1 Kode/Nama Rumpun Ilmu : 561/Ekonomi Pembangunan
PENELITIAN INTERNAL
MENANGGULANGI PEMBIAYAAN BERMASALAH TERHADAP
PEMBIAYAAN MURABAHAH KONSUMTIF DI BANK BNI SYARIAH
KANTOR CABANG JAKARTA BARAT
M.A.S SRIDJOKO DARODJATUN, ST, M.Si (NIDN : 0322057003)
STIE MUHAMMADIYAH JAKARTA
Desember 2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bank Syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar
mekanisme ekonomi disektor riil melalui melalui aktivitas investasi atau
jual-beli, serta memberikan pelayanan jasa simpanan perbankan bagi para nasabah.
Mekanisme kerja bank syariah sebagai berikut. Bank syariah melakukan
kegiatan pengumpulan dana dari nasabah melalui deposito/investasi maupun
titipan giro dan tabungan. Dana yang terkumpul kemudian diinvestasikan pada
dunia usaha melalui investasi sendiri (non bagi hasil/trade financing) dan
investasi dengan pihak lain (bagi hasil/investment financing). Ketika ada hasil
(keuntungan), maka bagian keuntungan untuk bank dibagi kembali antara bank
dan nasabah pendanaan (Ascarya,2015:30). Dalam hal ini peranan bank
sangatlah penting bagi masyarakat sekitar dalam hal membantu perekonomian
Dalam perkembangan perbankan syariah di Indonesia sudah menjadi tolak
ukur keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Menurut hasil penelitian Abdul
Rasyid dalam (https://business-law.binus.ac.id yang diaskes pada 28 Oktober
pukul 18:00 WIB) ditinjau dari data statistik perbankan syaraiah yang
dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terdapat 13 Bank Umum
Syariah (BUS), 21 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 168 BPRS dengan total
keseluruhan asset yang dimiliki BUS dan UUS sebesar Rp.423.944 Miliar.
Sedangkan jumlah perusahaan asuransi syariah berjumlah 13, perusahaan
asuransi UUS sebanyak 50, lembaga pembiayaan syariah berjumlah 7 dan UUS
sebanyak 40, Dana Pensiun Syariah berjumlah 1, Lembaga Keuangan Khusus
Syariah berjumlah 4, dan Lembaga Keuangan Mikro Syariah berjumlah 42.
Namun dari segi aset bank syariah tumbuh 12,5% (yoy) menjadi Rp. 477 triliun
dibandingkan 2017 sebesar Rp. 424 triliun. Pertumbuhan rata-rata aset bank
syariah secara umum lebih tinggi daripada bank konvensional, yaitu sebesar
18,81% pada 2012-2018 (Databooks,https://databoks.katadata.co.id yang
3
Perbankan syariah memiliki kesamaan fungsi dengan perbankan
konvensional dalam hal mengumpulkan dana masyarakat dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk pemberian fasilitas pembiayaan, akan tetapi
perbankan syariah sendiri memiliki perbedaan-perbedaan dengan perbankan
konvensional Perbedaan yang paling mendasar adalah bank syariah
menerapkan sistem bebas bunga (free interest) atau memakai system bagi hasil
(profitsharing), jual beli dan sewa, Sedangkan bank konvensional menerapkan
sistem bunga.
Produk pembiayaan di bank syariah, salah satunya pembiayaan yang
menyalurkan dana adalah pembiayaan murabahah. Pembiayaan murabahah
merupakan suatu akad jual beli atas barang tertentu, yang dimana si penjual
menyatakan jumlah harga pembelian barang kepada si pembeli lalu menjual
kepada pihak pembeli dengan mensyaratkan keuntungan yang diharapkan
sesuai jumlah tertentu (Ismail,2016:138). Termasuk produk di BNI Syariah
Kantor Cabang kebon jeruk menawarkan kepada para calon nasabah 2 poduk
pembiayaan yaitu: (1) pembiayaan murabahah konsumtif, yaitu pembiayaan
yang diberikan dalam hal memenuhi kebutuhan rumah tangga yang bersifat
konsumtif, contohnya: pembelian kendaraan, rumah, alat elektronik dan
lain-lainya, (2) pembiayaan murabahah produktif, yaitu pembiayaan yang diberikan
dalam hal memenuhi kebutuhan produksi dalam hal meningkatkan usaha
Pembiayaan murabahah konsumtif sendiri sangat banyak yang minati di
Bank BNI syariah Kantor Cabang Kebon Jeruk. Karena akad murabahah di
pandang lebih mudah dan sesuai pengunaanya jika dibandingkan dengan akad
lainnya. Di lihat sebagai mana dalam tabel berikut:
Tabel 1.1
Tabel pembiayaan murabahah Konsumtif di BNI Syariah KC Kebon Jeruk
Tahun Nasabah Pembiayaan
2017 994 Rp. 219. Milyar
2018 1042 Rp. 248. Milyar
2019 1023 Rp. 278. Milyar
Sumber: PT Bank BNI Syariah
Dari tabel 1.1 dapat dijelaskan bahwa penyaluran pembiayaan
murabahah konsumtif yang ada di Bank BNI Syariah KC Kebon Jeruk
kepada nasabah selalu terjadi peningkatan yang signifikan dari tahun 2017,
sampai dengan 2019 (C. Bayu, asisten collection. 2019, Nov 10).
Sebelum nasabah melakukan akad murabahah konsumtif tersebut, pihak
bank syariah melakukan alinisis pembiayaan, dalam hal menganalisis
memberikan pembiayaan terhadap calon nasabah, bank menerapkan dengan
prinsip 5C, yaitu: karakter (character), kemampuan (capacity), modal
(capital), agunan (collateral), prospek usaha (condition of economic) dan 7P
yaitu: keperibadian (personality), klasifikasi tertentu (party), tujuan
(perpose), menilai usaha nasabah di masa yang akan datang (prospect),
sumber penghasilan (payment), kemampuan nasabah dalam mencari laba
5
(Kasmir,2014:95). Bank menerapkan analisis ini bertujuan agar tidak salah
dalam memberikan dana pembiayaan kepada calon nasabah, agar dana yang
diberikan bisa kembali lagi dengan sesuai kesepakatan jangka waktu yang
sudah ditetapkan kepada calon nasabah tersebut. Selain itu, tujuan dalam
menganalisis tersebut ialah mengurangi terjadinya risiko yang mempengaruhi
dalam non performing finance di bank tersebut, karena meski sudah
menerapkan analisis 5C dan 7P tetap saja pasti ada saja hal-hal yang tak
terduka yang tidak diinginkan, maka dari itu pihak bank harus meningkatkan
dan mengevaluasi lagi kualitas pengamanan supaya bisa meminimalisir
terjadinya pembiayaan macet atau bermasalah.
