• Tidak ada hasil yang ditemukan

Endowment Fund. oleh Syifa Amania Afra (Staf Kajian BK MWA UI UM 2016)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Endowment Fund. oleh Syifa Amania Afra (Staf Kajian BK MWA UI UM 2016)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Endowment Fund

oleh Syifa Amania Afra (Staf Kajian BK MWA UI UM 2016)

1. Latar Belakang

Endowment Fund (Dana Abadi) merupakan sebuah konsep pendanaan yang bersumber dari kumpulan dana alumni maupun donatur yang dihimpun untuk diakumulasikan dan dikelola dalam berbagai jenis instrumen investasi di pasar modal seperti reksadana, saham, obligasi dan time deposit. Return dari investasi endowment fund digunakan untuk mendanai tujuan nirlaba tertentu dari suatu lembaga sedangkan dana pokoknya akan terus ditumbuhkembangkan. Lembaga-lembaga besar di dunia terutama perguruan tinggi telah menggunakan konsep endowment fund sebagai salah satu kekuatan vital untuk mendanai keuangannya. National Association of College and University Business Officers (NACUBO) pada tahun 2008 merilis hasil investasi dari dana abadi Harvard bahkan mencapai US$36,4 miliar atau setara Rp 474 triliun. Stanford University menghasilkan return US$17 miliar dan MIT US$10 miliar. Bahkan NUS memiliki capaian hasil investasi tertinggi di Asia yaitu sebesar US$774 juta. Sejarah telah membuktikan bahwa konsep dana abadi memiliki kekuatan besar dibalik pendanaan suatu lembaga.

Sejak tahun 2010, Indonesia baru menerapkan konsep dana abadi untuk mengoptimalkan penyerapan dana pendidikan, salah satunya melalui universitas yang merupakan salah satu Badan Layanan Umum (BLU). UI sebagai Perguruan Tinggi Negeri badan hukum (PTN BH) memiliki kemandirian untuk mengelola segala urusan akademik dan non akademik kampusnya. Terutama dari segi pendanaan, UI tidak lagi bisa bergantung hanya kepada dana yang bersumber dari APBN (BPPTN). UI memiliki 6 sumber pendanaan lain yaitu: dana yang bersumber dari uang kuliah, dana hibah penelitian, dana hasil ventura, dana dari masyarakat, dana yang dikembangkan dari hasil kerjasama tridharma perguruan tinggi dan dana hasil pengelolaan dana abadi.

Selama ini, UI hanya mengoptimalkan kanal pendanaan NON APBN yang bersumber dari uang kuliah mahasiswa. Padahal dengan sistem keuangan desentralisasi, tiap fakultas memiliki kebebasan untuk mengeksplorasi segala sumber keuangannya secara mandiri. Maka sejatinya UI dan setiap fakultasnya memiliki potensi besar untuk memanfaatkan dana hasil pengelolaan dana abadi sebagai salah satu sumber pendanaannya kelak.

(2)

2. Dasar Hukum

Tujuan negara yang termaktub pada pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 (UUD NKRI 1945) salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Komitmen untuk mewujudkan tujuan tersebut diejawantahkan melalui penjaminan hak pada Pasal 28 C ayat (1) yang menyatakan “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”. Penjaminan hak tersebut dikukuhkan kembali pada Pasal 31 ayat (1) yang menyatakan “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Pada Pasal 31 ayat (2) UUD 1945 mengamanatkan kepada Pemerintah untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sejalan dengan itu UUD 1945 kembali menegaskan komitmen Pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui Pasal 31 ayat (4) bahwa “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional”.

