PERANCANGAN ENVIRONMENTAL GRAPHIC DESIGN (EGD) PADA DESA WISATA
LAKSANA KABUPATEN BANDUNG
Anggoro Cipto Ismoyo, Aria Ar Razi, Achmad Syaiful Lathif, Ardianto Nugroho Fakultas Industri Kreatif, Universitas Telkom
Email:anggoroismoyo@telkomuniversity.ac.id ABSTRACT
Desa Laksana, Ibun sub-district, Bandung District, appointed as a “Desa Wisata” by the Bandung
District Government, has several natural and built environments for tourist attraction already known
and some potentially developed tourist spots. Considering the objects diversity, attraction and
location which are offered, the existence of information is considered important to promoting and
strengthening as a tourist village. Based on local observation and online searching, the existence of
information about the objects and tourist destination in Desa Laksana is not available adequately.
This Community Service Engagement create a solution by using Environmental Graphic Design
(EGD) with a priority of providing a tourist map, and also converting the graphic design into a
Quick Response Code (QR Code). EGD and digitalization approach are used so a tourist map is not
only providing information about the objects, attraction and tourist location, but also presenting
the information attractively and support the mobility, as it can be accessed by QR Code scanner on
the smartphone. The outcome of this Community Service Engagement provides a graphic design
and QR Code about tourist map at Desa Wisata Laksana, and also its implementation concept on
physical form as well as online media.
Keywords: Desa Wisata Laksana Environmental Graphic Design (EGD), digitalization, tourist map,
implementation concept
ABSTRAK
Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Kapupaten Bandung, yang telah ditetapkan sebagai Desa Wisata
oleh Pemerintah Kabupaten Bandung, memiliki beberapa obyek dan daya tarik wisata alam maupun
buatan yang telah dikenal maupun yang masih potensial untuk dikembangkan. Mengingat
keragaman obyek, daya tarik, dan lokasi wisata yang ditawarkan, maka keberadaan sarana informasi
pariwisata dinilai penting untuk mendukung promosi dan penguatan kapasitas sebagai desa wisata.
Berdasarkan observasi di lapangan maupun hasil penelusuran daring, dapat dinilai bahwa
belum tersedia secara memadai. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini memberikan solusi
melalui perancangan Environmental Graphic Design (EGD) dengan prioritas berupa penyediaan
peta wisata, serta mengkonversi rancangan grafis secara digital menjadi Quick Response Code (QR
Code). Pendekatan perancangan EGD dan digitalisasi tersebut digunakan agar suatu peta wisata
tidak sekadar memberikan informasi tentang obyek, daya tarik, dan lokasi wisata, namun dapat
disajikan secara menarik, serta mendukung mobilitas karena dapat diakses melalui aplikasi
pemindaian QR Code pada telepon pintar. Hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini
memberikan rancangan grafis dan QR Code tentang peta wisata pada Desa Wisata Laksana, serta
konsep implementasinya pada sarana fisik maupun daring.
Kata kunci:
Desa Wisata Laksana, Environmental Graphic Design (EGD), digitalisasi, peta wisata,
konsep implementasi
PENDAHULUAN
Desa Laksana Kecamatan Ibun merupakan satu dari sepuluh desa yang berada di Kabupaten Bandung yang telah dicanangkan sebagai Desa Wisata oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung. Dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Jawa Barat Tahun 2016-2025 disebutkan bahwa Desa Laksana termasuk dalam Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi Bandung Selatan-Garut dan sekitarnya. Dengan dukungan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pelaksanaan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (Community Service Engangement) yang dilaksanakan Universitas Telkom bersama masyarakat Desa Laksana difokuskan untuk pengembangan desa wisata berbasis edukasi, ekologi dan digital (Eduecodigital Tourism Village). Pelaksanaan CSE tersebut dilaksanakan dalam beberapa bidang garap dan tahapan, yakni: tata kelola desa wisata, pemberdayaan sumber daya manusia, penyediaan sarana dan prasarana, serta produksi dan promosi wisata.
