupakan gejala mengglobalnya sosio-cultural antar bangsa sehingga kultur antar bangsa di dunia seolah-olah melebur menjadi kultur dunia (global). Akibatnya hubungan antar bangsa semakin dekat.

Berjalannya globalisasi tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai penyebabnya. Dampaknya juga tidak bisa dihindarkan. Bagi masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia, globalisasi memiliki dampak positif dan negatif.

Globalisasi juga menimbulkan penyimpangan-penyimpang terhadap pengalaman Pancasila, mulai dari sila pertama hingga sila kelima. Untuk mengatasi penyimpangan tersebut, peneliti menjabarkan fungsi Pancasila antara lain; Pancasila sebagai identitas dan kepribadian bangsa, Pancasila sebagai sistem filsafat, pancasila sebagai sumber nilai Nilai dasar, Pancasila sebagai sistem etika, Pancasila sebagai paradigma keilmuan ekonomi, politik, hukum, dan pendidikan, Pancasila sebagai ideologi terbuka.

Analisis

Saya sependapat dengan peneliti yang menyatakan bahwa upaya yang dilakukan untuk mengatasi dampak negatif globalisasi dilakukan melalui pembudayaan nilai-nilai Pancasila, sehingga tidak sekedar memahami saja, namun dihayati dan diwujudkan dalam pengalaman setiap pribadi dan seluruh lapisan masyarakat sehingga menumbuhkan kesadaran dan kebutuhan, mempertajam perasaan, meningkatkan daya tahan, daya tangkal dan daya saing bangsa yang semuanya tercermin pada sikap tanggap dan perilaku masyarakat.

Pembudayaan nilai-nilai luhur Pancasila perlu diupayakan pada berbagai kelompok masyarakat baik kelompok profesi seperti tenaga kerja, notaris, guru dan pengacara, kelompok fungsional seperti wanita, pemuda, dan lain sebagainya.

Pancasila sebagai ideologi nasional mengatasi faham perseorangan, golongan, suku bangsa, dan agama. Sehingga semboyan ‘Bhineka Tungga Ika’ diterapkan bagi segala masyarakat Indonesia dalam kesatuan yang utuh Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila sebagai ideologi nasional berupaya meletakkan kepentingan bangsa dan Negara Indonesia ditempatkan dalam kedudukan utama di atas kepentingan yang lainnya.

Meski demikian, untuk menjaga eksistensi Pancasila dan penerapannya bagi masyarakat di era globalisasi, peneliti tidak menjelaskan lebih rinci apa yang mesti dilakukan masyarakat, terutama dalam tatanan

(4)

Analisis Jurnal 3

1. Judul : Peranan Pancasila dalam menumbuhkan karakter bangsa pada generasi muda di era global

2. Peneliti : Heryansyah Ginting

3. Penerbit : Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017 Vol. 1 No. 1 2 017, Hal. 197-201

semnastafis.unimed.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/06.-Hersyansyah-Ginting.pdf

4. Metode Penelitian : Tidak dijelaskan. Kerangka penulisan hanya terdiri dari pendahuluan, tinjauan pusataka, pembahasan dan simpulan.

5. Analisis : Jurnal ini akan membuktikan hipotesis bahwa pembangunan karakter bangsa Indonesia berdasarkan pancasila bertujuan untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang mandiri sesuai dengan cita-cita pancasila. Pembangunan karakter bangsa Indonesia menuju bangsa yang mandiri dalam menghadapi era global tersebut berfokus pada penanaman nilai-nilai pancasila terhadap generasi muda penerus bangsa yang secara aktif dilakukan oleh seluruh komponen bangsa bekerjasama dengan pemerintah.

Dalam jurnal tersebut, peneliti mengungkapkan bahwa salah satu permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini adalah memudarnya semangat nasionalisme dan patriotisme di kalangan generasi muda. Hal ini disebabkan banyaknya pengaruh budaya asing yang masuk di negara di Indonesia, akibatnya banyak generasi muda yang melupakan budaya sendiri karena menganggap bahwa budaya asing merupakan budaya yang lebih modern dibanding budaya bangsa sendiri. Hal ini berakibat nilai-nilai luhur bangsa banyak diabaikan hampir terjadi disebagian besar generasi muda.

