PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Studi Kasus
Manfaat Studi Kasus
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Penyakit DM
- Pengertian DM
- Etiologi DM
- Klasifikasi DM
- Patofisiologi DM
- Manifestasi klinis DM
- Komplikasi DM
- Kriteria diagnosis DM
- Penatalaksanaan DM
Konsep Senam Kaki DM
- Pengertian senam kaki DM
- Manfaat senam kaki DM
- Indikasi dan kontraindikasi senam kaki DM
- Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan senam
- Langkah-langkah melakukan senam kaki DM
Konsep Gangguan Sensitivitas Perifer pada Klien DM
- Pengertian
- Manifestasi klinis
- Cara pemeriksaan neuropati perifer
Konsep Keluarga
- Pengertian keluarga
- Tipe keluarga
- Fungsi keluarga
- Struktur keluarga
- Peran keluarga
- Tahapan dan tugas perkembangan keluarga
Studi kasus ini bertujuan untuk memberikan gambaran pelaksanaan senam kaki yang dilakukan pada penderita diabetes melitus untuk meningkatkan sensitivitas perifer. Sebelum dilakukan senam tungkai terasa 4 titik pada kaki kanan, setelah dilakukan senam tungkai terasa 6 titik (sensitivitasnya berkurang). Pada kaki kiri sebelum melakukan senam kaki 8 titik, setelah melakukan senam kaki sensasinya 9 titik (sensitivitas baik).
Sebelum melakukan senam kaki pada kaki kanan terasa 7 titik, setelah melakukan senam kaki terasa 8 titik (sensasi enak). Pada kaki kiri sebelum melakukan senam kaki 6 titik, setelah melakukan senam kaki terdapat sensasi 7 titik (sensitifitasnya berkurang).
Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Masalah DM
- Pengkajian keperawatan
- Diagnosa keperawatan
- Intervensi keperawatan
- Implementasi keperawatan
- Evaluasi keperawatan
METODE STUDI KASUS
Rancangan Studi Kasus
Jenis rancangan kegiatan adalah deskriptif berupa studi kasus untuk mengeksplorasi asuhan keperawatan pada klien fokus senam kaki pada diabetes melitus, di Puskesmas Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
Subjek Studi Kasus
Merupakan kriteria yang menentukan subjek mana yang tidak dapat diwakilkan sebagai sampel, karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel.
Fokus Studi Kasus
Definisi Operasional Studi Kasus
Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
Lokasi dan Waktu Studi Kasus
Analisa Data dan Penyajian Data
Priyanto (2012) dan Rosyida (2016) mengatakan kriteria pengukuran sensitivitas perifer adalah jika ada respon yaitu gerakan kaki atau diminta mengatakan merasakan rangsangan di 8-10 tempat. poin, maka nilainya 2 (sensitivitasnya baik), jika ada respon berarti ada pergerakan. kaki atau ketika diminta mengatakan merasakan rangsangan pada 1-7 titik lokasi diberi skor 1 (sensitivitas kurang), dan bila tidak ada gerakan kaki atau diminta tidak merasakan rangsangan diberi skor 0 (tidak ada respon).
Etika Studi Kasus
Pada tungkai kiri, kaki terasa 5 titik sebelum latihan, setelah latihan kaki terasa 6 titik (kurang sensitif). Pada kaki kiri sebelum latihan kaki terasa 7 titik dan setelah latihan kaki terasa 8 titik (sensitivitas baik).
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
Hasil Studi Kasus
Setelah melakukan pengkajian awal (observasi) mengenai sensitivitas perifer, dilakukan intervensi keperawatan dengan melakukan senam kaki DM. Setelah melakukan pengkajian dan diagnosa keperawatan, penulis menyusun intervensi keperawatan sesuai fokus penelitian yaitu senam kaki DM. Berdasarkan hasil penelitian Endriyanto, Hasneli, dan Dewi (2012), kegiatan senam kaki DM dilakukan sehari sekali selama 7 hari.
Senam kaki DM dilakukan selama 4 hari pada pagi dan sore hari selama 15 menit dengan menggunakan kertas koran. Penulis menilai sensitivitas kaki hanya satu kali pada pagi hari sebelum dan sesudah senam kaki DM untuk mengetahui peningkatan sensitivitas perifer klien menggunakan alat monofilamen. Adanya dukungan keluarga dalam melakukan senam kaki DM dengan cara mengingatkan dan mendampingi saat melakukan senam kaki DM.