Dalam menindaki risiko pembiayaan murabahah konsumtif, maka
sebagai pihak bank sudah seharusnya mempunyai kriteria dan penggolongan
terhadap kualitas kredit yang mereka salurkan. Termasuk di Bank BNI
Syariah Kantor Cabang Kebon Jeruk mempunyai catatan lengkap terkait
pembayaran angsuran dari nasabah. Di bawah ini adalah penggolongan
kualitas pembiayaan yang dibuat oleh Bank BNI Syariah Kantor Cabang
Kebon Jeruk: Tabel 1.2 Penggolongan Kolektibilitas Lama Tunggakan/DPD (Hari) Kolektibilitas Keterangan 0 1 Lancar
1-30 2 Dalam perhatian khusus
91-180 3 Kurang lancer
270 5 Macet
Berdasarkan tabel 1.2 penggolongan pembiayaan murabahah konsumtif diatas
tersebut untuk mempermudah dalam proses selektif dan menanganan terhadap
berbagai jenis risiko permasalahan yang dimana suatau saat bakal adanya mucul
dalam sebuah akad pembiayaan yang telah dilakukan, karena risiko yang timbul
bisa berdampak kepada portofolio usaha bank dan menjadi salah satu indikator
penilaian kesehatan bank yang di lakukan oleh Bank Indonesia (BI) dan otoritas
jasa keuangan (OJK) (C. Bayu Aji, personal communication.2019, Nov 21). Tetapi
penggolongan kredit ini juga memiliki manfaat bagi debitur, di mana mereka akan
memiliki pengertian dan penjelasan yang cukup mengenai kualitas kredit yang
mereka lakukan, sehingga membuat mereka berpikir untuk melakukan
kewajiban/pembayaran cicilannya dengan baik. Hal ini sangat penting untuk
dijelaskan kepada debitur, terutama mengenai konsekuensi yang akan mereka
dapatkan jika ternyata mereka mengalami kemacetan pembayaran terhadap kredit
yang mereka ajukan. Dalam kasus di mana debitur tidak melakukan pembayaran
kredit tepat waktu, maka hal tersebut akan sangat merugikan debitur di hari yang
akan datang, terutama jika mereka ingin mengajukan pinjaman kembali. Hal
tersebut dilakukan supaya menjadi pertimbangan khusus bagi pihak bank selaku
kreditur, karena semua informasi debitur mengenai riwayat kredit sebelumnya akan
tercatat pada Sistem Informasi Debitur (SID) Bank Indonesia yang bisa diakses oleh
7
kredit. (Siti Khadijah dalam, www.cermati.com yang diakses pada 13 November
pukul 21.08)
Dalam hal menanggulangi pembiayaan bermasalah BNI Syariah Kantor
Cabang Kebon Jeruk menggunakan jasa collection. Yang mempunyai peran dalam
menangulangi dalam restrukrisasi pembiayaan nasabah yang bermasalah dan
memberikan solusi terkait permasalahan pembiayaan yang macet. Hal itu
dilaksanakan supaya pembayaran yang tadinya macet sehingga menjadi lancar
kembali.
Jika dilihat secara umum, kasus terjadinya pembiayan murabahah bermasalah
tidak secara langsung, tetapi akan melalui tahapan-tahapan terlebih dahulu. Begitu
juga yang dialami di Bank BNI syariah Kantor Cabang Kebon Jeruk, tahap-tahapan
yang dilakukan oleh pihak Bank BNI syariah Kantor Cabang Kebon Jeruk ialah
memberika surat yang berisi teguran, apabila nasabah masih saja sulit dalam
melakukan pembayaraanya, maka pihak Bank BNI syariah KC Kebon Jeruk akan
memberikan surat yang berisi panggilan, maka dengan adanya suatu persetujuan
dari pihak nasabah bisa dilakukan solusi restrukturisasi pembiayaan.
Karna sudah dijelaskan dalam peraturan BI Nomer: 13/9/PBI/2011 bahwa
restrukturisasi pembiayaan adalah solusi yang dilakukan bank dalam rangka
membantu nasabah agar dapat mentelesaikan kewajibanya, antara lain melalui
penjadwalan kembali, persyaratan kembali dan penataan kembali. (Rachmadi
Usman, 2012:219)
Maka berdasarkan uraian di atas, saya sebagai penulis tertarik ingin melakukan
Kantor Cabang Kebon Jeruk dalam menangulangi permbiayaan murabahah konsumtif, yang kemudian akan ditulis dengan judul “Menangulangi pembiayaan
bermasalah terhadap pembiayaan murabahah Konsumtif di Bank BNI Syariah Kantor Cabang Kebon Jeruk”.
A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas latar belakang tersebut, maka identifikasi masalah
dalam penelitian ini ialah:
1) Pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia yang semakin maju
2) Produk pembiayaan di bank Syariah bermacsm-macam, produk
pembiayaan murabahah yang banyak disukai oleh masyarakat.
3) Pembiayaan murabahah yang dominan terjadinya masalah risiko dalam
hal pembiayaan di BNI syariah Kantor Cabang Kebon Jeruk.
4) Dalam hal antisipasi pembiayaan bermasalah, pihak bank BNI syariah
Kantor Cabang Kebon Jeruk menggunakan jasa di bidang collection.
5) Untuk mengantisipasi pembiayaan bermasalah maka dibutuhkan adanya
strategi yang matang.
B. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya topik pembicaraan dalam hal pembiayaan bermasalah
di dunia lembaga keuangan, maka pembahasan ini hanya memfokuskan pada
strategi Collection Dalam Menangulangi pembiayaan bermasalah terhadap
pembiayaan murabahah Konsumtif di Bank BNI Syariah Kantor Cabang
9
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan atas uraian pada sub Bab sebelumnya, maka rumusan
masalah dalam penilitian ini adalah:
1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penyebab permasalahan pada
pembiayaan Murabahah konsumtif di BNI Syariah Kantor Cabang
Kebon Jeruk?
2. Bagaimana strategi collection dalam mengatasi pembiayaan murabahah
konsumtif bermasalah di BNI Syariah Kantor Cabang Kebon Jeruk?
D. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan penelitian ini ialah:
a) Untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
terjadinya pembiayaan murabahah konsumtif bermasalah di BNI
syariah Kantor Cabang Kebon Jeruk.
b) Untuk menganalisis strategi collection dalam menanggulangi
pembiayaan murabahah konsumtif bermasalah di BNI Syariah
Kantor Cabang Kebon Jeruk?
2. Manfaat penilitian ini ialah:
a) Bagi Penulis
Penulis dapat lebih dalam lagi ilmu pengetahuanya dalam hal
memahami strategi collection dalam menangulangi pembiayaan
bermasalah.
Diharapkan dari hasil penilitian ini bisa dijadikan sebagai masukan
bagi Bank BNI syariah KC Kebon Jeruk dalam menyelesaikan
pembiayaan yang bermasalah, agar bisa lebih berhati-hati dalam
menyalurkan dana kepada nasabah.
c) Bagi Akademik
Bisa digunakan sebagai bahan referensi, gambaran dan sumber ilmu
pengetahuan yang bermanfaat.
