• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GURU, MINAT DAN BAKAT, DAN SENI BACA AL-QUR AN. mengejar cita-cita besarnya di masa depan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GURU, MINAT DAN BAKAT, DAN SENI BACA AL-QUR AN. mengejar cita-cita besarnya di masa depan."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GURU, MINAT DAN BAKAT, DAN SENI BACA AL-QUR’AN

A. GURU

1. Pengertian Guru

Guru adalah figur inspirator dan motivator murid dalam mengukir masa depannya. Jika guru mampu menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi anak didiknya, maka hal itu akan menjadi kekuatan anak didik dalam mengejar cita-cita besarnya di masa depan.

Pada sisi yang lain Hadari Nawawi menyatakan bahwa, “Pengertian guru secara etimologis atau dalam arti yang sempit guru adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau di kelas. Guru dalam arti luas berarti seorang yang bekerja dalam pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam

membantu anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing”.1

Makna guru atau pendidik pada prinsipnya tidak hanya mereka yang mempunyai kualifikasi keguruan secara formal diperoleh dari bangku sekolah atau perguruan tinggi, melainkan yang terpenting adalah mereka yang mempunyai kompetensi keilmuan dan dapat menjadikan orang lain pandai dalam matra kognitif, afektif dan psikomotorik. Matra kognitif menjadikan peserta didik cerdas intelektualnya, matra afektif menjadikan peserta didik mempunyai sikap dan perilaku yang sopan, dan

1 Hadari Nawawi, Profesionalisme Guru dalam Mengajar, (Semarang: IKIP Press, 1996), hlm. 134.

(2)

matra psikomotorik menjadikan peserta didik terampil dalam

melaksanakan aktivitas secara efektif dan efisien, serta tepat guna.2

2. Tugas dan Tanggung Jawab Guru

Secara umum dapat dikatakan bahwa tugas dan tanggung jawab yang dilaksanakan oleh guru adalah mengajak orang lain berbuat baik. Guru adalah profesi yang sangat strategis dan mulia. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Dengan kata lain, seorang guru dituntut untuk mampu menyelaraskan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam proses

pembelajaran.3

Di samping tugas utama sebagai pendidik, pengajar, pembimbing dan pelatih, maka “tugas utama guru menurut Depdikbud adalah sebagai berikut:

1) Tugas profesional, yaitu mendidik dalam rangka menyumbangkan kepribadian, mengajar dalam rangka menyeimbangkan kemampuan berfikir, kecerdasan dan melatih dalam rangka membina keterampilan. 2) Tugas manusiawi, yaitu membina anak didik dalam rangka

meningkatkan dan mengembangkan martabat diri sendiri, kemampuan manusia yang optimal serta pribadi yang mandiri.

3) Tugas kemasyarakatan, yaitu dalam rangka mengembangkan terbentuknya masyarakat Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945”.4

2 Zaenal Mustakim, Strategi Metode dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Gama Media Yogyakarta, 2009), hlm. 5.

3

Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi, dan

Kompetensi Guru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 30.

4 Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar (Landasan Konsep dan Implementasi), (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 56.

(3)

Ketiga tugas ini jika dipandang dari segi anak didik maka guru harus memberikan nilai-nilai yang berisi pengetahuan masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang, pilihan nilai hidup dan praktik-praktik komunikasi. Pengetahuan guru yang diberikan kepada anak didik harus mampu membuat anak didik itu pada akhirnya mampu memilih nilai-nilai hidup yang semakin komplek dan harus mampu membuat anak didik berkomunikasi dengan sesamanya di dalam masyarakat.

Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan dan mengembangkan kreativitas dan kualitas anak didik. Seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik sudah berat, tetapi ada yang lebih berat lagi yaitu bertanggung jawab terhadap anak didik. Besar tanggung jawab guru terhadap anak didiknya, karena tidak hanya di dinding sekolah saja tetapi harus bertanggung jawab di luar sekolah

(lingkungan masyarakat).5

“Guru memiliki tanggung jawab yang esensial sebagai manusia dewasa yang patut ditiru dan digugu yaitu:

1) Tanggung jawab moral, yaitu setiap guru harus memiliki kemampuan menghayati perilaku dan etika yang sesuai dengan moral Pancasila dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2) Tanggung jawab pendidikan di sekolah, yaitu setiap guru harus menguasai cara belajar menajar yang efektif, mampu membuat Satuan Pengajaran (SP), mampu memahami kurikulum, dan mampu mengajar di kelas.

3) Tanggung jawab kemasyarakatan, yaitu turut serta menyukseskan pembangunan dalam masyarakat, yaitu guru mampu membimbing, mengabdi dan melayani masyarakat.

4) Tanggung jawab keilmuan, yaitu guru selaku ilmuan bertanggung jawab dan turut serta memajukan ilmu yang menjadi spesialisasinya,

dengan melaksanakan penelitian dan pengembangan”.6

5 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), hlm. 10.

(4)

3. Peran Guru

Peranan guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang

menjadi tujuannya.7 Banyak peranan yang diperlukan dari guru sebagai

pendidik, semua peranan yang diharapkan dari guru diantaranya adalah: 1) Korektor

Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana yang buruk. Kedua nilai ini mungkin telah anak didik miliki dan mungkin telah mempengaruhinya sebelum anak didik masuk sekolah. Semua nilai yang baik harus guru pertahankan dan semua nilai yang buruk harus disingkirkan dari jiwa dan watak anak didik. Jika guru mengabaikannya berarti guru telah mengabaikan peranannya sebagai seorang korektor, yang menilai dan mengoreksi semua sikap dan tingkah laku anak didik.

2) Inspirator

Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik. Oleh karenanya guru diharapkan dapat

memberikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik.8

7 Moh. Uzer Usman, Op. Cit., hlm. 4.

8 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 43-44.