Berbagai permasalahan yang timbul akibat rasa nasionalisme dan kebangsaan yang memudar banyak terjadi belakangan ini, banyak generasi muda atau pemuda yang mengalami disorientasi, dislokasi dan terlibat pada suatu kepentingan yang hanya mementingkan diri pribadi atau sekelompok tertentu dengan mengatasnamakan rakyat sebagai alasan dalam kegiatanya.

Untuk mengatasi kondisi tersebut, peran Pancasila sangat penting untuk tetap menjaga eksistensi kepribadian bangsa Indonesia, karena dengan adanya globalisasi batasan-batasan diantara negara seakan tak terlihat, sehingga berbagai kebudayaan asing dapat masuk dengan mudah ke masyarakat. Dengan berlandaskan Pancasila diharapkan pengaruh budaya asing bisa disaring sehingga generasi muda bisa menjadi generasi yang benar-benar cinta pada tanah air Indonesia.

(5)

Secara spesifik peneliti juga menegaskan bahwa peran pendidikan karakter bangsa serta pembangunan karakter bangsa dengan berlandaskan pancasila menjadi suatu hal yang sangat penting untuk menjadikan bangsa Indonesia mandiri di era globalisasi.

Saya sependapat dengan apa yang disajikan peneliti dalam jurnal tersebut. Garis pembatas yang tegas untuk menghadapi dampak globalisasi adalah daya saing bangsa (national competitiveness)  yang kuat untuk menjadi bangsa yang mandiri dengan berlandaskan pada pancasila. Pembangunan berdasarkan pancasila yang dilakukan oleh bangsa Indonesia melalui pembangunan di bidang ekonomi, politik, sosialbudaya dan pertahanan-keamanan dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing bangsa Indonesia dalam menghadapi globalisasi.

Namun untuk mencapai daya saing yang kuat tersebut dibutuhkan upaya besar dan peran aktif seluruh komponen bangsa Indonesia beserta pemerintah. Salah satu komponen yang berperan penting dalam upaya besar tersebut adalah pembinaan karakter generasi muda bangsa Indonesia sesuai dengan pancasila, khususnya karakter positif bangsa yang harus terus ditumbuh-kembangkan untuk memperkuat kemampuan adaptif dari daya saing bangsa sehingga dapat menjadi bangsa yang mandiri di era globalisasi.

Untuk mengaktualisasikan kemandirian tersebut, dituntut peran penting generasi muda Indonesia sebagai character enabler , character builders  dan character engineer . Meskipun untuk menjalankan ketiga peran tersebut, generasi muda masih membutuhkan dukungan serta bantuan dari seluruh elemen bangsa termasuk pemerintah, namun esensi utama dari pembangunan karakter bangsa Indonesia menuju bangsa mandiri adalah pentingnya peran generasi muda sebagai komponen bangsa yang paling strategis posisinya dalam memainkan proses transformasi karakter dan tata nilai pancasila di era globalisasi. Berdasarkan pembahasan yang disajikan peneliti dalam jurnal tersebut, menurut saya

Garis pembatas yang tegas untuk menghadapi dampak globalisasi adalah daya saing bangsa (national competitiveness) yang kuat untuk menjadi bangsa yang mandiri dengan berlandaskan pada pancasila. Pembangunan berdasarkan pancasila yang dilakukan oleh bangsa Indonesia melalui pembangunan di bidang ekonomi, politik, sosialbudaya dan pertahanan-keamanan dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing bangsa Indonesia dalam menghadapi globalisasi. Namun untuk mencapai daya saing yang kuat tersebut dibutuhkan upaya besar dan peran aktif seluruh komponen bangsa Indonesia beserta pemerintah.Salah satu komponen yang berperan penting dalam upaya besar tersebut adalah pembinaan karakter generasi muda bangsa Indonesia sesuai dengan pancasila, khususnya

(6)

karakter positif bangsa yang harus terus ditumbuh-kembangkan untuk memperkuat kemampuan adaptif dari daya saing bangsa sehingga dapat menjadi bangsa yang mandiri di era globalisasi

2. Pada peristiwa G30S/PKI, secara jelas ada upaya Partai Komunis Indonesia untuk mengambil alih kekuasaan secara paksa dan keinginan untuk menggantikan Pancasila Dasar negara. Buatlah analisis kritis anda tentang peristiwa tersebut dalam bentuk laporan tertulis.

