• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN GULMA PADI SAWAH DI SUBAK CEPIK, DESA TAJEN, KECAMATAN PENEBEL, KABUPATEN TABANAN. IR.I KETUT ARSA WIJAYA,M.Si

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN GULMA PADI SAWAH DI SUBAK CEPIK, DESA TAJEN, KECAMATAN PENEBEL, KABUPATEN TABANAN. IR.I KETUT ARSA WIJAYA,M.Si"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN GULMA PADI SAWAH DI SUBAK CEPIK,

DESA TAJEN, KECAMATAN PENEBEL,

KABUPATEN TABANAN

IR.I KETUT ARSA WIJAYA,M.Si

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR-BALI

2017

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan yang Mahaesa atas karunianya sehingga tulisan yang berjudul ”Kajian Gulma Padi Sawah di Subak Cepik, Desa Tajen, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan ” dapat terwujud.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan penghargaan dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun material sehingga tulisan ini dapat terwujud.

Penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari sempurna,untuk itu penulis berharap kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan tulisan ini. Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan pembaca yang membacanya.

Denpasar,Januari,2017

Penulis.

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal

1. Hasil rata-rata pengamatan jenis dan ppulasi gulma serta persentase penebaran pada padi sawah umur 3 minggu setelah tanam(tanaman /m2)... 24

(4)

RINGKASAN

Penelitian yang berjudul “Kajian Gulma Padi Sawah di Subak Cepik, Desa Tajen, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan “ pada bulan Agustus 2016. Pengambilan data dengan menggunakan petak kuadrat yang berukuran 100 cm x 100 cm sebanyak 5 kali pada sawah petani di Subak Cepik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan tiga golongan gulma yaitu: 1)golongan gulma rerumputan yang terdiri dari lima spesies (2) golongan gulma berdaun lebar terdiri dari enam spesies dan (3) golongan gulma tekian terdiri dari tiga spesies.

Golongan gulma berdaun lebar menempati posisi yang paling tinggi , baik dilihat dari jenis gulma, populasi gulma dan persentase penyebarannya. Populasi gulma yang paling tinggi ditemukan pada gulma Monochoria vaginalis (Burn)f.Presl.sebanyak 63,4 tanaman / m-2 dan yang terendah pada gulma Paspalum cnjugatum Berg sebanyak 4,60 tanaman/m2. Persentase penyebaran gulma yang paling tinggi diperoleh pada gulma Monochoria vaginalis (Burn)f.Presl sebesar 20,14 % dan yang terendah pada gulma Paspalum cnjugatum Berg sebesar 1,46 %.

(5)

DAFTAR ISI

JUDUL... .i

KATA PENGANTAR... .ii

DAFTAR TABEL... .iii

RINGKASAN... .iv

DAFTAR ISI... .. v

BAB. I PENDAHULUAN... 1

BAB .II KAJIAN PUSTAKA... 5

BAB.III BAHAN DAN METODE PENELITIAN... 22

BAB .IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 24

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN... 29

DAFTAR PUSTAKA... 30

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial bagi manusia untuk mempertahankan hidup dan kehidupan. Pangan sebagai sumber zat gizi (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air) menjadi landasan utama untuk kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan. Padi merupakan tanaman ang menghasilkan beras. Padi merupakan sumber makanan pokok hampir 40 % dari populasi penduduk dunia dan makanan utama dari penduduk Asia Tenggara. Beras adalah bahan makanan pokok penduduk Indonesia. Hasanah (2007) mengatakan bahwa kandungan gizi yang terdapat pada tanaman padi antara lain karbohidrat, protein, lemak, serta serat kasar , abu dan vitamin. Beras juga mengandung tujuh berbagai macam unsur mineral , antara lain kalium,magnesium, sodium, fosfor, dan lain sebagainya. Indonesia sebagai salah satu negara agraris semestinya dapat memenuhi sumber kebutuhan pangannya sendiri, dengan memanfaatkan semua potensi sumber daya manusia, sumberdaya alam, modal sosial dan pemerintah, seharusnya Indonesia mampu menjadi salah satu negara swasembada pangan.

Pertumbuhan dan hasil tanaman padi, selain dipengaruhi oleh populasi tanaman, juga dipengaruhi oleh kehadiran gulma, hama dan penyakit pada pertanaman. Gulma juga dikenal dengan sebutan rerumputan, rumput-rumput tumbuhan liar, herba, weed (Inggris), unkraut (Jerman), Onkruit (Belanda), dan Tzao (Cina). Perubahan lingkungan (ekosistem) yang dilakukan untuk mengintensifkan usaha pertanian memberi peluang besar bagi pengembangbiakan dan penyebaran aneka jenis gulma . Gulma umumnya mampu mempertahankan diri dalam menghadapi perubahan lingkungan karena dapat beradaptasi dan bersaing.

(7)

2

Menurut Pitoyo (2006) gulma yang banyak tumbuh pada areal pertanaman padi sawah adalah: Echinochloa crusgalli ; Commelina benghalensis; Cyperus

difformis; Cyperus rotundus; Cyperus iria L; Digitaria celiaris; Eleuine indica L.; Echinochloa colona; Fimbristylis miliacea; Marsilea crenata .Sedangkan menurut

Sukman dan Yakup (2002) mengatakan bahwa terdapat 33 jenis gulma yang sering dijumpai pada areal padi sawah dengan perincian 10 jenis dari golongan gulma rerumputan; 7 jenis teki-tekian; dan 16 jenis dari golongan gulma berdaun lebar. Sepuluh jenis gulma yang dominan adalah : Monochoria vaginalis; Paspalum

distichum; Fimbristylis milliacea; Cyperus difformis; Scirpus juncoides; Marcilea crenata; Echinochloa crussgalli ; Junsiea repens; Spenochlea zeylanica; dan Cyperus iria.

