PENGARUH SENAM KAKI
TERHADAP PENINGKATAN SIRKULASI DARAH KAKI
PADA PASIEN PENDERITA DIABETES MELITUS
DI RSUP.HAJI ADAM MALIK
SKRIPSI
Oleh
Juliani Nasution
061101053
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul : Pengaruh Senam Kaki terhadap Peningkatan Sirkulasi Darah kaki pada Pasien Penderita Diabetes melitus Di RSUP H.A.M. Medan
Peneliti : Juliani Nasution
Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara Nim : 061101053
Tahun : 2009/2010
Tanggal Lulus :
Pembimbing Penguji I
………... ...
(Rosina Tarigan S.Kp,M.Kep,Sp.KMB) (Ikhsanuddin Ahmad S.Kp,MNS )
NIP. 1973 1031 200212 2 002 NIP. 1974 0826 200212 1002
Penguji II
...
(Rika Endah Nurhidayah S.Kep, M.Pd)
NIP. 1976 0120 200012 2 001
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui skripsi ini
sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan
………. ……….
(Erniyati, S.Kp, MNS) (dr. Dedi Ardinata, M.Kes)
NIP. 19671208 199903 2 001 NIP. 19681227 199802 1 002
Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan. Dekan Fakultas Keperawatan
Judul : Pengaruh Senam Kaki Terhadap Peningkatan Sirkulasi darah Kaki pada Pasien Diabetes Melitus Di RSUP Haji Adam Malik Medan
Nama Mahasiwa : Juliani Nasution
NIM : 061101053
Jurusan : Sarjana Keperawatan
Tahun : 2010
Abstrak
Senam kaki dapat membantu memperbaiki peredaran darah yang terganggu dan memperkuat otot-otot kecil kaki pada pasien diabetes dengan neuropati. Selain itu dapat memperkuat otot betis dan otot paha, mengatasi keterbatasan gerak sendi dan mencegah terjadinya deformitas. Keterbatasan jumlah insulin pada penderita DM mengakibatkan kadar gula dalam darah meningkat hal ini menyebabkan rusaknya pembuluh darah, saraf dan struktur internal lainnya sehingga pasokan darah ke kaki semakin terhambat, akibatnya pasien DM akan mengalami gangguan sirkulasi darah pada kakinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam kaki dalam Meningkatkan Sirkulasi Darah Kaki pada Pasien Diabetes Melitus sebelum dan sesudah di berikan perlakuan senam kaki di RSUP Haji Adam Malik Medan. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 10 orang. 5 orang kelompok intervensi dan 5 orang kelompok kontrol. Desain penelitian yang digunakan adalah quasy eksperiment. Data penelitian dianalisa dengan uji paired t-test yaitu t-dependent dan t-independent. Berdasarkan hasil analisa data diketahui bahwa ada perbedaan sirkulasi darah sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki dengan nilai p=0,001 (p<0,05). Sedangkan pada kelompok intervensi dan kontrol diperoleh p=0,002 (p=<0,05) yang menunjukkan bahwa ada perbedaan peningkatan sirkulasi darah antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol Instrument penelitian menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Kesimpulan dari penelitian ini adalah senam kaki dapat meningkatkan sirkulasi darah kaki pada pasien Diabetes Melitus di RSUP Haji Adam Malik Medan. Saran untuk pendidikan keperawatan agar mengintegrasikan materi ini dalam pendidikan keperawatan, untuk peraktek keperawatan diharapkan perawat yang bekerja di ruangan tersebut mampu melakukan senam kaki dan mengajarkannya kepada pasien dan untuk peneliti selnjutnya dapat memperbanyak sampel penelitian, memperluas ruang lingkup penelitian yang lebih mewakili sampel dan sebaiknya menggunakan alat yang lebih sensitf untuk mengukur sirkulasi darah kaki
PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Senam Kaki dalam
Meningkatkan Sirkulasi Darah Kaki pada Pasien Penderita Diabetes Melitus di RSUP
H. Adam Malik Medan”.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Sarjana
keperawatan dan penerapan ilmu dalam mata kuliah riset keperawatan. Pada
kesempatan ini izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara dan Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Rosina Tarigan S.Kp,M.Kep,Sp.KMB selaku dosen pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan
masukan-masukan yang bermanfaat bagi skripsi ini
3. Bapak Ikhsanuddin Ahmad S.Kp,MNS selaku dosen penguji I
4. Ibu Rika Endah dan bu fatwa selaku dosen penguji II
5. Bapak Mula Tarigan S.Kp, selaku dosen pembimbing akademik
6. Seluruh dosen dan staf pengajar serta civitas akademik Fakultas Keperawatan
USU yang telah memberi bimbingan selama perkuliahan
7. Terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orangtuaku tercinta, Bapak Amlan
do’a sehingga skripsi ini terselesaikan, kepada kedua kakak,abang dan adikku,
Zubaidah nur dan ummi aisyah, Zulhadi dan Dina Maghriani yang selalu
memberikan semangat dan motivasi
8. Para responden yang telah bersedia berpartispasi selama proses penelitian
berlangsung dan tiap anggota keluarga responden yang ikut mendukung
penelitian ini
9. Sahabat dan tetangga-tetanggaku di Gg. Anyelir IV yang selalu
meramai-ramaikan hari-hari penulis
10.Teman-teman sejawat di FAKULTAS KEPERAWATAN USU jalur-A 2006
(Ros, Ina, Lia, Elin, Ani, Evi, dan lain-lain yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu) dan semua pihak yang telah banyak membantu dan memberi dorongan
untuk menyelesaikan skripsi ini
11.Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya satu
persatu yang telah banyak membantu peneliti baik dalam menyelesaikan
perkuliahan di Fak. Keperawatan USU
Semoga segenap bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada
penulis mendapat imbalan yang setimpal dari ALLAH SWT. Semoga tulisan ini
dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dibidang keperawatan dan
untuk meningkatkan pelayanan keperawatan.
Medan, Juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Lembar Persetujuan... i
Abstrak ... ii
Prakata ... iii
Daftar Isi ... v
Daftar Skema ... vii
Daftar gambar ... viii
Daftar Tabel ... ix
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. pertanyaan Penelitian ... 4
C. tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus ... 6
1. Klasifikasi ... 6
2. Gambaran Klinik... 8
3. Faktor Resiko ... 9
4. Pemeriksaan Diagnostik ... 11
5. Penatalaksanaan ... 12
6. Komplikasi ... 14
B. Senam Kaki Diabetes ... 17
1. Defenisi... 17
2. Tujuan ... 18
3. Indikasi dan Kontraindikasi ... 18
4. Prosedur ... 18
5. Hal yang di evaluasi ... 23
6. Dokumentasi Tindakan... 23
C. Sirkulasi Darah pada Pasien Diabetes melitus ... 24
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN A. Kerangka Konseptual ... 27
B. Defenisi Operasional ... 28
C. Hipotesis ... 29
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 30
B. Populasi dan Sampel ... 30
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33
E. Instrumen Penelitian ... 34
F. Alat dan bahan... 34
G. Pengumpulan Data ... 34
H. Analisa Data ... 35
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN A. ... Hasil Penelitian ... 38
B. ... Pemba hasan ... 44
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 48
B. ... Rekom endasi ... 48
DAFTAR PUSTAKA ... 50
LAMPIRAN ... Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 52
Lampiran 2. Kuesioner Data Demografi ... 53
Lampiran 3. Cara Mengukur Sirkulasi Darah pada Pergelangan Kaki . 55 Lampiran 4. Lembar observasi hasil pengukuran sirkulasi darah... 56
Lampiran 5. Prosedur gerakan senam kaki ... 58
Lampiran 8 lembar Taksasi Dana ... 60
Lampiran 9. Riwayat Hidup ... 61
DAFTAR SKEMA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Pesien duduk di atas kursi ………...19
Gambar 2 Tumit kaki di lantai dan jari-jari kaki diluruskan ke atas…………....20
Gambar 3 Tumit kaki di lantai sedangkan telapak kaki di angkat………....21
Gambar 4 Ujung kaki diangkat ke atas………..22
Gambar 5 Jari-jari kaki di lantai………....22
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik demografi ... 40 2. Distribusi frekuansi peningkatan sirkulasi darah kaki pada pasien Diabetes
melitus ... 41 3. Perbedaan peningkatan sirkulasi darah kaki pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol sebelum dan sesudah senam kaki ... 43 4. Pengaruh senam kaki terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki pada pasien