Peristiwa G30S/PKI merupakan gerakan yang dilancarkan oleh Partai Komunis Indonesia dalam upaya mengambil alih kekuasaan sekaligus mengganti ideologi Pancasila. Gerakan ini dilancarkan dengan menculik dan membunuh para perwira tinggi Angkatan Darat yang dianggap menjadi musuh utama yang akan menghambat tujuan PKI merebut kekuasaan.

Akibat upaya kudeta yang dilancarkan PKI ini, tujuh perwira tinggi Angkatan Darat terbunuh pada dini hari 1 Oktober 1965, diantaranya Letnan Jendral Ahmad Yani (Menteri/Panglima AD), Mayor Jendral Haryono (Deputy Khusus) dibunuh di rumah kediaman kemudian dibawa ke Lubang Buaya. Lettu Piere Andreas Tendean (Ajudan menko Hankam KASAB Jenderal A.H. Nasution), Mayor Jenderal Suprapto (Deputy Pembinaan), Mayor Jenderal S. Parman (Asisten I), Brigjen D.I. Panjaitan ( Asisten IV), Brigjen Sutoyo Siswomiharjo ( Inspektur Kehakiman), diculik dan dibawa ke Lubang Buaya, disiksa dan dibunuh, dimasukkan sumur kering. Pembunuhan dipimpin oleh Letkol Untung simpatisan PKI dari Resimen Cakrabirawa.

Peristiwa G30S/PKI ini kemudian mumunculkan sosok Soeharto yang dibawah komandonya berhasil menemukan mayat para Dewan Jendral yang telah di bunuh di Lubang Buaya, Jakarta. Sejak saat itu, karier Soeharto semakin melejit hingga ia berhasil meraih tampuk kekuasaan sebagai presiden kedua di Indonesia.

Di masa kepemimpinannya, Soeharto membubarkan PKI dan menjadikanya partai terlarang melalui TAP MPRS Nomor 25 Tahun 1966 yang masih berlaku hingga saat ini. Di era orde baru pula, setiap tanggal 30 September, ditayangkan film penghianatan G30S/PKI yang oleh sebahagian pihak merupakan bentuk propaganda rezim orde baru.

Orde baru benar-benar menjadikan PKI dan segala sesuatu yang berkaitan dengan komunisme menjadi sesuatu yang dikhawatirkan akan mengancam kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara di Indonesia. Alhasil, segala hal berkaitan dengan PKI, termasuk individu yang pernah menjadi bagian dari partai tersebut di tumpas habis, bahkan banyak diantara mereka harus mengakhiri hidup di jeruji besi dan eksekusi mati.

Namun seiring jatuhnya kekuasaan Soeharto tahun 1998, kebenaran akan peristiwa G30S/PKI mulai diperdebatkan. Tercatat puluhan artikel, buku serta berbagai liputan media berupaya menelusuri jejak- jejak sejarah di balik peristiwa G30S/PKI yang pada akhirnya justru menyoroti adanya pelanggaran HAM

(7)

Bahkan dalam penelitian yang dilakukan Komnas HAM menyatakan peristiwa pembantaian yang berlangsung pasca tragedy G30S/PKI menelan korban yang banyak, diantaranya orang-orang yang tidak terlibat secara langsung dalam gerakan atau ideologi kontra-revolusi tahun 1965 (Kompas, 3/10/2015). Bahkan sejak Juli 2015, Central Intelegent of America (CIA) juga telah mendeklasifikasikan berkas-berkas rahasia mengenai operasi periode Oktober-Desember 1965 di Indonesia yang berisi catatan-catatan peristiswa G30S/PKI hasil operasi intelegent CIA (Tempo 5-11/10/2015).

Di era keterbukaan saat ini, peristiwa G30S/PKI justru menjadi perdebatan antara pihak-pihak yang setuju adanya rekonsiliasi dan pihak yang kontra adanya rekonsiliasi. Tak jarang, isu PKI dijadikan komoditas politik untuk meraih kekuasaan. Hal ini karena sebahagian besar masyarakat Indonesia percaya dan terlanjur dihantui rasa ketakutan akan kembangkinan komunis sebagai sebuah ideologi yang bertentangan dengan kepribadian bangsa.