Rendahnya hasil padi yang disebabkan oleh adanya kompetisi dengan gulma ,terutama terhadap CO2, cahaya matahari, unsur hara dan ruang tumbuh (Sukman dan

Yakup,1991). Akibat kompetisi ini hasil tanaman padi turun sampai 13 % bahkan di Rukmana dan Saputra (1999) mengatakan bahwa kehilangan hasil padi sawah akibat gangguan dari jenis gulma Bobontengan ( Leptochloa chinensis L) sebesar 40 %, Kolomento (Leersia hexandra ) sebesar 60 %, Jajagoan leutik (Echinochloa colonum L) sebesar 85 %, Lamhani (Pasphalum distichun L) sebesar 85 % dan Jajagoan (Echinochloa crusgalli L) sebesar 100 %. Selanjutnya dikatakan pula penurunan produksi padi akibat gangguan dari gulma, hama dan penyakit berturut-turut sebesar 11 % , 36 % dan 10 %. Besarnya penurunan hasil panen yang disebabkan oleh gulma sangat bervariasi tergantung dari jenis tanaman pokok dan jenis gulma. Adanya gulma dalam jumlah yang cukup banyak dan rapat selama musim pertumbuhan akan menyebabkan kehilangan hasil secara total (Sastrautomo,1990).

(8)

3

Selanjutnya dikatakan pula besarnya kehilangan hasil tanaman pangan akibat kompetisi sangatlah erat kaitannya dengan jumlah individu gulma yang turut berperan dalam kompetisi serta siklus hidup dari gulmanya. Akibat perilaku gulma yang menghambat pertumbuhan dan penurunan hasil cendrung membuat manusia berusaha mengurangi atau menghilangkan gulma itu (Moenandir, 1990). Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma setara dengan kerugian yang diakibatkan oleh hama dan penyakit. Gulma menjadi masalah yang tetap, karena selalu menyaingi tanaman utama (pokok) dalam pengambilan unsur hara, air, cahaya dan tempat. Sistem pertanian yang mempraktekan penanaman dalam barisan, monokultur, jarak tanam yang antar barisan, pemupukan, penggunaan alat –alat pertanian ( mekanisasi), pengairan, sekaligus memberi peluang bagi gulma untuk tumbuh dan berkembang.

Pengendalian gulma dilaksanakan pada saat tertentu, yang bila tak diberantas pada saat itu akan benar-benar menurunkan hasil akhir pertanaman. Berdasarkan uraian di atas maka sangat penting dilakukan penelitian yang berjudul “Kajian Gulma Padi Sawah di Subak Cepik Desa Tajen ,Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan

1.2 Rumusan Masalah

Jenis –jenis gulma apa saja yang dapat tumbuh pada budidaya tanaman padi sawah dan berapa persentase penyebarannya dari masing-masing gulma yang bersangkutan.

(9)

4

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan impormasi awal tentang jenis-jenis gulma yang tumbuh serta persentase penyebarannya pada budidaya tanaman padi sawah.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai pedoman untuk mengambil keputusan dalam memilih cara pengendalian gulma yang efektif dan efisien pada budidaya tanaman padi sawah.

(10)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Syarat Tumbuh Tanaman Padi

Tanaman padi mampu tumbuh dan hidup dengan suhu rata-rata berkisar 68 – 100 0 C. Budidaya tanaman padi, pengaruh suhu harus diperhatikan karena suhu yang rendah dalam budidaya padi akan memperlambat perkecambahan benih sehingga dapat memperlambat proses pemindahan bibit kelapangan ( Rosmawati,2006). Curah hujan untuk tanaman padi yaitu 200 mm/ bulan. Curah hujan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif. Suhu yang baik untuk tanaman padi adalah 33 0 C keatas, adapun pengaruh suhu terhadap tanaman padi yaitu terjadinya kehampaan pada biji padi ( Hasanah, 2007).

2.2 Sistematika dan Morfologi Tanaman Padi

Tanaman padi merupakan tanaman jenis rumput-rumputan. Tanaman padi dalam sistematika tumbuhan dikelasifikasikan ke dalam ( Herawati, 2012) sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Poales Famili : Graminae

Genus : Oryza Linn Species : Oryza sativa L.

Morfologi tanaman padi merupakan tanaman yang berumur pendek, umurnya kurang dari setahun dan berproduksi sekali.

(11)

6

Tanaman yang telah tumbuh dan menghasilkan buah padi tidak dapat tumbuh seperti semula lagi, tetapi tanaman padi akan mati. Tanaman padi dikelompokan menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatf dan bagian generatif.

Bagian vegetatif yaitu akar tanaman padi berfungsi sebagai penyerap makanan dan air dari dalam tanah, sebagai proses respirasi dan sebagai penopang tegaknya batang. Akar padi mempunyai dua macam yaitu akar primer dan akar seminal. Akar primer merupakan akar yang tumbuh dari kecambah biji dan akar seminal merupakan akar yang tumbuh di dekat buku-buku (Sudirman dan Iwan,1994).

Perakaran tanaman padi dibagi menjadi 4 kelompok yaitu: (1) Akar tunggang yaitu akar yang tumbuh pada saat benih berkecambah, (2) Akar serabut yaitu akar yang tumbuh setelah padi berumur 5-6 hari dan berbentuk akar tunggang dan menjadi akar serabut, (3) Akar rumput yaitu akar yang keluar dari akar tunggang dan akar serabut dan akar ini berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara dan (4) Alkar tajuk yaitu akar yang tumbuh dari tunas batang terendah. Akar yang telah dewasa berwarna coklat sedangkan akar yang masih muda atau akar yang baru tumbuh berwarna putih. Tanaman padi ini semakin bertambah umurnya semua organ tanaman akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan dan termasuk juga akarnya. Akar mulai tumbuh melalui proses perkecambahan benih. Akar yang berasal dari benih yang berkecambah berupa akar pokok. Kemudian setelah berumur 5-6 hari akan tumbuh akar serabut (Hasanah,2007)

Batang tanaman padi berfungsi sama dengan batang tanaman yang lainnya di mana batang tanaman padi ini akan menopang tanaman secara keseluruhan dan sebagai penghubung untuk mengalirkan zat makanan keseluruh bagian tanaman. Tanaman padi ini memiliki ciri khas tersendiri yaitu batang tanaman padi memiliki rongga dan ruas (Sudirman dan Iwan. 1994). Rangkaian ruas memiliki panjang yang berbeda- beda .

