• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP PENINGKATAN SIRKULASI DARAH KAKI PADA PASIEN DIABETES MELITUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP PENINGKATAN SIRKULASI DARAH KAKI PADA PASIEN DIABETES MELITUS"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KECAMATAN MANTUP KABUPATEN LAMONGAN Alfiyah Ardhyah Yunita,

Virgianti Nur F, Mu’ah

…………...……….…… …… . .….

ABSTRAK

…… … ...………. …… …… . .…. Diabetes Mellitus merupakan penyakit degeneratif yang paling banyak diderita di Indonesia saat ini. Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia. Neuropati Perifer (gangguan syaraf pada kaki) merupakan komplikasi serius dari penyakit Diabetes Melitus. Untuk penatalaksanaan Neuropati Perifer tersebut perlu dilakukan senam kaki yang bertujuan untuk mencegah luka gangren pada pasien Diabetes Melitus.

Desain penelitian ini menggunakan metode one-group pra-post test design. Metode sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling. Sampel yang diambil sebanyak 30 responden yaitu penderita Diabetes Mellitus yang menjadi anggota DM club di puskesmas Mantup Lamongan selama bulan Januari sampai November 2010. Data penelitian ini diambil dengan menggunakan alat sphygmomanometer, stetoskop, dan alroji untuk pre dan post intervensi. Setelah ditabulasi, data dianalisis dengan uji Paired t Test dengan tingkat kemaknaan 0,000.

Hasil penelitian menunjukkan sebelum diberi perlakuan senam kaki pada pasien Diabetes Melitus nilai ABPI yaitu lebih dari sebagian besar mengalami penyakit arteri ringan yaitu 18 orang (60%) dan nadi yaitu lebih dari sebagian besar mengalami bradikhardi yaitu 16 orang (53,3%) dan setelah diberikan perlakuan senam kaki mengalami peningkatan yaitu untuk nilai ABPI sebagian besar mengalami sirkulasi darah normal 15 orang (50%) dan nadi lebih dari sebagian besar mengalami nadi normal sebanyak 19 orang (63,3%). Sedangkan dari pengujian statistik diperoleh hasil ada pengaruh senam kkai terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki pada pasien Diabetes Melitus dengan nilai signifikansi untuk nilai ABPI -4,958 dan nadi -4,397 (p<0,000).

Melihat hasil penelitian di atas, perlu suatu sosialisasi program pelaksanaan senam kaki yang dilakukan setiap perkumpulan pasien Diabetes Melitus yang dibina oleh tenaga kesehatan.

Kata Kunci : Senam Kaki, Sirkulasi Darah kaki (Nilai ABPI dan Karakteristik Nadi), Diabetes

Melitus

PENDAHULUAN

. …… . … … .

Sejalan dengan perkembangan jaman dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi, maka semakin banyak pula penyakit infeksi dan menular yang mampu diteliti dan diatasi. Namun tidak demikian dengan penyakit-penyakit degeneratif, penyakit degeneratif sudah ada di negara-negara besar seperti Amerika serikat, Eropa, Rusia, atau Jepang dan sekarang telah merambah ke negara yang sedang berkembang di dunia termasuk India, Afrika dan Indonesia. Adapun penyakit degeneratif contohnya Diabetes Melitus (DM). Menurut Smeltzer, Suzanne C (2002), Diabetes

Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia. Sedangkan menurut WHO, Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hiperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. Peter Cavanagh pakar kaki diabetik dari Claveland US, menyoroti problem kaki di masa yang akan datang, dimana pada tahun 2032 seiring dengan peningkatan jumlah penyandang Diabetes Melitus di dunia akan terjadi pula lonjakan masalah kaki diabetik.

(2)

Data Badan Kesehatan Dunia (WHO), saat ini Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar jumlah penderita Diabetes Melitus di dunia. Jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia meningkat tiga kali lipat dalam 10 tahun dan pada 2010 mencapai 21,3 juta orang. Sedangkan penderita Diabetes Melitus di wilayah Surabaya terus meningkat, bisa dikatakan pengidap DM saat ini mencapai 180.000 orang. Menurut Syaifudin dalam Febrianto (2008), sekitar 200.000 atau 12 persen dari penduduk Lamongan diduga terkena penyakit DM.

Hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 22-25 Desember 2010 di Puskesmas Mantup Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan, pada tahun 2010 total pasien DM Club mencapai 51 pasien. Neuropati perifer (gangguan saraf pada kaki) merupakan komplikasi serius dari diabetes. Dari data survey awal menunjukkan bahwa 3 dari 5 orang dengan diabetes (60%) mengalami gangguan neuropati perifer. Resiko neuropati perifer adalah sekitar 2 kali lipat lebih tinggi dibandingkan orang tanpa diabetes. Apabila neuropati perifer tidak dilakukan perawatan dengan baik maka dapat berkembang menjadi gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak jarang memerlukan tindakan amputasi. Menurut Sidartawan, Soegondo (2004), para ahli diabetes memperkirakan ¼ sampai ½ kejadian amputasi dapat dihindari dengan perawatan kaki yang baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa masih banyaknya pasien diabetes yang mengalami gangguan pada kaki seperti neuropati perifer, yang disebabkan karena sirkulasi darah kaki yang menurun.