Judul : Pengaruh Senam Kaki Terhadap Peningkatan Sirkulasi darah Kaki pada Pasien Diabetes Melitus Di RSUP Haji Adam Malik Medan
Nama Mahasiwa : Juliani Nasution
NIM : 061101053
Jurusan : Sarjana Keperawatan
Tahun : 2010
Abstrak
Senam kaki dapat membantu memperbaiki peredaran darah yang terganggu dan memperkuat otot-otot kecil kaki pada pasien diabetes dengan neuropati. Selain itu dapat memperkuat otot betis dan otot paha, mengatasi keterbatasan gerak sendi dan mencegah terjadinya deformitas. Keterbatasan jumlah insulin pada penderita DM mengakibatkan kadar gula dalam darah meningkat hal ini menyebabkan rusaknya pembuluh darah, saraf dan struktur internal lainnya sehingga pasokan darah ke kaki semakin terhambat, akibatnya pasien DM akan mengalami gangguan sirkulasi darah pada kakinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam kaki dalam Meningkatkan Sirkulasi Darah Kaki pada Pasien Diabetes Melitus sebelum dan sesudah di berikan perlakuan senam kaki di RSUP Haji Adam Malik Medan. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 10 orang. 5 orang kelompok intervensi dan 5 orang kelompok kontrol. Desain penelitian yang digunakan adalah quasy eksperiment. Data penelitian dianalisa dengan uji paired t-test yaitu t-dependent dan t-independent. Berdasarkan hasil analisa data diketahui bahwa ada perbedaan sirkulasi darah sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki dengan nilai p=0,001 (p<0,05). Sedangkan pada kelompok intervensi dan kontrol diperoleh p=0,002 (p=<0,05) yang menunjukkan bahwa ada perbedaan peningkatan sirkulasi darah antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol Instrument penelitian menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Kesimpulan dari penelitian ini adalah senam kaki dapat meningkatkan sirkulasi darah kaki pada pasien Diabetes Melitus di RSUP Haji Adam Malik Medan. Saran untuk pendidikan keperawatan agar mengintegrasikan materi ini dalam pendidikan keperawatan, untuk peraktek keperawatan diharapkan perawat yang bekerja di ruangan tersebut mampu melakukan senam kaki dan mengajarkannya kepada pasien dan untuk peneliti selnjutnya dapat memperbanyak sampel penelitian, memperluas ruang lingkup penelitian yang lebih mewakili sampel dan sebaiknya menggunakan alat yang lebih sensitf untuk mengukur sirkulasi darah kaki
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia (Brunner & Sudarth, 2001).
Sedangkan menurut WHO, Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis
yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama,
mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat
dikontrol.
Peter Cavanagh pakar kaki diabetik dari Claveland US, menyoroti problem
kaki di masa yang akan datang, dimana pada tahun 2032 seiring dengan peningkatan
jumlah penyandang diabetes melitus di dunia akan terjadi pula lonjakan masalah kaki
diabetik. Di negara China, dengan jumlah penduduk yang lebih dari 1 milyar, saat ini
diperkirakan terdapat 40 juta penyandang diabetes, jika diperkirakan 10% diantaranya
mengalami problem kaki diabetik maka akan terdapat 4 juta penyandang diabetes
yang mengalami problem kaki dibetik. Publikasi mengenai kaki diabetikpun mulai
meningkat dari 6 buah pada tahun 1996 menjadi 306 pada tahun 2005.
Data WHO, saat ini Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah
diperkirakan mencapai 14 juta orang, dimana baru 50 % yang sadar mengidapnya dan
diantara mereka baru sekitar 30 % yang datang berobat teratur (WHO 2008 dalam
Candra, 2008)
Gangguan kesehatan komplikasi Diabetes Melitus antara lain gangguan mata
retinopati, gangguan ginjal nefropati, gangguan pembuluh darah vaskulopati, dan
kelainan pada kaki. Komplikasi yang paling sering adalah terjadinya perubahan
patologis pada anggota gerak bawah yang disebut kaki diabetik diabetic foot. Dalam
kondisi keadaan kaki diabetik, yang terjadi adalah kelainan persarafan neuropati,
perubahan struktural, tonjolan kulit kalus, perubahan kulit dan kuku, luka pada kaki,
infeksi dan kelainan pembuluh darah.
Neuropati perifer (kerusakan saraf) merupakan komplikasi serius dari
diabetes. Data terbaru menunjukkan bahwa satu dari 5 orang dengan diabetes (20%)
memiliki neuropati perifer. Risiko neuropati perifer adalah sekitar 2 kali lipat lebih
tinggi dibandingkan orang tanpa diabetes. Kombinasi neuropati perifer dengan
masalah yang terkait dengan suplai darah ke kaki dapat menyebabkan ulkus kaki dan
penyembuhan luka lambat. Infeksi ini dapat mengakibatkan luka amputasi, 40–70%
dari seluruh amputasi ekstremitas bawah disebabkan oleh Diabetes Melitus.
Keadaan kaki diabetik lanjut yang tidak ditangani secara tepat dapat
berkembang menjadi suatu tindakan pemotongan amputasi kaki. Adanya luka dan
masalah lain pada kaki merupakan penyebab utama kesakitan morbiditas,
ketidakmampuan disabilitas, dan kematian mortalitas pada seseorang yang menderita
diabetes melitus (Prabowo, 2007). Komplikasi yang paling sering dialami pengidap
(Akhtyo, 2009). Diabet es Melit us adalah sebagai penyeba b utama a mputasi
ekstremit as bawah no n traumat ic di Amerika Serikat . Amputasi kaki
karena diabetes merupakan 50% total amputasi di Amerika Serikat. Data
dari RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta menunjukkan bahwa angka
amputasi juga masih sangat tinggi, yaitu sebesar 23 %. Didapatkan pula bahwa
30-50% pasien yang telah diamputasi akan memerlukan tindakan amputasi kaki
sebelahnya dalam jangka 1 – 3 tahun. Dalam 1 tahun pasca amputasi 14,8 %
meninggal dan meningkat 37 % pada pengamatan 3 tahun. Melihat kondisi tersebut
penanganan Diabetes Melitus perlu segera diatasi setelah dideteksi secara dini untuk
mengurangi komplikasi dari diabetes mellitus.
Dari sudut ilmu kesehatan, tidak diragukan lagi bahwa olah raga apabila
dilakukan sebagaimana mestinya menguntungkan bagi kesehatan dan kekuatan pada
umumnya. Selain itu telah lama pula olah raga digunakan sebagai bagian pengobatan
diabetes melitus namun tidak semua olah raga dianjurkan bagi pengidap diabetes
melitus (bagi orang normal juga demikian) karena dapat menimbulkan hal-hal yang
tidak diharapkan. Olahraga yang dilakukan adalah olahraga yang terukur, teratur,
terkendali dan berkesinambungan. Frekuensi yang dianjurkan adalah 3-5 kali
perminggu. Intensitas yang dianjurkan sebesar 40-70% (ringan sampai sedang).
Salah satu jenis olah raga yang dianjurkan terutama pada penderita usia lanjut
adalah senam kaki (Akhtyo, 2009). Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang
dilakukan oleh pasien diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan
Senam kaki ini bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi darah sehingga nutrisi
ke jaringan lebih lancar, memperkuat otot-otot kecil, otot betis, dan otot paha, serta
mengatasi keterbatasan gerak sendi yang sering dialami oleh penderita Diabetes
Melitus (wibisono, 2009). Senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh penderita
Diabetes Melitus dengan tipe 1 maupun 2. Namun sebaiknya diberikan sejak pasien
didiagnosa menderita Diabetes Melitus sebagai tindakan pencegahan dini. Menurut
Wibisono, yang menjadi Ketua Persatuan Diabetes Indonesia, senam kaki ini
berpengaruh untuk memperbaiki sirkulasi darah.
Dari pengamatan (Dian, 2008) di Rumah Sakit. Dr. Oen Solo Baru pada
tanggal 7 Mei 2007 banyak penderita Diabetes Melitus yang mengikuti senam kaki,
karena disamping menyehatkan tubuh juga sangat memungkinkan untuk dapat
mengikutinya. Program senam tersebut memungut biaya yang murah, sehingga
senam tersebut sudah banyak di kenal di seluruh lapisan masyarakat. Dian juga
pernah melakukan penelitian tentang senam ini pada tahun 2009. Tetapi pada
penelitian tersebut memfokuskan pada lansia saja. Pada tahun yang sama
(Cinta,2009) juga melakukan penelitian tentang pengaruh senam kaki dalam
mencegah kaki diabetik.