Diketahui bahwa setelah dilakukan intervensi senam kaki DM, klien dapat mengalami peningkatan sensitivitas perifer seperti terlihat pada Tabel 4.2, 4.3 dan Grafik 4.2, 4.3. Untuk memperjelas sensitivitas perifer setelah intervensi senam kaki DM juga dapat digambarkan pada diagram 4.2. Latihan kaki kanan sebelum kaki Latihan kaki kanan setelah kaki Latihan kaki kiri sebelum kaki Latihan kaki kiri setelah kaki.
Pada hari kedua, sensitivitas pada tungkai kanan sebelum dilakukan senam kaki dirasakan sebesar 6 titik, setelah dilakukan senam kaki sebesar 7 titik (sensitivitasnya berkurang). Pada hari ketiga sensitivitas pada kedua tungkai baik, pada tungkai kanan sebelum senam tungkai 8 poin dan setelah senam tungkai 10 poin (sensitivitas baik). Pada kaki kiri sebelum latihan kaki merasakan 9 titik dan setelah latihan kaki merasakan 10 titik (sensitivitas baik).
Untuk memperjelas evaluasi sensitivitas perifer pasca intervensi senam kaki DM dapat digambarkan lebih lanjut pada diagram 4.3. Pada hari ketiga sensitivitas sebelum dilakukan senam tungkai kaki kanan sebesar 8 poin dan setelah senam tungkai sebesar 9 poin (sensitivitas baik). Pada hari keempat sebelum melakukan senam kaki, kaki kanan terasa 9 titik dan kaki kiri terasa 9 titik setelah melakukan senam kaki, ujar Ny.
Pembahasan
Dukungan keluarga sangat dipengaruhi oleh karakteristik subjek menderita DM dan karakteristik keluarga yang tinggal bersama. Dari hasil studi kasus mengenai pelaksanaan senam tungkai ditemukan adanya peningkatan sensitivitas antara sebelum dan sesudah melakukan senam tungkai pada penderita DM. Setelah melakukan senam kaki DM dua kali sehari selama empat hari, klien merasakan nyeri tekan pada kaki kanan dan kiri di 10 tempat.
Hal ini sesuai dengan penelitian Octaviah, Hasneli dan Agrina (2012) bahwa senam kaki dapat meningkatkan sensitivitas pada kaki. Senam kaki diabetes yang dilakukan pada telapak kaki, terutama pada area organ yang bermasalah, akan merangsang titik-titik saraf yang terhubung dengan pankreas sehingga menjadi aktif sehingga menyebabkan produksi insulin melalui titik-titik saraf di telapak kaki. kaki. kaki dan ini mencegah komplikasi pada kaki. Oleh karena itu, melakukan senam kaki diabetik efektif meningkatkan sensitivitas kaki pada pasien DM tipe 2.
Hasil studi kasus ini sesuai dengan teori menurut Maryunani (2013) yang menjelaskan bahwa senam kaki DM bermanfaat untuk melancarkan peredaran darah, menguatkan otot kecil, mencegah kelainan bentuk kaki. Hal ini selain disebabkan oleh faktor gender, juga disebabkan oleh upaya penanganan penyakit DM yang dilakukan setiap penderita DM seperti olahraga, dukungan keluarga, dan pola makan atau pola makan. R mendapat pengetahuan tentang senam kaki DM dari tenaga kesehatan, namun hasil peningkatan sensitivitasnya membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan Tn.
Yaitu melakukan senam kaki DM yang membuat klien semangat untuk melakukan senam kaki DM secara rutin pada pagi dan sore hari. R tidak diingatkan dan didampingi keluarganya karena keluarga sibuk dengan pekerjaan dan jarang berada di rumah sehingga klien jarang melakukan senam kaki DM. Senam kaki DM hanya dilakukan pada saat perawat berada di rumah dan ada keluarga yang mengingatkan dan membimbing.
Dukungan keluarga yang diterima seseorang dapat berupa dukungan informasi, perhatian, fasilitas/instrumental, dan dukungan emosional. Berdasarkan penelitian Ahmadi, Hasneli dan Wofers (2018), terdapat hubungan antara pengetahuan penderita yang melakukan pengobatan DM seperti senam kaki. Pasien yang berpengetahuan luas akan selalu berusaha melakukan senam kaki yang dapat membantu pengelolaan DM.