(5)

3) Informator

Guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Informasi yang baik dan efektif diperlukan murid, kesalahan informasi adalah racun bagi anak didik.

4) Organisator

Dalam hal ini guru harus memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik dan menyusun tata tertib sekolah.

5) Motivator

Dalam hal ini, seorang guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis motif yang melatarbelakangi anak didiknya malas belajar dan menurun prestasinya di sekolah.

6) Inisiator

Dalam peranannya guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Guru harus menjadikan

dunia pendidikan khususnya interaksi edukatif. 9

(6)

7) Fasilitator

Guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang

memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik sehingga akan tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan anak didik.

8) Pembimbing

Peranan ini harus lebih dipentingkan, karena kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa yang cakap.

9) Demonstrator

Untuk bahan pelajaran yang sukar dipahami oleh anak didik, guru harus berusaha membantunya, dengan memperagakan apa yang diajarkan. Sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan pemahaman anak didik, tidak terjadi kesalahan pengertian antara guru dan anak didik. Tujuan pengajaran pun dapat tercapai dengan efektif dan efisien.

10) Pengelola kelas

Sebagai pengelola kelas guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru, dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Maksud dari pengelolaan kelas adalah agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar di

dalamnya.10

(7)

11) Mediator

Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya, baik media non material maupun materiil. Media berfungsi sebagai alat komunikasi guna mengefektifkan proses interaksi edukatif.

12) Supervisor

Sebagai supervisor, hendaknya guru dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran. 13) Evaluator

Sebagai evaluator guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang

menyentuh aspek ekstrinsik dan instrinsik.11

B. MINAT DAN BAKAT 1. Minat

a. Pengertian Minat

Menurut kamus Bahasa Indonesia, minat adalah

kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, perhatian,

keinginan.12 Minat diartikan kecenderungan arah pemusatan perhatian

yang ditandai oleh perasaan senang. Minat sangat penting karena minat yang tinggi terhadap suatu objek atau kegiatan akan menunjang

11 Ibid., hlm. 47-48.

12 Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 769.

(8)

pencapaian tujuan. Setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk selalu berhubungan dengan sesuatu yang dianggap dapat memberikan kesenangan. Dari perasaan senang inilah, maka timbullah minat untuk memperoleh, menggambarkan sekaligus berusaha mempertahankan sesuatu yang dianggapnya dapat mendatangkan kesenangan.

Pada sisi yang lain, Lusi Nuryanti menyatakan bahwa, “Minat adalah kecenderungan seseorang terhadap sesuatu, atau bisa dikatakan apa yang disukai seseorang untuk dilakukan. Pada dasarnya setiap orang akan lebih senang melakukan sesuatu yang sesuai dengan minatnya (yang disukai) daripada melakukan sesuatu yang kurang disukai. Belajar dengan keadaan senang hati tertu saja akan lebih

mudah daripada anak belajar dengan suasana hati yang terpaksa”.13

Menurut Sumardi Subryabrata, minat merupakan

kecenderungan-kecenderungan dan keinginan yang tinggi atau yang

besar terhadap sesuatu.14

Menurut WS. Winkel, “Minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati oleh seseorang akan diperhatikan terus menerus disertai dengan perasaan senang. Perasaan senang merupakan faktor non intelektual yang khusus berpengaruh terhadap semangat atau gairah belajar. Perasaan senang akan menimbulkan minat yang

diperkuat oleh rasa positif”.15

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa minat adalah suatu kekuatan yang mendorong seseorang untuk memusatkan dan berbuat sesuatu terhadap objek dengan disertai perasaan senang, serta ada suatu maksud dan tujuan dari kegiatan yang dilakukan tersebut.

13

Lusi Nuryanti, Psikologi Anak, (Jakarta: Indeks, 2008), hlm. 59.

14 Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2000), hlm. 234. 15 WS. Winkel, Psikologi Pengajaran dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Rosdakarya, 1994), hlm. 31.

(9)

b. Macam-macam Minat

Berdasarkan timbulnya minat dibedakan menjadi dua yaitu:

1) Minat Primitif, adalah minat yang timbul karena kebutuhan biologis atau jaringan-jaringan tubuh, misalnya kebutuhan akan makanan, perasaan enak atau nyaman, kebebasan beraktivitas dan seks.

2) Minat Kultural atau Minat Sosial, adalah minat yang timbulnya karena proses belajar, minat ini tidak secara langsung berhubungan dengan diri kita, misalnya minat belajar, individu punya pengalaman bahwa masyarakat atau lingkungan akan lebih menghargai orang-orang terpelajar dan pendidikan tinggi sehingga hal ini akan menimbulkan minat individu untuk belajar berprestasi

agar mendapat penghargaan dari lingkungan.16

Berdasarkan arahnya, minat dibedakan menjadi dua yaitu:

1) Minat Intrinsik, adalah minat yang langsung berhubungan aktivitas itu sendiri, ini merupakan minat yang lebih mendasar atau minat asli. Sebagai contoh seseorang belajar karena memang cinta pada ilmu pengetahuan atau karena senang membaca, bukan karena ingin mendapat pujian atau penghargaan. Dalam bermain sepak bola, minat intrinsiknya adalah kesenangan dalam menyepak bola, bergerak bebas dalam alam terbuka dan sebagainya.