Pendidikan tinggi sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional yang disebutkan pada UUD 1945 Pasal 31 ayat (3) memiliki peran strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka untuk menjamin penyelenggaraan pendidikan tinggi ditetapkanlah Undang-Undang NO.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan TInggi sebagai dasar dan kepastian hukum dalam penyelenggaraannya. Menilik pada Pasal 62 ayat (1) yang menyebutkan bahwa Perguruan Tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan tridharma yang meliputi pengelolaan di bidang akademik dan non akademik. Pada Pasal 65 ayat (1) disebutkan bahwa penyelenggaraan otonomi itu diberikan secara selektif berdasarkan evaluasi kinerja oleh Menteri Pendidikan Nasioanl kepada PTN BH. Pada Pasal 84 ayat (2) disebutkan bahwa Perguruan Tinggi dapat memperoleh pendanaan melalui masyarakat salah satunya melalui dana abadi pendidikan.

(3)

Kemudian, untuk melaksanakan ketentuan Pasal 89 ayat (3) bahwa perlu ditetapkannya Peraturan Pemerintah tentang Bentuk dan Mekanisme Pendanaan PTN BH maka ditetapkanlah PP No.26 Tahun 2015. Pada Pasal 11 ayat (1) menjelaskan bahwa pendanaan PTN BH yang bersumber dari selain APBN salah satunya dapat bersumber dari dana abadi yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.238/PMK.05/2010 tentang Tata Cara Penyediaan, Pencairan, Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Endowment Fund dan Dana Cadangan Pendidikan. Melalui PMK tersebut diamanatkan bahwa dalam APBN dialokasikan Dana Pengembangan Pendidikan Nasional berupa Endowment Fund dan dana cadangan pendidikan yang pengelolaannya dilakukan oleh BLU secara transparan dan akuntabel sesuai ketentuan pengelolaan keuangan negara.

Pengelolaan tentang dana abadi di UI sendiri diatur lebih lanjut dalam Peraturan MWA UI No.004/Peraturan/MWA-UI/2015 tentang Anggaran Rumah Tangga. Pada BAB VII tentang Pengelolaan Keuangaan Pasal 130 ayat (1) menyebutkan bahwa Universitas dapat membentuk dana-dana khusus yang mempunyai maksud dan tujuan strategis tertentu dan tersendiri, yang dapat berbentuk namun tidak terbatas pada: a. Dana abadi, b. Dana Cadangan, c. Dana Cadangan Aset Tetap, dan d. Dana Beasiswa. Ayat tersebut mengimplikasikan bahwa universitas dapat membentuk kanal pendanaan yang bersumber dari 4 sumber tersebut namun tidak terbatas hanya kepada sumber-sumber tersebut, universitas sebagai PTN BH dapat terus bereksplorasi mengembangkan pendanaan keuangannya secara mandiri selama sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Menurut ayat (2) pada Pasal yang sama disebutkan bahwa Dana Abadi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a adalah dana yang dibentuk oleh Universitas dengan tujuan untuk menghimpun sejumlah dana yang akan dikelola secara khusus sehingga hasil dari pengelolaan dana tersebut dapat digunakan untuk mendukung kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi tanpa mengurangi nilai pokok dana tersebut. Secara holistik dan sistematis instrumen perundang-undangan telah mengamanatkan pengelolaan dana abadi sedemikian rupa agar dapat dilaksanakan sesuai dengan tupoksinya.

(4)

3. Permasalahan

Urgensi Pendanaan Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Setiap lembaga pasti memiliki visi yang berfungsi sebagai arah pembangunan dan pengembangan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar memiliki arah pembangunan dan pengembangan yang jelas, maka disusunlah berbagai perencanaan baik melalui perencanaan jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Pendanaan tentu menjadi unsur terpenting untuk merealisasikan perencanaan pembangunan dan pengembangan yang telah disusun. Pendanaan jangka pendek dan jangka panjang yang mandiri memiliki tupoksi yang sama pentingnya untuk universitas maupun fakultas. Relevansi antara pendanaan jangka pendek dan jangka panjang sendiri memiliki keterkaitan yang saling terinterpendensi. Pendanaan jangka pendek merupakan langkah-langkah yang disusun untuk mencapai pendanaan jangka panjang. Namun, bukan berarti pendanaan jangka panjang itu sendiri dibiarkan tersusun oleh pendanaan jangka pendek begitu saja. Dalam menjalankan pendanaan jangka pendek pun harus berdasarkan dan mengarah kepada gambaran holistik dari pendanaan jangka panjangnya. Sehingga muncul sinkronisasi antara pendanaan jangka pendek dan jangka panjang. Terlebih, UI sebagai PTN BH memiliki wewenang mandiri untuk mengelola keuangannya tentu harus mampu mengoptimalkan statusnya dalam upaya pemenuhan pendanaan jangka pendek dan jangka panjang sehingga dapat mencapai tujuannya. Status PTN BH yang dimiliki UI jika dimanfaatkan dengan baik sejatinya dapat memberikan keuntungan terutama dalam pengelolaan keuangannya. UI dan fakultas-fakultas yang ada di dalamnya dapat mengoptimalkan pendanaan bukan hanya dari penerimaan BPPTN BH namun ditunjang dengan perolehan pendapatan dari berbagai sumber.