Komplikasi Diabetes Melitus antara lain gangguan mata (retinopati), gangguan ginjal (nefropati), gangguan pembuluh darah (vaskulopati), dan kelainan pada kaki. Kaki adalah anggota gerak tubuh yang kurang memperoleh perhatian karena letaknya jauh dari pandangan dan pengamatan mata. Menurut Akhtyo (2009), komplikasi yang paling sering dialami pengidap diabetes adalah komplikasi pada kaki yang kini disebut kaki diabetes. Adanya masalah kaki

pada pasien Diabetes Mellitus karena pasien DM kurang mengontrol kadar glukosa darahnya, sehingga glukosa banyak menumpuk dipembuluh darah, hal tersebut yang menyebabkan sirkulasi darah di jaringan kurang termasuk di kaki, tanda dan gejala lainnya mencakup berkurangnya denyut nadi perifer dan neuropati perifer (pasien merasakan kebas atau kesemutan pada kaki). Dengan melakukan Senam kaki pada pasien DM yang melibatkan kelompok otot-otot utamanya (otot kaki), sehingga otot kaki berkontraksi secara teratur maka akan terjadi peningkatan laju metabolik pada otot yang aktif. Kemudian akan terjadi dilatasi pada arteriol maupun kapiler, menyebabkan lebih banyak jala-jala kapiler terbuka sehingga akan terjadi peningkatan sirkulasi darah kaki dan penarikan glukosa ke dalam sel. Melihat kondisi tersebut penanganan Diabetes Melitus perlu segera diatasi setelah dideteksi secara dini untuk mengurangi komplikasi selanjutnya dari Diabetes Mellitus seperti gangren.

Selama ini penatalaksanaan pencegahan komplikasi pada pasien Diabetes Mellitus hanya sebatas pada hal-hal yang biasa. Salah satu contohnya penyuluhan. Oleh karena itu, disini peneliti ingin memberikan satu solusi dalam penatalaksanaan pencegahan komplikasi yaitu intervensi secara langsung berupa senam kaki kepada pasien DM yang mengalami neuropati perifer yang bertujuan untuk pencegahan terjadinya gangren. Dari sudut ilmu kesehatan, tidak diragukan lagi bahwa olahraga apabila dilakukan sebagaimana mestinya menguntungkan bagi kesehatan. Selain itu telah lama pula olahraga digunakan sebagai bagian pengobatan Diabetes Melitus namun tidak semua olahraga dianjurkan bagi pengidap Diabetes Melitus karena dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diharapkan. Olahraga dilakukan secara teratur dan berkesinambungan dengan frekuensi 3-5 kali perminggu dan Intensitas 40-70% (ringan sampai sedang).

Salah satu jenis olahraga ringan yang bisa dilakukan pada penderita DM adalah senam kaki. Menurut S, Sumosardjuno (1986), senam kaki adalah kegiatan atau

(3)

latihan yang dilakukan oleh pasien Diabetes Melitus untuk mencegah terjadinya luka gangren dan membantu melancarkan sirkulasi darah bagian kaki. Menurut Wibisono (2009), senam kaki ini bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi darah sehingga nutrisi ke jaringan lebih lancar, memperkuat otot-otot kecil, otot betis, dan paha, serta mengatasi keterbatasan gerak sendi yang sering dialami oleh penderita Diabetes Melitus. Senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh penderita Diabetes Melitus dengan tipe 1 maupun 2. Namun sebaiknya diberikan sejak pasien didiagnosa menderita Diabetes Melitus sebagai tindakan pencegahan dini terjadinya gangren.

Dari latar belakang di atas serta banyaknya tujuan dari dilaksanakan senam kaki, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Pengaruh Senam Kaki Terhadap Peningkatan Sirkulasi Darah Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus (DM) Di Puskesmas Mantup Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan Tahun 2011 “.

METODOLOGI PENELITIAN

Menurut Nursalam (2008), desain penelitian merupakan strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian.

Menurut Nursalam (2008), desain penelitian dalam penelitian ini adalah menggunakan metode pra-eksperimental yaitu mencari keterkaitan antara dua variabel atau lebih, pendekatannya dengan cara one-group pra-post test design yaitu jenis penelitian yang mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah diintervensi.

HASIL

.

PENELITIAN

1. Data Khusus

1. Distribusi penilaian ABPI (An ankle

Brachial Pressure Index) sebelum dilakukan senam kaki pada pasien

Diabetes Mellitus

Tabel 1 Distribusi Nilai ABPI sebelum dilakukan Senam Kaki pada pasien Diabetes Mellitus

No. Nilai ABPI Sebelum

Ʃ %

1 Arteri tidak dapat terkompresi, pengerasan PVD

0 0

2 Penyakit arteri sedang 7 23,3 3 Penyakit arteri ringan 18 60 4 Sirkulasi arteri normal 5 16,7 5 Penyakit arteri berat atau

iskemik kaki

0 0

Total 30 100

Berdasarkan Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa dari 30 pasien DM sebelum diberi perlakuan senam kaki lebih dari sebagian pasien DM mengalami penyakit arteri ringan sebanyak 18 orang (60%) dan sebagian kecil pasien DM mengalami sirkulasi arteri normal sebanyak 5 orang (16,7%).