(12)

7

Ruas batang bawah pada tanaman padi memiliki ruas yang pendek, sedangkan semakin ke atas maka ruasnya akan semakin panjang. Batang tanaman padi baru, akan muncul pada ketiak daun,pada mulanya akan tumbuh kuncup dan setelah itu akan berkembang menjadi batang baru . Pertumbuhan tanaman padi, batangnya merumpun, terdapat satu batang tunggal atau batang utama yang mempunyai 6 mata atau sukma. Sukma 1, 3, 5 disebelah kanan dan sukma 2, 4 dan 6 di sebelah kiri. Disetiap[ sukma ini timbul tunas yang disebut tunas orde pertama. Tunas tersebut tumbuhnya didahului tunas yang tumbuh dari sukma pertama, kemudian sukma ke dua, disusul oleh tunas yang tumbuh dari sukma ke tiga dan seterusnya sampai tunas terakhir yang tumbuh yaitu tunas ke enam pada batang tunggal. Tunas yang tumbuh dari orde pertama ini yang menghasilkan tunas orde ke dua yaitu orde pertama yang paling bawah pada batang utama. Pembentukan tunas dari orde ke tiga biasanya tidak terjadi karena tidak mempunyai ruang hidup dalam kesesakan dihimpit oleh tunas orde pertama dan orde ke dua (Herawati, 2012).

Anakan tanaman padi akan tumbuh secara merumpun dan tumbuh di dasar batang. Pembentukan anakan terjadi secara tersusun, yaitu anakan pertama, ke dua, ke tiga dan seterusnya (Hasanah, 2007).

Daun tanaman padi akan tumbuh dan berkembang pada buku masing-masing satu buah dengan susunan berselang-seling. Tanaman padi yang unggul pada umumnya memiliki 14-18 helai daun pada setiap tanaman( Sudirman dan Iwan, 1994). Daun tanaman padi memiliki ciri khas tersendiri yaitu mempunyai sisik dan daun telinga, dengan demikian tanaman padi dibedakan menjadi tanaman jenis rumput yang lain ( Hasanah,2007). Tanaman yang termasuk jenis rerumputan memiliki daun yang berbeda

(13)

8

beda, baik bentuk, susunan maupun bagian lainnya. Hal inilah yang menyebabkan daun padi dibedakan menjadi jenis rumput lain.Adapun bagian- bagian daun padi meliputi: 1.Helaian daun, terletak pada batang padi serta bentuknya memanjang seperti pita. Ukuran panjang dan lebarnya tergantung pada varietas tanaman padi yang ditanam. 2.Pelepah daun, merupakan bagian daun yang menyelubungi batang dan berfungsi untu memberi dukungan pada bagian ruas yang jaringannya lunak.

3.Lidah daun, terletak pada perbatasan antara helai daun dan upih. Panjang lidah daun berbeda-beda tergantung pada varietasnya. Fungsi lidah daun yaitu mencegah masuknya air hujan diantara batang dan pelepah daun. Selain itu juga lidah daun dapat mencegah infeksi penyakit sebab media air memudahkan penyebaran penyakit (Herawati.2012).

Bagian generatif yaitu malai adalah bunga padi (spikelet) dan keluar dari buku yang paling atas. Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan ke dua serta sumbu utamanya adalah ruas buku yang terakhir pada batang. Panjang malai tergantung pada varietas yang ditanam. Panjang malai dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu malai pendek kurang dari 20 cm,malai sedang 20-30 cm dan malai panjang lebih dari 30 cm. Jumlah cabang berkisar 15-20 buah yang terendah 7 buah cabang dan yang terbanyak mencpai 30 buah cbang (Hasanah,2007).

Bunga padi merupakan jenis golongan bunga berkelamin dua, setiap bunga mempunyai enam buah benng sari yang bertangkai pendek dan dua tangkai putik dengan dua buah kepala putik. Proses penyerbukan pada tanaman padi dimulai dengan menempelnya serbuk sari pada kepala putik dan setelah itu maka tanaman padi akan menghasilkan buah padi (gabah) yang disebut dengan kariopsis. Sedangkan beras

(14)

9

merupakan bagian dari kariopsis yang terdiri dari lembaga (embrio) dan endosperm(Sugirman dan Iwan, 1994).

Buah padi adalah buah telanjang yaitu yang mempunyai perhiasan bunga dan mempunyai jenois kelamin dengan bakal buah yang di atas mempunyai benang sari 6 buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, tangkai sari besar dan mempunyai dua kandung serbuk . Putik mempunyai dua tangkai putik dengan dua buah kepala putik yang berbentuk malai dan berwarna putih atau ungu (Herawati,2012).

2.3 Umur Bibit

Budidaya tanaman padi sangat perlu memperhatikan pengadaan perbandingan umur bibit semai. Umur bibit semai padi dapat mempengaruhi banyak tidaknya anakan setelah padi ditanam. Semakin tua umur bibit semai maka semakin sedikit jumlah anakan yang produktif, namun dalam tinggi tanaman padi tidak begitu berpengaruh. Pengadaan umur bibit semai juga dapat mempengaruhi sedikit banyaknya produksi dan hasil dari tanaman padi. Semakin lama umur bibit semai maka produksi padi tetrsebut akan menurun (Atman,2009). Umur bibit yang baik untuk penanaman padi tersebut adalah 15-20 hari setelah semai, di mana umur bibit ini mampu menghasilkan produksi padi yang paling tinggi dibandingkan dengan umur bibit padi yang berumur 25 hari setelah semai. Umur bibit yang lebih dari 25 hari setelah semai tidak mampu menghasilkan banyak anakan yang produktif, sehingga hasil yang dicapai tidak maksimal. Sementara itu menurut Hasanah (2007) bibit yang berumur 25-40hari dapat segera dipindahkan dari pesemaian ke lahan yang akan ditanami padi. Syarat yang harus diperhatikan sebelum memindahkan bibit ke areal tanam yaitu bibit padi telah berumur 25-40 hari, bibit berdaun 5-7 helai, batang bagian bawah besar dan kuat, pertumbuhan bibit seragam dan bibit tidak terserang hama dan penyakit.

(15)

10

2.4 Pengertian Gulma dan Penggolongan

Ketika mata pencaharian diusahakan dengan pola bercocok tamam, munculah masalah tumbuhan pengganggu (gulma) yang menjadi salah satu faktor pembatas peningkatan kuantitas dan kualitas produksi pertanian. Definisi gulma cukup banyak, diantaranya ( Rukmana dan Saputra, 1999) adalah sebagai berikut:

1.Tumbuhan yang tidak pada tempatnya. 2.Tumbuhan yang mempunyai nilai negatif. 3.Tumbuhan yang tidak dikehendaki.