Suatu daerah tujuan wisata hendaknya dibangun dan dikembangkan dengan mempertimbangkan 4 (empat) aspek utama, yakni aksesibilitas, amenitas, atraktor (daya tarik), dan pelayanan (ancillary services). Aksesibilitas terhadap destinasi wisata merupakan suatu tingkat kemudahan atau ketercapaian suatu daerah tujuan wisata, sehingga dapat dieksplorasi, dinikmati, bahkan dimaknai. Dalam hal tersebut, aksesibilitas suatu destinasi wisata bukan sekadar penyediaan sarana dan prasarana fisik sebagaimana akses jalan, namun dapat dikaitkan dengan ketersediaan sarana informasi yang memadai tentang suatu destinasi dan bagaimana mencapainya. Ketersediaan informasi akan suatu tempat atau kawasan wisata akan menstimulasi dan membantu calon wisatawan dalam membuat keputusan untuk berkunjung. Bagi pengelola wisata, informasi pariwisata tersebut juga penting di dalam upaya penguatan kapasitas dan daya saing destinasi wisata dengan upaya memetakan, mengemas paket wisata, maupun pengembangannya
Melalui hasil observasi langsung pada kawasan desa, kemudian diikuti dengan diskusi bersama perwakilan masyarakat Desa Laksana dalam topik sarana dan prasarana pendukung desa wisata, dapat terungkap bahwa ketersediaan sarana dan prasarana pada desa sebagaimana jalan raya dan penghubung, penanda batas wilayah (gapura), tempat ibadah, penginapan, dan tempat kuliner telah tersedia meskipun beberapa masih dinyatakan masih perlu dikembangkan. Sementara itu, sarana informasi mengenai obyek wisata dan petunjuk jalan menuju obyek wisata dapat dinilai belum tersedia secara memadai. Ketersediaan informasi pariwisata yang dapat ditemukan pada kawasan wisata ataupun diakses secara daring tersebut merupakan kebutuhan yang penting, mengingat keragaman obyek, daya tarik, dan lokasi wisata yang ditawarkan, serta menjadi bahan pertimbangan bagi wisatawan sebelum berkunjung terkait pembatasan perjalanan dalam merespon mitigasi pandemi Covid19.
Berdasarkan analisis situasi dan permasalahan terkait sarana informasi pariwisata tersebut, maka kegiatan CSE pada topik sarana dan prasarana desa wisata tahap awal ini memberikan solusi melalui perancangan Environmental Graphic Design (EGD) dengan prioritas berupa penyediaan peta wisata pada Desa Wisata Laksana. Pendekatan solusi melalui perancangan EGD tersebut digunakan agar keberadaan informasi tentang destinasi wisata dapat didesain tidak sekadar memberikan keterangan secara informatif, namun dapat disajikan dalam bentuk serta tampilan yang estetik dan menarik. Selain itu, untuk mendukung aksesibilitas dan mobilitas pengunjung desa wisata, maka grafis peta wisata tersebut juga dikonversikan secara digital ke dalam QR Code, sehingga dapat diimplementasikan dan diakses pada sarana fisik di lingkungan maupun media daring.
METODE
Metode perancangan EGD yang digunakan mengacu pada model yang dirumuskan Calori & Vanden-Eynden (2015), yaitu The Signage Pyramid Model yang terdiri dari tiga komponen utama: 1) sistem konten informasi; 2) sistem grafis; dan 3) sistem sarana fisik (hardware). Berdasarkan pendekatan model tersebut maka dapat ditentukan komponen dan konsep EGD untuk sarana informasi pariwisata pada Desa Wisata Laksana sebagai berikut:
1. Sistem Konten Informasi
Informasi utama yang ingin disampaikan adalah pemetaan keberadaan lokasi dan tempat wisata apa saja sebenarnya yang dapat dikunjungi saat pengunjung hendak berwisata di wilayah Desa Laksana. Sumber materi grafis diambil dari abstraksi peta administratif wilayah kemudian ditandai, diolah, dan disajikan dengan visual yang relatif lebih sederhana dan kontekstual tentang obyek, daya tarik, dan lokasi wisata.
2. Sistem Grafis
Dalam mengkodekan Informasi kedalam sebuah tanda (sign), informasi ini dikodekan dan disampaikan melalui beberapa elemen grafis antara lain:
a. Simbol
Simbol yang digunakan sebagai tanda pada perancangan sistem signage dan
wayfinding ini adalah melalui hasil observasi terhadap obyek dan daya tarik wisata di
kawasan Desa Laksana, kemudian disederhanakan dan diolah secara visual menjadi perupaan berbagai gambar piktogram yang kemudian dikembangkan menjadi simbol-simbol yang representatif.
Tipografi yang digunakan pada EGD sebagai penyampaian informasi utama, seperti nama lokasi dan keterangan, menggunakan font “Futura” yang berjenis sans
serif, didasarkan atas pertimbangkan aspek kejelasan (visibility, readability, legibility, and clarity) sehingga pengunjung tidak mengalami kesulitan dalam memahami
informasi. Jenis huruf lain yang digunakan adalah “Wildy-Sans” dengan pertimbangan menghasilkan kesan santai, dan bersahabat sebagaimana tujuan rekreatif.
c. Warna
Warna-warna yang digunakan dalam perancangan EGD Desa Laksana ini umumnya adalah warna yang berasal dan diturunkan dari warna yang terdapat pada lambang Kabupaten Bandung. Pemilihan warna tersebut diambil dengan pertimbangan untuk menguatkan identitas visual maupun simbolis sesuai keberadaan dari Desa Laksana.
3. Sistem Sarana Fisik (Hardware)
Sistem sarana fisik (hardware) dirancang dengan memperhatikan aspek-aspek sebagaimana bentuk tiga dimensional, ukuran tanda, lokasi (eksisting), hubungan tanda pada obyek lingkungan, bahan yang digunakan, serta tata pencahayaan terhadapnya.