Karena itu, ketika diminta menganalisis peristiwa G30S/PKI, saya berupaya untuk keluar dari framing perdebatan tentang benar atau tidaknya peristiwa tersebut. Sebagai generasi yang lahir di era orde baru dan merasakan era keterbukaan saat ini, saya lebih memilih menjadikan peristiwa tersebut sebagai pelajaran sejarah yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia. Faktanya, upaya perebutan kekuasaan yang dilakukan PKI telah memakan korban jiwa di kalangan perwira tinggi Angkatan Darat. Begitu juga sebaliknya, pemberantasan terhadap PKI yang dilakukan orde baru juga menimbulkan korban jiwa dari kelompok-kelompok masyarakat, termasuk yang tidak terlibat langsung pada peristiwa tersebut.

Selain itu, terlepas benar atau tidaknya peristiwa G30S/PKI telah memberikan pemahaman dan menyarkan kita semua bahwa ancaman terhadap perbedaan ideologi sangat berbahaya bagi bangsa Indonesia. Ancaman terhadap perbedaan ideologi itu nyata dan terjadi saat ini di Indonesia dengan munculnya berbagai bentuk pemberontakan dari kelompok separatis hingga aksi bom bunuh diri yang mengajarkan pemahaman radikal di tengah masyarakat.

Karena itu, sebagai ideologi yang dirumuskan dari akar budaya bangsa Indonesia, Pancasila harus benar-benar diimplementasi dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Sehingga berbagai ancaman dari dalam dan luar negeri dapat dibendung karena seluruh masyarakat memiliki sikap dan pandangan yang sama, yakni mempertahankan Pancasila sebagai ideologi terbaik bangsa.

3. Pengamalan subjektif Pancasila adalah pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Buatlah contoh perilaku yang sesuai dengan sila-sila Pancasila, sedikitnya 5 contoh  perilaku untuk setiap sila.

Perilaku yang sesuai dengan sila Pertama :

a. Saling menghormati antar umat ber-negara.

b. Menjalani perintah agama sesuai ajaran yang dianut masing-masing. c. Melaksanakan kewajiban dan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. d. Membina kerjasama dan tolong menolong antar umat ber-agama.

(8)

Perilaku yang sesuai dengan sila Kedua :

a. Mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban asasi setiap manusia tanpa membedakan. b. Mengembangkan sikap tenggang rasa.

c. Menyadari bahwa kita mempunyai hak dan kewajiban yang sama. d. Memperlakukan manusia sesuai harkat dan martabatnya.

e. Tidak semena-mena terhadap orang lain.

Perilaku yang sesuai dengan sila ketiga : a. Bangga dan cinta terhadap tanah air.

b. Mengembangkan sikap persatuan dan kesatuan. c. Memajukan pergaulan demi peraturan bangsa. d. Menjunjung tinggi persatuan Indonesia.

e. Mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi.

Perilaku yang sesuai dengan sila keempat :

a. Selalu memperdepankan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam menyelesaikan permasalahan.

b. Menghargai hasil musyawarah. c. Ikut serta dalam pemilihan umum.

d. Menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah serta memperpertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa.

e. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.

Perilaku yang sesuai dengan sila kelima : a. Menjunjung tinggi nilai kekeluargaan. b. Menghargai hasil karya orang lain.

c. Tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan pihak umum.

d. Suka melakukan perbuatan dalam rangka m ewujudkan kemajuan dan keadilan sosial. e. Mengembangkan silaturahmi, kekeluargaan dan kegotongroyongan

2. Silahkan membaca artikel pada jurnal https://ejournal.unpatti.ac.id/ppr_iteminfo_lnk.php?id=79 kemudian buat analisis kritis anda.

1. Judul : Kebijakan pemerintah dalam upaya melestarikan nilai-nilai Pancasila di era reformasi

2. Peneliti : J. Tjiptabudy

3. Penerbit : Jurnal Sasi Vol.16. No.3 Bulan Juli - September 2010

https://ejournal.unpatti.ac.id/ppr_iteminfo_lnk.php?id=79

5. Analisis : Jurnal ini menyajikan fakta sesungguhnya tentang kondisi kekinian Pancasila sebagai sebuah ideologi dan falsafah negara Indonesia.