16 Abdul Rahman Saleh, Muhib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam

(10)

2) Minat ekstrinsik, adalah minat yang berhubungan dengan tujuan akhir dari kegiatan tersebut, apabila tujuannya sudah tercapai ada kemungkinan minat tersebut hilang. Sebagai contoh, seseorang yang belajar dengan tujuan agar menjadi juara kelas atau lulus ujian saringan SPMB, setelah menjadi juara kelas atau lulus saringan SPMB minat belajarnya menjadi turun. Dalam bermain sepak bola, minat ekstrinsiknya adalah bagaimana mencetak gol

sebanyak mungkin, bagaimana mengalahkan lawan dan

sebagainya. Jadi dalam minat ekstrinsik ada dua usaha untuk melanjutkan aktivitas sehingga tujuan akan menjadi menurun atau hilang.17

Berdasarkan cara mengungkapkan minat dapat dibedakan menjadi empat yaitu:

1) Expressed Interest: adalah minat yang diungkapkan dengan cara meminta kepada subyek untuk menyatakan atau menuliskan kegiatan-kegiatan baik yang berupa tugas maupun yang bukan tugas yang disenangi dan paling tidak disenangi. Dari jawabannya dapatlah diketahui minatnya.

2) Manifest Interest: adalah minat yang diungkapkan dengan cara mengobservasinya atau melakukan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas-aktivitas yang dilakukan subjek atau dengan mengetahui hobinya.

3) Tested Interest: adalah minat yang diungkapkan cara

menyimpulkan dari hasil jawaban tes objektif yang diberikan, nilai-nilai yang tinggi pada suatu objek atau masalah biasanya menunjukkan minat yang tinggi pula terhadap hal tersebut.

4) Inventoried Interest: adalah minat yang diungkapkan dengan menggunakan alat-alat yang sudah distandarisasikan, dimana biasanya berisi pertanyaan-pertanyaan yang ditunjukan kepada subjek apakah ia senang atau tidak terhadap sejumlah aktivitas

atau sesuatu objek yang ditanyakan.18

17 Ibid., hlm. 266. 18 Ibid., hlm. 266.

(11)

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi minat seseorang ada dua faktor yaitu:

1) Faktor Internal a. Pembawaan

Pembawaan sangat mempengaruhi timbulnya minat, misalnya seseorang yang mempunyai minat melukis, karena seseorang tersebut memang mempunyai bakat bawaan yaitu suka melukis.

b. Psikologi

Keadaan jiwa seseorang juga mempengaruhi timbulnya minat terhadap sesuatu misalnya, orang yang keadaannya tenang dan gembira akan selalu menunjukkan sikap dan perjuangannya.

c. Keadaan Jasmani

Jasmani yang sehat dan cacat juga mempengaruhi timbulnya minat terhadap sesuatu. Misalnya cacat penglihatan

akan mempengaruhi minat pada seseorang. 19

d. Kebutuhan

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kebutuhan hidup adalah merupakan faktor yang sangat kuat dan penting bagi seseorang. Makin besar kebutuhan seseorang untuk mengatasi

19 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 183.

(12)

kebutuhnnya. Misalnya seseorang murid yang memiliki rasa ingin tahu maka ia akan cepat mengerti dan mengingatnya dibanding dengan murid yang tidak mempunyai rasa ingin tahu maka minat membacanyapun lemah.

2) Faktor Eksternal, meliputi: a. Faktor Lingkungan Keluarga b. Faktor Lingkungan Sekolah

c. Faktor Lingkungan Masyarakat.20

Menurut Abdul Saleh, faktor yang mempengaruhi minat ada dua, yaitu:

a. Faktor yang bersumber dari dalam individu yang bersangkutan terdiri dari bobot, umur, jenis, kelamin, pengalaman, perasaan mampu dan kepribadian.

b. Faktor yang bersumber dari luar, mencakup lingkungan yang terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan

lingkungan masyarakat.21

2. Bakat

a. Pengertian Bakat

Nana Syaodih Sukmadinata mengungkapkan bahwa, “Bakat atau aptitude merupakan kecakapan potensial yang bersifat khusus, yaitu khusus dalam sesuatu bidang atau kemampuan tertentu. Seseorang lebih berbakat dalam bidang bahasa sedang yang lain dalam matematika, yang lain lagi lebih menunjukkan bakatnya dalam

sejarah, dan sebagainya”.22

20

Ibid., hlm. 185.

21 Abdul Rahman Saleh, Muhib Abdul Wahab, Op. Cit., hlm. 263.

22 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 101.

(13)

Banyak para ahli mengemukakan tentang definisi bakat. Diantaranya adalah menurut W. B. Michael bakat merupakan suatu kapasitas atau potensi yang belum dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar, bakat berkenaan dengan kemungkinan menguasai sesuatu pola tingkah laku dalam aspek kehidupan tertentu. Guillford memberikan definisi sedikit berbeda, menurutnya bakat banyak sekali, sebanyak perbuatan atau aktivitas individu. Ada tiga komponen dari bakat menurut Guillford, yaitu komponen: Intelektual, perseptual dan psikomotor. Komponen intelektual terdiri atas beberapa aspek, yaitu aspek pengenalan, ingatan, dan evaluasi. Komponen perseptual juga meliputi beberapa aspek, yaitu pemusatan perhatian, ketajaman indra, orientasi ruang dan waktu, keluasan dan dan kecepatan mempersepsi. Komponen psikomotor terdiri atas aspek-aspek rangsangan, kekuatan

dan kecepatan gerak, ketepatan, koordinasi gerak dan kelenturan.23

Bakat dapat diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Kemampuan adalah daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan dapat dilaksanakan sekarang, sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat

dilakukan di masa yang akan datang.24

23 Ibid., hlm. 102.

24 Sunarto dan Ny. B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 120.

(14)

Bakat memungkinkan seseorang mencapai prestasi tertentu dalam bidang tertentu. Akan tetapi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman dan dorongan atau motivasi agar dapat tersebut dapat terwujud. Misalnya seseorang memiliki bakat dalam bidang seni baca al-Qur’an, jika ia tidak pernah diberi kesempatan untuk mengembangkan, maka bakat tersebut tidak akan tampak. Jika orang tuanya menyadari bahwa ia mempunyai bakat dalam bidang seni baca al-Qur’an dan mengusahakan agar ia dapat pengalaman yang sebaik-baiknya untuk mengembangkan bakatnya, dan anak itu juga menunjukkan minat yang besar untuk mengikuti pendidikan dalam bidang seni baca al-Qur’an, maka ia akan dapat mencapai prestasi yang unggul pada bidang tersebut.

b. Macam-macam Bakat

Berdasarkan cara berfungsinya, bakat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Kemampuan di bidang khusus, misalnya bakat musik, melukis, dan lain sebagainya.