(5)

Teknis Pengumpulan Dana (komparasi dengan universitas lain).

Untuk menjamin tercapainya pendanaan jangka pendek maupun jangka panjang sebuah lembaga juga harus memiliki teknik pengumpulan dana yang optimal. Salah satunya adalah teknik pengumpulan dana abadi. UI bersama PTN BH lainnya dapat menjalin kerja sama dan melakukan sharing knowledge dalam pengelolaan dana abadi. Di dalam negeri sendiri terdapat Perguruan Tinggi yang dikenal dengan prestasinya sebagai pengelola endowment fund terbaik sejak tahun 2007 yaitu ITB. Menurut Pasal 60 Statuta ITB, Endowment fund ITB atau yang disebut Dana Lestari ini dikelola oleh Badan Pengelola Usaha dan Dana Lestari (BPUDL). BPUDL merupakan hasil penggabungan dari Satuan Usaha Komersial (SUK) dan Satuan Kekayaan dan Dana (SKD) ITB dan pada dasarnya melanjutkan fungsi penggalangan dana yang bukan berasal dari pemerintah (APBN) untuk menunjang operasional ITB.

Kompas melaporkan bahwa disaat dana lestari baru memasuki usia ke-3nya ITB sudah mampu menghimpun dana lestari sebesar US$20 juta atau setara dengan Rp 200 miliar rupiah. Sedangkan menurut laporan MWA ITB yang disampaikan oleh Rektor ITB dalam rangka Dies Natalis ITB ke-56 pada Maret 2015 lalu, total Dana Lestari yang dikelola BPUDL per 31 Desember 2014 sebesar Rp. 113 milyar dan hasil investasi tahun 2014 sebesar Rp. 13,573 milyar. Hal ini menunjukkan presentase jumlah endowment fund mencapai 8,75% dari total realisasi penerimaan dan pendapatan anggaran tahun 2014 yang berjumlah Rp 1,294,994 trilliun dan menghasilkan return sebesar 11,98% dari pengelolaan endowment

fund tahun 2014.

Lalu bagaimana dengan UI? Menurut sebuah laporan, kinerja pengelolaan hasil investasi Dana Abadi UI pada tahun 2012 bahkan hanya mencapai 4% dari seluruh anggaran. Sedangkan pada tahun 2015 lalu baru mencapai sebesar Rp 49 miliar dari total pendapatan sebesar Rp 2.041.120.399.485 triliun yang berarti hanya memiliki presentase 2,4% dari total pendapatan tersebut. Di tahun 2016 ini, MWA UI memiliki kesadaran yang besar akan pentingnya optimalisasi dana abadi. Kesadaran tersebut diejawantahkan dengan menetapkan target kepada Rektor UI untuk menghimpun dana abadi tahun 2016 sebesar Rp 100 miliar. Namun kemudian menjadi pertanyaan besar bagaimana UI akan menghimpun dana tersebut.

(6)

Adanya trade off antara pendanaan jangka pendek dan jangka panjang.

Jika ditilik lebih dalam, pendanaan jangka pendek dan jangka panjang melalui pengelolaan Endowment Fund memiliki konsekuensi dan risiko lain yang harus

dipertimbangkan, diprediksikan dan dipersiapkan solusinya secara matang.