E. Kajian Terdahulu yang Relavan
Tabel 1.3 Penelitian terdahulu
Nama judul/tahun Isi skripsi Perbedaan Persamaan
Penggunanan Debt
collector dalam
penyelesaian Kredit Macet Pada Bank Standard Chartered Shinta Dwiningtyas (2015)
Isi skripsi ini mengenai Penggunanan Debt collector dalam penyelesaian Kredit Macet 1. Strategi Collection dalam menanggulangi pembiayaan murabahah bermasalah. 2.objek dan tempat penelitian. 1. membahas debt collector. 2. membahas faktor-faktor terjadinya pembiayaan bermasalah. Strategi Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BMT Ta’awun Cipulir Chalida Azka Amalia (2015)
Isi skripsi ini mengenai Strategi Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah 1. Objek dan tempat penelitian. 2. Strategi Collection dalam menanggulangi pembiayaan murabahah bermasalah. 1. Membahas tentang pembiayaan murabahah bermasalah. 2. membahas faktor-faktor terjadinya pembiayaan bermasalah Analisi penyelesaian pembiayaan Musyarakah Mutanaqisah
Isi skripsi ini mengenai Analisis penyelesaian 1. Objek dan tempat penelitian 1. Membahas tentang
11
Bermasalah (Studi Pada Bank Muamalat KC Rawamangun ) Nurul Azizah (2015) pembiayaan Musyarakah Mutanaqisah Bermasalah 2. Pembiayaan yang dibahas Musyarakah 3. Strategi Collection dalam menanggulangi pembiayaan pembiayaan bermasalah 2. membahas faktor-faktor terjadinya pembiayaan bermasalah Analisi Penyelesaian Pembiayaan Murabahah Bermasalah (Studi Kasus BMT Husyanah) Ahmad Yani (2014)
Isi skripsi ini membahas tentang Analisi Penyelesaian Pembiayaab Murabahah Bermasalah 1. Objek dan tempat penelitian 2. Strategi Collection dalam menanggulangi pembiayaan 1. membahas faktor-faktor terjadinya pembiayaan bermasalah G. Sistematika Penulisan
Agar lebih mempermudah pemahaman sistematis dan terarah dalam
pembahasan ini, maka penulis menyusun skripsi ini membaginya menjadi
lima bab. yang dimana pada setiap bab yang terdiri dari sub-sub bab sebagai
perincianya. Akan dipaparkan secara singkat garis besar pembahasan
penulisan laporan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Membahas tentang uraian: Latar Belakang Masalah,
Identifikasi Masalah, Perumusan Masalah, Perumusan
Masalah dan Tujuan Masalah.
BAB II : Landasan Teori
Membahas tentang uraian: Teori yang Berkaitan dengan
BAB III : Metodologi Penelitian
Membahas tentang uraian: Ruang lingkup, metode
penentuan sample, metode pengumpulan data, metode
analisis data.
BAB IV : Hasil Penelitian Dan Pembahasan Yaitu:
Gambaran Umum, Analisis faktor-faktor penyebab
terjadinya pembiayaan bermasalah pada pembiayaan
murabahah konsumtif di BNI Syariah Kantor Cabang
Jakarta Barat, Anailisis Strategi collection.
14
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pembiayaan Bermasalah
1. Pengertian pembiayaan bermasalah.
Pembiayaan menurut Adiwarman karim (2013:113) merupakan
salah satu kegiatan pokok bank memberikan fasilitas yaitu pemberian
fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak defisit unit.
Pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang dikategorikan
apabila pembiayaan tersebut tidak lancar. Hal tersebut dapat diukur
dengan kolektibilitas, yaitu: Lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar pembiayaan yang diragukan macet. “Tiga kelompok pembiayaan
terakhir dikategorikan pembiayaan bermasalah atau non performing
finance. Kondisi pembiayaan yang ada penyimpangan atau term of landing yang disepakati dalam pembayaran kembali dalam pembiayaan
itu sehingga terjadi kelambatan. Diperlu berikan tindakan yudiris atau
diduga ada kemungkinan potensial loss (Veithal Rivai,2008:33).
Berdasarkan pengertian diatas bisa disimpulkan bahwa pembiayaan
bermasalah ialah pembiayaan yang berkategorikan dalam golongan
kurang lancar, diragukan dan macet.
Sebelum suatu fasilitas pembiayaan diberikan, maka bank harus
merasa yakin bahwa pembiayaan yang diberikan benar-benar akan
kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian pembiayaan
sebelum pembiayaan tersebut di salurkan. penilaian pembiayaan oleh
bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya, seperti melalui penilaian yang benar”
dan amat sunguh-sungguh (Nurul Ichsan Hasan, 2014:134)
Atas dasar penilaian aspek-aspek tersebut kualitas pembiayaan
ditetapkan menjadi 5 golongan yaitu: (Fatturhman Djamil,2012:69)
a. Lancar
Apabila nasabah membayar angsurannya tepat waktu, tidak ada
tunggakan, sesuai dengan persyaratan pada waktu akad
perjanjian yang telah disepakati.
b. Dalam perhatian khusus
Apabila nasabah pembayaran angsurannya ada tunggakan
angsuran pokok dan atau margin sampai dengan 90 (Sembilan
puluh) hari.
c. Kurang lancar
Apabila nasabah terdapat tunggakan pembayaran anggsuran
pokok dan atau margin yang telah melewati 90 (Sembilan
puluh) sampai dengan 180 (seratus delapan puluh) hari.
16
Apabila nasabah terdapat tunggakan pembayaran angsuran
pokok dan atau margin 180 (seratus delapan puluh) hari samapi
dengan 270 (dua ratus tujuh puluh) hari.
e. Macet
Apabila nasabah terdapat tunggakan pembayaran angsuran
pokok dan atau margin yang telah disepakati 270 (dua ratus
tujuh puluh) hari
3. Faktor-faktor penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah.
Dalam penjelasan pasal 8 Undang-undang No.7 1992 UU
Nomor 10 Tahun 1998 menjelaskan tentang perbankan serta dalam
pasal 37 UU No.21 Tahun 2008 menjelaskan tentang perbankan syariah
antara lain dinyatakan bahwa kredit atau pembiayaan berdasarkan
prinsip-prinsip syariah yang disalurkan oleh bank ke nasabah
mengandung risiko, sehingga saat pelaksanaanya perbankan syariah
harus memberikan asas-asas perkreditan atau pembiayaan berdasarkan
dengan prinsip-prinsip syariah yang benar (Fatturahman,2012:72).
Menurut Sutan Remy Sjahdeini, kredit bermasalah
disebabkan oleh nasabah yang tidak bisa memenuhi dalam kewajibanya
kepada bank karena faktor-faktor intern nasabah, faktor-faktor intern
bank, dan atau karena faktor-faktor ekstern bank dan nasabah
(Wangsawidjaja,2012:92). Factor intern adalah faktor yang ada di
dalam perusahaan sendiri. Timbulnya kesulitan-kesulitan keuangan
beberapa hal, seperti lemahnya pengawasan biaya dan pengeluaran dan
kebijakan piutang yang kurang tepat, penempatan yang berlebihan pada
aktiva tetap permodalan yang tidak cukup (Zainul Arifin,2012:259)
faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berada diluar kekuasaan
manajemen perusahaan, seperti bencana alam atau keadaan darurat
diluar kemampuan manusia, usaha nasabah yang memburuk, nasabah
tidak memiliki niat baik untuk memiliki niat baik untuk melaksanakan
tanggung jawabnya, dan sebagainya (Iswi Hariyani, 2010:38).