(9)

Padahal sampai detik ini, Pancasila merupakan falsafah, dasar negara, ideologi negara. Ini berarti kita percaya bahwa Pancasila sebagai sumber inspirasi dan sumber solusi atas permasalahan bangsa.

Nyatanya pada era reformasi saat ini, Pancasila mulai tersingkir dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai Pancasila yang terkandung di dalam sila-silanya menjadi tidak termaknai dengan baik dalam pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Hal itu terjadi karena Pancasila, bagi sebagian masyarakat, baru sebatas hal yang mempengaruhi pola perasaan dan pola pikir, belum sampai ke perilaku kesehariannya atau pola tindakannya, sehingga ber akibat pada rendahnya ketahanan terhadap pengaruh luar yang mengedepankan kebutuhan materiil.

Pemerintah yang diharapkan menjadi penjaga dalam melestarikan nilai-nilai Pancasila ternyata tidak melahirkan kebijakan-kebijakan yang berlandaskan pada falsafah negara tersebut. Banyak kebijakan negara yang arahnya bertentangan dengan prinsip-prinsip atau pilar-pilar ekonomi Pancasila, seperti dalam kebijakan impor beras, kenaikan harga BBM, kebijakan rekapitulasi perbankan, utang luar negeri dan sebagainya, serta praktik ”markup” dan korupsi yang meluas di pemerintahan. Bagaimana mungkin mengharapkan implementasi Pancasila dalam bidang ekonomi dapat dilaksanakan oleh masyarakat luas, sementara pemerintah selaku pemilik kebijakan juga tak menjadikan Pancasila sebagai dasar pengambilan keputusan.

Disisi lain, masing-masing individu, baik itu kelompok masyarakat hingga kalangan pejabat pemerintahan mengapresiasikan pemikiran-pemikirannya dari ideologi-ideologi yang mereka pahami dalam realitas kehidupan. Masing-masing membentuk golongan dan kelompok-kelompok sendiri demi untuk mengkampanyekan ideologi-ideologi yang mereka yakini dan berusaha untuk mewabahi pikiran dan keyakinan masyarakat atas ideologi tersebut.

Begitu juga dalam lingkungan sosial masyarakat dengan cara dan tatanan hidup yang juga semakin mengabaikan nilai-nilai Pancasila. Terbukti dengan eksisnya kelompok-kelompok kiri dan kanan, fundamentalis, radikal dan liberal. Semuanya saling bersaing dan mengikis serta mengaburkan nilai-nilai Pancasila yg menjadi pengikat perbedaan dan pemersatu bangsa.

Atas dasar tersebut, sangatlah jelas bahwa untuk menjaga eksistensi dan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, dibutuhkan kebijakan nyata dari pemerintah yang mampu secara operasional menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam setiap pengambilan keputusan. Pemerintah sebagai pemegang mandat kekuasaan harus menjadikan Pancasila sebagai pedoman dan

(10)

mengedepan prinsip-prinsip dalam menjalan roda pemerintahan. Bagaimanapun, pemerintah memegang peranan penting agar Pancasila tetap eksis ditengah gempuran berbagai ideologi liberal dan radikal, termasuk era globalisasi yang memisahkan jarak antar bangsa-bangsa di dunia.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari hasil penelitian pengembangan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa e-LiteS pada materi jamur untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis yang

Digital Compositing dalam dunia film animasi adalah salah satu aspek kreatif pascaproduksi yang mencakup perencanaan, pelaksanaan atau membuat kombinasi antara visual satu

Bila kemungkinan terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui gaya kepemimpinan seperti apa yang diterapkan oleh pemimpin organisasi kemahasiswaan BEM IPB untuk pencapaian tujuan

Faktor-faktor yang memengaruhi respon setuju atau tidak responden pengemudi jasa transportasi angkutan umum kota (angkot) terhadap kenaikan harga BBM untuk setiap variabel

Memperhatikan indikator kinerja dari setiap jenis model yang dihasilkan dengan masukan set data testing, tampak nyata bahwa model tangki susunan gabungan berbasis AG cenderung

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas dalam aspek kesesuaian isi surat dengan topik adalah 56,16 % atau kategori kurang. Adapun rincian data tersebut dijelaskan