Pengoptimalisasian dana abadi akan menimbulkan trade off antara pendanaan jangka pendek dengan pendanaan jangka panjang. Karena keterbatasan sumber dana membuat suatu lembaga harus mampu memprioritaskan pendanaan yang akan dijadikan fokus pengelolaan keuangan. Ketika suatu lembaga memutuskan untuk concern terhadap pendanaan jangka panjangnya maka secara tidak langsung ia akan mengorbankan fokusnya terhadap pendanaan jangka pendek. Begitu pula sebaliknya disaat suatu lembaga memprioritaskan pendanaan jangka pendeknya maka ia akan mengorbankan peluang investasi jangka panjangnya . Contoh konkret adalah ketika suatu lembaga membuka kanal dana abadi dalam pendanaannya, maka setiap tahunnya lembaga tersebut akan memperhitungkan return yang dihasilkan oleh dana abadi ke dalam pos pendapatan untuk membiayai pengeluaran jangka pendek di periode tersebut. Sedangkan di sisi lain setiap investasi pasti memiliki risiko, salah satu risiko dari investasi dana abadi adalah jika return di tahun tersebut ternyata dibawah target yang sudah ditetapkan. Hal tersebut tentu akan mempengaruhi pos pendanaan yang sudah ditentukan sebelumnya dan akan mengganggu kegiatan operasional jangka pendek.

Trade off menimbulkan urgensi likuiditas.

Adanya trade off menunjukkan bahwa terdapat urgensi pada tingkat kepastian kemampuan dana abadi dalam menghasilkan return untuk digunakan sebagai pos pembiayaan tertentu dalam jangka pendek yang disebut likuiditas. Semakin likuid, maka kepastian kemampuan dana abadi untuk menghasilkan return semakin baik sehingga pemenuhan kebutuhan jangka pendek yang berasal dari return tersebut juga akan terpenuhi dengan pasti. Keadaan pasar yang fluktuatif sangat memperngaruhi tingkat likuiditas dari sebuah instrumen investasi. Namun, dalam pengelolaan investasi di pasar modal terdapat cara untuk mengelola ketidak-pastian yang timbul akibat keadaan yang sangat fluktuatif itu. Manajemen investasi akan mencari jalan untuk mengoptimalkan return yang bisa diperoleh dan mengelola risiko Endowment Fund seminim mungkin.

(7)

Diversifikasi sebagai salah satu solusi trade off dan tingkat likuiditas dana abadi. Salah satunya melalui pengelolaan diversifikasi dana abadi yang memiliki relevansi dengan probabilitas risk & return dari suatu investasi. Diversifikasi adalah sebuah strategi pengelolaan investasi dengan menginvestasikan dana melalui berbagai instrument investasi dengan tingkat risiko dan potensi keuntungan yang berbeda, atau sering disebut dengan alokasi aset (asset allocation). Warren Buffet, seorang investor ulung yang sudah berinvestasi hampir selama 75 tahun ini menekankan pentingnya diversifikasi. Ia memiliki prinsip “don’t put your all eggs in one basket” karena jika keranjang yang menyimpan telur itu jatuh maka semua telur akan pecah dan menyebabkan kerugian absolut. Dengan menempatkan telur di keranjang yang berbeda akan meminimalisir risiko kerugian tersebut dan meningkatkan peluang keuntungan. Diversifikasi dalam dana abadi memiliki logika dasar yang sama dengan analogi tersebut. Terlebih dana abadi harus memiliki likuiditas yang baik untuk pendanaan jangka pendek dan jangka panjang sehingga dalam diversifikasinya dapat diinvestasikan kepada instrumen investasi yang cenderung mampu memberikan return tetap seperti obligasi atau time deposit. Sehingga, antara pengelolaan diversifikasi dana abadi dan probabilitas risk & return memiliki relevansi yang sangat kuat. Semakin baik pengelolaan diversifikasi dana abadi dalam menempatkan investasinya maka akan menekan resiko kerugian sehingga peluang untuk memperoleh keuntungan dari hasil investasi akan semakin tinggi.