4.Tumbuhan yang mengganggu usaha manusia dalam mencapai kesejahtraannya.

5.Setiap tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak dikehendaki, terutama di tempat manusia bermaksud mengusahakan tumbuhan atau tanaman lain.

6.Setiap tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan ,sehingga manusia berusaha memberantasnya,

7.Tumbuhan yang kehadirannya tidak dikehendaki oleh manusia. 8.Tumbuhan yang tumbuh sendiri di antatra tanaman yang diusahakan.

9.Tumbuhan yang kompetitif dan agresif. 10. Tumbuhan liar dan tumbuh berlebihan.

11.Tumbuhan yang kukuh (gigih) dan tahan terhadap pengendalian atau pemberantasan.

(16)

11

Selanjutnya gulma dapat disimpulkan adalah tumbuhan yang tidak pada tempatnya dan memiliki pengaruh negatif sehingga kehadirannya tidak dikehendaki oleh manusia.

Gulma dapat memperluas daya adaptasi dan daya saing (kompetisi) hingga merugikan tanaman budidaya. Sifat-sifat umum yang dimiliki gulma antara lain:

a.Cepat berkembang biak.

b.Periode pembungaan cukup lama. c.Pembentukan biji berlainan umur. d.Bunga umumnya majemuk.

e.Berbiji banyak.

f.Sifat dormansi yang lama.

g.Daya adaptasi luas.

h.Tahan terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan.

Gulma dapat dikelompokan berdasarkan karakteristik tertentu.

A. Berdasarkan morfologinya, gulma dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Golongan rerumputan (grasses)

Golongan rerumputan mencakup jenis gulma yang termasuk ke dalam famili gramineae.Gulma ini memiliki daya adaptasi cukup tinggi, distribusi cukup tinggi dan mampu tumbuh baik pada lahan kering maun tergenang.

(17)

12

Ciri umum dari gulma rerumputan adalah sebagai berikut:

1.Bentuk batangnya umumnya silindris, ada pula yang agak pipih atau persegi. 2.Batang biasanya berongga, beberapa diantaranya berisi.

3.Daunnya tunggal (soliter) terdapat pada buku dan berbentuk garis (linear) 4.Duduk daun berselang seling, membentuk barisan kanan dan kiri..

5.Tulang daun sejajardan ditengah helaiannya terdapat ibu tulang daun. 6.Daun terdiri dari pelepah dan helaian daun yang tepinya rata.

7.Lidah daun kerap tampak jelas pada batas antara pelepah dan helai daun.

8.Bunga tersusun dalam bulir.

9.Bulir tersusun dari anak bulir(spikelet) yang bertangkai, meskipun ada pula yang tak bertangkai.

10.Setiap anak bulir tersusun dari satu atau lebih bunga kecil (floret).

11.Biasanya setiap bunga kecil dikelilingi oleh sepasang daun pelindung(bratea) yang besarnya tidak sama.Bratea yang besar disebut lema dan bratea yang kecil disebut palea. 12.Bakal buah beruang satu dan berbiji satu.

13.Buahnya sering disebut caryopsis atau grain.

14.Bentuk buah ada yang bulat memanjang (oblong), seperti perahu, bulat telur atau datar cembung (planoconvex)_.

(18)

13

Contoh gulma rerumputan, antara lain alang-alang (Imperata cylindrica L,), Rumput pahit (Ax0n0pus cmpressus Swartz.Beauv.)

2. Golongan Teki (Sedges)

Golongan teki meliputi semua jenis gulma yang termasuk kedalam famili Cyperaceae.Ciri-ciri gulma golongan teki adalah sebagai berikut:

1.Batang pada umumnya berbentuk segitiga, kadang-kadang bulat, pipih dan berisi. 2.Daun berjejal pada pangkal batang dan tersusun dalam tiga deret.

3.Daun duduk dan berbentuk pita dengan urat daun membujur.

4.Pelepah daun berbentuk buluh, meskipun ada pula yang tidak berpelepah. 5.Tanaman tidak memiliki lidah daun.

6.Bunga tersusun dalam bulir atau anak bulir dan biasanya disungkupi oleh satu daun pelindung.

7.Ibu tangkai karangan bunga tidak berbuku-buku.

8.Buah tidak membuka, bijinya lepas dari dinding buah.

9.Organ perbanyakan utamanya ada yang terletak dalam tanah, ada yang mempergunakan biji.

Contoh gulma golongan teki antara lain: Teki (Cyperus rotundus L) dan Rumput sendayan (Rhynchospora corymbosa L )

(19)

14

Golongan gulma berdaun lebar meliputi semua jenis gulma selain famili gramineae dan Cyperaceae. Gulma berdaun lebar umumnya terdiri dari golongan diocotyledoneae dan paku-pakuan (pteridophyta).

Ciri –ciri umum gulma berdaun lebar adalah sebagai berikut: 1.Ukuran daunnya lebar.

2.Tulang daun berbentuk jaringan

3.Terdapat tunas-tunas tambahan pada setiap ketiak daun, kadang-kadang juga pada akar.

Contoh gulma berdaun lebar adalah: Bayam duri (Amaranthus spinosus ) dan Babadotan atau wedusan ( Ageratum conyzoides L.)

B. Berdasarkan habitat umum gulma dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Gulma Darat (Terrestrial weeds)

Gulma darat tumbuh pada lahan kering dan bila tergenang air akan mati. Contoh gulma darat antara lain: teki (Cyperus rotundus L.), alang-alang (Imperata cylindrica L.) dan rumput setawar (Borreria latifolia (Aubl.) K.Sch).

2. .Gulma Air (Aquatic weeds)

Gulma air adalah gulma yang sebagian atau seluruh hidupnya berada di air. Contoh gulma air antara lain: eceng lembut (Monochoria vaginalis ), eceng gondok (Eichornia crasipes ) dan genjer (Limnocharis flava L).