2. Bakat khusus yang dibutuhkan sebagai perantara untuk merealisasikan kemampuan khusus. Misalnya bakat melihat ruang (dimensi) dibutuhkan untuk merealisasikan kemampuan di bidang

teknik arsitek.25

25 Jamal Ma’mur Asmani, Kiat Mengembangkan Bakat Anak di Sekolah, (Jogjakarta: Diva Press, 2012), hlm. 22.

(15)

Ada juga jenis bakat alam, bakat turunan, dan bakat kebiasaan. 1. Bakat alam, yaitu bakat yang sudah ada sejak dilahirkan. Bakat ini mulai kelihatan ketika usia beranjak besar. Bakat alam terjadi juga karena melakukan suatu hal dengan sangat cepat, tentunya dengan proses latihan.

2. Bakat turunan, yaitu bakat dari turunan orang tua atau keluarga. Contohnya, ayahnya pandai bermain gitar. Ternyata setelah beranjak dewasa sangat menyukai musik dan mencoba bermain gitar, tanpa disangka-sangka akhirnya pandai bermain gitar. 3. Bakat kebiasaan, yaitu muncul karena kebiasaan yang dilakukan

secara terus menerus. Tanpa disadari telah mengasah kemampuan yang terpendam selama ini. Misalnya, sering membantu ibu membuat kue kering, karena terbiasa membantu ibu, maka hafal

cara-caranya kemudian pandai membuatnya.26

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Bakat

Secara garis besar faktor-faktor tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu, faktor internal dan eksternal.

1. Faktor internal, adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu. Diantaranya meliputi; minat, motif berprestasi, keberanian mengambil resiko, keuletan dalam menghadapi tantangan, dan kegigihan atau daya juang dalam mengatasi kesulitan yang timbul.

(16)

2. Faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari lingkungan individu tumbuh dan berkembang. Diantaranya meliputi; kesempatan maksimal untuk mengembangkan diri, sarana dan prasarana, dukungan dan dorongan orang tua atau keluarga, lingkungan tempat tinggal, dan pola asuh orang tua.

Individu yang memiliki bakat khusus dan memperoleh dukungan internal maupun eksternal, yaitu memiliki minat yang tinggi terhadap bidang yang menjadi bakat khususnya, memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, memiliki daya juang tinggi, dan ada kesempatan maksimal untuk mengembangkan bakat khusus tersebut secara optimal maka akan memunculkan kinerja atau kemampuan

unggul dan mencapai prestasi yang menonjol.27

3. Cara Mengembangkan Minat dan Bakat a. Perlu Keberanian

Keberanian membuat seseorang mampu menghadapi tantangan atau hambatan, baik yang bersifat fisik dan psikis maupun kendala-kendala sosial atau yang lainnya. Keberanian akan membuat seseorang mampu melihat jalan keluar berhadapan dengan berbagai kendala yang ada, dan bukan sebaliknya, membuat kita takut dan melarikan diri secara tidak bertanggung jawab.

27 M. Ali, M. Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 81.

(17)

b. Perlu didukung Latihan

Latihan adalah kunci dari keberhasilan. Latihan di sini bukan saja dari segi kuantitasnya tetapi juga dari segi motivasi yang menggerakkan setiap usaha yang kelihatan secara fisik.

c. Perlu didukung Lingkungan

Lingkungan di sini tentu dalam arti yang sangat luas, termasuk manusia, fasilitas, biaya dan kondisi sosial lainnya, yang turut berperan dalam usaha pengembangan minat dan bakat.

d. Perlu memahami hambatan-hambatan pengembangan bakat dan cara mengatasinya.

Perlu mengidentifikasi dengan baik kendala-kendala yang ada, mengkategorikan mana yang mudah diatasi dan mana yang sulit,

kemudian mulai memikirkan jalan keluarnya.28

B. SENI BACA AL-QUR’AN

1. Pengertian Seni Baca Al-Qur’an

Seni baca al-Qur’an adalah menyanyi atau berlagu di dalam membaca al-Qur’an. Adapun seni baca al-Qur’an atau taghanni dalam membaca Qur’an, sebagaimana dalam hadits Nabi dijelaskan bahwa al-Qur’an adalah kalam Illahi yang menganjurkan untuk dibaca, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abi Yamamah Al-Bahili, sebagai berikut:

(18)

: َلاَق هُع للها يّضر َيِّهِه اَبْنا َةَي اَيُأ ىِبَأ ٍَْع ُي ْيِّج ْؤَي ُهََِإَف ,ٌَ اْزُقْناا ْوُءَزْقِا : ُلْىُقَي و ص ِللها ُمُسَر ُثْعًَِس ِهِب اَحْص َؤِن اًعْيِفَش ِةَياَيِقْنا

.

Artinya: Dari pada Abi Ammah Al Bahili ra. Ia berkata: aku telah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “Bacalah olehmu al-Qur’an itu, maka sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat memberi syafaat bagi pembacanya”.29

Secara umum lagu al-Qur’an adalah setiap lagu apa saja yang dapat diterapkan dalam ayat-ayat al-Qur’an dengan berbagai variasi dan nada suara yang teratur dan harmonis tanpa menyalahi hukum-hukum bacaan yang digariskan dalam ilmu tajwid.