2. Distribusi penilaian ABPI (An ankle

Brachial Pressure Index) sesudah dilakukan senam kaki pada pasien

Diabetes Mellitus

Tabel 2 Distribusi Nilai ABPI sesudah dilakukan Senam Kaki pada pasien Diabetes Mellitus

No. Nilai ABPI Sesudah

Ʃ %

1 Arteri tidak dapat terkompresi, pengerasan

PVD

0 0

2 Penyakit arteri sedang 5 16,7 3 Penyakit arteri ringan 10 33,3 4 Sirkulasi arteri normal 15 50 5 Penyakit arteri berat atau

iskemik kaki

0 0

(4)

Berdasarkan Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa dari 30 pasien DM sesudah diberi perlakuan senam kaki sebagian pasien DM mengalami sirkulasi arteri normal sebanyak 15 orang (50%) dan sebagian kecil mengalami penyakit arteri sedang sebanyak 5 orang (16,7%).

3. Distribusi karakteristik denyut nadi dorsalis pedis sebelum dilakukan senam kaki pada pasien Diabetes Mellitus

Tabel 3 Distribusi karakteristik nadi dorsalis pedis sebelum dilakukan Senam Kaki pada pasien Diabetes Mellitus No. Karakteristik Nadi

dorsalis pedis Sebelum Ʃ % 1 Bradikhardi 16 53,3 2 Normal 14 46,7 3 Takhikardi 0 0 Total 30 100

Berdasarkan Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa dari 30 pasien DM sebelum diberi perlakuan senam kaki lebih dari sebagian pasien DM mengalami bradikhardi sebanyak 16 orang (53,3%) dan hampir sebagian yang mengalami nadi normal sebanyak 14 orang (46,7%).

4. Distribusi karakteristik denyut nadi dorsalis pedis sesudah dilakukan senam kaki pada pasien Diabetes Mellitus

Tabel 4 Distribusi karakteristik nadi dorsalis pedis sesudah dilakukan Senam Kaki pada pasien Diabetes Mellitus No Karakteristik Nadi dorsalis pedis Sesudah Ʃ % 1 Bradikardi 11 36,7 2 Normal 19 63,3 3 Takhikardi 0 0 Total 30 100

Berdasarkan Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa dari 30 pasien DM sesudah diberi perlakuan senam kaki lebih dari sebagian pasien DM mengalami nadi normal sebanyak 19 orang (63,3%) dan hampir sebagian mengalami bradikhardi sebanyak 11 orang (36,7%).

5. Tabel silang pengaruh senam kaki terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki (nilai ABPI) pada pasien Diabetes

Mellitus

Tabel 5 Tabel silang pengaruh senam kaki terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki (nilai ABPI) pada pasien Diabetes Mellitus

No. Senam Kaki

Nilai ABPI (An ankle Brachial Pressure Index) Arteri tidak dapat

terkompresi, pengerasan PVD Penyakit arteri sedang Penyakit arteri ringan Sirkulasi arteri normal Penyakit arteri berat atau iskemik kaki Total Ʃ % Ʃ % Ʃ % Ʃ % Ʃ % Ʃ % 1. Sebelum 0 0 7 23,3 18 60 5 16,7 0 0 30 100 2. Sesudah 0 0 5 16,7 10 33,3 15 50 0 0 30 100

Berdasarkan Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa dari 30 pasien DM sebelum diberi perlakuan senam kaki yang mengalami penyakit arteri sedang sebanyak 7 orang (23,3%) dan setelah diberi perlakuan senam kaki menjadi 5 orang (16,7%), pasien DM yang mengalami penyakit arteri ringan sebelum diberi perlakuan senam kaki

sebanyak 18 orang (60%) dan setelah diberi perlakuan senam kaki mengalami perubahan menjadi 10 orang (33,3%), dan pasien DM yang mengalami sirkulasi arteri normal sebelum diberi perlakuan senam kaki sebanyak 5 orang (16,7%) dan sesudah diberi perlakuan senam kaki mengalami peningkatan sebanyak 15 orang (50%).

(5)

Dari hasil uji SPSS menggunakan uji Paired t Test dengan hasil nilai p sig = 000 dimana p ≤ 0,05 maka Hı diterima, artinya terdapat pengaruh senam kaki terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki (nilai ABPI). 6. Tabel silang pengaruh senam kaki

terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki (karakteristik nadi dorsalis pedis) pada pasien Diabetes Mellitus Tabel 6 Tabel silang pengaruh senam kaki

terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki (karakteristik nadi dorsalis pedis) pada pasien

Diabetes Mellitus

No. Senam Kaki

Karakteristik Nadi Dorsalis Pedis Bradikh ardi Norma l Takhik ardi Total Ʃ % Ʃ % Ʃ % Ʃ % 1 Sebelum 16 53 ,3 1 4 4 6, 7 0 0 3 0 1 0 0 2 Sesudah 11 36 ,7 1 9 6 3, 3 0 0 3 0 1 0 0 Berdasarkan Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa dari 30 pasien DM sebelum diberi perlakuan senam kaki yang mengalami bradikhardi sebanyak 16 orang (53,3%) dan sesudah diberi perlakuan senam kaki menurun menjadi 11 orang (36,7%), pasien DM yang mengalami nadi normal sebanyak 14 orang (46,7%) sebelum diberi perlakuan senam kaki dan mengalami peningkatan sesudah diberi perlakuan senam kaki sebanyak 19 orang (63,3%).

Dari hasil SPSS menggunakan uji Paired t Test dengan hasil nilai p sig = 000 dimana p ≤ 0,05 maka Hı diterima, artinya terdapat pengaruh senam kaki terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki (karakteristik nadi dorsalis pedis).

PEMBAHASAN

.… .…

1. Nilai ABPI (An ankle Brachial Pressure Index) sebelum dilakukan

senam kaki pada pasien Diabetes Mellitus

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 30 pasien DM sebelum diberi perlakuan senam kaki lebih dari sebagian

pasien DM yang mengalami penyakit arteri ringan sebanyak 18 orang (60%) dan sebagian kecil pasien DM yang mengalami sirkulasi arteri normal yaitu sebanyak 5 orang (16,7%). Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui di Puskesmas Mantup Lamongan pada pasien DM yang mengikuti Club DM sebelum diberi perlakuan senam kaki lebih dari sebagian besar masih mengalami penyakit arteri ringan yaitu sebanyak 18 orang (60%). Secara subyektif pasien DM menyatakan merasakan kebas atau kesemutan pada kaki, dan biasanya pasien DM mengatasi kesemutannya dengan melakukan olahraga biasa seperti jalan kaki pada saat pagi hari.

Kategori nilai ABPI dikatakan penyakit arteri ringan apabila secara obyektif nilai ABPI menunjukkan skala 0,8 - 0,9, setelah dilakukan pemeriksaan tekanan darah nadi dorsalis pedis dibagi nadi brachialis. Menurut Vowden (2001), The Ankle Brachial Tekanan Indeks (ABPI) lebih sering dikenal sebagai ABI adalah rasio dari tekanan darah di kaki yang lebih rendah dibagi tekanan darah di lengan. Tekanan darah kaki yang rendah merupakan indikasi dari penyumbatan pembuluh darah (penyakit pembuluh darah perifer). ABI dihitung dengan membagi sistolik tekanan darah dalam dorsalis pedis arteri dengan tekanan darah sistolik di lengan. Menurut Soegondo Sidartawan, (2004) Penyebab terjadinya penyakit arteri perifer pada pasien DM tersebut pada umumnya karena adanya gangguan sirkulasi darah kaki yang disebabkan oleh keadaan hiperglikemia yang terus-menerus akan berdampak pada kemampuan pembuluh darah tidak berkontraksi dan relaksasi berkurang yang biasanya disebut dengan kaki diabetes. Hampir semua pasien DM mengalami penyakit arteri perifer ditandai dengan neuropati perifer atau rasa kesemutan pada kaki. Hal tersebut merupakan indikasi dari penyumbatan pada pembuluh darah (penyakit pembuluh darah perifer).

Terjadinya penyakit arteri perifer selain disebabkan oleh faktor penyakit DM, faktor usia juga mempengaruhi status sirkulasi darah kaki pada pasien Diabetes Mellitus, semakin usia meningkat (menua)

(6)

secara perlahan tubuh akan mengalami kemunduran struktur dan fungsi organ, sehingga keadaan sirkulasi darah kaki menurun selain karena penumpukan glukosa dalam pembuluh darah, faktor usia juga berperan. Di samping faktor usia, faktor lamanya responden menderita penyakit Diabetes Mellitus dan faktor GDA yang tidak terkendali atau hiperglikemia. Keadaan hiperglikemia yang terus-menerus akan mempunyai dampak pada kemampuan pembuluh darah tidak berkontraksi dan relaksasi berkurang. Hal ini mengakibatkan sirkulasi darah dalam tubuh menurun, terutama pada kaki. Sehingga glukosa darah tidak lancar masuk ke dalam jaringan atau sel-sel dalam tubuh, sehingga terjadi penyumbatan pada pembuluh darah terutama pada kaki atau sirkulasi darah kaki menjadi tidak lancar dan terjadi penyakit pembuluh darah perifer dengan gejala kesemutan pada kaki, yang ditandai dengan tekanan darah pada kaki yang menurun.

Pada prinsipnya senam kaki dilakukan secara teratur oleh pasien Diabetes Mellitus karena senam kaki mempunyai tujuan untuk memperlancar sirkulasi darah terutama pada kaki, dan mengurangi rasa kesemutan pada kaki karena sirkulasi darah akan meningkat karena adanya penarikan glukosa secara teratur terhadap penumpukan glukosa di dalam pembuluh darah. Pasien DM yang merasakan kesemutan pada kaki biasanya berupaya untuk menghilangkan atau mengurangi rasa kesemutannya tersebut dengan melakukan olahraga jalan kaki biasa setiap pagi hari. Untuk itu perlu adanya suatu solusi cara olahraga yang tepat untuk pasien DM yang mengalami penyakit arteri perifer yaitu senam kaki.

2. Nilai ABPI (An ankle Brachial Pressure Index) sesudah dilakukan

senam kaki pada pasien Diabetes Mellitus

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 30 orang pasien DM sesudah dilakukan senam kaki sebagian pasien DM mengalami sirkulasi arteri normal sebanyak 15 orang (50%) dan sebagian kecil pasien DM mengalami penyakit arteri sedang yaitu

sebanyak 5 orang (16,7%). Dari hasil penelitian tersebut bahwa di Puskesmas Mantup Lamongan pada pasien DM sesudah diberi perlakuan senam kaki sebagian besar pasien DM mengalami peningkatan tekanan darah arteri dorsalis pedis yang dinyatakan dalam penilaian ABPI dalam kategori penyakit arteri normal yaitu sebanyak 15 orang (50%).

Menurut S, Sumosardjuno (1986), senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien Diabetes Melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran (sirkulasi) darah bagian kaki. Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Kategori nilai ABPI pada pasien DM bisa normal dengan melakukan senam kaki. Kategori nilai ABPI dikatakan sirkulasi arteri normal apabila secara obyektif nilai ABPI menunjukkan skala 1,0-1,2, setelah dilakukan pemeriksaan tekanan darah nadi dorsalis pedis dibagi nadi brachialis. Hal ini disebabkan karena senam kaki melibatkan kelompok otot-otot utamanya sehingga terjadi peningkatan laju metabolik pada otot yang aktif. Kemudian akan terjadi dilatasi pada arteriol maupun kapiler, menyebabkan lebih banyak jala-jala kapiler terbuka sehingga akan terjadi peningkatan sirkulasi darah kaki dan penarikan glukosa ke dalam sel. Sehingga aliran darah normal pada kaki seperti aliran darah di jaringan lain pada tubuh.

Secara bertahap dan teratur pasien DM melakukan senam kaki dalam keseharianya disaat santai dan tetap aktif beraktifitas dengan pekerjaannya. Maka dari hal tersebut lebih dari sebagian besar pasien DM mengalami peningkatan sirkulasi darah. Dari data di atas yang menunjukkan peningkatan sirkulasi darah kaki sebagian besar dialami oleh pasien yang berumur 45-55 tahun, karena usia juga merupakan faktor yang mempengaruhi status sirkulasi darah. Selain itu pekerjaan dan lamanya pasien menderita penyakit DM. Dari data sebagian besar pasien DM bekerja sebagai petani, yang aktif beraktifitas, hali itu merupakan faktor lain yang mendukung peningkatan

(7)

sirkulasi darah kaki disamping melakukan senam kaki. Pekerjaan yang sering melibatkan otot-otot secara aktif untuk beraktifitas maka sirkulasi darah akan lebih lancar dibandingkan dengan seseorang yang lebih sering santai. Lamanya DM juga mampengaruhi peningkatan sirkulasi darah kaki, dari data di atas, sebagian besar pasien menderita penyakit DM kira-kira selama 2 tahun, hal itu disebabkan karena semakin lamanya menderita DM maka keaadaan hiperglikemia akan berdampak pada pembuluh darah dan sebaliknya jika menderita DM dalam waktu yang belum lama, dan bisa mengendalikan glukosa darah maka sirkulasi darah kakipun dalam sirkulasi yang normal. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa senam kaki adalah salah satu latihan fisik dalam penatalaksanaan DM yang bertujuan untuk memperlancar sirkulasi darah kaki.

3. Karakteristik nadi dorsalis pedis sebelum dilakukan senam kaki pada pasien Diabetes Mellitus

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 30 pasien DM lebih dari sebagian pasien DM sebelum diberi perlakuan senam kaki mengalami bradikhardi sebanyak 16 orang (53,3%) dan hampir sebagian mengalami nadi normal sebanyak 14 orang (46,7%). Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui di Puskesmas Mantup Lamongan pada pasien DM yang mengikuti Club DM sebelum diberi perlakuan senam kaki lebih dari sebagian besar masih mengalami bradikhardi sebanyak 16 orang (53,3%).

Menurut Potter and Perry (2005), nadi adalah aliran darah yang menonjol dan dapat diraba di berbagai tempat pada tubuh. Bradikhardi adalah frekuensi nadi yang lambat, dibawah 60 denyut per menit pada dewasa. Arteri dorsalis pedis yang terletak disepanjang bagian atas kaki, diantara tendon ekstensi dari jari kaki pertama dan besar, yang digunakan untuk mengkaji status sirkulasi darah ke kaki. Nadi merupakan indikator status sirkulasi darah. Sirkulasi merupakan alat melalui apa sel menerima nutrien dan membuang sampah yang dihasilkan dari metabolisme. Menurut

Smeltzer, Suzanne C. (2002), tanda-tanda dan gejala penyakit vaskuler perifer mencakup berkurangnya denyut nadi perifer klaudikasio intermiten, hal ini disebabkan karena sirkulasi darah yang buruk atau tidak lancar, terkadang disertai dengan neuropati perifer atau rasa kebas atau kesemutan.

Jadi apabila sirkulasi darah mengalami gangguan atau terjadi penyumbatan pada pembuluh darah seperti tekanan darah pada arteri dorsalis pedis menurun maka juga akan mempengaruhi frekuensi denyut nadi yang menurun atau bradikhardi. Hal ini disebabkan karena nadi merupakan indikator dari status sirkulasi darah dalam pembuluh darah.

4. Karakteristik nadi dorsalis pedis sesudah dilakukan senam kaki pada pasien Diabetes Mellitus

Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 30 pasien DM lebih dari sebagian pasien DM mengalami nadi normal sebanyak 19 orang (63,3%) dan hampir sebagian mengalami bradikhardi sebanyak 11 orang (36,7%). Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui di Puskesmas Mantup Lamongan pada pasien DM yang mengikuti Club DM sesudah diberi perlakuan senam kaki lebih dari sebagian besar pasien mengalami peningkatan menjadi nadi normal sebanyak 19 orang (63,3%).

Nadi dalam batas normal adalah frekuensi nadi 60-100 kali per menit. Sel akan berfungsi secara normal, harus ada sirkulasi darah yang kontinu dengan volume sesuai yang didistribusikan darah ke sel-sel atau jaringan yang membutuhkan nutrient. Maka dapat dijelaskan dengan senam kaki yang melibatkan otot-otot terutama pada kaki yang bertujuan memperbaiki sirkulasi darah kaki, maka apabila sirkulasi darah kaki normal maka denyut nadi akan berdenyut normal juga karena nadi merupakan indikator dari status sirkulasi darah dalam pembuluh darah.

Setelah responden melakukan atau mengaplikasikan sendiri senam kaki dalam sehari-hari maka sirkulasi darah akan normal dan rasa kesemutan semakin berkurang dan nadipun dalam frekuensi normal. Secara

(8)

subyektif responden menyatakan bahwa responden melakukan senam kaki pada saat istirahat secara teratur, dan secara obyektif pemeriksaan nadi responden dalam frekuensi normal.

5. Pengaruh senam kaki terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki (nilai ABPI) pada pasien Diabetes Mellitus

Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 30 pasien DM yang sebelum diberi perlakuan senam kaki yang mengalami penyakit arteri sedang sebanyak 7 orang (23,3%) dan setelah diberi perlakuan senam kaki menjadi 5 orang (16,7%), pasien DM yang mengalami penyakit arteri ringan sebelum diberi perlakuan senam kaki sebanyak 18 orang (60%) dan setelah diberi perlakuan senam kaki mengalami perubahan menjadi 10 orang (33,3%), dan pasien DM yang mengalami sirkulasi arteri normal sebelum diberi perlakuan senam kaki sebanyak 5 orang (16,7%) dan sesudah diberi perlakuan senam kaki mengalami peningkatan sebanyak 15 orang (50%). Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui di Puskesmas Mantup Lamongan pada pasien DM yang mengikuti Club DM sesudah diberi perlakuan senam kaki dapat disimpulkan bahwa dari data di menunjukkan lebih dari sebagian besar pasien DM mengalami peningkatan sirkulasi arteri normal sebanyak 15 orang (50%).

Dari hasil penelitian diatas dapat menunjukkan hampir seluruh responden nilai ABPI dalam batas normal atau sirkulasi arteri normal ini disebabkan karena mekanisme sirkulasi arteri normal akibat dilakukan senam kaki karena rangsangan dari aktifitas gerakan otot-otot yang aktif pada saat melakukan gerakan senam kaki ataupun aktifitas dalam sehari-hari, sehingga rangsangan dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga dapat melancarkan sirkulasi darah di dalam jaringan atau sel di tubuh terutama di bagian kaki. Dengan melakukan senam kaki pada pasien DM yang melibatkan kelompok otot-otot utamanya (otot kaki), sehingga otot kaki berkontraksi secara teratur maka akan terjadi peningkatan laju metabolik pada otot yang aktif.

Kemudian akan terjadi dilatasi pada arteriol maupun kapiler, menyebabkan lebih banyak jala-jala kapiler terbuka sehingga akan terjadi peningkatan sirkulasi darah kaki dan penarikan glukosa ke dalam sel. Sehingga aliran darah normal pada kaki seperti aliran darah di jaringan lain pada tubuh (Soegondo Sidartawan, 2004).

Dengan demikian, dapat peneliti simpulkan bahwa gangguan sirkulasi darah kaki dapat diatasi dengan tindakan seperti senam kaki. Karena Latihan fisik merupakan salah satu prinsip dalam penatalaksanaan penyakit Diabetes Melitus. Senam kaki sendiri merupakan penatalaksanaa DM dengan pendekatan non farmakologi dalam mengatasi gejala kesemutan yang disebabkan karena gangguan sirkulasi darah kaki dan dapat memperlancar sirkulasi darah kaki. Hal ini disebabkan karena efek dari senam kaki yang dapat meningkatkan sirkulasi darah kaki. Dengan efek senam kaki dan faktor lain yang mempengaruhi, maka nilai ABPI dapat menjadi normal.

Hal ini dapat dipertegas dengan uji SPSS menggunakan uji Paired t Test dengan hasil nilai p sig = 000 dimana p ≤ 0,05 maka Hı diterima, artinya terdapat pengaruh senam kaki terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki pada pasien Diabetes Mellitus.

6. Pengaruh senam kaki terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki (karakteristik nadi dorsalis pedis) pada pasien Diabetes Mellitus

Berdasarkan Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa dari 30 pasien DM sebelum diberi perlakuan senam kaki yang mengalami bradikhardi sebanyak 16 orang (53,3%) dan sesudah diberi perlakuan senam kaki menurun menjadi 11 orang (36,7%), pasien DM yang mengalami nadi normal sebanyak 14 orang (46,7%) sebelum diberi perlakuan senam kaki dan mengalami peningkatan sesudah diberi perlakuan senam kaki sebanyak 19 orang (63,3%). Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui di Puskesmas Mantup Lamongan pada pasien DM yang mengikuti Club DM sesudah diberi

(9)

perlakuan senam kaki dapat disimpulkan bahwa dari data di atas menunjukkan lebih dari sebagian besar pasien DM mengalami peningkatan sirkulasi arteri normal sebanyak 15 orang (50%).

Jantung manusia terletak di rongga dada tepatnya di atas diafragma. Jantung terdiri dari dari empat ruang yaitu 2 serambi dan dua bilik. Setiap kali jantung berdenyut terdapat gelombang darah baru yang mengisi arteri. Bila tidak ada distensibilitas sistem arteri, semua darah tersebut akan segera mengalir melalui pembuluh darah perifer hanya selama periode sistol, dan tidak akan ada darah yang mengalir selama diastole. Perbedaan kedua tekanan sistol dan diastole disebut tekanan nadi. Dua faktor utama yang mempengaruhi tekanan nadi yaitu Curah isi sekuncup dari jantung dan komplians (distensibilitas total) dari percabangan arteri, faktor ketiga tetapi kurang penting berperan adalah sifat ejeksi dari jantung selam periode sistol. Pada umumnya makin besar curah isi sekuncup, makin besar pula jumlah darah yang harus di tampung di percabangan arteri pada setiap denyut jantung, dan karena itu, makin besar peningkatan dan penurunan tekanan selama sistol dan diastole akan menyebabkan makin besarnya tekanan nadi. Sebaliknya, semakin kecil komplians sistem arteri, makin besar kenaikan tekanan yang akan terjadi akibat isi sekuncup darah yang dipompa ke dalam arteri. Maka sebenarnya tekanan nadi kira-kira ditentukan oleh perbandingan isi sekuncup dengan komplians dari percabangan arteri. Oleh karena itu, setiap keadaan sirkulasi yang mempengaruhi salah satu dari faktor ini akan mempengaruhi pula tekanan nadi. Jantung juga membutuhkan makanan agar kerjanya maksimal. Makanan itu diperoleh dari nadi tajuk (arteria koronaria). Darah yang dipompa keluar jantung memiliki kekuatan dan kecepatan mengalir tertentu. Kekuatan ini dilanjutkan oleh pembuluh nadi. Karena kekuatan otot pembuluh nadi bersifat elastis, maka nadi ikut berdenyut.

Dari hasil penelitian diatas menunjukkan lebih dari sebagian besar responden karakteristik nadinya dalam frekuensi normal hal ini disebabkan karena

senam kaki merupakan suatu latihan fisik dengan cara menggerakkan bagian kaki secara aktif sesuai dengan gerakan senam kaki yang akan mempengaruhi sistem sirkulasi darah kaki dan meningkatkan frekuensi nadi. Dengan senam kaki yang melibatkan otot-otot terutama pada kaki yang bertujuan memperbaiki sirkulasi darah kaki, maka apabila sirkulasi darah kaki normal maka denyut nadi akan berdenyut normal juga karena nadi merupakan indikator dari status sirkulasi darah dalam pembuluh darah. Frekuensi nadi ditentukan oleh peningkatan dan penurunan sistol dan diastole setiap denyut jantung. Sehingga apabila keadaan sistol dan diastol terjadi penurunan atau peningkatan, maka denyut nadi juga akan terjadi penurunan atau peningkatan juga. Dalam penelitian ini untuk menentukan peningkatan sirkulasi darah kaki selain dengan menilai ABPI juga ditentukan dari frekuensi nadi. Dapat disimpulkan bahwa sirkulasi darah kaki ditentukan oleh nilai ABPI dan frekuensi nadi.

Hal ini dapat dipertegas dengan hasil uji SPSS menggunakan uji Paired t Test dengan hasil nilai p sig = 000 dimana p ≤ 0,05 maka Hı diterima, artinya terdapat pengaruh senam kaki terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki pada pasien Diabetes Mellitus.

KESIMPULAN

DAN SARAN

. …

1. Kesimpulan

1) Lebih dari sebagian nilai ABPI (An ankle Brachial Pressure Index) responden pada pasien Diabetes Mellitus sebelum dilakukan senam kaki mengalami penyakit arteri ringan

2) Sebagian nilai ABPI (An ankle Brachial Pressure Index) responden pada pasien Diabetees Mellitus setelah dilakukan senam kaki mengalami sirkulasi arteri normal 3) Lebih dari sebagian karakteristik

responden pada pasien Diabetes Mellitus sebelum dilakukan senam kaki mengalami karakteristik bradikhardi

(10)

4) Lebih dari sebagian karakteristik nadi responden pada pasien Diabetees Mellitus setelah dilakukan senam kaki mengalami karakteristik nadi normal

5) Ada pengaruh senam kaki terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki pada pasien Diabetees Mellitus di Puskesmas Mantup Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan 2. Saran

Diharapkan masyarakat khususnya pasien Diabetes Mellitus lebih aktif dalam menerapkan senam kaki setelah mendapatkan pengetahuan tentang senam kaki Diabetes Mellitus.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam menerapkan senam kaki terhadap pasien Diabetes Mellitus.

Diharapkan sebagai salah satu masukan untuk pengembangan rencana asuhan keperawatan khususnya pada pasien Diabetes Mellitus untuk selalu menjaga kesehatan kakinya guna mencegah terjadinya luka gangren pada pasien Diabetes Mellitus.

Perlunya peneliti lebih lanjut dengan menggunakan jumlah responden yang lebih besar dan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur sirkulasi darah.

. . .

DAFTAR PUSTAKA

. . . Akhtyo. (2009). Senam Kaki Pada Pasien

Diabetes Melitus.

http://www.kuliah-keperawatan.co diakses tanggal 01 Desember 2010 pukul 12:00.

Arief, Mansjoer (1999). Diabetes Mellitus? Apa shi? http: //drarief.com/ diakses tanggal 03 Desember 2010. Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineke Cipta. Aru W. Sudoyo. (2006). Ilmu Penyakit

Dalam. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Budiarto, Eko. (2001). Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC.

Febrianto. (2008). Melihat Aktivitas Pengidap Diabetes Mellitus di Lamongan. www.jawapos.com tanggal 28 Desember 2010.

Guyton, Arthur C. (1992). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit Edisi III. Jakarta : EGC.

Guyton, Arthur C. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran; Edisi 9. Jakarta: EGC.

Hayens, B. dkk. (2003). Buku Pintar Menaklukkan Hipertensi. Jakarta: Ladang Pustaka.

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2003). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Metode

Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

Karim. (2002). Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Petugas Kesehatan. http://pbprimaciptautama.blogspot. Diakses tanggal 01 Desember 2010 pukul 12.00.

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia). (2002). Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta : CV.Aksara Buana.

(11)

Potter and Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Prabowo. (2007). Mengenal dan Merawat

Kaki Diabetik.

http://www.pikiran-rakyat.com diakses tanggal 02 Desember 2010 pukul 11.00.

Probosuseno. (2007). Agar Olahraga Bermanfaat Untuk Kesehatan. http://www.republika.co.id

diakses tanggal 02 Desember 2010 pukul 12.00.

S, Sumosardjuno. (1986). Manfaat dan Macam Olahraga bagi Penderita Diabetes Melitus. Bandung. Sidartawan, Soegondo. (2004).

Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia. Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku ajar

keperawatan medikal bedah edisi 8. Jakarta : EGC.

Soekidjo, Notoatmodjo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Soewondo, Pradana. (2007). Hidup Sehat dengan Diabetes. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Syaifuddin. (2002). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan edisi 3. EGC: Jakarta.

Vowden,P. (2001). Doppler Assessement and ABPI: Interpretation in the management of leg ulceration. www.worldwidewounds.com diakses tanggal 03 Desember 2010 pukul 13.00.

Wajan Juni Udjianti. (2007). Ankle brachial pressure index (ABPI) dan compression bandage.Surabaya. http:// APBI.com diakses tanggal 04 Desember 2010 pukul 11.00. Wibisono. (2009). Senam Khusus Untuk

Penderita Diabetes.

http://senamkaki.com 01 Desember 2010 pukul 13.00.

Word Health Organization. (2000). Pencegahan Diabetes Mellitus. Jakarta: Hipokrates.

Gambar

Tabel  1  Distribusi  Nilai  ABPI  sebelum dilakukan  Senam  Kaki  pada pasien Diabetes Mellitus
Tabel  4  Distribusi  karakteristik  nadi dorsalis  pedis  sesudah dilakukan  Senam  Kaki pada  pasien Diabetes Mellitus No Karakteristik Nadi dorsalis pedis Sesudah Ʃ % 1 Bradikardi 11 36,7 2 Normal 19 63,3 3 Takhikardi 0 0 Total 30 100

Referensi

Dokumen terkait

Tidak terdapat perbedaan pengaruh akut dan kronis yang signifikan antara jalan kaki dan senam kaki terhadap kadar glukosa darah penderita diabetes mellitus tipe 2... ix

Setelah diberikan perlakuan dengan melakukan senam kaki dengan koran selama 7 hari berturut-turut, terjadi peningkatan sensitivitas kaki rata-rata pada kelompok

Hal ini dapat disebabkan karena klien tersebut selain belum pernah mendapatkan senam kaki di Puskesmas, responden tersebut juga belum pernah mendapatkan senam

Hasil penelitian diperoleh bahwa perbedaan rata-rata selisih kadar gula darah sewaktu pada kelompok eksperimen yang diberi perlakuan senam kaki adalah -

Hasil penelitian diperoleh bahwa perbedaan rata-rata selisih kadar gula darah sewaktu pada kelompok eksperimen yang diberi perlakuan senam kaki adalah -

Senam kaki diabetes dapat membantu sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki, serta untuk meningkatkan sensitivitas kaki,

Perbedaan Kadar Glukosa Darah Sebelum dan Sesudah Diberikan Senam Ergonomik Tabel 3 Perbedaan kadar glukosa darah sebelum dan sesudah diberikan senam kaki diabetik pasien Diabetes

Efektifitas Senam Kaki Diabetes Melitus Dengan Koran Terhadap Tingkat Sensitivitas Kaki Pada Pasien Dm Tipe 2.. Pekanbaru: Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau, dalam