(20)

15

C. Berdasarkan bentuk daun, maka gulma dapat digolongkan menjadi:

1.Gulma berdaun lebar. Tumbuhan inimempunyai bentuk daun lebar, dari jenis dikotil dan pada umumnya mempunyai lintasan C3.

2. Gulma berdaun sempit. Tumbuhan inimempunyai bentuk daun sempit panjang, dari

jenis monokotil dan pada umumnya mempunyai lintasan C4.

D. Berdasarkan lama hidupnya maka gulma digolongkan menjadi:

1. Gulma semusim atau setahun (annual). Tumbuhan ini menyelesaikan daur hidupnya dari biji, tumbuh sampai mati selama semusim atau setahun.Karena banyaknya biji yang terbentuk maka persisten.

2. Gulma dua tahunan(biennial). Tumbuhan ini menyelesaikan daur hidupnya selama satu sampai dua tahun. Bunga dibentuk pada tahun kedua.

3. Gulma tahunan (perennial). Tumbuhan ini menyelesaikan daur hidupnya selama lebih dari dua tahun. Kebanyakan dari gulma ini membentuk biji yang banyak untuk penyebaran dan dapat pula menyebar secara vegetatif.

E. Berdasarkan dari sudut pentingnya interaksi terhadap tanaman yang dibudidayakan, maka gulma dapat digolongkan kedalam:

1.Golongan gulma ganas terdiri dari 18 spesies, yang antara lain adalah: Cyperus

rotundus, Cynodon daktylon, Echinochloa crusgalli, Echinochloa colona , Eleusin indica dan Imperata silindrica.

(21)

16

2.Golongan gulma agak ganas yang terdiri dari 57 spesies antara lain : Ageratum

conyzoides, Anagalis arvensis, Argemone mexicana, Axoopus compressus dan Bidens pilosa.

2.5. Dasar-dasar Pengendalian Gulma

Gulma yang selalu tumbuh di sekitar tanaman budidaya mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan serta hasil akhir. Adanya gulma tersebut membahayakan bagi kelangsungan pertumbuhan tanaman budidaya dan dapat menghalangi tercapainya sasaran produksi pertanaman pada umumnya. Usaha manusia untuk mengatasi hal tersebut dapat berupa pemberantasan atau pengendalian.

Pemberantasan gulma dilaksanakan , bila gulma itu benar-benar jahat, tumbuh di isuatu tempat tertentu dalam lintasan yang cukup sempit dan dapat membahayakan lingkungan seperti terbakarnya gudang, tumbuh disepanjang jalan raya, tepi sungai , waduk dan lain-lain. Sedangkan pengendalian gulma dilaksanakan, bila gulma tumbuh pada area tertentu di sekitar pertanaman, dan tidak seluruh waktu tumbuh gulma akan mempengaruhi pertumbuhan pertanaman seluruhnya. Pengendalian gulma hendaknya dilaksanakan ,jika kita telah memiliki pengetahuan tentang gulma itu. Bagaimana gulma itu dibiakan, disebarkan, bagaimana bereaksi dengan perubahan lingkungan dan bagaimana dapat beradaptasi dengan lingkungan tersebut, ataupun bagaimana tanggapan terhadap zat kimia, serta panjang siklus hidupnya.

Berdasarkan pengalaman pengetahuan di atas, pengendalian gulma dapat dibagi menjadi beberapa golongan (Moenandir,1990) yaitu secara:

(22)

17 1.Pengendalian gulma secara preventif (pencegahan)

Pencegahan lebih baik daripada perawatan, karena itu kita harus menjaga benih yang akan ditanamn sebersih mungkin dan bebas kontaminasi dengan biji gulma, penggunaan alat pertanian yang bersih, pembuatan kompos yang sempurna dan menyaring air pengairan agar tidak membawa biji gulma ke petak pertanaman atau tidak membawa biji gulma ketempat penampungan air pengairan.

2. Pengendalian secara mekanik

Pengendalian gulma dengan cara ini hanya mengandalkan kekuatan fisik atau mekanik, baik dengan tangan biasa , alat sederhana maupun alat berat. Pengendalian gulma secara mekanik dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

a.Pencabutan dengan tangan atau disebut dengan tangan. Cara ini sangat praktis, efisien dan murah jika diterapkan pada suatu areal yng tidak luas, seperti di halaman rumah, dalam barisan dan guludan di mana alat berat sulit untuk mencapainya.

b.bajak tangan (most satisfactorily meets the weed). Alat semacam ini sangat berguna pada halaman dan sebagai alat tambahan mengolah tanah dalam penyiangan di segala jenis barisan pertanaman.

c.Pengolahan tanah. Suatu usaha yang cukup praktis pada pengendalian gulma annual, biennual dan perennial.

d.Penggenangan. Pelaksanaan penggenangan pada umumna berhasil untuk gulma perennial. Penggenangan dibatasi dengan galangan, dengan tinggi 15-25 cm selama 2-8 minggu. Sebelumnya dibajak terlebih dahulu dan tak dibenarkann ada tumbuhan yang

(23)

18

mencuat di atas permukaan air. Penggenangan dapat berhasil dengan memuaskan bila ketinggian air tidak menyebabkan pertumbuhan baru.

e.Panas. Suhu tinggi menyebabkan panas, sehingga dapat mengkoagulasikan protoplasma dan mengurangi kerja enzim. Titik mati kebanyakan sel tanaman karena panas terletak antara 45-55 0 C. Api atau uap panas sehubungan dengan pengemndalian

gulma mempunyai tujuan untuk:

1.Menghancurkan bagian atas gulma yang telah tua atau terpotong oleh alat lain. 2.Pada tempat berbatu atau jalan kereta api, uap panas atau api dapat dilakukan l

lebih baik.

3.Pada barisan tanaman kapas biji gulma yang berkecambah dapat dibasmi oleh

Hembusan api yang dikerjakan berulang kali.

d.Pembubuhan mulsa. Pemakaian mulsa bertujuan untuk menghalangi sampainya cahaya matahari pada gulma dan menghalangi pertumbuhan bagian atas sehingga pemakaian mulsa dapat mengendalikan gulma.