Tetapi jika membacanya asal jadi, tanpa memperhatikan tuturan hurufnya, tidak atas sillabelnya atau makhroj tertentu, walaupun membacanya dengan suara yang indah, maka bacaan itu tidak diridhoi Allah Swt. dan Rosul-Nya. Hukumnya haram dan orang yang membacanya berdosa, sebagaimana dikatakan oleh Imam Ibnu Jajari:

ٌىِث آْزُقْناِدِىَجُي ْىَنء ءٍَْي # ٌوِس اَن ٌىْحَح ِدْيِىْجَحناِب ُذْخآْناَو َلاِصُو اَُْيَنِإ ُهُِْي اَذَكَهَو # َلاِسُأ ِهَن ِإْنا ِهِب ُهََ آِن Artinya:

1. Melaksanakan tajwid adalah suatu keharusan dan kemestian. Dan barangsiapa al-Qur’an tanpa tajwid berdosa hukumnya. 2. Karena al-Qur’an diturunkan Allah Swt. serta tajwidnya.

Demikianlah al-Qur’an itu datang dari Allah Swt. untuk kita (selaku makhluknya).30

Agar didengar oleh pendengar tidak membosankan dan bertambah meresapkan isi al-Qur’an itu di hati sanubari pembaca

29 Khadijatus Shalihah, Perkembangan Seni Baca Al Qur’an dan Qiraat Tujuh di

Indonesia, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1983), hlm. 28.

(19)

maupun pendengarnya, maka hiasilah al-Qur’an dengan suara dan lagu-lagu Arab. Sebagaimana dalam hadits Rasulullah Saw.:

ُللها ُلْىُسَر َلاَق ٌََاْزُقْنا ُدْيِشَي ٍََسَحْنا َتْىَصّنا ٌِِء اَف ْىُكِج اَىْص َاِب ٌََاْزُقْنااْىُُْيَس : َىَهَسَو ِهْيَهَع ُهَهنا ىَهَص

)أزبنا ٍحَ ىكاحناهاور( .اًَُسَح Artinya: “Hiasilah al-Qur’an itu dengan suaramu yang baik, karena suara yang baik itu akan menambah keindahan al-Qur’an”. (HR.

Hakim dari Barro’).31

Patokan hadits ini merupakan anjuran bagi kita sebagai umatnya untuk memperindah bacaan al-Qur’an melalui suara yang baik. Karena Rasulullah Saw. sendiri yang memberikan contoh di dalam membaca al-Qur’an ialah dengan suara yang merdu dan indah serta fashih di dalam huruf-hurufnya.

Di dalam seni baca al-Qur’an terdapat suatu tuntutan yaitu agar setiap qari’ dan qari’ah memiliki kefashihan dalam membacanya. Perbedaan tilawah atau bacaan seorang pembaca al-Qur’an yang satu dengan yang lainnya dapat dipahami melalui tingkat kefasihan para pembaca tersebut dalam melafalkan huruf-huruf hijaiyah ketika membaca al-Qur’an. Adapun pembahasan tentang kesempurnaan membaca akan cara melafalkan biasanya termasuk dalam cakupan “fashohah”. Maka dari itu pada umumnya “fashohah” diartikan kesempurnaan membaca dari seseorang akan cara melafalkan seluruh huruf hijaiyah yang ada di

dalam al-Qur’an.32

31 A. Munir, Sudarsono, Ilmu Tajwid dan Seni Baca Al-Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hlm. 58.

(20)

2. Urgensi Seni Baca Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah mukjizat paling besar dari segala mujizat yang pernah diberikan Allah Swt. kepada seluruh Nabi dan Rasul-Nya. Kemujizatan al-Qur’an pada dasarnya berpusat pada dua segi, yaitu: pertama, segi isi atau kandungan Qur’an, dan kedua, segi bahasa al-Qur’an.

Al-Qur’an mempunyai gaya bahasa yang khas yang tidak dapat ditiru para sastrawan Arab sekalipun, karena susunan yang indah yang berlainan dengan setiap susunan dalam bahasa Arab. Bahasa atau kalimat-kalimat al-Qur’an adalah kalimat-kalimat-kalimat-kalimat yang menakjubkan, yang berbeda sekali dengan kalimat-kalimat bahasa Arab.

Susunan kalimat dan gaya bahasa al-Qur’an bebas pula dari tujuan umum sebagaimana yang terdapat dalam syair-syair dan sajak-sajak. Keharmonisan irama yang timbul dari rangkaian kata dan kalimat telah ada di dalam setiap lafadz dan setiap ayat al-Qur’an, sehingga gema irama yang harmonis itu saja hampir merupakan lukisan tersendiri yang lengkap menggambarkan warna yang segar atau pucat serta menampakkan bayangan yang tipis atau tebal, sehingga menimbulkan seni tersendiri

dalam membacanya.33

Setiap mukmin yakin, bahwa membaca al-Qur’an saja sudah termasuk amal yang sangat mulia dan akan mendapat pahala yang berlipat ganda, sebab yang dibacanya itu adalah kitab suci Illahi. Al-Qur’an

33 Said Agil Husin Al Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, (Ciputat: Ciputat Press, 2005), hlm. 33.

(21)

adalah sebaik-baik bacaan bagi orang mukmin, baik dikala senang maupun dikala susah, dikala gembira maupun dikala sedih. Membaca al-Qur’an bukan saja menjadi amal dan ibadah, tetapi juga menjadi obat dan

penawar bagi orang yang gelisah jiwanya.34

Maka membaca al-Qur’an juga mempunyai seninya tersendiri, tentunya seni baca al-Qur’an tidak lepas dari rasa keindahan, yaitu keindahan suara (bunyi lafal-lafal al-Qur’an yang disertai, dengan suara yang kuat) maksudnya tidak dibaca dalam hati, hingga dapat didengar oleh orang disekitarnya, karena fungsi pembacaan al-Qur’an itu adalah nyaring (jahr), maka untuk tidak membosankan bagi pendengar, bacaan ayat-ayat al-Qur’an tersebut tidak ada salahnya bila suara yang mengeluarkan (melafalkan) ayat-ayat al-Qur’an itu diwarnai dengan fariasi-fariasi lagu-lagu al-Qur’an. Di sinilah letak seni daripada bacaan al-Qur’an itu. Dan di dalam mensenikan bacaan al-Qur’an dengan lagu yang bermacam-macam fariasi tersebut harus disertai dengan makhrijul huruf atau pengeluaran huruf yang tepat pada sillablenya masing-masing, apalagi bila disertai dengan alunan suara yang indah dan halus, makin bertambah indah serta nada-nada penuh pesona, hati melambung tinggi

kehadirat pencipta.35

34 Zainal Abidin, Seluk Beluk Al-Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hlm. 153. 35 Khadijatus Shalihah, Op. Cit., hlm. 28-29.

(22)

3. Bentuk Volume Suara dan Dinamikanya dalam Seni Baca Al-Qur’an a. Bentuk-bentuk Suara dalam Seni Baca Al-Qur’an

Di dalam bidang seni baca al-Qur’an terdapat beberapa tipe atau bentuk suara yang lazim ditemukan di tengah-tengah masyarakat. Bentuk-bentuk suara tersebut yaitu:

1) Suara Perut

Pada jenis suara bentuk bunyinya tergantung pada tekanan di dalam perut, kalau tidak ada tekanan dari dalam perut maka bentuk suaranya menjadi los (terbuka) dan pernafasan akan lebih pendek terutama pada dasar (rendah).

2) Suara Tenggorokan

Jenis suara ini mempunyai tekanan yang kuat dan bernada tinggi yang digerakkan oleh tenggorokan, sehingga suara jenis ni didominir oleh gerakan-gerakan getaran (graven) dan pernafasan akan lebih mudah dikendalikan. Orang yang mempunyai jenis suara ini memberikan kesan memiliki pernafasan yang panjang dan

terkendali.36

3) Suara Hidung

Pada jenis suara ini khususnya untuk seni baca al-Qur’an kurang mencapai kesempurnaan, dikarenakan suara ini berbunyi dari pusat dalam hidung, oleh karenanya vokal A dan L sangat tidak sempurna (kurang terbuka), sedangkan jenis-jenis huruf di

(23)

dalam al-Qur’an harus keluar dari tempat yang telah ditetapkan dalam ilmu tajwid.

4) Suara Otak

Suara pada jenis ini bersumber dari kepala dan mempunyai tekanan yang keras, biasanya orang yang memiliki jenis suara ini juga disebut suara tinggi atau tenor, karena dapat melengking sampai batas maksimal. Kelemahan pada jenis suara ini kurang dapat menggunakan nada-nada minor atau raml (menurut nagham), sebaliknya lebih didominir dengan nada-nada yang lurus dan tegak. 5) Suara Mulut

Suara jenis ini dapat memiliki berbagai tangga nada baik nada rendah, sedang dan tinggi dari segi vokal lebih sempurna karena fungsi mulut sangat berperan baik pada nada rendah, sedang dan tinggi.

6) Suara Dada

Suara jenis ini biasanya didominir oleh nada dasar (bass) sedangkan volumenya lebih besar, dan jenis suara ini pada nada tinggi tidak dapat sempurna (tidak naik) karena tertekan oleh dada, biasanya orang yang mempunyai tipe suara dada ini hanya pada batas nada bariton dan dominasi pada jenis suara ini hanya pada nada dasar (bass) dan paling tinggi hanya mencapai nada bariton

(rendah).37

(24)

b. Dinamika tentang volume suara dalam Seni Baca Al-Qur’an 1) Qoror/ Low adalah piano (suara lembut), maksudnya ialah suara

yang paling rendah (Lowest). 2) Nawa/ Medium

a. Mezzo Soprao, yaitu antara suara tinggi dan rendah. b. Mezzo Forte, yaitu suara sedang.

3) Jawab/ High adalah suara yang menanjak kuat.

4) Jawabul Jawab/ Highest Fortissime, yaitu suara yang sangat kuat.38

Pada dasarnya suara dapat diperbaiki dan disempurnakan melalui latihan-latihan sebagai berikut:

a) Latihan dengan kontinew setiap hari dalam bersuara, baik pagi, sore atau malam, dan sebaiknya apabila langsung angkat suara kepada ayat-ayat al-Qur’an.

b) Olah raga di waktu pagi, baik jalan-jalan, senam pagi dan lain-lain. Apabila sarana memadai dianjurkan untuk berenang karena olah raga berenang baik suara ataupun nafas akan lebih mencapai kesempurnaan.

c) Disamping latihan yang bersifat gerakan tubuh tertentu dianjurkan pula obat-obatan tradisional (jamu) yang dapat menyempurnakan

suara dan nafas.39

4. Macam-macam Lagu dalam Seni Baca Al-Qur’an

Lagu-lagu dalam seni baca al-Qur’an dibagi menjadi 2 (dua) bagian:

38 M. Misbachul Munir, Pedoman Lagu-lagu Tilawatil Qur’an dilengkapi Tajwid dan

Qasidah, (Surabaya: Apollo, 1997), hlm. 25.

(25)

1) Lagu pokok

Menurut sebagian guru qurro’, lagu-lagu pokok dalam seni baca al-Qur’an ada 8 (delapan) macam, yaitu:

a. Lagu Bayyati (Husaini) b. Lagu Shoba (Maya) c. Lagu Hijazi (Hijaz) d. Lagu Nahawand (Iraqi) e. Lagu Sika

f. Lagu Rasta Alan Nawa g. Lagu Jiharka

h. Lagu Banjaka

Ada yang berpendapat bahwa lagu-lagu pokok yang umum dipakai di Indonesia ada 7 macam yaitu sebagaimana nama-nama lagu di atas dengan meninggalkan lagu banjaka.

2) Lagu cabang (selingan) a. Syuri b. Ajami (Al-Ajam) c. Mahur (Muhur) d. Bastanjar e. Kard f. Kard-kurd g. Nakriz h. Kur i. Nuqrosy j. Murokhab k. Misri l. Turki m. Romi n. Urag o. Usy syaq p. Zanjiran/ Zinjiron q. Syabir Alarros r. Kurd

Pasangan lagu-lagu cabang pada lagu-lagu pokok

Syuri Bayyati Ajami Mahur Shoba Bastanjar Kard Kard Kurd Nakriz Kurd Nuqrosy Murakkab Misri Turki Sika Romi-Uroq Usy-Syaq

Zanjiron Rosta Alan

Syabir Alarros Nawa

Kurdi Jiharka40

40 M. Misbachul Munir, Op. Cit., hlm. 26-27.

Hijazi

(26)

Susunan Lagu Secara Lengkap 1) Lagu Bayyati dan Rosta Alan Nawa

Lagu Bayyati (husaini) terdiri dari 12 bentuk, dan 3 tingkatan suara yaitu: Qoror – Jawab - Jawabul Jawab, dengan satu fariasi yaitu Syuri.

Adapun lagu Rosta Alan Nawa yang tergabung di dalamnya hanyalah berfungsi sebagai sisipan saja, untuk memisahkan antara Bayyati nada rendah dan Bayyati nada tinggi, karena lagu Rosta Alan Nawa mempunyai nada sedang (Jawab/ Nawa), sehingga akan menjadi serasilah jika Rasta Alan Nawa disisipkan di dalamnya. Keterangan: Untuk lagu Bayyati nada 1 dan 2 bentuknya tergantung

pada nada Basmallahnya, jika bacaan Basmallah bernada rendah, maka memulainya dari Bayyati nada 1 dan jika Basmallahnya sedikit lebih tinggi, maka Bayyati nada 1 tidak dibaca tetapi langsung memulai

baca Bayyati nada 2.41

2) Lagu Shoba

Lagu Shoba terdiri dari 5 bentuk, dengan 3 fariasi, yaitu Ajami, Mahur (Muhur) dan Bastanjar. Sedangkan tingkatan suaranya ada 2 yaitu: Jawab dan Jawabul Jawab. Lagu Shoba pertama disebut

lagu dasar (asli).42

41

Ibid., hlm. 35-36. 42

(27)

3) Lagu Hijaz (Hijazi)

Lagu Hijaz terdiri dari 7 bentuk dan 4 macam fariasi, yaitu: Kard, Kard Kurd, Nakriz dan Kurd, sedangkan untuk tingkatan suara ada 3, yaitu: Jawab, Jawabul Jawab dan Qoror. Lagu pertama disebut

juga lagu asli (Hijaz Asli).43

4) Lagu Nahawand (Iraqi)

Lagu Nahawand terdiri dari 5 bentuk dan 2 fariasi/ selingan, yaitu Nuqrosy dan Murokkab. Ciri-ciri fariasi Nuqrosy adalah bernada rendah/ turun (mirip dengan Ajami dalam lagu Shoba). Sedangkan fariasi Murokkab bernada tinggi menanjak. Adapun tingkatan suaranya ada 2, yaitu: Jawab dan Jawabul Jawab. Lagu pertama

disebut lagu asli (Nahawand Asli).44

5) Lagu Sika

Lagu Sika terdiri dari 6 bentuk dan 4 fariasi/ selingan, yaitu: Misri, Turki, Romi, Uroq. Sedang tingkatan suaranya ada 2, yaitu: Jawab dan Jawabul Jawab. Lagu pertama disebut lagu asli (Sika Misri).45

6) Lagu Rast dan Rasta Alan Nawa

Lagu Rast dan Rasta Alan Nawa pada bagian ini biasanya selalu bergabung satu sama lainnya, artinya: kalau mendahulukan lagu Rast, maka mesti dilanjutkan (disambung) dengan Rasta Alan Nawa. Jelasnya lagu Rast di bagian ini hanya sebagai pembuka saja. Oleh 43 Ibid., hlm. 42. 44 Ibid., hlm. 45. 45 Ibid., hlm. 48.

(28)

karena berada di bagian awal, maka termasuk juga disebut lagu asli. Lagu Rast/ Rasta Alan Nawa terdiri dari 3 fariasi, yaitu: Usyaq, Zanjinan (Zinjiran) dan Syabir Alarros. Tingkatan suaranya ada 2,

yaitu Jawab dan Jawabul Jawab.46

7) Lagu Jiharka

Lagu Jiharka terdiri dari 4 bentuk dan 1 fariasi yaitu Kurdi. Sedangkan tingkatan suaranya ada 2 yaitu: Jawab dan Jawabul Jawab. Lagu yang pertama disebut lagu Asli (Jiharka Asli).47

8) Lagu Banjaka (Rakbi)

Lagu Banjaka/ Rakbi hanya khusus untuk lagu-lagu pada bacaan Tartillul Qur’an dan lagu-lagu nyanyian (Qasidah) saja, dan jarang sekali bahkan tidak pernah sama sekali diterapkan/ dipakai dalam bacaan Seni Tilawatil Qur’an khususnya di Indonesia, kemungkinan karena lagu tersebut kurang cocok bila diterapkan dalam seni baca al-Qur’an sebagai nama lagu-lagu lainnya. Akan tetapi bila dipakai untuk lagu-lagu Qosidah sangat cocok sekali, demikian juga kadang-kadang lagu tersebut biasa dipakai untuk keperluan bacaan al-Qur’an secara tartil, baik itu untuk tadarus atau

pada bacaan ketika sebagai imam dalam sholat.48

46 Ibid., hlm. 50. 47 Ibid., hlm. 53. 48 Ibid., hlm. 55.

(29)

Lagu Bayyati Quflah (Penutup)

Pada umumnya, lagu Bayyati penutup ini terdiri dari 2 bentuk dan 2 tingkatan suara, yaitu Jawab dan Qoror. Sedangkan ayat-ayat untuk

contohnya adalah sebagaimana lagu Bayyati pertama terdahulu.49

5. Seni Baca Al-Qur’an Menurut Pendapat Ulama

Al-Qur’an adalah kitab suci bagi umat Islam, kitab suci terakhir meresumir semua kitab sebelumnya, berisi nilai sejarah pedoman hidup, diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. melalui malaikat Jibril untuk kepentingan umat seluruh alam.