4. Saran dan Rekomendasi Urgensi Dana Cadangan

Lembaga yang ingin mengoptimalkan kanal dana abadi sebagai salah satu sumber penerimaannya tentu harus siap untuk menghadapi resiko investasi yang dapat terjadi. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa akan terjadi trade off antara fokus pengelolaan jangka pendek dan jangka panjang. Padahal dua hal tersebut memiliki urgensi yang sama bagi sebuah lembaga terlebih untuk universitas dan fakultas-fakultas yang ada didalamnya. Disini lah muncul pentingnya peran dana cadangan untuk mengatasi keadaan jika return dana abadi di suatu periode dibawah target. Sehingga suatu lembaga dapat tetap menginvestasikan dananya untuk pendanaan jangka panjang dan tetap bisa memenuhi kebutuhan pendanaan jangka pendeknya meskipun return yang diprediksikan ternyata turun karena dapat ditutupi oleh dana cadangan tersebut. Universitas harus mampu memperhitungkan pendanaan di masa depan agar dapat mempertimbangkan jumlah dana yang akan digunakan di masa depan.

(8)

Komparasi Pengelolaan Dana Abadi dengan PTN lain

Sebagai kampus yang memiliki visi besar untuk menjadi World Class University yang seyogyanya dikelola dengan World Class management System, tentu UI harus berkaca dan banyak belajar dari kampus-kampus unggulan di dalam maupun luar negeri. Dengan mimpi yang visioner dan futuristik, kampus-kampus tersebut melangkah dengan langkah yang visioner dan futuristik pula. Mereka tidak lagi terbuai oleh kemudahan memperoleh dana dari APBN, maupun dari uang kuliah yang dibayarkan mahasiswa. Menilik keberhasilan ITB dalam mengelola dana abadinya, berikut terdapat beberapa analisis dari kasus tersebut:

 ITB memiliki komitmen yang besar untuk mengelola dana abadi. Hal ini ditunjukkan dengan ditetapkannya Peraturan MWA ITB No.002/P/I1-MWA/2015 tentang Pengelolaan Kekayaan ITB yang menjadi dasar sekaligus payung hukum dalam menentukan arah penyelenggaraan pengelolaan kekayaan ITB.

 Dibentuknya sebuah Badan Pengelola Usaha dan Dana Lestari (BPUDL) yang merupakan gabungan (Satuan Usaha Komersial) SUK dan Satuan Kekayaan dan Dana (SKD) sebagai badan khusus yang fokus kepada optimalisasi pengelolaan berbagai kegiatan usaha dan dana abadi.

 Pengelolaan Dana Lestari ITB dikelola oleh manajer investasi yang memiliki kualitas terbaik di pasar modal yaitu PT Bahana TCW Investment Management yang meraih penghargaan sebagai The Best Asset and Fund Manager 2015 versi Majalah Alpha South East Asia. Selain itu, manajemen investasi ini dipimpin oleh Presiden Direktur yang merupakan seorang alumni ITB yang berhasil memasarkan Dana Lestari ITB hingga diminati sebagai salah satu pilihan investasi populer di pasar modal. Hal ini menunjukkan bahwa adanya rasa bakti dan menghargai jasa Perguruan Tinggi yang dimiliki alumni ITB kepada almamaternya.

Target MWA UI untuk menghimpun dana abadi sebanyak Rp 100 miliar pada tahun 2016 ini harus dioptimalkan melalui berbagai kebijakan. Kebijakan yang dibuat untuk mendukung optimalisasi dana abadi tersebut salah satunya adalah Naming Rights Policy. Naming Rights Policy sendiri adalah salah satu bentuk dari Public Private Partnership. Secara konseptual, Naming Rights Policy adalah kebijakan untuk melakukan kerjasama antara sektor publik (PTN BH) dan privat dalam bentuk penjualan hak penamaan atas aset tetap (gedung, taman, laboratorium, dll) dengan mempertimbangkan nilai konstruksi dan historis di suatu institusi dalam periode tertentu (3-10 tahun).