3. Pengendaliaan secra kultur teknis

Pengendalian gulma secara kulktur teknois da[pat dilakukan dengan cara:

a.Metode pola tanaman atau persaingan. Bercocok tanaman dengan cara bergiliran akan meningkatkan kemampuan pertanaman. Pergiliran pertanaman memberi kesempatan kepada golongan gulma tertentu untuk tidak mengganggu perkembangan pertanaman berikutnya. Pesaing kuat bagi suatu pertanaman memberi banyak keuntungan. Misalnya

(24)

19

pertanaman itu cepat tumbuh, berkanopi lebih lebat sehingga cepat memberi naungan pada daerah di ba.wahnya, cepat masak untuk dipanen.

b.Pengendalian gulma secara ekologis yaitu dengan memodifikasi lingkungan yang mengakibatkan tumbuhan tanaman menjadinlebih baik dan pertumbuhan gulma menjadi lebih buruk. Misalnya mengubah kedudukan air dan nutrisi pada saat tertentu. c.Penggunaan jenis alat pengolah tanah memberikan pengaruh pada timbulnya gulma selanjutnya pada lahan pertanaman. Contoh penggunaan alat sederhana dari manusia atau hewan dinadingkan dengan menggunakanalat berat yang menggunakan mesin akan memberikan dampak yang berbeda pada timbulnya gulma pada pertanaman.

4.Pengendalian gulma secara biologis

Pengendalian biologis yaitu dengan menggunakan insekta dan jamur unutk mengendalikan gulma. Contoh penggunaan penggerek Argentine (Cactoblastis cactorum ) di Queensland yang memakan kaktus (opuntia) selama 12 tahun dapat menekan sampai 95 %.

Ada pula hewan ternak yang memakan rerumputan secara teratur dapat menekan sejenis gulma. Contoh penggunaan ayam kalkun di kebun kapas, jenis ikan dugong di laut sekitar Amerika tengah dapat mengendalikan gulma air.

5. Pengendalian secara kimiawi

Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan menggunakan bahan kimia yang dapat menekan atau mematikan gulma. Bahan kimia yang dipakai disebut herbisida. Pengendalian dengan cara ini membutuhkan alat penyebar herbisida serta pengetahuan khusus tentang herbisida itu sendiri. Secara garis

(25)

20

besarnya herbisida dapat digolongkan dalam dua golongan yaitu golongan herbisida selektif dan golongan herbisida non selektif.

Kebanyakan herbisida akan lebih efeftif pada gulma daun lebar, bila besar konsentrasi herbisida yang digunakan tepat dan tepat pula saat pem,beriaanya.

Sesuai waktu pemberian maka herbisida dapat diberikan secara:

a. Pra pengolahan, sebelum pengolahan tanah, gulma yang ada di atas lahan diberi herbisida untuk memudahkan pengolahan.

b. Pra tanaman, setelah pengolahan tanah dan sebelum tanam, herbisida diberikan untuk menghambat pertumbuhan gulma dan memudahkan menanam.

c. Pra tumbuh, setelah tanam, herbisida diberikan sebelum tanaman maupun gulma muncul.

d. Pasca tumbuh, herbisida diberikan setelah tanamanmaupun gulma muncul atau tumbuh.

Tentang arah penggunaan herbisida dengan alat penyemprotan dapat diberikan secara: -langsung pada gulmanya

-langsung pada gulma yang tumbuh terpencar. -langsung pada gulma dalam larikan.

-diberikan di atas pertanaman.

(26)

21 6. Pengendalian secara terpadu

Akibat parahnya penekanan gulma pada pertumbuhan tanaman membuat para petani berusaha dengan sungguh-sungguh dalam menanggulaninya. Penentuan keputusan pelaksanaan pengendalian secara terpadu sangat penting dalam keberhasilannya. Apakah perpaduan pengendalian itu menguntungkan atau tidak. Kombinasi dalam perpaduan yang tepat akan memberikan hasil yang maksimal dalam pengendalian gulma. Perpaduan beberapa cara pengendaliaan gulma dapat diharapkan mengatasi permasalahan gulma. Misalnya perpaduan antara pengendalian secara mekanik diteruskan dengan pemberian herbisida pasca tumbuh, penggunaan herbisida pra tumbuh diteruskan dengan herbisida pasca tumbuh dan lain-lain. Dapat menekan infestasi gulma yang sulit untuk dyibasmi.

(27)

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lahan sawah petani di Subak Cepik, Desa Tajen, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2016.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini kant0ng plastik dan tas kresek plastik tanggung.

Alat-alat yang digunakan yaitu alat petak kuadrat ukuran 1m x 1m yang terbuat dari bilah bambu dan alat-alat tulis.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1.Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2016 di lahan subak Cepik, Desa Tajen, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan pada tanaman padi yang telah berumur 3 minggu setelah tanam. Pengambilan sample gulma dengan menempatkan petak kuadrat yanng berukuran 1m x 1m yang terbuat dari bilah bambu . Selanjutnya diamati dengan mencabut seluruh gulma yang ada didalam petak kuadrat tersebut. Penempatan petak kuadrat dilakukan secara purposip. Pengambilan sample dilakukan sebanyak 5 kali.

(28)

23

3.3.2 Variabel pengamatan

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengamatan pada jenis gulma dan populasi, pada setiap spesies gulma serta persentase penyebarannya.

3.3.3 .Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dari hasil pengamatan di lapangan ,selanjutnya dianalisis secara deskriptip

(29)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil pengamatan jenis dan populasi gulma serta persentase penyebarannya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil rata-rata jenis gulma, populasi gulma dan persentase penyyebaran gulma pada tanaman padi umur 3 minggu setelah tanam(tanaman/ m2).