Salah satu keistimewaan al-Qur’an dari segi bacaannya adalah tidak membosankan bila terus dibaca, dibaca siang, malam, pagi dan sore akan tetap indah apalagi manakala pembaca tersebut disertai dengan corak ragam lagu. Pembacanya atau pendengarnya merasa tersentuh hatinya untuk kian bertambah mendekatkan diri dengan Khaliq-Nya.

Di dalam status hukum melagukan al-Qur’an tentunya tidak lepas dari dasar-dasar hukum yang telah digariskan oleh Rasulullah Saw., dimana beliau adalah kunci pertama di dalam menentukan apakah diperbolehkan bacaan al-Qur’an itu dilagukan atau tidak.

Rasulullah Saw. juga menganjurkan kepada kita agar menghiasi al-Qur’an dengan suara bagus, indah lagi merdu dengan maksud supaya tidak membosankan baik pendengarnya maupun pembacanya itu sendiri. Agar bertambah meresapkan meresapkan isi al-Qur’an itu di hati sanubari

(30)

pembaca maupun pendengarnya, maka hiasilah al-Qur’an dengan suara dan lagu-lagu Arab. Seperti yang diriwayatkan oleh Imam Malik di dalam kitabnya Muwaththa’ dan Nasai di dalam Sunannya, dari pada Huzaifah dari Rasulullah Saw. beliau bersabda:

.اَهِج اَىْصَأَو ِبَزَعْنا ٌِ ْىُحُهِب ٌَ آْزُقْنااُإزْقِإ

Artinya: “Bacalah al-Qur’an dengan bentuk suara dan lagu Arab.”50

Menurut fatwa sebagian sahabat Rasulullah Saw., para tabi’in dan para ulama bahwa membaguskan suara pada bacaan al-Qur’an hukumnya sunnah karena lebih meresapkan pada hati, lebih berbekas pada perasaan

dan lebih condong pada perhatian orang-orang yang mendengarkan.51

Demikian juga pendapat ulama yang lain seperti Al-Qurtubi, Ibnu Hajar, Athahawi, mereka berpegang pada prinsip yang sama yaitu memperbolehkannya melagukan al-Qur’an.

Berdasarkan hadits Rasulullah Saw. di atas juga yang dikuatkan oleh berbagai pendapat ulama dapatlah diambil kesimpulan bahwa hukum melagukan al-Qur’an adalah:

a. Pembacaan al-Qur’an dengan lagu hukumnya adalah mubah dengan syarat tidak keluar dari qaidah-qaidah tajwid yang telah ditentukan oleh ulama qurro’ dan dibawakan dalam ekspresi yang wajar.

b. Pembacaan al-Qur’an dengan lagu apabila keluar dari qawaidut tajwid walqiro’at dan dibawakan dengan ekspresi yang berlebihan maka hukumnya adalah haram.

c. Pembacaan al-Qur’an dengan lagu yang dibuat-buat dan dipaksakan sehingga menyalahi qawaidut tajwid walqiro’at yang bersifat kahfi, maka hukumnya adalah makruh.

d. Pada dasarnya memperindah suara dalam bacaan al-Qur’an adalah sunnah.52

50 Khodijatus Shalihah, Op. Cit., hlm. 30. 51 Ibid., hlm. 31.

(31)

Oleh karena itu kita diperbolehkan melagukan atau menyenandungkan al-Qur’an dengan suara merdu atau indah sepanjang masih (يّبزعنا ٌىحهب) dan tidak bertentangan dengan hukum qiro’at dan tajwid yang menjadi ketetapan ulama yang masyhur dan mutawatir yang mempunyai sanad sampai kepada Rasulullah Saw.

Referensi

Dokumen terkait

Studi pendahuluan dilakukan terlebih dahulu dengan melakukan studi pustaka yang berasal dari buku, jurnal dan catatan kuliah dijadikan dasar dalam penelitian, pengumpulan data

< nilai α (0,00 < 0,05), artinya bahwa terdapat pengaruh penerapan model open inquiry dan guided inquiry terhadap KPS terpadu peserta didik. Hasil uji MANCOVA pada

Kami juga mengajukan permohonan pembayaran invoice untuk data berikut, dan akan segera melengkapi semua

Perbandingan Pengaruh Penggunaan Simulator Cisco Packet Tracer Dan Graphical Network Simulator 3 (GNS3) Sebagai Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa

Hal positif ini juga serupa dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Iqbal, dkk (2013) dengan judul penelitian yaitu Impact of performance appraisal

Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan adsorpsi karbon aktif dari limbah kulit singkong terhadap logam timbal (Pb) menggunakan

Menghitung total cadangan karbon hutan didasarkan pada kandungan biomasa dan bahan organik pada lima carbon pool (biomassa atas permukaan tanah, biomassa bawah permukaan tanah,

Jika ada pekerjaan galian atau pengerukan yang dilakukan sebelum caisson, palung dan cofferdam terpasang pada tempatnya, maka setelah selesai pembuatan dasar pondasi, Kontraktor