Dalam menentukan tindakan yang perlu diambil dalam
menghadapi pembiayaan bermasalah bank syariah terlebih dahulu
melakukan analisis sebab-sebab terjadinya pembiayaan tersebut
bermasalah. Apabila pembiayaan bermasalah tersebut diakbitkan oleh
faktor eksternal seperti bencana alam, pihak bank tidak perlu lagi
melakukan analisis lebih lanjut lagi. Yang perlu dilakukan oleh pihak
bank adalah bagaimna bank dapat membantu nasabah agar segera
mendapatkan penggantian dari perusahaan asuransi. Yang perlu
dianalisis ialah faktor internalnya, yaitu pembiayaan bermasalah yang
karena terjadi akibat manajerial. Apabila pihak bank sudah melakukan
pengawasan secara teliti dari bulan ke bulan, dari tahun ke tahun lalu
timbul pembiayaan yang bermasalah, sedikit banyak terkait pula
dengan kelemahan pengawasan itu sendiri. Kecuali apabila aktivitas
pengawasanya tersebut telah dilakukan secara baik, masih juga terjadi
18
pembiayaan bermasalah tersebut secaralebih mendalam kembali.
mungkin kesulitan itu sengaja disengaja dari manajemen perusahaanya,
yang berarti pengusaha tersebut telah melakukan sesuatu hal yang tidak
jujur. Misalnya, dengan disengaja pengusaha mengalihkan penggunaan
dana yang tersedia untuk keperluan kegiatan usaha lain diluar proyek
akad pembiayaan yang sudah disepakati sesuai perjanjian bersama
(Zainul Arifin,2012:259)
B. Pembiayaan murabahah konsumtif
1. Pengertian pembiayaan murabahah
“murabahah adalah akad yag dipergunakan dalam perjanjian jual
beli barang dengan menyatakan harga pokok barang dan keuntungan
atau margin yang telah di sepakati oleh si penjual dan pembeli
(Darsono,2017:73). Dalam pengertian teknis perbankan syariah
murabahah ialah suatu akad jual beli barang sebesar harga pokok
barang ditambah dengan margin keuntungan yang telah disepakati.
Berdasarkan akad jual beli tersebut bank membeli barang yang dipesan
oleh dan menjualnya kepada nasabah.harga jual bank ialah harga yang
beli supplier ditambah keuntungan yang disepakati. Namun bank juga
harus jujur memberitahu harga pokok barang kepada nasabah berikut
biaya yang diperlukan (Ismail.2011:138)
Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah, pada bagian
a. Bank dan nasabah harus melakukan kad Murabahah yang bebas
riba.
b. Barang yang diperjualbelikan tidak di haramkan oleh syariah
islam.
c. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang
yang telah disepakati kualifikasinya.
d. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank
sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.
e. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
f. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah
(pemesanan) dengan harga jual senilai harga beli plus
keuntunganya. Dalam kaitan ini bank harus memberitahu secara
jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang
diperlukan.
g. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut
pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
h. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakaan
akad tersebut, pihak bank mengadakan perjanjian khusus
dengan nasabah.
i. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli
20
dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik
bank.(Sjahdeini, 2014: 195)
2. Landasan hukum pembiayaan murabahah
Menurut Mujahidin (2016: 54-55) dalam Al-qur’an dan Hadis Nabi
tidak pernah secara langsung membicarakan mengenai murabahah,
tetapi yang dibicarakan secara langsung adalah jual-beli, laba, rugi dan
perdagangan. Berikut ini adalah landasan syariahnya yaitu:
نع ةراجت نوكت ن ا ّلاا لط ابل اب مكنيب مكلاومااولك أت لا اونم ا ني ذل ا اهّي ا اي
ب ناك لله ا ّنا مكسفنااولتقت لاو مكنّم ض ارت
:ءاشناا( امّيحر مك
29
)
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha
penyayang kepadamu . (QS Al-Nisa’[4]:29)
Al-hadis:
• Hadis riwayat Ahmad Bin Hambal:
“Pendapatan yang paling afdal adalah hasil karya tangan seseorang
dan jual beliyang mabrur”
“ Dari Suhaib ar-Rumi r.a., bahwa Rasullah Saw. bersabda: “ Tiga
hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh,
muqradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung
untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.“ (H.R. Ibnu Majah)
3. Rukun dan syarat murabahah ialah:
Rukun murabahah sebagai berikut:
a. Penjual (Ba’i)
b. Pembeli (Musytari)
c. Objek Jual Beli (Mabi’i)
d. Harga (Tsaman)
e. Ijab Kabul. (Mardani, 2014: 190)
Syarat murabahah sebagai berikut:
a. Penjual memberitahu harga pokok kembali.
b. Kontrak harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
c. Kontrak harus bebas dari riba.
d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat
atas barang sesudah pembelian.
e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.
(Akhmad Mujahidin, 2016:56)
22
Murabahah, sebagaimana yang digunakan dalam perbankan
syariah, prinsipnya didasarkan pada dua elemen pokok yaitu: harga beli
serta biaya yang terkait, dan kesepakatan atas mark up (laba). Bank
syariah mengadopsi murabahah untuk memberikan pembiayaan jangka
pendek kepada para nasabah guna pembelian barang meskipun si
nasabah tidak memiliki uang untuk membayar. Ciri dasar kontrak
murabahah sebagai jual bei dengan pembayaran tunda adalah sebagai
berikut: (i) si pembeli harus memiliki pengetahuan tentang biaya-biaya
terkait dan tentang harga asli barang, dan batas laba (mark up) harus
ditetapkan dalam bentuk persentase dari total harga plus
biaya-biayanya; (ii) apa yang dijual adalah barang atau komoditas dan dibayar
dengan uang; (iii) apa yang diperjualbelikan harus ada dan dimiliki oleh
setiap penjual dan si penjual harus mampu menyerahkan barang itu
kepada si pembeli; (iv) pembayarannya ditangguhkan. Murabahah
seperti yang dipahami di sini, digunakan dalam setiap yang dipahami di
sini, digunakan dalam setiap pembiayaan dimana ada barang yang bisa
diidentifikasi untuk dijual.
Teknis perbankan dalam penerapan transaksi murabahah, yaitu:
a. Bank bertidak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli.
Harga jual adalah harga beli bank dari produsen (pabrik/toko)
ditambah keuntungan (mark–up). Kedua pihak harus jual dan
b. Harga jual dicantumkan dalm akad jual-beli dan jika telah
disepakati tidak dapat berubah selama berlaku akad. Dalam
perbaikan, murabahah lazimnya dilakukan dengan cara
pembayaran cicilan.
c. Dalam transaksi ini, bila sudah ada barang diserahkan segera
kepada nasabah, sedangkan pembayaranya dilakukan secara
tangguh. ( Akhmad Mujahidin, 2016:57-58)
Secara umum penerapan transaksi murabahah pada bank syariah
dapat digambarkan dalam bentukan skema sebagai berikut:
Gambar 2.1
Skema Murabahah
Keterangan gambar skema 2.1 adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan akad jual-beli barang anatara bank dan nasabah
24
2. Pembuatan akad jual-beli yang diikuti pelaksanaan
pembayaran harga bank
3. Penjualan dan penyerahan hak kepemilikan barang oleh
pemasok kepada bank.
4. Penjualan barang + mark up dan penyerahan hak kepemiikan
oleh bank kepada nasabah
5. Pengiriman barang secara fisik oleh pemasok kepada nasabah.
6. Pelunasan harga barang oleh nasabah kepada bank secara
cicilan atau secara sekaligus pada akhir waktu pelunasan (Sutan
Remy Sjahdeini, 2014:194).