N0 Jenis Gulma Ulangan Jumlah Rata-rata Persentase penyebaran 1 2 3 4 5 1 Commelina diffusa Burn.f. 19 35 27 30 14 125 25 7,94 2 Cyperus compactus Retz 33 22 19 17 25 115 23,0 7,31 3 Cyperus difformis L. 17 19 24 27 15 102 20,4 6,48 4 Cyperus rotundus L. 45 57 63 59 60 284 56,8 18,04 5 Eleocharis atropurpurea (Retz) Presl. 9 10 11 13 7 50 10,0 3,18

(30)

6 Ludwigia adscendens (L)Hare 20 19 22 18 17 96 19,2 6,10 7 Monochoria vaginalis (Burn)f.Presl. 65 55 70 69 58 317 63,4 20,14 8. Hydrolea zeylanica(L)Vahl. 31 27 15 18 25 116 23,2 7,37 9 Spenochlea zeylanica L. 15 28 29 36 25 133 26,6 8,45 10 Limnocharis flava(L)Buchenau 30 29 21 19 16 105 21,0 6,67 11 Panicum paludsum R0xb. 8 9 10 7 6 40 8,0 2,54 12 Lept0chl0a chinensis L. 9 5 6 11 7 38 7,60 2,41 13 Paspalum distichum L. 5 7 8 4 6 30 6,0 1,91 14 Paspalum cnjugatum Berg. 5 6 4 3 5 23 4,60 1,46

(31)

26

Hasil pengamatan jenis gulma menunjukkan bahawa ditemukan tiga golongan gulma yaitu pertama golongan gulma berdaun lebar sebanyak enam jenis yaitu:

Eleocharis atropurpurea (Retz) Presl.; Ludwigia adscendens (L)Hare; Monochoria vaginalis (Burn)f.Presl.; Hydrolea zeylanica(L)Vahl; ;Spenochlea zeylanica L. dan Limnocharis flava(L)Buchenau serta yang kedua golongan gulma teki sebanyak tiga

jenis yang terdiri dari jenis Cyperus compactus Retz; Cyperus difformis L. dan Cyperus

rotundus L. dan g0l0ngan rerumputan sebanyak lima yaitu Commelina diffusa Burn.f.; Panicum paludsum R0xb.; Lept0chl0a chinensis L.; Paspalum distichum L.dan Paspalum cnjugatum Berg.

Populasi gulma yang paling banyak ditemukan pada penelitian ini adalah gulma

Monochoria vaginalis (Burn)f.Presl.sebanyak 63,4 tanaman / m-2; yang diikuti secara berturut-turut oleh jenis gulma Cyperus rotundus L. sebanyak 56,8 tanaman/m2;

Spenochlea zeylanica L.sebanyak 26,6 tanaman/m2;; Commelina diffusa Burn.f. sebanyak 25 tanaman/m2; Hydrolea zeylanica(L)Vahl sebanyak 23,2 tanaman/m2;

Cyperus compactus Retz sebanyak 23,0 tanaman/m2; Cyperus difformis L.sebanyak 20,4 tanaman/m2; Limnocharis flava(L)Buchenau sebanyak 21 tanaman/m2 ; Cyperus

difformis L. sebanyak 20,4 tanaman/m2; Ludwigia adscendens (L)Hare sebanyak 19,2 tanaman/m2; Eleocharis atropurpurea (Retz) Presl.sebanyak 10 tanaman/m2; Panicum

paludsum R0xb sebanyak 8,0 tanaman/m2; Lept0chl0a chinensis L. sebanyak 7,60 tanaman/m2; Paspalum distichum L. sebanyak 6,0 tanaman/m2 dan yang terendah gulma

Paspalum cnjugatum Berg sebanyak 4,60 tanaman/m2.

Hasil pengamatan persentase penyebaran gulma yang paling tinggi ditemukan pada jenis guma Monochoria vaginalis (Burn)f.Presl sebesar 20,14 % yang diikuti oleh berturut-turut oleh gulma Cyperus rotundus L.sebesar18,04%;Spenochlea zeylanica

(32)

27

L.sebesar 8,45 %; Commelina diffusa Burn.f.sebesar 7,94%; Hydrolea zeylanica(L)Vahl sebesar 7,37 %; Cyperus compactus Retz sebesar 7,31 %; Limnocharis

flava(L)Buchenau sebesar 6,67 %; Cyperus difformis L.sebesar 6,48 %; Ludwigia adscendens (L)Hare sebesar 6,10 %; Eleocharis atropurpurea (Retz) Presl. Sebesar

3,18 %; Panicum paludsum R0xb sebesar 2,54 %; Lept0chl0a chinensis L. sebesar 2,41 %; Paspalum distichum L. sebesar 1,91 % dan yang terendah adalah Paspalum

cnjugatum Berg sebesar 1,46 %.

4.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan di atas maka kehadiran gulma berdaun lebar menduduki posisi yang paling tinggi baik dilihat dari jenis, populasi dan persentase penyebarannya sedangkan yang paling rendah ditemukan pada gulma rerumputan pada budidaya tanaman padi di subak Cepik, Desa Tajen. Sukman dan Yakup (1991) menyatakan bahwa persaingan gulma selama 6 minggu pertama atau setelah penanaman mempunyai pengaruh yang besar terhadap hasil tanaman budidaya. Menurut Ermawati dan Supriyanto (2001) mengatakan bahwa persaingan dengan gulma menyebabkan persaingan dalam hal pemanfaatan sumberdaya yang sama yang bisa mengurangi produksi fotosintat tanaman. Sedangkan Alfandi dan Dukat (2007) mengatakan bahwa adanya gulma dalam jumlah yang cukup banyak dan rapat selama masa pertumnuhan dan perkembangan akan menyebabkan kehilangan hasil secara total. Selanjutnya Moenandir dan Handayani (1990) menambahkan bahwa penurunan yang cukup besar dari hasil tanaman terjadi apabila gulma dibiarkan tumbuh dari minggu kedua sampai minggu keempat dan waktu tersebut dapat disebut dengan peride kritis karena gulma. Pitoyo( 2006) mengatakan bahwa penurunan hasil tanaman padi akibat gulma berkisar antara 6- 87 %. Selanjutnya dikatakan pula penurunan hasil padi akibat gulma secara

(33)

28

nasional sebesar 15- 42 % untuk padi sawah dan sebesar 47- 87 % pada padi gogo. Sehubungan dengan pendapat tersebut maka masalah gulma pada tanaman padi ini sangat perlu mendapat perhatian yang serius serta diperlukan pengambilan keputusan yang tepat untuk melakukan tindakan pengendalian gulma yang efektif dan efisien agar tidak terjadi penurunan hasil tanaman padi baik secara kuantitas maupun kualitas akibat gulma. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Fitriana (2008) yang mengatakan bahwa gulma yang tumbuh bersama tanaman dapat mengurangi kuntitas dan kualitas hasil tanaman karena gulma menjadi pesaing dalam pengambilan unsur hara, air dan cahaya serta menjadi inang hama dan penyakit.

