• Tidak ada hasil yang ditemukan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2016

TENTANG

PENGENDALIAN MUTU MUTIARA LAUT SELATAN (SOUTH SEA PEARL) INDONESIA YANG KELUAR DARI WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjaga mutu mutiara serta menjamin ketertelusuran agar mempunyai nilai yang bersaing di pasaran dunia, perlu adanya pengendalian mutu mutiara yang keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Pengendalian Mutu Mutiara Laut Selatan (South Sea Pearl) Indonesia yang Keluar Dari Wilayah Negara Republik Indonesia;

mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);

(2)

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5512);

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5584);

4. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

5. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111); 6. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014

tentang Pembentukan Kemeneterian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode 2014-2019, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 79/P Tahun 2015;

7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 23/PERMEN-KP/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1227);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PENGENDALIAN MUTU MUTIARA LAUT SELATAN (SOUTH SEA PEARL) INDONESIA YANG KELUAR DARI WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA.

(3)

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan: 1. Mutiara Laut Selatan (South Sea Pearl) Indonesia yang

selanjutnya disebut mutiara Indonesia adalah produk perikanan berupa butiran permata mutiara yang dihasilkan oleh tiram mutiara Pinctada maxima dari perairan Indonesia.

2. Pengendalian Mutu Mutiara Indonesia adalah kegiatan yang dilakukan untuk melakukan verifikasi terhadap kesesuaian mutiara Indonesia yang keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia dengan standar mutu mutiara Indonesia dalam Standar Nasional Indonesia.

3. Eksportir adalah orang perseorangan atau lembaga atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang melakukan ekspor.

4. Eksportir Terdaftar, yang selanjutnya disingkat ET adalah eksportir yang telah terdaftar dan mendapatkan nomor registrasi dari Kementerian Perdagangan setelah mendapat rekomendasi Eksportir Terdaftar dari direktur jenderal yang melaksanakan tugas teknis di bidang penguatan daya saing produk kelautan dan perikanan.

5. Tanda Pengenal Produsen, yang selanjutnya disingkat TPP adalah tanda pengenal yang dimiliki oleh ET yang merupakan produsen.

6. Produsen adalah orang perseorangan atau perusahaan yang memproduksi langsung mutiara Indonesia dari hasil budidayanya sendiri untuk dipasarkan di dalam atau di luar negeri.

7. Rekomendasi Eksportir Terdaftar, yang selanjutnya disingkat RET adalah keterangan tertulis yang diberikan oleh direktur jenderal yang melaksanakan

(4)

tugas teknis di bidang penguatan daya saing produk kelautan dan perikanan kepada orang atau institusi/lembaga yang akan mendaftarkan sebagai ET ke Kementerian Perdagangan.

8. Rekomendasi Persetujuan Ekspor Mutiara, yang selanjutnya disingkat RPEM adalah keterangan tertulis yang diberikan oleh direktur jenderal yang melaksanakan tugas teknis di bidang penguatan daya saing produk kelautan dan perikanan kepada ET yang akan melakukan pengeluaran mutiara Indonesia dari wilayah Negara Republik Indonesia.

9. Surat Keterangan Asal, yang selanjutnya disingkat SKA adalah keterangan teknis Mutiara Indonesia yang dikeluarkan oleh dinas dimana lokasi budidaya Mutiara Indonesia berada dimaksudkan untuk ketertelusuran dan menghindari praktik perdagangan Mutiara Indonesia yang tidak legal.

10. Instansi/Lembaga adalah pemerintah pusat, pemerintah daerah, atau perwakilan negara sahabat. 11. Petugas Karantina Ikan, yang selanjutnya disebut

Petugas Karantina adalah pegawai negeri tertentu yang diberi tugas untuk melakukan tindakan karantina berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

12. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan.

13. Direktur Jenderal adalah direktur jenderal yang melaksanakan tugas teknis di bidang penguatan daya saing produk kelautan dan perikanan.

14. Kepala Badan adalah kepala badan yang melaksanakan tugas teknis di bidang karantina ikan, pengendalian mutu, dan keamanan hasil perikanan. 15. Dinas adalah satuan kerja perangkat daerah di

provinsi yang membidangi urusan kelautan dan perikanan.

(5)

Pasal 2

Peraturan Menteri ini bertujuan untuk:

a. melindungi sumber daya dan mengembangkan pasar Mutiara Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat; b. menjaga mutu dan jumlah Mutiara Indonesia di dalam

dan luar negeri, serta meningkatkan citra di pasar internasional; dan

c. menjaga ketersediaan dan menjamin ketertelusuran Mutiara Indonesia di dalam dan luar negeri.

Pasal 3

Pengeluaran Mutiara Indonesia dapat dilakukan dengan mempertimbangkan:

a. ketersediaan Mutiara Indonesia di dalam negeri; b. kebutuhan pasar dalam negeri dan luar negeri; c. peningkatan nilai tambah;

d. peredaran Mutiara Indonesia di pasar internasional; dan

e. peningkatan citra Mutiara Indonesia, akses pasar, dan ekspor nasional.

Pasal 4

Pengeluaran Mutiara Indonesia dapat dilakukan dengan tujuan:

a. penjualan/perdagangan;

b. mengikuti lelang di dalam dan luar negeri;

c. membawa/mengirim hasil lelang di dalam negeri; dan d. dikirim ke perusahaan induk di negara asal.

Pasal 5 Ruang lingkup Peraturan ini meliputi: a. persyaratan mutu Mutiara Indonesia;

b. Rekomendasi Eksportir Terdaftar dan Rekomendasi Persetujuan Ekspor Mutiara

c. tempat pengeluaran Mutiara Indonesia;

d. pengeluaran Mutiara Indonesia sebagai barang bawaan, barang kiriman, atau promosi;

(6)

e. pengeluaran Mutiara Indonesia sebagai hasil lelang; f. surat keterangan asal; dan

g. pembinaan.

BAB II

PERSYARATAN MUTU MUTIARA INDONESIA Pasal 6

(1) Setiap Mutiara Indonesia yang akan keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia harus memenuhi persyaratan mutu Mutiara Indonesia.

(2) Mutu Mutiara Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merujuk pada SNI 4989:2016 tentang Mutiara Laut Selatan (south sea pearl), yang terdiri atas:

a. tingkatan mutu A; b. tingkatan mutu B; c. tingkatan mutu C; d. tingkatan mutu D; dan e. tingkatan mutu E.

(3) Kriteria mutiara dengan tingkatan mutu A sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a:

a. kemilau sempurna; b. tidak ada noda/luka; c. bentuk bulat;

d. warna putih kemerahmudaan (white pink), putih, emas pekat (dark gold), emas; dan

e. ukuran lebih besar atau sama dengan 11 milimeter.

(4) Kriteria mutiara dengan tingkatan mutu B sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b:

a. kemilau sangat bagus;

b. hampir tidak ada noda/luka;

c. bentuk bulat, mendekati bulat, oval, tetesan (drop);

d. warna putih kemerahmudaan (white pink), putih, emas pekat (dark gold), emas, kuning pekat (dark

(7)

yellow), kuning, abu-abu kuat/pekat (strong gray), abu-abu, kuning muda (champagne); dan

e. ukuran lebih besar atau sama dengan 8 (delapan) milimeter.

(5) Kriteria mutiara dengan tingkatan mutu C sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c:

a. kemilau bagus;

b. noda/luka sebesar 10% sampai dengan 20%; c. bentuk bulat, mendekati bulat, oval, tetesan

(drop);

d. warna putih, abu-abu kuat/pekat (strong gray), emas pekat (dark gold), emas, kuning muda (champagne), kuning pekat (dark yellow), kuning; dan

e. ukuran lebih besar atau sama dengan 8 (delapan) milimeter.

(6) Kriteria mutiara dengan tingkatan mutu D sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d:

a. kemilau sedang;

b. noda/luka sebesar lebih dari 20% sampai dengan 30%;

c. bentuk bulat, mendekati bulat, oval, tetesan (drop), oval, kancing (button), tidak beraturan (baroque);

d. warna putih, abu-abu kuat/pekat (strong gray), emas pekat (dark gold), emas, kuning muda (champagne), kuning pekat (dark yellow), kuning; dan

e. ukuran lebih besar atau sama dengan 8 (delapan) milimeter.

(7) Kriteria mutiara dengan tingkatan mutu E sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e:

a. kemilau kurang;

b. noda/luka lebih dari 30%;

c. bentuk bulat, mendekati bulat, tetesan (drop), tokki (protrude), kancing cembung (fat button), kancing datar (flat button), hampir tidak

(8)

beraturan (semi baroque), tidak beraturan (baroque), lingkaran (circle);

d. warna putih, abu-abu kuat/pekat (strong gray), emas pekat (dark gold), emas, kuning muda (champagne), kuning pekat (dark yellow), kuning; dan

e. ukuran lebih besar atau sama dengan 8 (delapan) milimeter.

Pasal 7

(1) Setiap Mutiara Indonesia yang keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia harus memenuhi persyaratan mutu Indonesia paling rendah dengan tingkatan mutu C.

(2) Jenis Mutiara Indonesia yang dapat dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

BAB III

REKOMENDASI EKSPORTIR TERDAFTAR DAN REKOMENDASI PERSETUJUAN EKSPOR MUTIARA

Bagian Kesatu

Rekomendasi Ekportir Terdaftar Pasal 8

(1) Pengeluaran Mutiara Indonesia dari wilayah Negara Republik Indonesia hanya dapat dilakukan setelah mendapatkan persetujuan ekspor dari kementerian yang menyelenggarakan urusan di bidang perdagangan.

(2) Persetujuan ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan berdasarkan RET dan RPEM dari Direktur Jenderal.

(9)

Pasal 9

(1) Eksportir untuk mendapatkan RET sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2), harus mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut:

a. fotokopi identitas pemohon atau akte pendirian bagi badan usaha;

b. nama pemilik, Instansi/Lembaga, atau nama penanggung jawab perusahaan bagi badan usaha; c. nama produk;

d. kode HS;

e. jumlah dan berat;

f. spesifikasi warna, bentuk, dan ukuran; g. fotokopi NPWP;

h. fotokopi TDP bagi badan usaha;

i. fotokopi Surat Izin Usaha Perikanan atau Surat Izin Usaha Perdagangan;

j. tujuan pengeluaran; k. jadwal pengeluaran; dan l. negara tujuan.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g, huruf h, dan huruf i dikecualikan bagi Eksportir Instansi/Lembaga.

(3) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direktur Jenderal membentuk Tim Verifikasi untuk melakukan verifikasi dan evaluasi lapangan.

(4) Tim Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) melakukan verifikasi dan evaluasi lapangan terkait keberadaan, aktivitas, mutu produk, dan kondisi unit budidaya/penanganan paling lama 10 (sepuluh) hari sejak diterimanya permohonan secara lengkap yang hasilnya disampaikan kepada Direktur Jenderal.

(5) Direktur Jenderal berdasarkan hasil Tim Verifikasi sebagaimana dimaksud ayat (5) dalam waktu 5 (lima) hari kerja harus menerbitkan:

(10)

b. Surat penolakan RET disertai dengan alasan penolakan.

Pasal 10

RET sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6) huruf a memuat: a. Keterangan administrasi: 1. nama pemohon; 2. alamat pemohon; 3. NPWP; 4. tujuan pengeluaran; 5. jadwal pengeluaran; dan 6. negara tujuan.

b. Keterangan teknis: 1. nama produk;

2. jenis (kode HS, 10 digit); 3. jumlah dan berat;

4. spesifikasi warna, bentuk, dan ukuran; dan 5. tingkatan mutu.

Pasal 11

(1) Eksportir yang telah mendapatkan RET dapat mengajukan permohonan pendaftaran sebagai ET kepada kementerian yang menyelenggarakan urusan di bidang perdagangan.

(2) Pengajuan permohonan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua

Rekomendasi Persetujuan Ekspor Mutiara Pasal 12

(1) Untuk melakukan ekspor, Ekportir harus mengajukan permohonan persetujuan ekspor Mutiara Indonesia kepada kementerian yang menyelenggarakan urusan di bidang perdagangan.

(11)

(2) Permohonan persetujuan ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi dengan RPEM dari Direktur Jenderal.

(3) RPEM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan oleh:

a. ET; dan

b. Instansi/Lembaga.

(4) RPEM yang diajukan oleh Instansi/Lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dilakukan hanya untuk kepentingan promosi, antara lain:

a. pameran; b. bursa; dan c. lomba.

(5) Syarat dan tata cara memperoleh persetujuan ekspor Mutiara Indonesia dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 13

(1) Untuk memperoleh RPEM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, ET atau Instansi/Lembaga harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Direktur Jenderal, paling sedikit memuat:

a. nama pemohon; b. alamat pemohon; c. tujuan pengeluaran; d. tempat pengeluaran; e. jadwal pengeluaran;

f. kode HS 10 (sepuluh) digit; g. jumlah dan berat;

h. spesifikasi warna, bentuk, dan ukuran; dan i. tingkatan mutu.

(2) ET dan Instansi/Lembaga dalam mengajukan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melampirkan persyaratan:

a. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); dan b. SKA.

(12)

Pasal 14

(1) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Direktur Jenderal melakukan evaluasi dan verifikasi.

(2) Direktur Jenderal dalam waktu paling lama 5 (lima) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap, harus menerbitkan:

a. RPEM; atau

b. Surat penolakan RPEM, disertai dengan alasan penolakan.

(3) RPEM sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a memuat: a. nama pemohon; b. nomor ET; c. alamat pemohon; d. nomor SKA; e. NPWP; f. tujuan pengeluaran; g. tempat pengeluaran; h. jadwal pengeluaran; i. jenis (kode HS 10 digit); j. jumlah dan berat;

k. spesifikasi warna, bentuk, dan ukuran; dan l. tingkatan mutu.

(4) RPEM sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a berlaku paling lama 6 (enam) bulan.

(5) RPEM disampaikan kepada pemohon dengan tembusan kepada Kepala Badan.

(6) Bentuk dan format RPEM sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 15

Untuk memperoleh RET dan RPEM, Eksportir tidak dipungut biaya.

(13)

BAB IV

SERTIFIKAT MUTU Pasal 16

(1) Tingkatan mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dinyatakan dalam sertifikat mutu.

(2) Sertifikat mutu hanya diperlukan untuk butiran Mutiara Indonesia (loose pearl) dengan kode HS sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.

(3) Sertifikat mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Direktur Jenderal berdasarkan rekomendasi Tim Penilai.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tim Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal.

BAB V

TEMPAT PENGELUARAN Pasal 17

Mutiara Indonesia yang akan dikeluarkan dari wilayah Negara Republik Indonesia dilakukan melalui seluruh bandara Internasional.

BAB VI

PEMERIKSAAN DOKUMEN DI TEMPAT PENGELUARAN Pasal 18

(1) Eksportir yang telah mendapat persetujuan ekspor Mutiara dan akan melakukan pengeluaran Mutiara Indonesia dari wilayah Negara Republik Indonesia harus melaporkan paling lambat 1 (satu) hari sebelum keberangkatan kepada Petugas Karantina, dan

(14)

menyerahkan dokumen persyaratan pada saat tiba di tempat pengeluaran.

(2) Dokumen persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. persetujuan ekspor Mutiara Indonesia;

b. Certificate of Origin (CoO) yang diterbitkan oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan di bidang perdagangan, jika dipersyaratkan oleh negara tujuan; dan

c. Sertifikat Mutu.

Pasal 19

Mutiara Indonesia yang akan keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia dilakukan tindakan karantina oleh Petugas Karantina sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 20

(1) Dalam hal tindakan karantina sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 berupa pemeriksaan kebenaran dokumen terkait Mutiara Indonesia yaitu jumlah dan berat, spesifikasi warna, bentuk, dan ukuran, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) dilakukan tanpa membuka segel kemasan.

(2) Kemasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kemasan primer yang transparan, sehingga memungkinkan pemeriksaan tanpa membuka segel kemasan.

Pasal 21

Mutiara Indonesia yang telah melalui tindakan karantina sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 akan mendapatkan Surat Persetujuan Muat atau Sertifikat Kesehatan Ikan dan Produk Perikanan (Health Certificate for fish and fish products) apabila negara tujuan mensyaratkan.

(15)

BAB VII

PENGELUARAN MUTIARA INDONESIA SEBAGAI BARANG BAWAAN, BARANG KIRIMAN, ATAU PROMOSI

Pasal 22

(1) Setiap orang yang melakukan pengeluaran Mutiara Indonesia sebagai barang bawaan, barang kiriman, atau untuk kepentingan promosi wajib melaporkan dan menunjukkan Mutiara Indonesia kepada Petugas Karantina di tempat pengeluaran.

(2) Pengeluaran Mutiara Indonesia sebagai barang bawaan dari wilayah Negara Republik Indonesia dapat dilakukan dengan ketentuan paling banyak 100 (seratus) gram.

(3) Pengeluaran Mutiara Indonesia sebagai barang kiriman dari wilayah Negara Republik Indonesia dapat dilakukan dengan ketentuan:

a. paling banyak 100 (seratus) gram, untuk setiap pengeluaran;

b. paling banyak dikirim 1 (satu) kali pengiriman dalam 1 (satu) bulan untuk penerima dan/atau alamat yang sama;

c. tidak perlu dilengkapi persetujuan ekspor mutiara;

d. dilengkapi Sertifikat Mutu; dan e. dilengkapi SKA.

(4) Pengeluaran Mutiara Indonesia untuk kepentingan promosi dari wilayah Negara Republik Indonesia dapat dilakukan dengan ketentuan:

a. paling banyak 1000 gram (seribu gram) untuk setiap peserta promosi;

b. tidak perlu dilengkapi persetujuan pengeluaran mutiara;

c. dilengkapi surat keterangan mengikuti kegiatan promosi internasional mutiara yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal;

(16)

e. dapat dikeluarkan melalui semua tempat pengeluaran.

(5) Bentuk dan format surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

BAB VIII

PENGELUARAN MUTIARA INDONESIA SEBAGAI HASIL LELANG

Pasal 23

(1) Mutiara Indonesia sebagai hasil lelang di dalam negeri, dapat dilakukan pengeluaran.

(2) Mutiara Indonesia yang dilelang di dalam negeri paling sedikit memiliki tingkatan mutu C.

(3) Pengeluaran Mutiara Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh Eksportir dengan melampirkan dokumen yang meliputi:

a. berita acara hasil lelang yang memuat: 1. identitas pemenang lelang;

2. spesifikasi jenis produk; 3. jumlah dan berat; dan

4. warna, bentuk, ukuran dan tingkatan mutu. b. SKA.

(4) Berita acara hasil lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a diterbitkan oleh panitia lelang dan wajib ditembuskan kepada Direktur Jenderal.

BAB IX

SURAT KETERANGAN ASAL Pasal 24

(1) SKA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) diterbitkan oleh Dinas.

(17)

(2) Untuk memperoleh SKA, Eksportir harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Dinas dengan melampirkan persyaratan paling sedikit:

a. surat keterangan domisili; b. Surat Izin Usaha Perikanan; c. TDP; dan

d. NPWP.

(3) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Dinas melakukan evaluasi dan verifikasi terhadap keterangan administrasi.

(4) Dinas dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja harus menerbitkan SKA.

(5) SKA paling sedikit memuat keterangan:

a. identitas produsen yang memuat nama dan alamat lokasi/wilayah budidaya; dan

b. spesifikasi yang memuat jenis, jumlah dan berat, warna, bentuk, ukuran, dan kode HS.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara penerbitan SKA diatur dalam Peraturan Gubernur dengan mengacu pada Peraturan Menteri ini.

BAB X PEMBINAAN

Pasal 25

(1) Direktur Jenderal melakukan pembinaan kepada pelaku usaha Mutiara Indonesia.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain melalui:

a. sosialisasi;

b. peningkatan kapasitas usaha; dan/atau c. fasilitasi kemitraan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal.

(18)

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP Pasal 26

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

(19)

KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR /PERMEN-KP/2016

TENTANG PENGENDALIAN

MUTU MUTIARA YANG KELUAR

DARI WILAYAH NEGARA

REPUBLIK INDONESIA JENIS MUTIARA YANG DAPAT DIKELUARKAN DARI WILAYAH

NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NO Pos Tarif KODE HS URAIAN BARANG

71.01 Mutiara, alam atau budidaya, dikerjakan atau ditingkatkan mutunya maupun tidak, tetapi tidak diuntai, tidak sepasang atau tidak disusun; mutiara, alam atau budidaya, diuntai sementara untuk memudahkan pengangkutan.

1. 7101.10.00.00 - Mutiara alam

7101.20 - Mutiara budidaya

7101.21.00 -- Tidak dikerjakan 2. 7101.21.00.10 --- Dari air tawar 3. 7101.21.00.20 --- Dari laut

7101.22.00 -- Dikerjakan 4. 7101.22.00.10 --- Dari air tawar 5. 7101.22.00.20 --- Dari laut

71.16 Barang dari mutiara alam atau mutiara budidaya, batu mulia atau batu semi mulia (alam, sintetik atau direkonstruksi).

6. 71.16.10.00.00 - Dari mutiara alam atau budidaya

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

(20)

LAMPIRAN II : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR ... /PERMEN-KP/2015

TENTANG PENGENDALIAN

MUTU MUTIARA YANG KELUAR

DARI WILAYAH NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

DIREKTORAT JENDERAL PENGUATAN DAYA SAING PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN

REKOMENDASI PERSETUJUAN EKSPOR MUTIARA Nomor ...

Berdasarkan permohonan dari ... dan berdasarkan evaluasi dan verifikasi yang telah dilakukan, dengan ini Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan memberikan Rekomendasi Persetujuan Ekspor Mutiara keluar wilayah Negara Republik Indonesia, kepada:

Nama Eksportir Terdaftar atau Instansi/Lembaga :

Alamat :

NPWP :

Tujuan Pengeluaran :

SKA : terlampir/tidak terlampir*

Sertifikat Mutu : terlampir/tidak terlampir*

dengan rincian sebagai berikut:

No Jenis Jumlah/ Berat Kemilau (luster) Noda/ luka (spotted) Warna (color) Bentuk (shape) Ukuran (size) Tingkatan Mutu Negara Asal Tempat Pengeluaran Jadwal Pengeluaran 1 2 3 4 5

(21)

*coret yang tidak perlu

Masa berlaku Rekomendasi Persetujuan Ekspor Mutiara:

Rekomendasi Persetujuan Ekspor Mutiara sebagaimana tersebut digunakan untuk persyaratan mendapatkan persetujuan ekspor mutiara dari Kementerian Perdagangan.

..., ... Direktur Jenderal PDSPKP

(...)

Tembusan:

Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan. MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

(22)

LAMPIRAN III : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR ... /PERMEN-KP/2015 TENTANG PENGENDALIAN MUTU MUTIARA YANG KELUAR DARI WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

DIREKTORAT JENDERAL PENGUATAN DAYA SAING PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN

BENTUK DAN FORMAT SURAT KETERANGAN MENGIKUTI PAMERAN/PROMOSI

A. Dukungan Instansi terkait ke Ditjen Bea Cukai

….., ..-..-20.. Nomor : …..

Lampiran : …..

Perihal : Keikutsertaan Indonesia pada pameran ….. (nama pameran) Yth. Direktur Jenderal Bea Cukai,

Kementerian Keuangan di Jakarta

isi surat (menerangkan maksud/tujuan)

Dalam rangka ….. , ….. (nama instansi) akan berpartisipasi pada pameran ….. (nama pameran) yang akan diselenggarakan pada tanggal ….. (tanggal pelaksanaan pameran) bertempat di ….. (luar negeri).

Tujuan dari keikutsertaan ….. (nama instansi) pada pameran ….. (nama pameran) adalah:

1. …… 2. …… 3. ……

Sehubungan dengan hal tersebut, bersama ini kami mohon dukungan dan kerja sama Saudara untuk memberikan kemudahan terkait prosedur

(23)

keluar masuk barang, perkarantinaan, perizinan, pengamanan, dan lainnya untuk menyukseskan kegiatan dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami mengucapkan terima kasih.

Tembusan:

- Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan; - Duta Besar Republik Indonesia untuk ….. (nama negara sahabat).

B. Dukungan Instansi terkait ke Kedutaan Besar Republik Indonesia ….., ..-..-20.. Nomor : …..

Lampiran : …..

Perihal : Keikutsertaan Indonesia pada pameran ….. (nama pameran) Yth. Duta Besar Republik Indonesia untuk ….. (nama negara sahabat), di ….. (kota kediaman KBRI)

isi surat (menerangkan maksud/tujuan)

Dalam rangka ….. , ….. (nama instansi) akan berpartisipasi pada pameran ….. (nama pameran) yang akan diselenggarakan pada tanggal ….. (tanggal pelaksanaan pameran) bertempat di ….. (luar negeri).

Tujuan dari keikutsertaan ….. (nama instansi) pada pameran ….. (nama pameran) adalah:

1. …… 2. …… 3. ……

Delegasi ….. (nama instansi) sebagai penyelia paviliun/stan Indonesia akan melakukan kunjungan kerja ke ….. (kota tempat pameran) pada tanggal ….. (tanggal pelaksanaan kunjungan kerja) adalah sebagai berikut:

1. …… (nama), ….. (jabatan); 2. …… (nama), ….. (jabatan);

Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan

ttd.

(24)

3. …… (nama), ….. (jabatan).

Berkenaan dengan hal tersebut, bersama ini kami mohon dukungan Bapak Duta Besar Republik Indonesia untuk dapat membantu pelaksanaan pameran dan kunjungan kerja delegasi ….. (nama instansi) di ….. (kota tempat pameran).

Atas perhatian dan kerja samanya, kami mengucapkan terima kasih.

Tembusan:

- Direktur Jenderal ….., Kementerian Luar Negeri.

Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan

ttd.

Referensi

Dokumen terkait

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data, dan informasi yang berkaitan dengan pengaruh pemberian kompensasi dalam meningkatkan prestasi kerja guru

Nilai t hitung yang dihasilkan pada pengujian pengaruh Sales Promotion terhadap Keputusan Pembelian adalah sebesar 2.323 dengan nilai signifikansi sebesar 0.025

Pantulan air untuk sinar matahari tidak langsung menuju jendela kaca yang berada disetiap sisi bangunan Hasil rancangan ini menggunakan prinsip Keterbukaan, yang memberikan

Manik, Drs., MKom., selaku Sekretaris Jurusan Matematika dan Statistika serta dosen pembimbing yang selalu memberikan dukungan moral dan telah banyak membantu memberikan

Hermawan dkk, 2013, “ Analisa Pengaruh Variasi Temperatur Tuang Pada Pengecoran Squeeze Terhadap Struktur Mikro Dan Kekerasan Produk Sepatu Kampas Rem Dengan

Adapun deskripsi konseli dalam proses konseling didasari pada surah Asy Syams terbagi ke dalam tiga bagian: (1) konseli belum memahami hambatan dirinya secara utuh (surah Asy

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair urin sapi dengan dosis 120 ml/tanaman memberikan pertumbuhan tertinggi pada tinggi tanaman, jumlah

Hasil kajian menunjukkan bahwa: (i) Ada hubungan positif antara tingkat pendapatan per kapita dan konsumsi daging sapi per kapita dan jumlah konsumsi; (ii)