C. Strategi collection
1. Pengertian strategi collection
kata “strategi” adalah bahasa turunan yang berasal dari bahasa
Yunani “Strategos” , yang berasal dari kata Stratos yang berarti militer dan
AG yang artinya memimpin . strategi dalam konteks awalnya ini diartikan
sebagai generalship atau sesuatu yang di kerjakan oleh para jendral dalam
membuat rencana untuk menaklukan musuh dan memenangkan perang
( Eddy, 2016:11)
Menurut Stephanie K Marrus seperti yang dikutip Sukristono
strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para
pemimpin puncak yang berfokus kepada tujuan jangka panjang organisasi
disertai suatu penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana suatu tujuan
Menurut Eris Suwadi dalam blogspot.com yang diakses 9 Januari
2020 pukul 21.00 collection adalah pengelolaan piutang atau Account
Reciveble itu sendiri sebenarnya adalah asset perubahan yang ada dan
tersebar di pihak lain (debitur), oleh karena itu harus dikelola dengan baik.
2. Peran dari collection
Peran sebagai colletion ialah sebagai berikut:
a. Membuat nasabah pembiayaan yang bermasalah menjadi
normal/lancar kembali dengan usaha, collection yang efektif
b. Melakukan follow up dengan segera, baik melalui telpon ,
surat, maupun kunjungan.
c. Membina hubungan dengan baik dengan account
(nasabah/customer) yang melakukan pembiayaan.
3. Tujuan collection
Menurut Unknown dalam, http://makalahwsn.blogspot.com, yang
diakses 9 Januari pukul 21.01. Tujuan collection adalah sebagai berikut:
a. Mengusahakan agar pembayaran dari konsumen sesuait
tanggal jatuh tempo atau waktu yang telah ditetapkan.
b. Mengoptimalkan laba, segala sesuatu yang merupakan hak
perusahaan berupa uang yang wajib diterima lebih cepat
(sesuai jadwal) agar dana tersebut dapat dipergunakan lebih
26
c. Meminialkan kerugian atas angsurang nasabah yang
tertunggak , sebab kecepatan pembayaran collection dapat
menurunkan bahkan meniadakan potensi piutang macet.
d. Menjaga kestabilan dan kesehatan keuangan perusahaan
(cash flow).
e. Melaksanakan hak perusahaan berkaitan yang telah
disepakati dalam perjanjian, seperti penarikan, pengenaan
denda, penalty, dll.
setelah uraian teori-teori diatas, maka peneliti menjabarkan
penelitian ini ke dalam suatu kerangka berpikir yang menggambarkan
variable penelitian dan proses penelitian ini secara garis besar. Adapun
kerangka berpikir tersebut adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir Pembiayaan bermasalah
Faktor penyebab
Eksternal Internal
Strategi collection dalam menangani pembiayan murabahah konsumtif
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang lingkup penelitian1. Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang
Jakarta Barat yang beralamat: Jl. Raya Arteri Kelapa Dua No. 40, Kebon
Jeruk , Jakart Barat. Untuk mengetahui jawaban atas masalah yang akan
diteliti oleh peneliti.
2. Variabel Penelitian
Yang dijadikan variabel dalam penelitian ini adalah pembiayaan
murabahah dan bagian collection. Dalam penulisan ini penulis
melakukan wawancara kepada Bayu Chrisna Aji selaku asisten
collection dan ditambah dengan kajian-kajian pustaka untuk bisa
memperkuat hasil analisa dari variabel penelitian ini.
3. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis hanya memfokuskan kepada metode
kualitatif deskriptif. Metode deskriptif adalah sejumlah data-data yang di
kumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar dari pada
angka-angka (Emzar,11:3) Cara pendekatan penelitian deskriftif dengan
menggunakan survey atau langsung terjun ke lokasi tersebut.
38
B. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan penulis dalam
pengumpulan data yaitu:
1. Observasi (pengamatan)
Peneliti untuk mengetahui sesuatu yang sedang terjadi atau yang
sedang dilakukan merasa perlu untuk melihat, mengamati,
mendengarkan sendiri. Hal ini dilakukan dengan menggunakan teknik
pengumpulan data observasi. Hal ini dapat dicapai dengan cara peneliti
menjadi bagian dan diterima menjadi bagian dalam kehidupan manusia
yang diteliti. Caranya adalah peneliti hidup ditengah-tengah kelompok
manusia tersebut, melakukan hal-hal yang mereka lakukan dengan cara
mereka. Apabila para peneliti selama jangka waktu tertentu tinggal dalam
kelompok yang dia teliti dan melkukan hal-hal yang mereka lakukan,
maka itu disebut observasi terlibat. Akan tetapi apabila peneliti masuk
keluar kelompok itu, disebut observasi setelah terlibat (Afrizal, 2014:21).
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu proses cara mendapatkan keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara
si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden (Fandi
Rosi Sarwo Edi,2016:3). Dalam penelitian ini peniliti peneliti melakukan
wawancara kepada asisten collection di PT Bank BNI Syariah Kebon
Jeruk.
Disebut penelitian kepustakaan karena penulis mencari sumber
referensi data-data yang dibutuhkan dalam menyelesaikan penelitian
tersebut berasal dari perpustakaan yang berupa media cetak seperti
buku-buku, skripsi terdahulu, Koran, majalah, jurnal, ensiklopedia dan
sumber-sumber lainya yang berkaitan dengan pembiayaan murabahah.
C. Metode pengolahan Data
Penulis mengelola penelitian ini dengan metode penelitian kualitatif,
Metode kualitatif adalah metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah (sebagai lawanya adalah aksprimen ) dimana peneliti adalah kuci,
teknik pengumpulan data dilakukan secara secara tergulasi , analisis data
bersifat induktif atau kualitatif dan hasilpenelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono,2016:9).
D. Metode analisis data
Analisi data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam
periode tertentu (Sugiyono,2016:246). Sedangkan menurut Bognan
menyatakan bahwa analisis data merupakan proses mencari dan meyusun
seecara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan
temuanya dapat dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono,
2017:332) Proses analisa data ini bisa dilakukan secara bersamaan saat
40
semua terkumpul. Guna bisa memperoleh suatu data yang jelas dalam
menyajikan, memberikan dan menyipulkan data. Maka penulis dalam
penelitian ini menggunakan metode analisa deskriptif kualitatif.
Langkah-langkah dalam analisis data yang dilakukan adalah peneliti
akan mendeskripsikan berupa data dan informasi yang berdasarkan
fakta-fakta yang diperoleh di lapangan mengenai strategi collection dalam
menangulangi pembiayaan Murabahah konsumtif Bermasalah pada PT
1
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum1. Bank BNI Syariah Kebon Jeruk
Bencana krisis moneter di tahun 1997 membuktikan ketangguhan sistem
perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu: adil, transparan
dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat terhadap sistem perbankan
yang lebih adil. Dengan berlandaskan pada Undang-undang No.10 Tahun 1998,
pada tanggal tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI
dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan
Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang
dan 31 Kantor Cabang Pembantu.
Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di Kantor
Cabang BNI Konvensional (office channelling) dengan lebih kurang 1500 outlet
yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.Di dalam pelaksanaan operasional
perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap aspek
syariah.Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai oleh KH.Ma’ruf Amin, semua produk BNI Syariah telah melalui pengujian dari DPS
sehingga telah memenuhi aturan syariah.
Corpoorate Plan UUS BNI tahun 2000 menetapkan bahwa status UUS
hanya bersifat temporer dan oleh karena itu akan dilakukan spin off pada 2009.
2
Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS) berdasarkan Surat Keputusan
Gubernur Bank Indonesia No.12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010.
Terwujudnya pendirian ini juga didukung oleh faktor eksternal berupa aspek
regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No.21 tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah.Selain itu, komitmen Pemerintah terhadap pengembangan
perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap keunggulan produk
perbankan syariah juga semakin meningkat.
Pada 26 Mei 2015, seiring dengan pertumbuhan kinerja yang semakin baik
BNI Syariah menerbitkan Sukuk Mudharabah Bank BNI Syariah I Tahun 2015
sebesar Rp.500 miliar dengan tenor tiga tahun. Nisbah bagi hasil yang ditawarkan
adalah sebesar 15,35% dengan indikasi suku bunga padanan (equivalent rate)
sebesar 9,25% per tahun. Sukuk ini telah mendapat peringkat idAA+(sy) dari
Pefindo.
a. Profil Bank BNI Syariah
Nama : PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Jakarta Barat
Alamat : Jl. Raya Arteri Kelapa Dua No. 40, Kebon Jeruk, Jakarta
Barat
Telp : 021- 22123271
Situs Web :www.bnisyariah.co.id
Tanggal berdiri : 28 Desember 2010
b. Visi dan Misi Bank BNI Syariah 1) Visi BNI Syariah
“Menjadi bank syariah pilihan masyarakat yang unggul dalam layanan dan
kinerja”
2) Misi BNI Syariah
• Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan peduli pada kelestarian lingkungan.
• Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa perbankan syariah.
• Memberikan nilai investasi yang optimal bagi investor.
• Menciptakan wahana terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk berkarya dan berprestasi bagi pegawai sebagai perwujudan ibadah. • Menjadi acuan tata kelola perusahaan yang amanah.
4
3) Struktur Organisasi BNI Syariah KC Kebon Jeruk Gambar 4.1
Struktur Organisasi Bank BNI Syariah Kantor Cabang Kebun Jeruk
4) Produk BNI Griya iB Hasanah
a) Murabahah Konsumtif
BNI Griya iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan konsumtif yang
diberikan kepada anggota masyarakat untuk membeli, membangun,
merenovasi rumah (termasuk ruko, rusun, rukan, apartemen dan
sejenisnya), dan membeli tanah kavling serta rumah indent, yang besarnya
disesuaikan dengan kebutuhan pembiayaan dan kemampuan membayar
kembali masing-masing calon nasabah.
Untuk mengajukan pembiayaan BNI Griya iB Hasanah di bank BNI
Syariah Jakarta Barat maka nasabah harus memenuhi syarat dan ketentuan
Branch Manager Operasional Manager SNM Teller Back Office Customer Service Funding Konsumtif Produktif Driver Office Boy
pembiayaan BNI Griya iB Hasanah yang berlaku oleh pihak bank BNI
Syariah Jakarta Barat.
a. Persyarataan BNI Griya iB Hasanah
1. Pemohon minimal berusia 21 tahun, dan lunas pada saat usia pensiun
2. Karyawan/professional/pengusaha (wiraswasta)
3. Mempunyai penghasilan tetap dan mampu mengangsur
4. Memenuhi persyaratan berdasarkan penilaian bank
b. Keunggulan BNI Griya iB Hasanah
1. Rasa tentram dan tenang karena dengan pembiayaan syraiah
terhindar dari transaksi yang ribawi
2. Angsuran tetap sampai dengan lunas
3. Proses persetujuan pembiayaan mudah dan relative cepat
4. Uang muka ringan
5. Jangka waktu pembiayaan sampai dengan 15 tahun atau 20 tahun
(untuk nasabah fixed income)
6. Pembayaran angsuran melalui debet rekening secara otomatis
7. Harga bersaing
8. Bebas biaya provisi dan appraisal
9. Bebas biaya administrasi (khusus akad murabahah)
6
c. Dokumen yang dilengkapi
1. Fotokopi KTP pemohon dan suami/istri
2. Pas photo 4x6 pemohon dan suami/istri
3. Fotokopi surat WNI, surat keterangan ganti nama bagi WNI
keturunan
4. Foto kopi NPWP (pembiayaan diatas Rp50 juta)
5. Foto kopi rekening Koran/tabungan 3 bulan terakhir
6. Asli slip gaji terakhir
7. Asli surat keterangan masa kerja dan jabatan terakhir di
perusahaan/instasi
8. Neraca dan laba rugi/informasi keuangan 2 tahun terakhir
9. Akte perusahaan,SUP dan TDP
10. Fotokopi surat ijin praktek profesi
11. Dokumen kepimilikan jaminan
12. Denah lokasi rumah tinggal
B. Analisis faktor-faktor penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah pada pembiayaan murabahah konsumtif di BNI Syariah Kantor Cabang Jakarta Barat.
Pada kenyataanya apa yang telah disalurkan oleh pihak bank dalam
hal memberikan pembiayaan murabahah konsumtif semua itu tidak sesuai
ekspetasi yang keinginananya semua berjalan dengan lancar, sebagian ada
yang kurang lancar dan sebgaian juga ada yang mengalami kemacetan
yang di mana pihak ketiga (nasabah) sudah tidak bisa menyanggupi untuk
melunasi kepada pihak bank sebagian maupun keselurahannya dengan apa
yang telah ditetapkan di awal akad, yang di mana terjadinya suatu kemacetan
dalam hal pembiayaan pasti dilatar belakangi oleh adanya beberapa faktor.
Pengertian pembiayaan dimana di Bank di BNI Syariah Kantor
Cabang Jakarta Barat penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah pada
pembiayaan murabahah konsumtif karena adanya faktor internal dan faktor
eksternal.
Bapak Syarifuddin mengatakan, Adanya faktor-faktor penyebab
terjadinya faktor-faktor penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah pada
pembiayaan murabahah konsumtif di BNI Syariah Kantor Cabang Jakarta
Barat:
1. Faktor internal
Dari hasil wawancara kepada pada pihak collection, adanya
beberapa faktor masalah internal yang menyebabkan nasabah terjadi
keterlambatan membayar dari apa yang telah di tentukan di awal akad,
diantaranya :
a. Gaji di potong
Permasalahan ini datang biasanaya dari kendala di dalam
perusahaan/kerjaan nasabah tersebut.
b. PHK karyawan
Nasabah yang sudah lepas dari pekerjaan/perusahaan tersebut
8
c. Uang tunjungan tidak cair
Uang yang biasanya sebulan atau setahun sekali dapat dari perusahaan
terjadi tersendat atau tidak turun.
d. Gaya hidup tinggi (hedonisme)
Adanya pengeluaran yang tidak terlalu dibutuhkan sehingga menjadi
berlebihan dalam pengeluaran penghasilan.