(9)

Belajar dari keberhasilan ITB membuktikan jika sebuah investasi memiliki payung hukum sebagai arah pengelolaan yang jelas, dikelola oleh suatu badan khusus sentral yang dibentuk untuk fokus dalam pengelolaan kekayaan Perguruan Tinggi dan dipimpin oleh pemimpin yang memiliki kualitas dan kapabilitas terbaik di bidangnya serta memiliki rasa bakti terhadap almamaternya maka kesuksesan dalam pengelolaan kekayaan khususnya pengelolaan dana abadi adalah sebuah kepastian. UI tentu memiliki potensi yang tidak kalah besar dibandingkan ITB baik dari segi potensi dana dan sumber daya ahlinya. Banyak ahli ekonomi, pengusaha sukses maupun manajer investasi ternama di pasar modal yang dilahirkan oleh UI. UI membutuhkan teknokrat terbaiknya untuk membangun sistem pengelolaan kekayaan yang terintegrasi namun dapat terdesentralisasi dengan baik di setiap fakultasnya.

5. Kesimpulan

Endowment Fund (dana abadi) merupakan salah satu konsep pendanaan yang dihimpun dari alumni dan donatur untuk diinvestasikan di pasar keuangan sehingga menghasilkan return yang dapat dimanfaatkan untuk pendanaan jangka pendek dan jangka panjang. Lembaga-lembaga besar di dunia terutama beberapa perguruan tinggi terbaik ternyata telah membuktikan keberhasilan optimalisasi endowment fund. Di Indonesia sendiri, konsep dana abadi ini baru diterapkan pada tahun 2010 yang dikelola oleh Badan Layanan Umum (BLU). UI sebagai salah satu BLU yang berstatus PTN BH kini memiliki otonomi untuk mengelola keuangannya secara mandiri salah satunya dengan mengoptimalkan pendapatan yang bersumber dari hasil pengelolaan dana abadi. Karena faktanya, UI belum mengoptimalkan sumber pendapatan lain kecuali yang berasal dari uang kuliah mahasiswa.

(10)

Untuk mencapai salah satu tujuan negara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Negara melalui UUD 1945 mengamanatkan bahwa adanya penjaminan hak untuk memperoleh pendidikan yang diatur dalam Pasal 28 C ayat (1) dan Pasal 31 ayat (1). Pada Pasal 31 ayat (2) diamanatkan bahwa pemerintah harus menyenggalarakan satu sistem pendidikan nasional yang mampu meningkatkan kualitas pribadi bangsa. Sejalan dengan hal tersebut melalui Pasal 31 ayat (4) UUD 1945 mengamanatkan Pemerintah untuk kembali berkomitmen dalam mewujudkan tujuan negara dengan memprioritaskan anggaran pendidikan minimal 20% dari APBN dan APBD. Perguruan tinggi dinilai memilki peran strategis dalam sistem pendidikan nasional sehingga untuk menjamin penyelenggaraannya ditetapkanlan UU No.12 Tahun 2012. Perguruan Tinggi yang dinilai memiliki kapabilitas diberikan otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan tridharma yang meliputi pengelolaan di bidang akademik dan non akademik. Perguruan Tinggi itu selanjutnya disebut dengan nama PTN BH. Otonomi yang dimiliki PTN BH memiliki kewenangan untung mengelola keuangannya sendiri yaitu dengan optimalisasi sumber pendanaan yang berasal dari dana non apbn salah satunya adalah hasil pengelolaan endowment fund yang diatur lebih lanjut dalam PP No.26 Tahun 2015 dan Peraturan Menteri Keuangan No.238/PM.05/2010. Pengelolaan tentang dana abadi di UI sendiri diatur lebih lanjut dalam Peraturan MWA UI No.004/Peraturan/MWA-UI/2015. Payung hukum dari pengelolaan dana abadi tersebut sudah dirancang dan ditetapkan sebaik mungkin demi manjamin pelaksanaan pengelolaan dana abadi yang sesuai dengan amanat perundang-undangan itu sendiri.