Keterbatasan Studi Kasus
Setelah penulis melakukan studi kasus “Penerapan senam kaki untuk meningkatkan sensitivitas perifer pada penderita diabetes melitus di Puskesmas Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan”. Hasil studi kasus penerapan senam kaki menunjukkan adanya peningkatan sensitivitas setelah dilakukan senam kaki DM dua kali sehari selama empat hari. Penulis berharap kepada masyarakat yang menderita penyakit diabetes melitus agar rutin melakukan senam kaki DM dan rutin berobat ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pengobatan lanjutan DM.
Keluarga diharapkan memberikan dukungan kepada klien DM untuk dapat melakukan senam kaki DM dan mengingatkan untuk berobat ke fasilitas kesehatan. Perawat puskesmas terus menjaga program pelatihan kaki DM di puskesmas secara berkesinambungan bagi penderita DM. Mahasiswa selanjutnya yang akan mengambil studi kasus senam kaki DM diharapkan mampu menyelesaikan evaluasi setelah dilakukan program intervensi.
Pengaruh senam kaki diabetik dan terapi marmer terhadap neuropati perifer pada pasien diabetes tipe II. Efektivitas senam kaki diabetik dengan koran terhadap tingkat sensitivitas kaki pada pasien diabetes tipe 2. Pengaruh senam kaki diabetik terhadap sensitivitas neuropati perifer pada pasien diabetes tipe II di Puskesmas Mangasa Kota Makassar.
Pengaruh senam kaki terhadap sensitivitas kaki dan kadar gula darah pada populasi lanjut usia penderita diabetes di Magelang. Pengaruh Senam Kaki Diabetik Terhadap Tingkat Kelembutan Kaki dan Kadar Glukosa Darah pada Penderita Diabetes di Desa Banyuraden Gamping Sleman. Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk menganalisis sensitivitas perifer pasien diabetes setelah dilakukan intervensi keperawatan dengan senam kaki pada diabetes.
Topik: Pencegahan dan Pengobatan Diabetes Melitus (DM) Subtopik: Senam Kaki untuk Diabetes Melitus. Jelaskan yang dimaksud dengan senam kaki DM b. Menjelaskan manfaat senam kaki DM c. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi senam kaki DM. Senam kaki untuk diabetes melitus merupakan aktivitas atau latihan yang dilakukan oleh penderita diabetes melitus untuk mencegah cedera dan membantu.
PENUTUP
Kesimpulan
Seiring menurunnya sirkulasi darah seiring bertambahnya usia, terdapat risiko lebih besar terjadinya perubahan sensitivitas kaki. Kurangnya rangsangan pada telapak kaki merupakan salah satu komplikasi diabetes yang disebabkan oleh tingginya kadar insulin dalam tubuh sehingga mengganggu aliran darah ke kaki. Secara kualitatif, pasien DM yang berasal dari keluarga inti akan menerima dukungan lebih besar dibandingkan pasien DM yang berasal dari keluarga single parent.
Hasil studi kasus menunjukkan bahwa gender laki-laki mengalami peningkatan lebih cepat dibandingkan gender perempuan. T baru mengidap DM selama 4 tahun sehingga merupakan neuropati ringan sehingga lebih mudah timbul kepekaan dibandingkan dengan Ny. Dukungan sosial keluarga yang memadai telah terbukti berhubungan dengan penurunan angka kematian, pemulihan yang lebih mudah dari penyakit, dan kesehatan emosional.
Hasil studi kasus menunjukkan bahwa pengetahuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah DM pada kedua subjek berada pada kategori cukup.
Saran
Saya Tandya Sholeha, mahasiswi Akper Fatmawati, saya meminta bapak/ibu menjadi sukarelawan dalam studi kasus bertajuk Penerapan Senam Kaki untuk Meningkatkan Sensitivitas Perifer pada Klien Diabetes Melitus di Puskesmas Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan. Observasi alat ukur dilakukan dengan cara observasi dengan lembar rating sebelum dan sesudah pelaksanaan senam kaki pada diabetes melitus dengan menggunakan alat ukur monofilamen. Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan mengenai senam kaki DM selama 25 menit, diharapkan pasien dan anggota keluarga dapat memahami dan kembali memperagakan senam kaki DM dengan baik dan benar.
Senam kaki merupakan aktivitas atau latihan yang dilakukan oleh penderita diabetes untuk mencegah cedera dan melancarkan peredaran darah pada kaki. Senam kaki dapat dilakukan dalam posisi berdiri, duduk, dan tidur dengan menggerakkan kaki dan sendi tungkai. Senam kaki adalah senam yang dilakukan oleh penderita atau tanpa diabetes untuk mencegah cedera dan meningkatkan sirkulasi pada kaki.