2. Faktor eksternal
Dari hasil wawancara kepada pada pihak collection, adanya
beberapa faktor masalah internal yang menyebabkan nasabah terjadi
keterlambatan membayar dari apa yang telah ditentukan di awal,
diantaranya:
a. Kredit baru (pembiayaan baru)
b. Top up dengan gaji minimal
c. Gaji menurun (NFI)
Berikut data nasabah yang mengalami pembiayaan bermasalah di Bank BNI
Syariah Kebon Jeruk:
Data Nasabah yang mengalami Pembiayaan Bermasalah di Bank BNI Syariah Kantor Cabang Kebon Jeruk
No Nama Jenis pembiayaan Alasan
1 AH Kendaraan Adanya permasalahan dalam biaya
rumah sakit karena sebagian gajinya dibagi untuk mengobati anaknya yang dirawat di rumah sakit.
2 BG Rumah Di karenakan setelah si nasabah
keluar dari pekerjaanya di kantor, sebulan kedepannya dia belom lagi mendapatkan perkerjaan..
4 LM Rumah Adanya masalah pendapatan gaji
yang harusnya sebulan 5jt menjadi 3jt akibat adanya wabah penyakit
COVID-19, yang menjadikan
pendapatanya tidak stabil lagi.
C. Anailisis Strategi collection dalam penanganan pembiayaan bermasalah pada pembiayaan murabahah konsumtif di BNI Syariah Kantor Cabang Jakarta Barat.
10
Dari hasil wawancara kepada bagian collection pembiayaan murabahah
konsumtif dapat digolongkan kolektibiltas menjadi 5 diantaranya ialah:
Gambar 4.1
Golongan kolektibilitas
1. Golongan 1 ialah golongan nasabah yang selalu membayar tepat waktu
(lancar) sesuai apa yang telah di sepakati di akad.
2. Golongan 2 ialah golongan nasabah dapat perhatian khusus, yang
dimakasud perhatian khusus bahwasanya nasabah tersebut mengalami
keterlambatan dalam pembayaran angsuran atau ketetapan yang telah
disepakati selama 1-30 hari.
3. Golongan 3 ialah golongan nasabah kurang lancar dalam melunasi
tunggakan selama 91-180 hari.
4. Golongan 4 ialah golongan nasabah yang diragukan bahwasanya nasabah
mengalami keterlamabatan dalam hal melunasi angsuran pembayaran
selama 181-270 hari.
5. Golongan 5 ialah golongan nasabah yang mengalami kemcetan dalam hal
pembayaran angsuran selama lewat dari 270 hari. (wawancara pribadi,
10-09-2020
Menurut Ahmad Syariffudin, yang dimakasud dalam pembiayaan
bermasalahdi BNI Syariah kantor cabang kebon jeruk adalah nasabah yang Kol 1 0 hari Kol 2 1-90 hari Kol 5 270 hari Kol 4 181 -270 hari Kol 3 91-180 hari
tidak bisa membayar angsuran tepat waktu yang telah ditetapkan di awal.
Dengan demikian jika dilihat dari golongan kolektibilitas pembiayaan
murabahah konsumtif bahwasanya golongan kolektibilitas 2-5 sudah
mengalami permasalahan dalam melunasi angsuran, maka dari itu pihak
bank bergerak untuk melakukan upaya penyelesaian masalah angsuran bisa
kembali lancar kembali. Dalam hal mengatasi permasalahan pembiayaan
bermasalah ini bank BNI Syariah menggunakan jasa collection.
Adanya bagian collection di bank BNI Syariah kegiatanya bukan
hanya sekedar mendatangi lalu meminta angsuran tunggakan yang belom
dilunasi oleh nasabah, melainkan tugasnya ialah menyelamatkan nasabah
yang mengalami keterhambatan dalam pembayaran anggsuran menjadi
lancar kembali dengan mendatangi lalu menasehati dan memberi solusi atas
permasalahan tersebut. Selain itu juga adanya bagian collection sangat
berdampak positif bagi bank BNI Syariah Kantor Cabang Jakarta Barat.
tersendiri dalam hal menjaga kualitas angka untuk pembiayaan konsumtif
agar menjadikan bank itu sehat. Adapun adanya monitoring nasabah
pembiayaan agar dilakukan sesuai dengan alur collection sebagai berikut:
Keterangan: Tunggakan 1 – 30 hari Tunggakan 31-60 hari Tunggakan 61-90
12
A. Tunggakan 1-30 ( action )
1. Surat teguran
2. Visit 1 minggu sekali
3. Call 1 minggu sekali
B. Tunggakan 31-60
1. Surat teguran 2
2. Surat panggilan
3. Dokumentasi : surat peryataan dan berita acara
C. tunggakan 61-90
1. Pengecekan dokumen LOHT
2. Pemasangan plakat tanah dan bangunan ini adalah jaminan bank
BNI Syariah
3. Persiapan pemindahan pengelolaan nasabah ke divisi RRD
Dari action plan cabang collection tersebut, dalam hal kegiataanya
collection juga melakukan adanya beberapa strategi untuk melakukan
penanganan pembiayaan yang macet pada pembiayaan konsumtif. Dalam
mengatasi pembiayaan bermasalah pada pembiayaan murabahah konsumtif
di bank BNI Syariah Kantor Cabang Jakarta Barat dilakukan dengan cara
via telepon, mendatangi kediaman nasabah, memberi surat teguran, strategi
3R dan melakukan lelang. Sebagaimana hasil wawancara ketua bagian
collection KC Bank BNI Syariah Kantor Cabang Jakarta Barat dalam
“pastinya dari pihak collection langsung melalui via telepon lalu
mendatangi ke rumah nasabah tersebut. Setelah itu kita berbincang
menanyakan permasalahan apa yang menyebabkan dia tidak bisa membayar
tepat waktu, dari sekian banyak alesan kita langsung memberi solusi
untuknya lalu to the point kita menanyakan bisa melanjutkan pembayaran
ini atau tidak, jika nasabah masih bisa membayar tapi tidak bisa tepat waktu
kita memberikan keringanan dengan mengunakan strategi 3R. Tetapi jika
nasabah tidak bisa membayar kedepanya lagi kita memasang plat/pamphlet
lalu jalan terakhir yaitu lelang. (C. Bayu, asisten collection. 2020, Sep,12).
Dari wawancara tersebut adanya penjelasan tentang strategi
collection dalam menangulangi pembiayaan murabahah konsumtif di BNI
Syariah Kantor Cabang Jakarta Barat ialah sebagai berikut:
a. Via telepon dan mengujungi rumah
Tahap pertama yang dilakukan menghubungi via telepon dengan
bahasa yang beretika mengigatkan bahwasanya sudah jatuh tempo
b. Pengeluaran surat teguran
Bertujuan untuk menginformasikan kepada nasabah terkait apakah
pembiayaan akan diteruskan atau diambil alih (sita) oleh pihak bank
c. Strategi R3 (rekstrurisasi)
Rekturisasi bertujuan untuk memperbaiki keuangan nasabah yang
14
Apabila nasabah memberikan sebab akibatnya terjadi belum bisa
membayar angsuran secara tepat waktu kepada Bank BNI Syariah
Kantor Cabang Kebon Jeruk, maka dari itu pihak Bank BNI Syariah
Kantor Cabang Kebon Jeruk akan mengasih tahu solusi kepada nasabah
dengan beberapa cara yaitu:
A. Penjadwalan ulang (Rescehuduling)
Yang dimaksud penjadwalan ulang yaitu kita pihak collection
merubah ulang dalam hal: (1) jangka waktu pembiayaan, (2) jumlah
anggsuran pembiayaan dan (3) jadwal pembiayaan sehingga nasabah ada
keringanan dalam meneruskan angsuran, tetapi bukan bagian collection
yang melakukan itu semua melainkan tugas bagian account officer.
B. Persyaratan kembali (Reconditioning)
Persyaratan kembali ialah suatu upaya merombak kembali sebagian
atau seluruh kesepakatan yang pernah disepakati di awal, sehingga nasabah
dapat melakukan pembayaran angsuran dengan lancar.
C. Penataan kembali (Restructuring)
Penatan kembali ialah suatu upaya mengubah struktur fasilitas
pembiayaan, sehingga bisa meyelamatkan nasabah dalam pembiayaan
bermasalah.
D. Lelang
Strategi lelang ini di lakukan apabila pihak nasabah sudah memasuki
zona kurang lancar dalam pembayaran angsuran. Namun sebelum
melakukan lelang pihak bank memberikan Surat Peringatan (SP) apabila
surat peringatan sudah mencapai 3 kali, lalu sebulan kemudian pihak bank
bisa memproses masalah lelang. Strategi ini upaya menyelamatkan aset dari
bank BNI Syariah Kantor Cabang Kebun Jeruk. Apabila nasabah tersebut
sudah tidak sanggup untuk melunasi angsuran kebijakan lain yang diambil
ialah melelang kembali anggunan atau rumah dengan sesuai harga yang
sudah dijanjikan oleh nasabah dengan batas waktu 1-2 bulan. Apabila dari
1-2 bulan pihak nasabah belum bisa melelang rumah atau anggunan sendiri
terpakasa pihak bank BNI Syariah Kantor Cabang Kebun Jeruk akan
mengambil alih dengan melelang rumah atau agunan tersebut kepada
Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL).
Di Bank BNI syariah Kantor Cabang Kebun Jeruk menyimpan data
terkait kolektibilitas nasabah kol II di ahir tahun persetiap tahunya dari
tahun 2017 sampai 2019, sebagai berikut:
Table 4.2 kolektibilitas II di bank BNI Syariah Kebun Jeruk Kantor
Cabang Jakarta Barat
16
2017 278.396,107,536 7.422.807.476 2.95%
2018 248.471.809,007 5.689.324.286 4.36%
2019 278.396.107.536 13.194.044.828 4.74%
Berdasarkan data di table 4.2 kolektibilitas II nasabah yang
bermasalah pada pembiayaan muranahah konsumtif di bank BNI Kantor
Cabang Kebun Jeruk di tahun 2017-2018 mengalami kenaikan yang cukup
siginifikan, pada tahun berikutnya dari 2018-2019 mengalami hal yang
serupa menaiknya angka nasabah yang bermasalah
Berdasarkan data di table 4.2 pembiayaan yang bermasalah pada
pembiayaan muranahah konsumtif di bank BNI Kantor Cabang Kebun
Jeruk, dapat disimpulkan bahwa strategi yang di lakukan oleh bagian
collection masih kurang efektif dalam menangani pembiayaan bermasalah
pada pembiayaan murabahah konsumtif. Hal ini bisa dilihat dari table 4.2,
62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KesimpulanDari hasil penelitian penulis mengenai penanganan pembiayaan
bermasalah pada pembiayaan murabahah konsumtif di BNI Syariah Kantor
Cabang Jakarta Barat. dapat diambil kesimpulanya diantaranya sebagai
berikut:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebab terjadinya pembiayaan
bermasalah pada pembiayaan murabahah konsumtif di Bank BNI
Syariah Kantor Cabang Kebon Jeruk adalah adanya faktor eksternal dan
internal
2. Strategi collection dalam menangulangi pembiayaan murabahah
konsumtif bermaslah di Bank BNI Syariah Kantor Cabang Kebon Jeruk
anatara lain dengan munggunakan via telepon, Surat Peringatan (SP),
strategi 3R dan lelang.
B. Saran
Adapun saran-saran yang penulis ajukan, hanyalah sebagai masukan
63
1. Bagian collection harus lebih tegas lagi dalam hal mengigatkan nasabah yang mengalami
maslah untuk melunasi anggsuran.
2. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Kebun Jeruk harus meningkatkan efiktifitas prinsip
kehati-hatian sebelum mempersetujui calon nasabah yang ingin mengajukan pembiayaan
dengan melakukan perhatian khusus.
3. Pihak collection harus menambahkan lagi beberapa plan action untuk menangulangi
pembiayaan bermasalah, apalagi di saat keadaan yang seperti ini yang memungkinkan
Afrizal. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Arifin, Z. (2012). Dasar-dasar manajemen bank syariah. Jakarta: Pustaka Alvabet. Ascarya. (2015). Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Djamil, F. (2012). penyelesaian pembiayaan bermasalah di bank syariah. Jakarta: Sinar Grafika. Dwi, H. (2019, 9 20). Aset Bank Syariah dan Bank Konvensional. Retrieved Oktober 29, 2019, from Databoks: “https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/20/berapa-aset-perbankan-syariah-dan-konvensional
Edi, F. R. (2016). Teori wawancara psikodianostik. Yogyakarta: PT Leutika Nouvalitera. Emzar. (2011). Metode Penelitian kualitatif . Jakarta: Jakarta: Rajawali Pers.
Hariyani, I. (2010). Rekstrukrisasi dan Penghapusan Kredit Macet. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Ichsan, N. (2014). Pengantar Perbankan. Jakarta: Referensi.
Kasmir. (2014). Manajemen Perbankan Cetakan ke-12. Jakarta: Rajawali Pers.
Khadijah, S. (2016, September 23). Kartu Kredit. Retrieved November 13, 2019, from Cermati.com: https://www.cermati.com/artikel/penggolongan-kualitas-kredit-dan-cara-menghindari-kredit-macet
Mujahidin, A. (2016). Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Rasyid, A. (2018, Juli 3). Binus University. Retrieved Oktober 28, 2019, from perkembangan lembaga perbankan dan keuangan syariah di Indonesia: Abdul Rasyid, “ perkembangan lembaga perbankan dan keuanghttps://businesslaw.binus.ac.id/2018/07/03/perkembangan-lembaga-perbankan-dan-keuangan-syariah-di-indonesia/
Remy, S. (2014). Perbankan Syariah. Jakarta: Prenada Media.
Siswadi, E. (2011, Oktober 19). Blog.spot. Retrieved Januari 9, 2019, from Collection: http://eri-siswadi.blogspot.com/2011/10/collection.html?m=1
Sugiyono. (2016). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.
65
Unknown. (2017, Agustus 25). Manajemen Collection. Retrieved Januari 9 , 2019, from Makalahwsn: http://makalahwsn.blogspot.com/2017/08/manjemen-collection.html?m=1 Usman, R. (2012). Aspek hukum perbankan syariah di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
Wangsawidjaja. (2012). Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. Yunus, E. (2016). Manajemen Strategis. Yogyakarta: CV. Andi Offset.