Setiap lembaga pasti melakukan pembangunan dan pengembangan untuk mencapai tujuannya. Setiap pembangunan dan pengembangan yang dilakukan pasti membutuhkan pendanaan baik itu pendanaan jangka pendek maupun jangka panjang. Sebagai sebuah PTN BH universitas dan fakultas di dalamnya harus memiliki pendanaan mandiri untuk kedua periode waktu tersebut. Pendanaan mandiri jangka pendek dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan kegiatan operasional. Sedangkan pendanaan mandiri jangka panjang di masa depan dibutuhkan agar dapat mempertimbangkan jumlah dana yang digunakan kelak.

(11)

ITB sebagai pengelola endowment fund terbaik sejak tahun 2007 dapat menjadi salah satu Perguruan Tinggi yang dapat dijadikan mitra untuk berbagi pengalaman dan ilmu di bidang pengelolaan endowment fund. Ironisnya, UI belum mampu mengoptimalkan kanal pendanaan lain seperti endowment fund. Dengan status PTN BH yang memiliki otonomi seluas-luasnya, UI cenderung masih terjaga dalam kemudahan memperoleh dana dari pemerintah dan mahasiswa. Faktanya kinerja pengelolaan endowment fund pada tahun 2012 bahkan hanya mencapai 4% dari seluruh anggaran sedangkan tahun lalu justru merosot menjadi 2,4% dari total pendapatan tahunan.

Mengingat urgensi pendanaan mandiri jangka pendek dan jangka panjang bagi suatu lembaga, idealnya sebuah universitas beserta fakultas yang ada didalamnya memberikan perhatian terhadap setiap pendanaan tersebut. Namun, dalam proses perwujudan pendanaan yang mandiri justru akan terjadi trade off antara pendanaan jangka pendek dan pendanaan jangka panjang. Suatu lembaga dihadapkan dengan pilihan untuk memilih memprioritaskan dana jangka pendek, atau sebaliknya. Karena ketika suatu lembaga memprioritaskan pendanaan jangka panjangnya dengan mengelola dana abadi, terdapat peluang ketidakpastian return yang akan diterima. Padahal, return tersebut lah yang akan digunakan sebagai sumber pembiayaan pos operasional jangka pendek. Jika tidak ada antisipasi untuk menyediakan dana cadangan mandiri maka disaat pendanaan jangka panjang berjalan justru pendanaan jangka pendeknya dapat terganggu. Begitu pula sebaliknya, jika suatu lembaga memprioritaskan pendanaan jangka pendek saja maka lembaga tersebut akan kehilangan peluang untuk membangun pendanaan jangka panjangnya. Maka menjadi penting bahwa hasil dana abadi harus memiliki tingkat kepastian kemampuan dalam menghasilkan return untuk digunakan sebagai pos pembiayaan jangka pendek. Kepastian kemampuan tersebut dikenal dengan likuiditas investasi di pasar keuangan. Meskipun likuiditas terikat dengan keadaan keuangan yang tidak pasti namun peluang-peluang tersebut dapat dikelola sehingga meminimalkan resiko dan meningkatkan peluang keuntungan yang akan diperoleh. Implikasinya, likuiditas return dana abadi untuk membiayai pendanaan jangka pendek juga akan tinggi.

(12)

Pengelolaan peluang tersebut salah satunya melalui diversifikasi yaitu sebuah strategi pengelolaan investasi dengan menginvestasikan dana melalui berbagai instrumen investasi dengan tingkat resiko dan potensi keuangan yang berbeda. Strategi ini ditujukan untuk meminimalisir resiko kerugian yang diperoleh jika hanya menempatkan investasi di satu tempat sehingga meningkatkan peluang keuntungan melalui penempatan investasi di beberapa instrumen investasi lainnya.

Langkah untuk mulai mengoptimalkan dana abadi diwujudkan pada tahun ini yaitu UI memiliki target untuk menghimpun dana abadi sebanyak Rp 100 miliar. Sejalan dengan optimalisasi dana abadi tersebut sudah seharusnya UI mulai membangun sistem pengelolaan kekayaannya, dimulai dengan pembentukan payung hukum yang jelas tentang arah pengelolaan kekayaan UI, merekrut alumni sekaligus ahli terbaik yang mampu berperan menjadi pembangun sistem pengelolaan kekayaan UI, dan melakukan pembenahan fungsi serta program kerja yang jelas untuk manajemen satuan unit kerja yang mengelola kekayaan UI. Dengan langkah tersebut maka reformasi pengelolaan kekayaan UI adalah suatu kepastian yang dapat memperkuat kanal utama pendanaan UI. Sehingga, masyarakat terutama mahasiswa tidak lagi ditekan dengan biaya kuliah yang mahal karena kebutuhan pendanaan dapat diperoleh dari hasil alokasi sumber pendanaan lain.

(13)

Daftar Pustaka

Andhika PP. 2014. Kolaborasi Pemerintah dan Mahasiswa dalam Meningkatkan Efektivitas Pemanfaatan Dana Cadangan Pendidikan di Indonesia. Esai OIM UI 2014

Bahana TCW Investment Management. 2016. http://www.bahana.co.id (Akses : Jumat, 25 Maret 2016)

Bank Indonesia. 2016. http://www.bi.go.id (Akses : Jumat, 25 Maret 2016)

Data dan Informasi Institut Teknologi Bandung. 2014. http://www.dcpusat.itb.ac.id (Akses : Kamis, 24 Maret 2016)

Drezner, N.D., Gupta, A. 2012. Busting the myth : Understanding endowment management at public historically black colleges and universities. The Journal of Negro Education.

Dunia Ekonomi. Diversifikasi Internasional. 2016. http://www.ekonomi.kabo.biz (Akses : Jumat, 25 Maret 2016)

Ikatan Alumni ITB. 2016. http://www.iaitb.org (Akses : Jumat, 25 Maret 2016)

Institut Teknologi Bandung. 2016. http://www.itb.ac.id (Akses : Kamis, 24 Maret 2016) Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia. 2016. http://www.setneg.go.id (Akses :

Kamis, 24 Maret 2016)

Lembaga Pengelola Dana Pendidikan. 2016. http://www.lpdp.depkeu.go.id (Akses : Kamis, 24 Maret 2016)

University of Canterbury. 2015. Naming Rights Policy. University of Canterbury Policy Library

Peraturan Menteri Keuangan No.238/Pmk.05/2010 tentang Tata Cara Penyediaan, Pencairan, Pengelolaan, dan Pertanggungjawaban Endowment Fund Dan Dana Cadangan Pendidikan Peraturan Pemerintah No.26 tahun 2015 tentang Bentuk dan Mekanisme Pendanaan

Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum.

Peraturan MWA UI No.004/Peraturan/MWA-UI/2015 tentang Anggaran Rumah Tangga. Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945

Referensi

Dokumen terkait

(1) Sekretariat Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a dipimpin oleh Sekretaris Desa dibantu oleh unsur staf sekretariat yang bertugas

pada hasil statistik yang menunjukkan angka signifikan, di mana nilai signifikansi sebesar 0,021 atau kurang dari 0,05. Namun jika dilihat dari beta menunjukkan tanda negatif, yang

Untuk memilih fungsi aktivasi yang akan digunakan dalam sistem jaringan saraf tiruan maka tergantung pada algoritma jaringan yang digunakan.. Fungsi

Kemudian dilanjutkan dengan bab II yang membahas mengenai landasan teori terkait kajian penelitian yang dilakukan, yaitu: manajemen pemasaran pendidikan inklusif

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian lainnya yang menemukan hasil bahwa motivasi kerja, lingkungan kerja dan disiplin kerja berpengaruh positif dan

Berdasarkan penelitian ini sistem Kepesertaan program Jamsostek bagi pekerja pada PT. Indomoto Surakarta telah sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu Peraturan

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat didalam memperoleh

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang kepabeanan sebagaimana telah diubah dan ditambah dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2006 tentang kepabeanan secara