Karena itu penulis tertarik meneliti tentang pengaruh senam kaki terhadap
peningkatan sirkulasi darah pada kaki pasien penderita Diabetes Melitus di Ruang
Rindu A1dan A2 RSUP. Haji. Adam Malik Medan.
1. Bagaimana sirkulasi darah pada kaki pasien penderita Diabetes Melitus
sebelum dilakukan senam kaki?
2. Bagaimana sirkulasi darah pada kaki pasien penderita Diabetes Melitus
sesudah dilakukan senam kaki?
3. Bagaimana perubahan peningkatan sirkulasi darah kaki pada pasien penderita
Diabetes Melitus?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi sirkulasi darah pada kaki pasien penderita Diabetes Melitus
sebelum dilakukan senam kaki.
2. Mengidentifikasi sirkulasi darah pada kaki pasien penderita Diabetes Melitus
sesudah dilakukan senam kaki.
3. Mengidentifikasai perubahan sirkulasi darah kaki pasien penderita Diabetes
Melitus sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki
3. Membandingkan perubahan sirkulasi darah kaki pada kelompok intervensi
dan kontrol
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan banyak manfaat kepada
berbagai pihak yaitu :
1. Pendidikan Keperawatan
Sebagai informasi tambahan bagi peserta didik dalam materi pembelajaran
asuhan keperawatan Medikal bedah, tentang salah satu intervensi keperawatan yang
dapat digunakan untuk meningkatkan sirkulasi darah kaki pada pasien Diabetes
2. Praktek Keperawatan
Sebagai evidence base bagi praktik keperawatan di semua tatanan pelayanan
kesehatan baik di Rumah Sakit maupun di masyarakat.
3. Penelitian Keperawatan
Dapat digunakan sebagai data dasar pada pengembangan penelitian
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan penyakit endokrin akibat defek dalam sekresi dan
kerja insulin atau keduanya sehingga terjadi defisiensi insulin, dimana tubuh
mengeluarkan terlalu sedikit insulin atau insulin yang dikeluarkan resisten sehingga
mengakibatkan kelainan metabolisme kronis berupa hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan
komplikasi kronik pada sistem tubuh (Pinzur, 2008).
1. Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (1997)
sesuai anjuran Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) adalah:
1.1Diabetes Mellitus Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
Diabetes Melitus tipe ini dikenal sebagai diabetes yang tergantung insulin.
Tipe ini berkembang jika tubuh tidak mampu memproduksi insulin. Jenis ini biasanya
muncul sebelum usia 40 tahun. Menurut Suddarth & Brunner (2002) Diabets Melitus
tipe ini disebabkan oleh Faktor Genetik dimana penderita diabetes tidak mewarisi
diabetes tipe I itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan
ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA. Faktor Imunologi yaitu
adanya respon autoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-sel
pulau Langerhans dan insulin endogen. Faktor lingkungan dimana Virus atau toksin
tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
2.1 Diabetes Mellitus Tipe II : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM)
Diabetes Melitus yang tidak tergantung insulin dan terjadi akibat penurunan
sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin). Disebabkan karena turunnya
kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan
untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel tidak mampu mengimbangi
resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin.
Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan
glukosa. Namun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin
lain, berarti sel pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa (Mansjoer dkk,
2001).
3.1 Diabetes Mellitus Tipe III
Diabetes Melitus tipe ini dapat disebabkan oleh faktor atau kondisi lainnya
seperti: Subtipe genetik spesifik, biasanya disebut Maturity-onset diabetes of the
young (MODY) , defek genetic yang terjadi akibat disfungsi sel- beta, perbedaan
encoding reseptor insulin. Penyakit Eksokrin pada pancreas berkaitan dengan
dengan pemakaian bahan-bahan kimia dan obat-obatan dalam jangka panjang
mengakibatkan encoding kromosom dan reseptor berubah. Dapat juga disebabkan
oleh Diabetes Melitus yang berkaitan dengan imunitas tubuh Autoantibodi.
4.1 Diabetes Melitus Gestasional
Merupakan suatu gangguan toleransi karbohidrat yang terjadi atau diketahui
pertama kali saat kehamilan berlangsung (Nursemierva, 2001). Definisi ini juga
mencakup pasien yang sebetulnya masih mengidap Diabetes Melitus tetapi belum
terdeteksi, dan baru diketahui saat kehamilan berlangsung. Faktor resiko Diabetes
Melitus Gestasional ialah abortus berulang, riwayat melahirkan anak meninggal tanpa
sebab yang jelas, riwayat pernah melahirkan bayi dengan cacat bawaan, pernah
melahirkan bayi lebih dari 4000 gram, pernah pre-eklamsia, Polihidramion. Faktor
predisposisi Diabetes Melitus Gestasional adalah umur ibu hamil lebih dari 30 tahun,
riwayat Diabetes Melitus dalam keluarga, pernah mengalami diabetes melitus
gestasional pada kehamilan sebelumnya, infeksi saluran kemih berulang-ulang selama
hamil (PERKENI, 2002).
2. Gambaran Klinik
Gambaran klinis awal pada Diabetes Melitus adalah Poliuri (banyak kencing)
disebabkan karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap
ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotik diuresis dimana gula banyak
menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing. Polidipsi
(banyak minum) disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan
banyak karena poliuri sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
mengalami starvasi (lapar) sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan.
Walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada
sampai pada pembuluh darah. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga
berkurang disebabkan karena kehabisan glikogen yang telah dilebur menjadi glukosa,
maka tubuh mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan
protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah
cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan
lemak sehingga klien dengan Diabetes Melitus walaupun banyak makan akan tetap
kurus. Mata kabur yang disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol
fruktasi) karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa,
sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
3. Faktor Resiko
Faktor resiko Diabetes Melitus dibagi menjadi faktor yang dapat diubah dan
faktor yang tidak dapat diubah. Faktor resiko yang dapat diubah yaitu Berat badan
berlebih dan obesitas. Obesitas berhubungan dengan besarnya lapisan lemak dan
adanya gangguan metabolik. Kelainan metabolik tersebut umumnya berupa resistensi
terhadap insulin yang muncul pada jaringan lemak yang luas. Sebagai kompensasi
akan dibentuk insulin yang lebih banyak oleh sel beta pankreas sehingga
mengakibatkan hiperinsulinemia. Obesitas berhubungan pula dengan adanya
kekurangan reseptor insulin pada otot, hati, monosit dan permukaan sel lemak. Hal
ini akan memperberat resistensi terhadap insulin. Gula darah tinggi yang tidak
ditatalaksana dapat menyebabkan kerusakan saraf, masalah ginjal atau mata, penyakit
darah dapat berupa; Makanan atau snack dengan karbohidrat yang lebih banyak dari
biasanya, kurangnya aktivitas fisik, infeksi atau penyakit lain, perubahan hormon,
misalnya selama menstruasi, dan stress. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk
menilai gula darah tinggi adalah pemeriksaan gula darah puasa (GDP). Seseorang
dikatakan menderita diabetes apabila kadar GDP =126 mg/dl (PERKENI, 2002)
Tekanan darah tinggi yang menyebabkan jantung akan bekerja lebih keras dan resiko
untuk penyakit jantung dan diabetes lebih tinggi. Kurangnya aktifitas fisik dapat
diatasi cukup dengan menambah kegiatan harian. Merokok, dapat meningkatkan
resiko serangan jantung dan peningkatan tekanan darah. Faktor resiko yang tidak
dapat diubah (Harbuwono, 2008) yaitu Usia, bertambahnya usia menyebabkan
risiko diabetes dan penyakit jantung semakin meningkat. Kelompok usia yang
menjadi faktor risiko diabetes adalah usia lebih dari 45 tahun. Ras dan suku bangsa,
dimana bangsa Amerika Afrika, Amerika Meksiko, Indian Amerika, Hawaii, dan
sebagian Amerika Asia memiliki risiko diabetes dan penyakit jantung yang lebih
tinggi. Hal itu sebagian disebabkan oleh tingginya angka tekanan darah tinggi,
obesitas, dan diabetes pada populasi tersebut. Jenis kelamin yang memungkinan pria
menderita penyakit jantung lebih besar daripada wanita. Namun, jika wanita telah
menopause maka kemungkinan menderita penyakit jantung pun ikut meningkat
meskipun prevalensinya tidak setinggi pria. Riwayat Keluarga yang salah satu
anggota keluarganya menyandang diabetes maka kesempatan untuk menyandang
4. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic yang mendukung Diabetes Melitus adalah
peningkatan glukosa darah sesuai dengan kriteria diagnostik WHO, 1985 jika
Glukosa plasma sewaktu (random)>200mg/dl (11,1 mmol/L), Glukosa plasma puasa
>140 mg/dl (7,8 mmol/L), dan Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam
kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post-prandial/ pp
>200mg/dl). Pemeriksaan lain adalah aseton plasma yang positif, asam lemak bebas
(kadar lipid dan kolesterol) meningkat, elektrolit lebih banyak dibandingkan pada
keadaan yang normal yang berkaitan dengan poliuri, maka peningkatan atau
penurunan nilai elektrolit perlu dipantau melalui pemeriksaan laboratorium.