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.Hasil pengamatan jenis gulma menemukan tiga golongan gulma yaitu : golongan gulma berdaun lebar sebanyak enam jenis yaitu : Eleocharis atropurpurea (Retz) Presl.; Ludwigia

adscendens (L)Hare; Monochoria vaginalis (Burn)f.Presl.; Hydrolea zeylanica(L)Vahl; ;Spenochlea zeylanica L. dan Limnocharis flava(L)Buchenau; golongan gulma teki yaitu

sebanyak tiga jenis yang terdiri dari jenis Cyperus compactus Retz; Cyperus difformis L. ;

Cyperus rotundus L.dan golongan gulma rerumputan sebanyak lima jenis yaitu: Commelina diffusa Burn.f.; Panicum paludsum R0xb.; Leptochloa chinensis L.; Paspalum distichum

L.dan Paspalum cnjugatum Berg.

2. Populasi gulma yang paling tinggi ditemukan pada gulma Monochoria vaginalis (Burn)f.Presl.sebanyak 63,4 tanaman / m-2 dan yang terendah pada gulma Paspalum

cnjugatum Berg sebanyak 4,60 tanaman/m2.

3.Persentase penyebaran gulma yang paling tinggi diperoleh pada gulma Monochoria

vaginalis (Burn)f.Presl sebesar 20,14 % dan yang terendah pada gulma Paspalum cnjugatum

Berg sebesar 1,46 %.

5.2.Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas gulma golongan berdaun lebar menempati posisi yang paling atas dilihat dari populasi dan persentase penyebaran,sehingga dalam usaha penanganan pengendalian gulma tersebut hendaknya menjadi perioritas utama dalam target pengendalian yang efektif dan efisien.

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 1976. Pedoman Pengendalian Tumbuh-tumbuhan Pengganggu. Jakarta : Departemen Pertanian.Direktorat Jendral Perkebunan.

Ermawati,S. dan B. Supriyanto .2001. Pengaruh M-Bi0 dan Pupuk SP-36 terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau. J. Budidaa Pertanian. 7(1): 26-35.

Fitriana,M. 2008. Pengaruh Periode Penyiangan Gulma terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Varietas Kenari. Jurnal Agria.5 (1): 1-4. Hasanah,I. 2007. Bercck Tanam Padi. Jakarta. Azka Mulia Media.

Herawati, W.D 2012. Budidaya Padi. Jogyakarta: Javalitera.

Lovett, J.V. 1979. Plant Community Dinamics and Weed Management. Australia :

Departement of Agronomy and Soil Science University of New England. Armidale NSW. 2351.

Moenandir,J.(1990) Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma( Ilmu Gulma Buku III).Jakarta. Rajawali Pers.Cet. I:111 hal.

Moenandir,J (1990). Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Penerbit Rajawali Pers Jakarta. 121 hal.

Moenandir,J dan S. Handayani. 1990. Peride Kritis Tanaman Kacang Hijau Varietas Walet pada Beberapa Jarak Tanam dan Akibat Persaingan dengan Gulma. Agrivita13 (4):1-6 Purnomo,1986(Pengaruh Pengelolaan Tanah dan tanaman terhadap Pertumbuhan Gulma dan

Produksi Kacang Hijau. Penelitian palawija. Malang I (1): 43-50.

Rukmana,H.R. dan U.U. Saputra. 1999. Gulma dan Teknik Pengendalian. Penerbit Kanisius. 88 hal.

Rosmawati, D. Y. 2008. Pengaruh Tinggi Genangan terhadap Pertumbuhan Gulma dan Produksi Padi Hibrida (Oryza sativa L). Skripsi Fakultas Pertanian IPB.

Soedarsan,A.;Basuki; S. Wirjahardja dan M.A.Rifai (1983). Pedoman Pengenalan Berbagai Jenis Gulma Penting pada Tanaman Perkebunan .Departemen Pertanian. Direktorat Jendral Perkebunan.115 hal.

Sudirman,S. P. Dan A. Iwan. S. 1994. Mina Padi Budidaya Ikan Bersama Padi. Jakarta. Penebar Swadaya.

Sundaru, M., S. Mahyuddin dan J.Bakar. 1976. Beberapa Jenis Gulma pada Padi Sawah. Bogor : Lembaga Pusat Penelitian Pertanian.

(36)

Sukman,Y dan Yakup (1991). Gulma dan Teknik Pengendalianya.. Jakarta. Rajawali Press. 157 hal.

Soerjani, M.; A.J.G.H. Kostermans dan G. Tjitrosoepomo. 1987. Weed Of Rice In Indonesia. Balai Pustaka Jakarta. 561 hal.

Tjitrosoedirdja, S.,H. Utomo dan J. Wiroatmojo. 1985. Pengelolaan Gulma di Perkebunan.Jakarta : PT. Gramedia.

Gambar

Tabel 1. Hasil  rata-rata jenis gulma, populasi gulma dan persentase penyyebaran gulma   pada tanaman padi umur 3 minggu setelah tanam(tanaman/ m 2 )

Referensi

Dokumen terkait

Revisi Renstra Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung 2 Revisi Renstra SKPD Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung tahun 2009-2013 ini merupakan

Berdasarkan hasil penelitian dari responden stakeholder eksternal terkait transparansi keuangan pengelolaan dana BOS di SMP Negeri 1 Banjar pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa skor

Review sql video tutorial for beginners free download - a closer look tutorial photoshop bahasa indonesia adobe after effects cs6 templates free bahasa indonesia adobe

[r]

Mekanisme pembayaran pasien dapat dilakukan dengan: (1) Pembayaran pasien langsung – Bagian keuangan (kasir) menerima rekam medis pasien dari bagian keperawatan untuk menghitung

Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan Media pembelajaran interaktif berbasis model PBL (problem based learning) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis

Perbaikan Sifat Fisik dan Kimia Tanah Ultisol Simalingkar B Kecamatan Pancur Batu Dengan Pemberian Pupuk Organik SUPERNASA dan Rockphospit Serta Pengaruhnya

Berdasarkan hasil analisis data diatas diketahui bahwa pemberian varian konsentrasi biofertilizer tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah