Pengaruh Pemberian Ubiquinon pada Kadar Asam Laktat dan Uji
Jalan 6 Menit Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil
Kategori B dan D
Ahmad Rifani, Arief Bakhtiar, Muhammad Amin
Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, RSUD Dr. Soetomo, Surabaya
Abstrak
Latar Belakang: Penyakit paru obstruktif kronis dikenal sebagai penyakit radang kronis yang tidak terjadi secara lokal di paru, tetapi juga
efek sistemik termasuk kelemahan otot perifer dan peningkatan asam laktat. Ubiquinon terkandung dalam mitokondria dan memainkan peran penting dalam produksi energi aerobik dan juga memiliki efek antioksidan. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh ubiquinon pada kadar asam laktat dan toleransi latihan uji jalan 6 menit pasien PPOK dengan stabil kategori B dan D.
Metode: Penelitian ini merupakan studi eksperimental dengan double-blind terkontrol secara acak. Subjek penelitian ini adalah pasien dengan
kategori PPOK stabil B dan D di rawat jalan klinik paru Rumah Sakit Dr. Soetomo dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi criteria. Pasien yang memenuhi kriteria seleksi dibagi menjadi 2 kelompok, ubiquinon dan plasebo selama 8 minggu dan pasien terus menggunakan obat secara teratur. Semua pasien diukur kadar asam laktat, uji jalan 6 menit, spirometri sebelum dan setelah pemberian ubiquinon atau plasebo.
Hasil: Sebanyak 32 subjek dibagi menjadi 16 pasien dalam kelompok ubiquinon dan 16 pasien dalam kelompok kontrol. Tidak
ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok jenis kelamin, derajat PPOK dan IMT. kadar asam laktat dalam kelompok perlakuan menurun secara signifikan dibandingkan dengan kontrol (4,619 ± 0,429 menjadi 3,131 ± 0,583 pada kelompok ubiquinon, 4,544 ± 0,383 menjadi 4,675 ± 0,409 pada kelompok kontrol; p <0,017). Tes fungsi paru secara statistik tidak signifikan pada kedua kelompok. Pada uji jalan 6 menit meningkat pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol (296,81 ± 61,123 menjadi 354,38 ± 53.131 dalam kelompok ubiquinon dan 329,06 ± 53,610 menjadi 319,06 ± 44,990 pada kelompok kontrol; p <0.014).
Kesimpulan: Ubiquinon memiliki efek menguntungkan pada produksi energi dari tingkat otot dan asam laktat pada pasien PPOK stabil
kategori B dan D. (J Respir Indo. 2017; 37: 15-22)
Kata kunci: ubiquinon, PPOK stabil kategori B dan D, kadar asam laktat, uji jalan 6 menit, kualitas hidup
Effect of Ubiquinone Lactic Acid Levels and 6 Minute Walking
Test in Patients Chronic Obstructive Pulmonary Disease Stable
Category B and D
Abstract
Background: Chronic obstructive pulmonary disease known as chronic inflammatory disease that do not occur locally in the lung but also
a systemic effect, including peripheral muscle weakness and increased lactic acid. Ubiquinone contained in the mitochondria and plays an important role in aerobic energy production and also have antioxidant effects. This study to determine the effect of ubiquinone on levels of lactic acid and 6 minute walking test (6 MWT) exercise tolerance of COPD patients with stable category B and D.
Methods: This study is an experimental study with double-blind randomized controlled. The subjects of this study are patients with stable
COPD category B and Dwhich at the outpatient Pulmonary clinic of Dr.Soetomo Hospital and meet the inclusion and exclusion criteria.Patients who meet the selection criteria are divided into 2 groups, ubiquinone and placebo for 8 weeks and patients continue to use drugs regularly. All patients measured blood levels of lactic acid, the 6-minute walk test, spirometry before and after administration of ubiquinone or placebo.
Results: A total 32 subjects were divided into 16 patients in ubiquinone groups and 16 patients in control groups. There were no significant
differences between the two groups in gender, degree of COPD and BMI. Lactic acid levels in the treatment group decreased significantly compared with the control (4.619 ± 0.429 to be 3.131 ± 0.583 in ubiquinone group, 4.544 ± 0.383 to be 4.675 ± 0.409 in control group; p <0.017). Pulmonary function tests were not statistically significant in both groups. On the 6-minute walking distance increased in the treatment group compared with the control group (296,81 ± 61,123 to be 354,38±53,131 in ubiquinone group and 329,06 ± 53,610 to be 319,06±44,990 in control group;p<0.014).
Conclusion: Ubiquinone administration has favorable effect on the energy production of muscle and lowerlactic acid levels in patients with
stable COPD category B and D. (J Respir Indo. 2017; 37: 15-22)
Keywords: ubiquinon, stable COPD category B and D, lactic acid levels, 6 MWT, quality of life
Korespondensi: Ahmad Rifani
PENDAHULUAN
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) meru pakan penyebab kesakitan dan kematian yang umum di seluruh dunia, penyebab kematian ke4 pada negara – negara industri dan diprediksi akan men jadi penyebab kematian nomor tiga di dunia pada tahun 2020.13
Saat ini di Indonesia diperkirakan terdapat 4,8 juta pasien dengan prevalensi sekitar 5,6%. Angka ini akan meningkat terus dengan semakin banyaknya jumlah perokok karena 90% pasien PPOK adalah perokok dan bekas perokok.1,4 Ciri penyakit ini ditandai dengan
keterbatasan aliran udara yang ireversibel, progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi abnormal paru terhadap partikel atau gas. Beberapa mekanisme diperkirakan menjadi penyebab abnormalitas yang terjadi pada PPOK. Inflamasi paru, ketidakseimbangan proteaseantiprotease, ketidakseimbangan oksidan antioksidan, proses remodeling saluran napas serta proses aging diperkirakan berperan pada patogenesis dan progresivitas PPOK.1,3
Pada penderita PPOK akan terjadi penurunan faal paru yang mengakibatkan penderita PPOK mengeluh sesak dan keterbatasan aktivitas. Keluhan ini muncul terutama akibat penurunan kapasitas otototot pernapasan dalam kaitannya dengan peningkatan beban mekanik.5,6
Disfungsi otot perifer juga disebut sebagai salah satu akibat inflamasi sistemik pada penderita PPOK yang menyebabkan intoleransi latihan sehingga menurunkan kualitas hidup penderita. Dalam kaitan dengan kondisi tersebut penatalaksanaan PPOK bertujuan antara lain untuk meningkatkan toleransi latihan serta meningkatkan kualitas hidup.79
Ubiquinon atau koenzim Q10 (CoQ10) meru pakan substansi seperti vitamin yang terdapat dalam setiap sel di tubuh manusia. Ubiquinon ini digunakan untuk mengubah zat nutrisi menjadi adenosine
triphosphate (ATP) sebagai sumber energi untuk
metabolisme. Oleh karena itu, suplementasi ubiquinon diperkirakan dapat meningkatkan kapasitas aerobik dan kinerja otot.10,11 Fujimoto dkk13 melaporkan efek
pemberian ubiquinon (CoQ10) terhadap fungsi paru dan kinerja latihan penderita penyakit paru kronik,
hasilnya menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap kinerja latihan tetapi tidak ada perubahan pada fungsi paru. Ubiquinon ini juga merupakan suatu antioksidan potensial yang melindungi tubuh dari radikal bebas dan membantu ketersediaan vitamin E yang merupakan antioksidan utama di membran sel. Beberapa penelitian dan laporan kasus menunjukkan data yang mendukung penggunaan ubiquinon dalam pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit yang ber hubungan dengan stres oksidatif termasuk pada PPOK. Suplementasi ubiquinon pada penderita PPOK mempunyai tempat dalam hubungannya dengan peningkatan kapasitas latihan serta sebagai anti oksidan. Efektivitas dari suplementasi dari ubiquinon pada penderita PPOK ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.12,13
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian ekspe rimental atau perlakuan dengan double-blind
rando mized controlled trial pre & post test design.
Tempat penelitian di instalasi rawat jalan poli paru dan poli asma PPOK SMF Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi RSUD Dr.Soetomo Surabaya. Waktu penelitian sampai terkumpul jumlah sampel penelitian.Sampel diambil berdasarkan consecutive
sampling. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah
penderita PPOK stabil kategori B dan D, usia > 40 tahun, bersedia ikut dalam penelitian dan sanggup untuk melakukan 6- minute walk test dan menandatangani informed consent, tidak mengalami eksaserbasi dalam 1 bulan terakhir, sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah PPOK dengan riwayat infark miokard atau unstable angina satu bulan sebelumnya, nadi > 120 x/menit saat istirahat, tekanan darah sistolik > 180 mmHg dan tekanan darah diastolik > 100 mmHg, pasien PPOK yang tidak mendapat terapi standar, pasien PPOK dengan kelainan ginjal, pasien PPOK dengan kelainan hati, pasien PPOK yang sedang menggunakan antikoagulan atau antitrombotik. Untuk kriteria drop-out adalah penderita yang meninggal dunia saat penelitian, dan penderita yang tidak melanjutkan pengobatan.
Pasien yang memenuhi kriteria seleksi dibagi atas kelompok ubiquinon dan plasebo secara tersamar ganda, kelompok pertama mendapat terapi standar PPOK dan ubiqunon 1x100 mg/hari, kelompok kedua mendapat terapi standar PPOK dan plasebo 1 x 1 kapsul/hari. Semua subjek diperiksa faal paru, kadar asam laktat dan 6-minute walk test sebanyak 2 kali, yakni sebelum dan setelah 8 minggu perlakuan.
Instrumen yang digunakan adalah lembar pengum pul data, dokumen medik rawat jalan, kuisio ner
COPD assessment test (CAT), stetoskop merk Littman
dan tensimeter merk Riester NOVA, pengukur tinggi dan berat badan merk SIMC, spirometer spiroanalyzer ST.75 Fukuda Sangyo, Stopwatch, Pulse Oxymeter merk Endo Indonesia model MD300, dan Accutrend
Plus (glucose, trigliceride, cholesterol, lactic acid meter) merk Roche.
Data dianalisis menggunakan SPSS 15.0 untuk membuktikan pengaruh pemberian ubiquinon terhadap perubahan kadar asam laktat dan perubahan 6-minute
walk distance.Data numerik antara 2 kelompok diban
dingkan dengan uji statistik tberpasangan. HASIL
Subjek pada penelitian ini adalah penderita PPOK kategori B dan D yang berobat ke instalasi rawat jalan (poli paru dan poli asma PPOK) SMF Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi RSUD dr. Soetomo Surabaya selama periode penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek penelitian terbagi menjadi kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, dengan masingmasing jumlah sampel sebanyak 16 penderita. Kelompok kontrol adalah penderita PPOK kategori B dan D yang mendapat terapi standard PPOK dan plasebo, sedangkan kelompok perlakuan adalah penderita PPOK kategori B dan D yang selain mendapat terapi standard PPOK juga mendapat pemberian ubiquinon.
Berdasarkan umur secara ratarata pasien penderita PPOK stabil kategori B dan D adalah 68 sampai 69 tahun dengan standar deviasi 5 hingga 7 tahun. Umur termuda pasien tercatat 60 tahun dan
yang paling tertua adalah 84 tahun. Sementara untuk IMT (indeks massa tubuh) diketahui secara ratarata besarnya adalah 18,05 hingga 21,8 dengan standar deviasi 2 hingga 3. Nilai IMT terendah tercatat sebesar 14,2 dan yang tertinggi sebesar 26,6. Hasil pengukuran derajat keparahan pasien PPOK yang menjadi subjek penelitian, baik yang mengalami perlakuan maupun kontrol didapatkan GOLD 2 (sedang) 9 (28,1%) dan GOLD 3 (berat) 7 (21,9%). Sedangkan untuk GOLD 4 (sangat berat) tidak kami temukan di kedua kelompok. Pada ketiga derajat PPOK tidak kami dapatkan hubungan bermakna pada kedua kelompok (p=0,183).Kedua kelompok baik perlakuan maupun kontrol semuanya (100%) memiliki nilai CAT ≥ 10. Untuk pengelompokan PPOK didapatkan bahwa pada perlakuan didapatkan subjek kelompok B sebanyak 9 (28,1%), dan kelompok D 7 (21,9%), sedangkan pada kontrol didapatkan kelompok B 10 (31,25%), dan kelompok D 6 (18,75%). Pada kedua kelompok tidak terdapat perbedaan bermakna pada perlakuan maupun kontrol (p=0,719).
Hasil pemeriksaan pada nilai VEP1, KVP maupun VEP1/KVP subjek penderita PPOK stabil kategori B dan D baik pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan walaupun terjadi perubahan tetapi tidak bermakna secara statistik.
Tabel 1. Karakteristik subjek pasien PPOK
Kelompok Profil Nilai Statistik
Kontrol (Plasebo)
Umur
Median 68,5
Rerata ± St Dev 70,3 ± 5,546 Rentang (Min Maks) 64 s/d 81 Perlakuan
(Ubiquinon)
Umur
Median 69
Rerata ± St Dev 70,6 ± 7,499 Rentang (Min Maks) 60 s/d 84 Kontrol
(Plasebo)
IMT (Indeks Massa Tubuh)
Median 21,8
Rerata ± St Dev 21,331 ± 2,935 Rentang (Min Maks) 15,2 s/d 25,5 Perlakuan
(Ubiquinon)
IMT (Indeks Massa Tubuh)
Median 18,050
Rerata ± St Dev 19,219 ± 3,713 Rentang (Min Maks) 14,2 s/d 26,6
Hasil dari pemeriksaan pada kadar asam laktat penderita PPOK stabil kategori B dan D pada kelompok kontrol cenderung mengalami penambahan nilai asam laktat, nilai asam laktat bertambah dari 4,54 menjadi 4,67. Sementara pada kelompok perlakuan yaitu pasien yang diberikan tambahan suplemen ubiquinon diketahui nilai asam laktat cenderung menurun, tercatat penurunan yang terjadi adalah dari 4,62 menjadi 3,13. Statistika lainnya apabila diperhatikan ukuran keraga man pada kelompok perlakuan agak tinggi dibandingkan kelompok kontrol yang menunjukkan bahwa penambahan suple men ubiquinon cenderung membuat nilai asam laktat menjadi menurun. Selisih penurunan nilai asam laktat pada kelompok sampel yang diberi ubiquinon cukup besar, sedangkan pening katan kadar asam laktat pada kelompok kontrol relatif kecil.
Hasil dari pemeriksaan nilai 6 MWT penderita PPOK stabil kategori B dan D pada kelompok kontrol cenderung mengalami penurunan nilai 6 MWT, dimana nilai 6 MWT menurun dari 329,06 menjadi 319,06. Sementara pada kelompok perlakuan yaitu pasien yang diberikan tambahan suplemen ubiquinon diketahui nilai 6 MWT cenderung meningkat, tercatat peningkatan 6 MWT yang terjadi adalah dari 296,81 menjadi 354,37. Statistika lainnya apabila diperhatikan ukuran keragaman pada kelompok perlakuan agak tinggi dibandingkan kelompok kontrol yang menunjukkan bahwa penambahan suplemen ubiquinon cenderung membuat nilai 6 MWT menjadi meningkat. Selisih penurunan nilai 6 MWT pada kelompok sampel yang tidak diberi ubiquinon cukup besar, sedangkan peningkatan nilai 6 MWT pada kelompok kontrol juga relatif besar.
Pengujian sebaran data dilakukan untuk menge tahui tingkat penyebaran dari data penelitian yang akan dipergunakan. Hasil dari pengujian sebaran data nantinya akan dipergunakan untuk menentukan
metode uji beda yang akan dipakai. Untuk penelitian ini pengujian sebaran data dilakukan dengan metode
Shapiro Wilk karena jumlah sampel yang ada masih
lebih kecil dari 50. Ketentuan hasilnya adalah apabila nilai probabilitas (p-value) Shapiro wilk untuk tiap kelompok sampel dan ukuran klinis sudah lebih besar dari tingkat kemaknaan 5% (0,05) maka disimpulkan sebaran data penelitian sudah menyebar normal dan untuk pengujian beda dapat menggunakan uji statistik parametrik paired sample t-test. Sementara itu, apabila nilai probabilitas (p-value) Shapiro wilk untuk tiap kelompok sampel dan ukuran klinis ada yang lebih kecil dari tingkat kemaknaan 5% (0,05) maka disimpulkan sebaran data penelitian masih belum menyebar normal dan untuk pengujian beda akan digunakan uji statistik non parametrik wilcoxon sign rank test.
Hasil uji sebaran data nilai asam laktat dan 6 MWT pada PPOK stabil kategori B dan D kelompok kontrol (plasebo) dan perlakuan (ubiquinon) semuanya sudah diperoleh nilai pvalue uji Shapiro wilk yang lebih besar dari tingkat kemaknaan 5% (p value > 0,05), sehingga dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa data asam laktat dan 6 MWT yang akan diteliti sudah menyebar menurut sebaran normal.
Uji beda berpasangan dalam penelitian dipergunakan untuk membuktikan bahwa dengan penambahan ubiquinon pada pasien PPOK stabil kategori B dan D akan menurunkan kadar asam laktat dan meningkatkan 6 MWT. Berdasarkan hasil pengujian sebaran data disimpulkan bahwa untuk melakukan uji perbedaan akan dilakukan dengan metode paramaterik paired sample t-test dimana sebaran data asam laktat dan 6 MWT sudah menyebar menurut sebaran normal. Hasil uji beda selengkapnya dapat ditabelkan sebagai berikut:
Tabel 2. Hasil pengujian sebaran data penelitian
Nilai Klinis Kelompok Kondisi Nilai Shapiro Wilk p-value Keterangan
Asam Laktat Kontrol
(Plasebo) SebelumSetelah 0,9620,947 0,6980,445 NormalNormal
Perlakuan
(Ubiquinon) SebelumSetelah 0,9410,936 0,3660,301 NormalNormal
6 MWT Kontrol
(Plasebo) SebelumSetelah 0,8920,927 0,0600,222 NormalNormal
Perlakuan
Tabel 3. Hasil uji paired sample t-test
Variabel Kelompok Kondisi Nilai Rerata ± SD p-value Keterangan
Asam Laktat
Kontrol
(Plasebo) SebelumSetelah 4,544 ± 0,3834,675 ± 0,409 0,017 Berbeda Bermakna Perlakuan
(Ubiquinon) SebelumSetelah 4,619 ± 0,4293,131 ± 0,583 0,000 Berbeda Bermakna 6 MWT
Kontrol
(Plasebo) SebelumSetelah 329,06 ± 53,610319,06 ± 44,990 0,014 Berbeda Bermakna Perlakuan
(Ubiquinon) SebelumSetelah 296,81 ± 61,123354,38 ± 53,131 0,000 Berbeda Bermakna
Hasil uji perbedaan pada nilai asam laktat dengan paired sample t – test diketahui bahwa pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan semua disimpulkan terdapat perbedaan bermakna (p = 0,017 dan 0,000 < 0,05). Hasil yang terbaik didapatkan pada kelompok sampel yang diberikan suplemen ubiquinon dimana nilai asam laktat pasien menurun menjadi 3,131 dari nilai awal yang sebesar 4,619. Sementara pada kelompok kontrol yang disimpulkan juga ter dapat perbedaan akan tetapi nilai asam laktat tidak mengalami penurunan dan cenderung bertambah menjadi sebesar 4,675 dari kondisi awal yaitu 4,544.
Hasil uji perbedaan pada nilai 6 MWT dengan
paired sample t – test diketahui bahwa pada kelompok
kontrol (plasebo) dan kelompok perlakuan (ubiquinon) semua disimpulkan terdapat perbedaan bermakna (p = 0,014 dan 0,000 < 0,05). Hasil yang terbaik didapatkan pada kelompok sampel yang diberikan suplemen ubiquinon dimana nilai 6 MWT pasien meningkat menjadi 354,38 dari nilai awal yang sebesar 296,81. Sementara pada kelompok kontrol yang disimpulkan juga terdapat perbedaan akan tetapi nilai 6 MWT tidak mengalami peningkatan dan cenderung menurun menjadi sebesar 319,06 dari kondisi awal yaitu 329,06.
Dengan hasil uji perbedaan di atas maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian dapat diterima yaitu dengan adanya pemberian suplemen tambahan ubiquinon dapat menurunkan kadar asam laktat dan meningkatkan atau memperbaiki nilai 6 MWT pada pasien penderita PPOK stabil kategori B dan D. PEMBAHASAN
Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 32 orang dengan jenis kelamin semua nya (100%) adalah lakilaki. Angka kejadian PPOK lebih
sering terjadi pada lakilaki dengan perbandingan 310 : 1. Hal ini terkait dengan kebiasaan merokok yang lebih tinggi pada lakilaki.4
Usia pasien PPOK kelompok perlakuan adalah antara 60 sampai 84 tahun dengan rerata 70,3 tahun, sementara kelompok kontrol adalah antara 64 sampai 81 tahun dengan rerata 70,6 tahun. Rerata usia ini tergolong usia tua dan sesuai dengan GOLD bahwa prevalensi PPOK lebih tinggi pada usia di atas 40 tahun dan paling tinggi di atas 60 tahun.3 Hal ini juga
hampir sama dengan penelitian Casanova dkk24
yang mendapatkan rerata usia 66 tahun dengan kisaran antara 51 sampai 79 tahun.
Karakterisetik untuk indeks massa tubuh (IMT) pada kelompok perlakuan antara 15,2 sampai 25,5 dengan rerata 19,21 yang dikategorikan sebagai IMT normal, sedangkan untuk kelompok kontrol dengan rentang antara 15,2 sampai 25,5 dengan rerata IMT adalah 21,33 yang juga dikategorikan normal. Penelitian Wiyono dkk.23 mendapatkan IMT pada kelompok kontrol
berkisar 1732,2 dengan rerata 20,2. Sedangkan untuk perlakuan IMT antara 1734,8.Berdasarkan derajat keparahan obstruksi aliran udara pada PPOK menurut GOLD 2015, pada kelompok perlakuan didapatkan GOLD 1 (derajat ringan) ada 3 (9,375%, GOLD 2 (derajat sedang) 8 (25%), dan GOLD 3 (derajat berat) 5 (15,6%). Pada kelompok kontrol didapatkan GOLD 2 (sedang) 9 (28,1%) dan GOLD 3 (berat) 7 (21,9%). Sedangkan untuk GOLD 4 (sangat berat) tidak kami temukan di kedua kelompok. Pada ketiga derajat PPOK tidak kami dapatkan hubungan bermakna pada kedua kelompok (p=0,183). Casanova dkk24 mendapatkan
PPOK ringan %, sedang 28%, PPOK berat 46%, dan PPOK sangat berat 25%.2 Pembagian berdasarkan
didapatkan pada perlakuan subjek kelompok B sebanyak 10 (62,5%), dan kelompok D 6 37(5%), sedangkan pada kontrol didapatkan kelompok B 9 (56,25%), dan kelompok D 7 (43,75%). Pada kedua kelompok tidak terdapat perbedaan bermakna pada perlakuan maupun kontrol (p=0,719).
Perubahan dari hasil dari pemeriksaan pada nilai VEP1, FVC maupun VEP1/KVP pada kelompok kontrol maupun perlakuan setelah pemberian ubi quinon selama 8 minggu secara statitistik dengan menggu nakan uji perbedaan berpasangan didapatkan pvalue 0,664, 0,607, dan 0,893. Sehingga pemberian ubiquinon tidak meningkatkan KVP, VEP1, maupun VEP1/KVP dibandingkan plasebo. Hasil ini sesuai dengan penelitian Fujimoto dkk13 menyatakan bahwa
uji fungsi paru secara statistik tidak berubah ber makna pada pemberian suplemen ubiquinon.13
Hasil dari pemeriksaan pada nilai asam laktat penderita PPOK stabil kategori B dan D pada kelompok kontrol cenderung mengalami penambahan nilai asam laktat, nilai asam laktat bertambah dari 4,54 menjadi 4,67. Sementara pada kelompok perlakuan yaitu pasien yang diberikan tambahan suplemen vitamin ubiquinon diketahui nilai asam laktat cenderung menurun, tercatat penu runan yang terjadi adalah dari 4,62 menjadi 3,13. Selisih penurunan nilai asam laktat pada kelompok sampel yang diberi ubiquinon cukup besar, sedangkan peningkatan kadar asam laktat pada kelompok kontrol relatif kecil. Fujimoto dkk13, menyatakan bahwa konsentrasi kadar asam
laktat cenderung menurun. Ubiquinon dapat me ning katkan kadar 23 difosfogliserat pada eritrosit sehingga menggeser kurva saturasi HbO2 ke kanan yang mengakibatkan pengiriman oksigen ke jaringan akan meningkat karena terjadi peningkatan sintesis ATP dan penurunan produksi laktat sehingga memperbaiki oksigenasi ke jaringan.13,22,33 Hasil dari
pemeriksaan pada nilai 6 MWT pada kelompok kontrol cenderung mengalami penurunan nilai 6 MWT, dimana nilai 6 MWT menurun dari 329,06 menjadi 319,06. Sementara pada kelompok perlakuan yaitu pasien yang diberikan tambahan suplemen ubiquinon diketahui nilai 6 MWT cenderung meningkat, tercatat peningkatan 6 MWT yang terjadi adalah dari 296,81
menjadi 354,37. Selisih penurunan nilai 6 MWT pada kelompok sampel yang tidak diberi ubiquinon cukup besar, sedangkan peningkatan pada kelompok yang diberi ubiquinon juga relatif besar.
Fujimoto dkk13. meneliti pemberian ubiquinon
selama 8 minggu kemudian dilakukan pemeriksan treadmill terdapat peningkatan yang bermakna di bandingkan dengan nilai dasar sekitar 12%. Peningkatan metabolisme tubuh yang terjadi saat beraktivitas pada pasien PPOK akan mengakibatkan kelelahan dan peningkatan kadar laktat di serum. Memperbaiki sirkulasi oksigen ke otot secara langsung dapat menurunkan kadar asam laktat sehingga memperbaiki sensasi kelelahan dan meningkatkan toleransi latihan.13,14
Selama penelitian berlangsung tidak didapatkan efek samping dari ubiquinon seperti rasa tidak nyaman di ulu hati, mual, muntah, ataupun diare.
KESIMPULAN
Tidak terdapat perubahan derajat PPOK sesu dah mendapatkan terapi standar PPOK dan ubi quinon. Terdapat penurunan kadar asam laktat pada penderita PPOK stabil kategori B dan D sesudah mendapatkan terapi standar PPOK dan ubiquinon. Terdapat peningkatan 6 MWT pada penderita PPOK stabil kategori B dan D sesudah mendapatkan terapi standar PPOK dan ubiquinon. Terdapat perbedaan yang bermakna dari penurunan kadar asam laktat dan peningkatan 6 MWT pada penderita PPOK stabil kategori B dan D yang mendapatkan terapi standar PPOK dan ubiquinon dibandingkan penderita PPOK stabil kategori B dan D tanpa diberikan ubiquinon. DAFTAR PUSTAKA
1. Budi A, Djajalaksana S, Pradjnaparamita, et al. PPOK Diagnosis dan Penatalaksanaan. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2011.p.130. 2. Maranatha D. Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK). Dalam: Wibisono MJ, Winariani, Hariadi S, Ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru; Edisi 1. Depar temen Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR. 2010;413. 3. Global Iniative for Chronic Obstructive Pulmonary
and prevention of chronic obstructive lung disease. [online]. 2015. [cited 23 Maret 2015]. Available from: www.goldcopd.org/uploads/users/ files/GOLD Report.
4. Djojodibroto D. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Respiratory Medicine. EGC Press. Ed 1st. 2009.p.1207.
5. Barnes PJ. COPD: Molecular and cellular mechanisms in therapeutic strategies in copd. CRC Press. Ed 1st. 2005.p.131.
6. Takigawa N, Tada A, Date H, Harada. Distance and oxygen desaturation in 6min walk test predict prognosis in COPD patients. Respiratory Medicine. 2007;101:5617.
7. NHLBI/WHO workshop report. Global initiatif for chronic obstructive lung disease. Geneva: World Health Organization. 2001.
8. Agusti AGN, Noguera A, Sauleda J, Guyat GH. Systemic effects of chronic obstructive pulmonary disease. Eur Respir J. 2003;21:34760.
9. Laghi F, Tobin JM. Disorders of the respiratory muscles. State of the art. Am J Respir Crit Care Med. 2003;168:1048.
10. Fuke C, Krikorian SA, Couris RR, et al. Coenzyme Q10: A review of essential functions and clinical trials. [online]. 2015. [cited 3 Maret 2015]. Available from: http://www.healingedge.net/store/ page243.html.
11. Gaby RA. The role of coenzyme Q10 in clinical medicine: part I. Alt Med Rev. 1996;1:117. 12. Coenzyme Q10 Available at : http://www.delicious
living mag.com healthnotes.cfm?org = nh & lang = EN & Content ID = 2831009. Accessed on May 3rd,
2015.
13. Fujimoto S, Kurihara N, Hirata K, Takeda T. Effects of the coenzyme Q10 administration on pulmonary function and exercise performance in patients with chronic lung diseases. Clin Investig. 1997;71:S1626.
14. Hamilton AL, Killian KJ, Summers E, Jones NK. Muscle strength, symptom intensity and exer cise capacity in patients with cardio respiratory disor ders. Am J Respir Crit Care Med. 1995;152:202131.
15. Jacobson P, Jorfeldt. Sceletal muscle metabolites in patients with advance chronic obstructive pulmonary disease. Eur Repir J. 1990;3:1926. 16. Rahman J, Morrison D, Donaldson K, et al.
Systemic oxidative stress in COPD and smokers. Am J Respir Crit Care Med. 2006;154:105560. 17. Wouters EFM. Muscle weakness in chronic
obstructive pulmonary disease. Eur Respir Rev. 2000;1074:34953.
18. MacNee W. Pulmonary and systemic oxidant/ antioxidant imbalance in chronic obstructive pul mo nary disease. Proc Am Thorac Soc. 2005;2:5060. 19. BTS Statements. Chronic obstructive pulmonary
disease: National clinical guideline on mana gement of chronic obstructive pulmonary dise ase in adults in primary and secondary care. Thorax. 2004;59(supll 1):1232.
20. Junior DRA, Rodrigo BS, Santos SA, et al. Oxy gen free radicals and pulmonary disease. J Bras Pneumol. 2005;31:608.
21. Christopher V, Jennifer L, LeTourneau. Lactic acidosis: recognition, kinetics, and associated prognosis. Critical Care Clin. 2010;26:25583. 22. Stefano M, Maria R. Effects of nutraceutical diet
integration, with coenzym Q10 and creatine, on dyspnea, exercise tolerance, and quality of life in COPD patients with chronic respiratory failure. Multidiscipinary Respiratory Medicine. 2013.p.840. 23. Wiyono WH, Riyadi J, Yunus F, et al. The
benefit of pulmonery rehabilitation against qua lity of life alter ation and functional capacity of chronic obstructive pulmonery disease (COPD) patients assessed using St George respira tory questionnaire (SGRQ) and 6 minutes wal king distance test (6mwd). Med J Indones. 2006;15:16272.
24. Casanova C, Cote CG, Marin JM, et al. The 6min walking distance: long term follow up in patient with COPD. Eur Respir J. 2007;29:53540. 25. Kakaraparthi M, Prasanth NV. CoQ10 An essen
tial nutrient of nowdays life. International Journal Research Pharmacy. 2011:23742.
26. Gurkan A, Oya Bozdag. Coenzyme Q10. J. Fac. Pharm, Ankara. 2005;34:129154.
27. Beyer RE, Emster. The antioxidant role of Co enzyme Q. In: Lenaz, G. et al. (eds): Highlights in Ubiquinone Research. Taylor and Francis, London. 2000:191213.
28. Downing SE, Mitchell JH, Wallance AG. Car diovascular responses to ischemia, hypoxia and hypercapnea of the central nervous system. Am J Physiol. 1963;204:881.
29. Skumlien S, Skogedal EA, Bjortuft O, et al. Four weeks inten sive rehabilitation generates significant health effects in COPD patient. Chronic Respiratory Disease. 2007;4:513. 30. Monninkhof E, Van der Valk P, Van der Palen J,
et al. Effects of a comprehensive selfmanagement
programme in patient with chronic obstructive pul monary disease. Eur Respir J. 2003;22:81520. 31. Creutzberg EC, Wouters EF, Morstert R, et al.
Evidence of plasma CoQ10 lowering effect by HMG COA reductase inhibitors: Adouble blind, placebo kontrolled study. J Clin Pharm. 2004;33:2269. 32. Kidd PM. Co enzyme Q10: Essential Energy Carrier
and Antioxidant. HK Biomedical consultants. 2008; p.18.
33. Merlo PM, Castagnoli A, Biondi A, et al. Ubiqui non reducting system protect ubiquinol and a coenzyme q reducing system protect platelet mitochondrial function of transfusional buffy coats from oxidative stresss. Free Radic Res 2002;36:42936.