Hubungannya adalah retensi air, Natrium dan Kalium mengakibatkan
stimulasi aldosteron dalam sistem sekresi urinarius. Natrium dapat normal, meningkat
atau menurun. Kalium dapat normal atau peningkatan semu, selanjutnya akan
menurun. Sedangkan fosfor lebih sering menurun. Gas darah arteri biasanya
menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis metabolik). Trombosit
darah Ht mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis. Pada urine, gula dan aseton
positif. Berat jenis atau osmolalitas mungkin meningkat. Kultur dan sensitifitas
kemungkinan infeksi pada saluran kemih, infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.
5. Penatalaksanaan
Tahap pertama dalam perencanaan makan adalah mendapatkan riwayat diet
untuk mengidentifikasi kebiasaan makan pasien dan gaya hidupnya. Tujuan yang
paling penting dalam penatalaksanaan diet bagi penderita diabetes adalah
pengendalian asupan kalori total untuk mencapai atau mempertahankan berat badan
yang sesuai dan pengendalian kadar glukosa darah. Persentase kalori yang berasal
dari karbohidrat, protein, dan lemak. Distribusi kalori dari karbohidrat saat ini lebih
dianjurkan dari pada protein dan lemak. Sesuai dengan standar makanan berikut ini,
makanan yang berkomposisi karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, dan lemak
20-25% inilah makanan yang dianjurkan pada pasien diabetes (Sukardji, 2004).
5.2 Perencanaan latihan jasmani
Latihan jasmani merupakan salah satu prinsip dalam penatalaksanaan penyakit
Diabetes Melitus. Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam
pengelolaan diabetes. Latihan jasmani yang dimaksud adalah berjalan, bersepeda
santai, jogging senam dan berenang. Latihan jasmani ini sebaiknya disesuaikan
dengan umur dan status kesegaran jasmani. Batasi atau jangan terlalu lama
melakukan kegiatan yang kurang memerlukan pergerakan, seperti menonton televisi
(PERKENI,2002).
5.3 Intervensi farmakologi
Menurut PERKENI, (2002) ada beberapa intervensi yang dapat diberikan
kepada pasien DM seperti obat Pemicu sekresi insulin; Sulfonilurea yang bekerja
meningkatkan sekresi insulin. Salah satu contohnya yaitu klorpropamid, biasanya
utamanya adalah meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pancreas, meningkatkan
performance dan jumlah reseptor insulin pada otot dan sel lemak, meningkatkan
efisiensi sekresi insulin dan potensiasi stimulasi insulin transpor karbohidrat ke sel
otot dan jaringan lemak, serta penurunan produksi glukosa oleh hati. Cara kerja obat
ini pada umumnya melalui suatu alur kalsium yang sensitif terhadap ATP.
Berikutnya adalah Glinid, merupakan obat generasi baru yang cara kerjanya sama
dengan sulfonilurea dengan meninngkatkan sekresi insulin fase pertama yang terdiri
dari dua macam obat, yaitu Repaglinid dan Nateglinid (Soegondo, 2004). Dosisnya,
untuk Repaglinid 0,5 mg/tab dan untuk Nateglinid 120 mg/tab (PERKENI, 2002).
Selain obat pemicu insulin diberikan juga obat penambah sensitifitas terhadap insulin,
seperti Methformin bekerja untuk mengurangi produksi glukosa hati, metformin ini
tidak merangsang sekresi insulin dan menurunkan kadar glukosa darah sampai
normal (euglikemia) dan tidak pernah menyebabkan hipoglikemia. Methformin
menurunkan glukosa darah dengan memperbaiki transport glukosa ke dalam sel otot.
Methformin menurunkan produksi glukosa hati dengan jalan mengurangi
glikogenolisis dan glukoneogenesis dan juga dapat menurunkan kadar trigliserida,
LDL kolesterol dan kolesterol total (Soegondo, 2004). Biasanya dosis yang
digunakan adalah 500-850 mg/tab (PERKENI, 2002). Thiazolindion dapat diberikan
untuk mengurangi resistensi insulin yang berikatan pada peroxisome proliferator
activated receptor gamma, suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak yang terbagi
atas dua golongan yaitu pioglitazon dan rosiglitazon yang memiliki efek menurunkan
resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah pentranspor glukosa sehingga
pioglitazon adalah 15-30 mg/tab dan untuk rosiglitazon 4 mg/tab (PERKENI, 2002).
Pengobatan yang selanjutnya adalah Terapi insulin. Berdasarkan cara kerjanya insulin
ini dibagi tiga yaitu; Insulin yang kerja cepat contohnya insulin reguler bekerja paling
cepat dan KGD dapat turun dalam waktu 20 menit, insulin kerja sedang contohnya
insulin suspense, dan insulin kerja lama contohnya insulin suspensi seng
(PERKENI,2002)
6. Komplikasi
Diabetes dapat mematikan karena pengaruhnya menyebar ke sistem yang lain.
Belum lama ini ilmuwan di bidang medis memberikan perhatian lebih besar pada
suatu keadaan yang mereka sebut sebagai sindroma metabolisme. Sindroma
metabolisme adalah gabungan masalah yang bersama-bersama membentuk suatu
keadaan berbahaya dan kemungkinan besar dapat mematikan. Kondisi ini meliputi
resistensi insulin, kadar gula darah tinggi, peningkatan trigliserida, kadar kolesterol
LDL tinggi, tekanan darah tinggi dan obesitas (Misnadiarly, 2006). Komplikasi yang
terjadi dibagi atas Komplikasi Akut meliputi hipoglikemia, hiperglikemia dan
ketoasidosis. Hipoglikemia adalah keadaan klinik gangguan saraf yang disebabkan
oleh penurunan glukosa darah, sedangkan hiperglikemia yaitu secara anamnesis
ditemukan adanya masukan kalori yang berlebihan, penghentian obat oral maupun
insulin yang didahului stres akut. Ketoasidosis merupakan defisiensi insulin berat
dan akut dari suatu perjalanan diabetes mellitus (Subekti, 2004). Komplikasi Kronik
meliputi Makrovaskular yaitu komplikasi yang terjadi pada beberapa organ seperti
adanya penyakit jantung koroner, stroke (pada pembuluh darah otak dan gangguan
Sindroma metabolisme adalah gerbang bagi penyakit jantung. Sebagian besar
penderita diabetes memiliki kondisi tambahan dengan resiko terserang penyakit
jantung. Penderita diabetes menunjukkan gejala bahwa mereka memiliki tekanan
darah yang lebih tinggi. Hipertensi diderita oleh 63-70% penderita diabetes. Orang
yang memiliki diabetes biasanya memiliki kadar kolesterol yang tinggi/trigliserida
yang tinggi pula. Penyakit jantung adalah penyebab kematian terbesar bagi para
penderita diabetes dan penyakit ini berkaitan erat dengan faktor-faktor lain, seperti
kadar kolesterol tinggi , tekanan darah tinggi, dan tingkat trigliserida yang tinggi
(Misnadiarly, 2006).
Para penderita diabetes, baik diabetes tipe 1 maupun diabetes tipe 2, memiliki
resiko terkena serangan jantung 2-4 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang
tidak menderita diabetes karena gula darah yang tinggi lama kelamaan bisa
menimbulkan arteroskerosis pada pembuluh darah vaskular. Komplikasi kronik yang
berikutnya adalah Mikrovaskular yaitu terjadi pada retina retinopati dan pada ginjal
nefropati.
Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Ginjal
berfungsi sebagai penyaring untuk membersihkan darah dari kotoran dan cairan yang
berlebih. Bila ginjal mengalami kerusakan, saringan ini menjadi rusak dan kotoran
tercampur dalam darah. Kerusakan ginjal sering kali merupakan kasus komplikasi
yang fatal pada penderita diabetes yang sudah lama dan parah. Kadar gula darah yang
tinggi dapat merusak pembuluh darah yang menyalurkan sari-sari makanan ke retina
mata. Pada tahap awal, pembuluh darah mulai bocor dan hal ini akan mengakibatkan
pembuluh darah yang abnormal akan tumbuh di retina dan menghalangi penglihatan
dan buta.
Komplikasi mikrovaskuler berikutnya adalah neuropati yang dapat
menyebabkan penderita Diabetes Melitus rentan terhadap infeksi. Diabetes dapat juga
menyebabkan kerusakan saraf, yang menuju pada kerusakan aliran darah dan
menyebabkan mati rasa pada kaki. Penderita diabetes yang sudah lama atau sudah tua
cenderung memiliki masalah sirkulasi yang lebih serius karena kerusakan aliran darah
yang melalui arteri kecil. Hal ini menambah kerentanan terhadap luka-luka dikaki
yang memerlukan waktu yang lama untuk disembuhkan dan bahaya terkena infeksi.
B. Senam Kaki Diabetes
1. Defenisi
Senam adalah latihan fisik yang dipilih dan diciptakan dengan terencana,
disusun secara sistematik dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi
secara harmonis (probosuseno, 2007). Berdasarkan pengertiannya, senam adalah
salah satu jenis olahraga aerobik yang menggunakan gerakan sebagian otot-otot
tubuh, dimana kebutuhan oksigen masih dapat dipenuhi tubuh (karim, 2002).
Latihan fisik merupakan salah satu prinsip dalam penatalaksanaan penyakit
Diabetes Melitus. Kegiatan fisik sehari-hari dan latihan fisik teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam
pengelolaan diabetes. Latihan fisik yang dimaksud adalah berjalan, bersepeda santai,
jogging, senam, dan berenang. Latihan fisik ini sebaiknya disesuaikan dengan umur
Senam kaki adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes
melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah
bagian kaki. (S,Sumosardjuno,1986). Senam kaki dapat membantu memperbaiki
sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya
kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha,
dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi (Wibisono, 2009).
2. Tujuan
Adapun tujuan yang diperoleh setelah melakukan senam kaki ini adalah
memperbaiki sirkulasi darah pada kaki pasien diabetes, sehingga nutrisi lancar
kejaringan tersebut (Tara, 2003).
3. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi dari senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh penderita
Diabetes mellitus dengan tipe 1 maupun 2. Namun sebaiknya diberikan sejak pasien
didiagnosa menderita Diabetes Melitus sebagai tindakan pencegahan dini. Senam
kaki ini juga dikontraindikasi pada klien yang mengalami perubahan fungsi fisiologis
seperti dipsnnea atau nyeri dada. Orang yang depresi, khawatir atau cemas.
Keadaan-keadaan seperti ini perlu diperhatikan sebelum dilakukan tindakan senam kaki.
Selain itu kaji keadaan umum dan keadaaan pasien apakah layak untuk dilakukan
senam kaki tersebut, cek tanda-tanda vital dan status respiratori (adakah Dispnea atau
nyeri dada), kaji status emosi pasien (suasana hati/mood, motivasi), serta perhatikan
4. Prosedur
Alat yang harus dipersiapkan adalah : Kursi (jika tindakan dilakukan dalam
posisi duduk), prosedur pelaksanaan senam. Sedangkan persiapan untuk klien adalah
Kontrak topik, waktu, tempat dan tujuan dilaksanakan senam kaki. Perhatikan juga
lingkungan yang mendukung, seperti lingkungan yang nyaman bagi pasien, dan Jaga
privacy pasien.
Langkah-langkah pelaksanaan senam kaki:
1. Perawat cuci tangan
2. Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk tegak
diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai. Dapat juga dilakukan dalam
Gambar 2.1 Pesien duduk di atas kursi
3. Dengan meletakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan ke
atas lalu dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10
kali. Pada posisi tidur, jari-jari kedua belah kaki diluruskan ke atas lalu
dibengkokkan kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali
[image:31.612.126.345.257.469.2]
Gambar 3.1 Tumit kaki di lantai dan jari-jari kaki diluruskan ke atas
4. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke
atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki
diangkatkan ke atas. Dilakukan pada kaki kiri dan kanan secara bergantian
dan diulangi sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur, menggerakkan jari dan
tumit kaki secara bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan sebanyak 10
Gambar 4.1 Tumit kaki di lantai sedangkan telapak kaki di angkat
5. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan
buat gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki
sebanyak 10 kali. Pada posisi tidur, kaki lurus ke atas dan buat gerakan
memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali
[image:32.612.180.424.495.655.2]6. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan memutar
dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali. Pada posisi
tidur kaki harus diangkat sedikit agar dapat melakukan gerakan memutar
pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
[image:33.612.167.406.209.407.2]
Gambar 6.1 Jari-jari kaki di lantai
7. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki,
tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan secara
Gambar 7.1 Kaki diluruskan dan diangkat
5. Hal yang di Evaluasi Setelah Tindakan
Setelah malakukan senam kaki evaluasi pasien apakah pasien dapat
menyebutkan kembali pengertian senam kaki, dapat menyebutkan kembali 2 dari 4
tujuan senam kaki, dan dapat memperagakan sendiri teknik-teknik senam kaki secara
mandiri.
6. Dokumentasi Tindakan
Perhatikan respon pasien setelah melakukan senam kaki. Lihat tindakan yang
dilakukan klien apakah sesuai atau tidak dengan prosedur, dan perhatika tingkat
C. Sirkulasi darah pada kaki pasien Diabetes Melitus
Sirkulasi darah adalah aliran darah yang dipompakan jantung ke pembuluh
darah dan dialirkan oleh arteri ke seluruh organ-organ tubuh (Hayens, 2003) salah
satunya pada organ kaki. Normal sirkulasi darah pada kaki menurut (Vowden, 2001)
adalah 1,0 yang diperoleh dari rumus ABPI(An ankle Brachial Pressure Index).
Sedangkan keadaan yang tidak normal dapat diperoleh bila nilai APBI < 0,9
diindikasikan ada resiko tinggi luka di kaki, APBI > 0,5 dan < 0,9 pasien perlu
perawatan tindak lanjut, dan APBI < 0,5 diindikasikan kaki sudah mengalami kaki
nekrotik, gangren, ulkus, borok yang perlu penanganan dokter ahli bedah Vaskular.
Dasar terjadinya luka atau kelainan pada kaki pasien penderita diabetes adalah
adanya suatu kelainan pada saraf, kelainan pembuluh darah dan kemudian adanya
infeksi. Dari ketiga hal tersebut, yang paling berperan adalah kelainan pada saraf,
sedangkan kelainan pembuluh darah lebih berperan nyata pada penyembuhan luka
sehingga menentukan nasib kaki. Keadaan kelainan saraf dapat mengenai saraf
sensorik, saraf motorik, dan saraf otonom (Prabowo, 2007).
Bila mengenai saraf sensoris akan terjadi hilang rasa yang menyebabkan
penderita tidak dapat merasakan rangsang nyeri sehingga kehilangan daya
kewaspadaan proteksi kaki terhadap rangsang dari luar. Akibatnya, kaki lebih rentan
terhadap luka meskipun terhadap benturan kecil. Bila sudah terjadi luka, akan
memudahkan kuman masuk yang menyebabkan infeksi. Bila infeksi ini tidak diatasi
dengan baik, hal itu akan berlanjut menjadi pembusukan (gangren) bahkan dapat
Gangguan pada serabut saraf motorik (serabut saraf yang menuju otot) dapat
mengakibatkan pengecilan atrofi otot interosseus pada kaki. Akibat lanjut dari
keadaan ini terjadi ketidakseimbangan otot kaki, terjadi perubahan bentuk deformitas
pada kaki seperti jari menekuk cock up toes, bergesernya sendi luksasi pada sendi
kaki depan metatarsofalangeal dan terjadi penipisan bantalan lemak di bawah daerah
pangkal jari kaki kaput metatarsal. Hal ini menyebabkan adanya perluasan daerah
yang mengalami penekanan, terutama di bawah kaput metatarsal (Prabowo,2007).
Selain itu, terjadi perubahan daya membesar-mengecil pembuluh darah
vasodilatasi-vasokonstriksi di daerah tungkai bawah, akibatnya sendi menjadi kaku.
Keadaan lebih lanjut terjadi perubahan bentuk kaki Charchot, yang menyebabkan
perubahan daerah tekanan kaki yang baru dan berisiko terjadinya luka (Prabowo,
2007).
Kelainan pembuluh darah berakibat tersumbatnya pembuluh darah sehingga
menghambat aliran darah, mengganggu suplai oksigen, bahan makanan atau obat
antibiotika yang dapat menggagu proses penyembuhan luka. Bila pengobatan infeksi
ini tidak sempurna dapat menyebabkan pembusukan gangren. Gangren yang luas
dapat pula terjadi akibat sumbatan pembuluh darah yang luas sehingga
kemungkinannya dilakukan amputasi kaki di atas lutut (Igra, 2009).
Dari beberapa kasus di atas pasien Diabetes Melitus perlu melakukan senam
ini untuk membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki, memperbaiki sirkulasi
darah, memperkuat otot-otot kecil, mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki,
Peran kita sebagai perawat adalah membimbing pasien untuk melakukan senam kaki
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
pengaruh senam kaki dalam meningkatkan sirkulasi darah pasien diabetes. Penelitian
ini terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Pada
kedua kelompok diawali dengan pengukuran sirkulasi darah (pre-test). Kemudian
kelompok intervensi dilakukan senam kaki. Sedangkan kelompok kontrol tidak
dilakukan. Keadaannya dinilai kembali setelah dilakukan intervensi (pos-test).
Skema 1 Kerangka Penelitian Pengaruh Senam Kaki terhadap
Peningkatan Sirkulasi Darah pada Kaki Pasien Penderita Diabetes Melitus
Kelompok Intervensi
ABPI1
Melakukan
senam kaki
Post test ABPI 1
Keolmpok kontrol ABPI 1
Pre
test
B. Defenisi Operasional
Variabel Definisi operasional
Alat ukur Hasil ukur Skala
Variabel Independent: Senam kaki Variabel Dependent: Sirkulasi Darah Serangkaian gerakan yang dilakukan pada pergelangan dan jari-jari kaki pasien Diabetes Melitus yang bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah pada bagian kaki tersebut Aliran darah dalam pembuluh darah Tibial Artery Doppler
Hasil yang akan di dapat adalah: ABPI > 1,0 = normal ABPI < 0,9 = resiko tinggi luka pada kaki ABPI > 0,5 dan < 0,9 = perlu perawatan tindak lanjut ABPI < 0,5 = indikasi
ganggren, ulkus, borok dan perlu dilakukan bedah plastik.
C. Hipotesis
Pada penelitian ini akan dilihat pengaruh senam kaki pada penderita Diabetes
Melitus. Secara umum pernyataan yang merupakan hipotesa alternative (Ha) adalah
klien yang melakukan senam kaki akan mengalami peningkatan sirkulasi darah pada
kakinya. Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah menerima Ha.
Secara khusus hipotesa pada penelitian ini adalah :
1. Ada perbedaan sirkulasi darah kaki pada pasien Diabetes Melitus sebelum dan
sesudah melakukan senam kaki. Dengan demikian Ha diterima.
2. Ada pebedaan sirkulasi darah kaki pada pasien Diabetes Melitus antara
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi
eksperimen dengan pre dan pos-test, yang bertujuan untuk mengetahui bahwa senam
kaki berpengaruh terhadap sirkulasi darah kaki pada pasien Diabetes Melitus. Desain
penelitian quasi eksperimen melibatkan dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan
kelompok kontrol. Pada kedua kelompok diawali dengan pengukuran sirkulasi darah
(pre-test). Kelompok intervensi diberikan perlakuan sedangkan kelompok kontrol
tidak diberi perlakuan. Kemudian setelah dilakukan senam kaki selama 1 minggu
dilakuan pengukuran kembali (post-tes) untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Target populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang menderita Diabetes
Melitus yang dirawat di Ruang Rindu A1 dan A2 RSUP. Haji Adam Malik Medan.
Peneliti telah melaksanakan pengamatan awal di RSUP Haji Adam Malik Medan dan
mendapatkan data tentang jumlah pasien penderita Diabetes Melitus bulan Januari-
September 2009. Jumlah pasien penderita Diabetes Melitus rawat inap bulan Januari-
3. Sampel
Tekhnik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling,
yaitu pemilihan sampel sesuai dengan tujuan peneliti dari populasi yang memenuhi
kriteria penelitian (Nursalam, 2003).
Adapun kriteria sampel yang ditentukan dalam penelitian ini adalah (1) pasien
yang dapat diajak komunikasi, (2) pasien Diabetes Melitus yang dirawat di ruang A1
dan A2, (3) pasien Diabetes Melitus Tipe 1 dan 2, (4) pasien Diabetes Melitus dengan
luka kaki derajat 1, (5) pasien dengan kesadaran penuh dan tidak mengalami
disorientasi tempat, waktu, dan orang, (6) pasien yang bersedia berpartisipasi menjadi
responden.
Untuk menentukan jumlah sampel dari populasi yang telah diketahui maka
digunakan formula penentuan jumlah sampel oleh (Nursalam, 2003) yaitu
q p Z N d q p Z N n . . ) 1 ( . . 2 . + − =
= 89.1,962.0,5.0,5
0,05(89-1)+1,96.0,5.0,5 = 85,475
4,89 = 17,47 Keterangan:
d = Derajat ketepatan (0,5) z = Standar deviasi normal (1,96) p = Proporsi untuk sifat tertentu (0,5) q =1,0-p
N = Besarnya populasi (89) n = Besarnya sampel
Berdasarkan formulasi tersebut didapatkan jumlah sampel dalam penelitian ini
sampel jumlahnya ganjil maka peneliti membagi menjadi 9 orang kelompok
intervensi dan 8 orang kelompok kontrol.
Pada saat melakukan penelitian awalnya peneliti memperoleh sampel
sebanyak 13 orang. Dari 13 sampel tersebut ada 3 sampel yang pulang ke rumah
sebelum satu minggu di Rumah Sakit. Berhubung tempat tinggal responden tersebut
jauh dan tidak terjangkau oleh peneliti, maka ketiga sampel tersebut batal menjadi
responden peneliti. Akhirnya tinggal 10 sampel yang diperoleh peneliti.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inap RA1 dan RA2 RSUP. Haji
Adam Malik Medan. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu dari bulan
April sampai Juni 2010.
D. Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapatkan rekomendasi dari
Fakultas Keperawatan Univeritas Sumatera Utara. Setelah mendapatkan ijin dari
kepala ruangan RA1 dan RA2 RSUP. Haji. Adam Malik Medan, peneliti memulai
pengumpulan data dengan memberikan lembar persetujuan (informed consent)
kepada responden yang akan diteliti. Sebelum responden mengatakan bersedia,
peneliti menjelaskan maksud, tujuan dan prosedur pelaksanaan penelitian. Jika
responden menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian maka peneliti tidak akan
mernaksa dan tetap menghormati hak-haknya tanpa ada tekanan fisik ataupun
psikologis.
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama
masing-masing lembar kuesioner. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh
peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil
penelitian.
Selama proses pengambilan data, penelitian tidak menimbulkan sakit secara
fisik pada responden yang diteliti dan tidak ada efek yang merugikan bagi tindakan
asuhan keperawatan.
E. Instrumen Penelitian
Data demografi bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik responden
yang meliputi umur, jenis kelamin, suku, pekerjaan dan pendidikan sebelumnya. Data
demografi ini berguna untuk membantu peneliti mengetahui latar belakang dari
responden yang bisa berpengaruh terhadap penelitian ini. Data demografi ini dapat
dilihat pada lampiran 2. Lembar hasil pengukuran sirkulasi darah pre dan post
intervensi. Hasil pengukuran sirkulasi darah pre dan post intervensi disajikan dalam
bentuk lembar observasi pada masing-masing kelompok, dengan tujuan untuk melihat
pengaruh senam kaki terhadap peningkatan sirkulasi darah pada penderita Diabetes
Melitus.. Prosedur pelaksanaan dapat dilihat pada lampiran 3.
F. Alat dan Bahan
Seharusnya dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat pengukur sirkulasi
darah Doppler dengan merek HI-doop, tetapi karena alat tersebut harganya mahal dan
tidak terjangkau oleh peneliti maka peneliti menngunakan sphygmomanometer GEA,
G. Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data penelitian dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada institusi Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang digunakan peneliti sebagai
lokasi penelitian. Setelah mendapat rekomendasi pelaksanaan penelitian dari
Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin dari
direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, peneliti
melaksanakan pengumpulan data penelitian.
2. Peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat,
prosedur pengumpulan data serta menanyakan kesedian calon responden.
Dimana calon responden dianggap telah memenuhi kriteria penelitian yaitu
pasien Diabetes Melitus dengan luka derajat 1. Bagi calon yang bersedia
menjadi responden, peneliti memberikan informed consent dan responden
diminta untuk menandatanganinya.
3. Responden yang telah bersedia mengikuti penelitian dan memenuhi kriteria
penelitian dikelompokkan ke dalam dua kelompok yaitu kelompok intervensi
dan kontrol.
4. Selanjutnya responden diminta untuk menjawab pertanyaan penelitian yang
ada di kuesioner. Mengisi kuesioner data demografi calon responden,
kemudian peneliti mengumpulkannya untuk dilakukan analisis data.
5. Mekanisme dari penelitian ini yaitu pertama sekali mengkur tekanan darah
pengukuran ini dibandingkan dengan rumus APBI, hasil dari APBI inilah
sirkulasi darah pre –test. Hal ini dilakukan pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol untuk memperoleh sirkulasi darah pre
6. Kemudian melakukan senam kaki selama 10 menit, dengan frekuensi 3 kali
sehari (pagi, siang, dan sore) selama 1 minggu untuk kelompok intervensi.
7. Setelah senam kaki dilakukan selama 1 minggu, peneliti kemudian melakukan
pengukuran kembali (post-test) untuk memperoleh data tentang sirkulasi
darah. Pada kelompok kontrol juga dilakukan pengukuran sirkulasi darah
setelah 1 minggu. Maka diperoleh hasil sirkulasi darah post
H. Analisa Data
Setelah data terkumpul maka analisa data dilakukan. Data yang diperoleh dari
responden berupa data demografi yang merupakan hasil wawancara peneliti kepada
penderita Diabetes Melitus dan hasil pengukuran sirkulasi darah sebelum dilakukan
senam kaki dan sesudah dilakukan senam kaki selama 1 minggu. Sebelumnya peneliti
harus tahu berapa nilai sirkulasi darah normal pada pasien tersebut dengan
menggunakan rumus:
ABPI1 = P1
Pα
Keterangan:
ABPI1 = Index tekanan brachial pada pergelangan kaki, normalnya 1,0
P1 = Tekanan tetinggi yang diproleh dari pembuluh darah pergelangan kaki
Hasil penelitian tersebut dibandingkan dengan menguji hipotesa penelitian
sehingga diketahui pengaruh senam kaki terhadap peningkatan sirkulasi darah.
Selanjutnya melakukan pengolahan data.
Pengolahan data Statistik Deskriptif digunakan untuk menyajikan data-data
demografi dan sirkulasi darah pre dan post dalam bentuk table. Uji Paired t-test yang
digunakan untuk membandingkan sirkulasi darah pre dan post senam kaki pada
kelompok intervensi. Selanjutnya uji Independent t-test yang digunakan untuk
membandingkan sirkulasi darah anatara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
DATA PENGOLAHAN DATA
Data-data demografi dan sirkulasi darah pre
dan post dalam bentuk table
Statistik deskriptif
Membandingkan sirkulasi darah pre dan
post senam kaki pada kelompok intervensi
Uji paired t-test
Membandingkan sirkulasi darah pre dan
post pada kelompok control
Uji paired t-test
Membandingkan sirkulasi darah antara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol
Uji independent t-test
Menurut Harsono (2001) dari kedua uji tersebut akan diperoleh nilai p, yaitu
nilai yang menyatakan besarnya peluang hasil penelitian (misalnya ada perbedaan
nilai mean). Kesimpulan hasilnya diinterpretasikan dengan membandingkan nilai p
dan nilai alpha (α = 0.05). Bila nilai p ≤ α, maka keputusannya adalah Ha gagal di
Hipotesa penelitian ini adalah untuk membuktikan kebenaran Ha, yaitu
terdapat pengaruh senam kaki terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki pada pasien
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian serta pembahasan mengenai
pengaruh senam kaki dalam meningkatkan sirkulasi darah kaki pada pasien penderita
diabetes melitus di RSUP Haji Adam Malik.
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini memaparkan karakteristik demografi responden, sirkulasi
darah responden pre dan post senam kaki, parbedaan sirkulasi darah pre dan post
senam kaki, dan perbedaan peningkatan sirkulasi darah antara kelompok intervensi
dengan kelompok kontrol.
1. karakteristik Demografi
Responden penelitian ini adalah penderita Diabetes Melitus dan sedang di
rawat di RSUP. Haji Adam Malik Medan. Usia responden dalam penelitian ini berada
pada rentang 40-64 tahun yang merupakan usia dewasa akhir, 70% responden pada
kelompok intervensi dan kontrol berada pada rentang berusia 40-55 tahun.
Berdasarkan suku pada kelompok intervensi seluruhnya (100%) bersuku
Batak dan pada kelompok kontrol (60%) juga bersuku Batak. Pendidikan pada
kelompok intervensi (80%) adalah tamatan SMU dan pada kelompok kontrol (60%)
tamatan SMU. Untuk pekerjaan pada kelompok intervensi yaitu (40%) wiraswasta
sebagian besar (80%) adalah diatas Rp1.000.000 dan kelompok kontrol
keseluruhannya (100%) adalah berpenghasilan diatas Rp1.000.000.
Biaya pengobatan yang dijalani responden di Rumah Sakit pada kelompok
intervensi (60%) menggunakan biaya sendiri dan pada kelompok kontrol (20%)
menggunakan biaya sendiri dan (20%) menggunakan JAMKESMAS. Pada kelompok
intervensi kadar gula darahnya adalah 250-500 mg/dl, dan pada kelompok kontrol
rentang kadar gula darahnya lebih rendah yaitu 250-350 mg/dl. Keseluruhan dari
responden pada kelompok intervensi (100%) menderita diabetes melitus sudah lebih
dari 1 tahun dan pada kelompok kontrol (60%) menderita lebih dari 1 tahun juga.
Terapi yang dijalani responden di Rumah Sakit pada kelompok intervensi (80%)
adalah terapi obat-obatan dan suntik insulin,sedangkan pada kelompok kontrol (60%)
masih menggunakan terapi obat-obatan saja. Karakteristik responden dapat dilihat
[image:50.612.115.534.460.706.2]pada tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan karakteristik demografi
Karakteristik Data Demografi
Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol
Frekuensi (n) Persentase (%) Frekuensi (n) Persentas e (%) 1. Usia 40-44 45-49 55-59 60-64 - 2 1 2 - 40 20 40 3 - 1 1 60 - 20 20 2. Status
Menikah 5 100 5 100
3. Suku bangsa
Batak Minang 5 - 100 - 3 2 60 40 4. Pendidikan
SMU D3 4 1 80 20 3 1 60 20 5. Pekerjaan Wiraswata Pensiunan Petani IRT 2 1 1 1 40 20 20 20 3 1 - 1 60 20 - 20 6. Penghasilan 700.000-1.000.000 >1.000.000 1 4 20 80 - 5 - 100 7. Biaya Sendiri ASKES JAMKESMAS 3 1 1 60 20 20 2 1 2 40 20 40 8. KGD 250-302 303-355 409-461 462-515 1 2 1 1 20 40 20 20 3 2 - - 60 40 - -
9. Lama DM
1-6bulan 6bulan- 1 tahun >1 tahun - - 5 - - 100 1 1 3 20 20 60 10 Terapi Obat Oral Suntik Insulin
Obat Oral dan Insulin 1 - 4 20 - 80 3 1 1 60 20 20
2. Sirkulasi Darah Responden pre dan post senam Kaki
Hasil penelitian diperoleh bahwa sirkulasi darah pada kelompok intervensi
yaitu rata-rata sirkulasi darah sebelum diberikan senam kaki 0,94, median 0,95
dengan standar deviasi 0,03. Setelah melakukan senam kaki diperoleh rata-rata
sirkulasi darah 1,90, median 1,5 dengan standar deviasi 0,28. Sedangkan pada
1,00, median 1 dengan standar deviasi 0,06 dan pada pengukuran kedua nilai
rata-ratanya adalah 1,01, median 1,1 dengan standar deviasi 0,06. Dapat dilihat pada tabel
[image:52.612.102.536.197.268.2]dibawah ini
Tabel 2. Distribusi Frekuensi sirkulasi darah kaki sebelum dan sesudah senam kaki
Mean SD Median Kelompok Intervensi Sebelum 0,94 0,03 0,95 Sesudah 1,90 0,28 1,5 Kelompok kontrol Sebelum 1,00 0,06 1 Sesudah 1,01 0,06 1,1
3. Perbandingan peningkatan Sirkulasi Darah Kaki sebelum dan sesudah
dilakukan senam kaki pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
Responden kedua kelompok diukur sirkulasi darahnya dengan menggunakan
spygmomanometer dan stetoskop. Kemudian hasil pengukuran sirkulasi darah pada
kedua kelompok dicatat dalam lembar observasi sirkulasi darah pre dan post.
Hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata sirkulasi darah sebelum dilakukan
senam kaki 0,94 dengan standar deviasi 0,03. Setelah dilakukan senam kaki diperoleh
rata- rata sirkulasi darah adalah 1,90 dengan standar deviasi 0,28 dan tingkat
perbedaan (t=-7,357). Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,002 maka dapat
disimpulkan ada perbedaan rata-rata sirkulasi darah pada kaki pasien diabetes Melitus
sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki.
Sedangkan pada kelompok kontrol nilai rata-rata sirkulasi darahnya adalah
1,00 dengan standar deviasi 0,06 dan tingkat perbedaan (t=0,129). Hasil uji statistik
diproleh nilai p=0,903 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata
Dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :
Tabel 3. Perbedaan peningkatan sirkulasi darah kaki pada kelompok intervensi
dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah senam kaki
Kelompok Sebelum Sesudah T Nilai P N
Mean SD Mean SD
Intervensi:
Sirkulasi darah 0,94 0,03 1,90 0,28 -7,357 0,002 5
Kontrol:
Sirkulasi darah
1,00 0,06 1,01 0,06
-0,129 0,903 5
4. Pengaruh senam kaki terhadap peningkatan sirkulasi darah kaki pada
pasien Diabetes Melitus sesudah dilakukan senam kaki pada kelompok
intervensi dan kontrol
Hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata sirkulasi darah setelah dilakukan
senam kaki oleh peneliti adalah 1,90 dengan standar deviasi 0,28. Sedangkan pada
kelompok kontrol di perolah rata-rata 1,01 dengan standar deviasi 0,06. Hasil uji
statistik diproleh nilai p=0,001 dan nilai t=7,156 yang menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan rata-rata sirkulasi darah antara kelompok intervensi dengan kelompok
kontrol (adanya pengaruh senam kaki dalam meningkatkan sirkulasi darah kaki pada
Tabel 4. Pengaruh senam kaki terhadap peningkatkan sirkulasi darah kaki pada pasien Diabtes Melitus pada Kelompok Intervensi dan Kontrol
Sirkulasi
darah Mean SD Std.Error T Nilai p N
kelompok
intervensi 1,90 0,28 0,12 7,156 0,001 5
Kelompok
Kontrol 1,01 0,06 0,02 5
B. Pembahasan
1. Sirkulasi Darah Kaki Sebelum dan Sesudah Senam Kaki
Dari hasil penelitian, peneliti membahas masalah penelitian mengenai
bagaimana pengaruh senam kaki dalam meningkatan sirkulasi darah pada kaki pasien
Diabetes Melitus.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa rata-rata sirkulasi darah sebelum
melakukan senam kaki pada kelompok intervensi adalah 0,94 sedangkan pada
kelompok kontrol adalah 1,00. Rata-rata sirkulasi pada kelompok intervensi lebih
rendah dibandingkan kelompok kontrol, hal ini didukung dengan usia responden
intervensi berada pada rentang 45-49 tahun. Semakin bertambahnya usia seseorang
maka sirkulasi darahpun akan menurun, sesuai dengan pendapat (Tandra, 2008).
Selain itu KGD pada kelompok intervensi sebagian besar pada rentang
303-355, berbeda dengan kelompok kontrol yang berada pada rentang yang lebih
rendah yaitu 250-302. KGD juga mempengruhi sirkulasi darah responden. Semakin
tinggi KGD responden maka hal ini akan mempengaruhi sirkulasi darahnya (MJAFI,
Setelah dilakukan senam kaki, rata-rata sirkulasi darah kaki pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol mengalami peningkatan. Adapun peningkatan yang
terjadi pada kelompok kontrol saat pengukuran disebabkan karena adanya komplikasi
hipertensi pada pasien tersebut. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (Tandra,
2008).
2. Perbandingan peningkatan Sirkulasi Darah Kaki sebelum dan
sesudah Senam Kaki pada Kelompok Intervensi dan Kelompok
Kontrol
Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa sirkulasi darah kaki setelah
melakukan senam kaki meningkat secara signifikan dengan p=0,002 berarti p<0,05.
Sedangkan pada kelompok kontrol p=0,903 (p>0,05). Sehingga praktek senam kaki
berpengaruh memperbaiki keadaan kaki, dimana akral yang dingin meningkat
menjadi lebih hangat, kaki yang kaku menjadi lentur, kaki kebas menjadi tidak kebas,
dan kaki yang atrofi perlahan-lahan kembali normal. Dari uji statistik didapat bahwa
senam kaki berpengaruh terhadap perbaikan keadan kaki.
Pada kelompok kontrol tidak mengalami adanya peningkatan sirkulasi
darah kaki. Adapun peningkatan yang terjadi pada saat pengukuran disebabkan
karena adanya komplikasi hipertensi pada pasien tersebut. Oleh sebab itu upaya
pencegahan pada penderita Diabetes Melitus dengan komplikasi kaki sama dengan
yang belum mengalami komplikasi, hanya ditambah dengan perawatan kaki yang
baik. Penderita Diabetes Melitus harus disadarkan bahwa kegiatan senam kaki
3. Pengaruh Senam Kaki dalam Meningkatkan Sirkulasi Darah Kaki
pada pasie Diabetes Melitus
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh bahwa adanya pengaruh senam
kaki dalam meningkatkan sirkulasi darah kaki dengan nilai t=7,156, (p= 0,001,
p<0,05) yang menunjukkan adanya pengaruh senam kaki secara signifikan terhadap
peningkatan sirkulasi darah. Dengan demikian hipotesa yang diperoleh pada
penelitian ini adalah ada perbedaan sirkulasi darah kaki pada saat pre intervensi dan
post intervensi. Hasil ini sesuai dengan pendapat Tara (2003) yang menyebutkan
bahwa senam kaki dapat mencegah kaki diabetik yaitu memperlancar peredaran darah
ke perifer, menguatkan otot kaki, mencegah kekakuan, mencegah kebas-kebas dan
menghangatkan kaki.
Menurut Krucoff (2004) mengatakan latihan fisik mempunyai efek pada
metabolism tubuh yaitu meningkatkan kualitas insulin, meningkatkan pemakaian
glukosa darah sehingga tidak menumpuk, meningkatkan transport glukosa ke sel-sel.
Senam kaki merupakan pilihan yang tepat untuk pasien diabetes melitus karena dapat
memperbaikai sirkulasi darah, memperbaiki kesehatan secara umum pada pasien
diabetes. Senam kaki merupakan salah satu terapi yang di berikan untuk melancarkan
sirkulasi darah yang terganggu. Penelitian lain yang sudah pernah dilakukan adalah
pengaruh senam kaki terhadap pencegahan kaki diabetik (Cinta,2009). Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan keadaan kaki pada saat pre
senam kaki dan post senam kaki. Oleh karena itu, senam kaki sangat bagus dilakukan
terjadinya komplikasi pada tungkai bawah. Dengan senam kaki maka sirkulasi darah
BAB 6
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.Kesimpulan
Dari hasil penelitian diketahui bahwa senam kaki berpengaruh terhadap
peningkatan sirkulasi darah kaki pada pasien Diabetes Melitus. Data hasil penelitian
yang dikumpulkan telah diolah menggunakan paired t-test (dependent groups t-test)
dan diketahui bahwa sirkulasi darah akan mengalami peningkatan yang signifikan
(p<0.05). Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa senam kaki sangat berpengaruh
pada peningkatan sirkulasi darah kaki pasien Diabetes Melitus.
B.Rekomendasi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada pendidikan
praktek dan penelitian keperawatan. Adapun rekomendasi yang peneliti tawarkan
adalah sebagai berikut:
1 Pendidi