Rancangan EGD pada Desa Wisata Laksana pada tahap berikutnya dapat diintegrasikan dengan sarana yang memiliki fitur digital berbasis Quick Response Code (QR Code). QR Code merupakan gambar dua dimensi yang memiliki kemampuan untuk menyimpan data berupa teks, baik itu numerik, alfanumerik, maupun kode biner (Nugraha dan Munir, 2011). Proses digitalisasi grafis EGD melalui konversi ke dalam QR Code dapat dibuat berdasarkan tautan (link) laman web (website) yang memuat informasi terkait desa wisata secara umum, atau dapat pula secara langsung da khusus menampilkan peta wisata Desa Wisata Laksana.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Luaran yang diprioritaskan di tahap awal dari pelaksanaan CSE di bidang sarana dan prasarana adalah rancangan EGD berupa grafis peta wisata, yang selanjutnya dilakukan proses digitalisasi dengan cara mengkonversi grafis tersebut ke dalam bentuk QR Code. Adapun hasil dari rancangan EGD berupa grafis peta wisata berikut hasil konversinya ke dalam QR Code dapat ditunjukkan pada ilustrasi Gambar 1.
Gambar 1. Hasil Rancangan EGD berupa Grafis tentang Peta Wisata di Desa Wisata Laksana dan bentuk QR Code berisi Peta Wisata
(Sumber: Desain Penulis, 2021)
Dengan ketersediaan grafis peta wisata tersebut, selanjutnya dapat diimplementasikan pada beberapa sarana fisik untuk mendukung informasi dan promosi wisata, sebagaimana pamflet atau brosur wisata, papan informasi, gapura, maupun media daring sebagaimana laman web atau media sosial yang dikelola masyarakat Desa Wisata Laksana. Konsep implementasi hasil rancangan EGD berupa peta wisata tersebut dapat berupa grafis peta, hasil konversinya ke bentuk QR Code, ataupun secara terintegrasi antara sarana fisik dengan fitur digital yang dapat diakses dengan pemindaian melalui aplikasi yang terpasang pada telepon pintar (smartphone). Ilustrasi beberapa konsep implementasi peta wisata pada sarana fisik maupun daring dapat ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Konsep Implementasi EGD pada Sarana Fisik dan Media Daring (Sumber: Konsep Desain Penulis, 2021)
KESIMPULAN DAN SARAN
Keberadaan sarana informasi pariwisata merupakan hal yang penting untuk mendukung aksesibilitas, promosi, serta pengembangan suatu destinasi wisata. Hasil observasi lapangan dan daring, dapat dinilai bahwa pada Desa Wisata Laksana belum tersedia sarana informasi pariwisata, baik yang bersifat fisik maupun pada media daring yang relatif memadai. Kegiatan Community
Service Engagement (CSE) dalam lingkup sarana dan prasarana pendukung wisata pada tahap awal
ini memberikan solusi prioritas berupa penyediaan peta wisata di Desa Laksana serta konsep implementasinya, melalui perancangan Environmental Graphic Design (EGD) dan digitalisasi EGD ke dalam QR Code. Hasil rancangan berupa grafis peta wisata dan QR Code yang dapat diimplementasikan pada sarana fisik maupun media daring. Ketersediaan peta wisata tersebut dapat dikembangkan untuk mendukung promosi dan meningkatkan kapasitas Desa Wisata Laksana menuju visi Desa Wisata Digital berbasis Edukasi dan Ekologi (Eduecodigital Tourism Village).
Untuk kegiatan CSE dengan lingkup pada sarana pendukung desa wisata berikutnya dapat dilanjutkan dengan tahapan perancangan dan pembangunan sarana fisik, maupun media daring
digital yang dapat mengakses peta wisata ataupun menuju media daring Desa Wisata Laksana. Media daring tersebut dapat dilengkapi pula dengan fitur digital sebagaimana virtual tour, untuk mempermudah akses terutama bagi para wisatawan yang ingin menikmati pariwisata di Desa Laksana tetapi belum bisa berkunjung sercara langsung akibat pembatasan kunjungan selama masa pandemi Covid19. Keseluruhan upaya tersebut memerlukan perencanaan yang matang dan dukungan dari pihak-pihak terkait untuk dapat dilaksanakan dengan efisien dan efektif.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Universitas Telkom, atas dukungan fasilitas serta pendanaan selama berlangsungnya kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat skema Community Service Engagement (CSE) di Desa Laksana. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada masyarakat Desa Laksana, serta tim pelaksana CSE dari Fakultas Industri Kreatif atas kerjasamanya yang baik selama pelaksanaan kegiatan ini.
REFERENSI
Calori, Chris & David Vanden-Eynden. (2015). Signage and Wayfinding Design: A Complete Guide to Creating Environmental Graphic Design Systems 2nd ed. Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons.
Nugraha, M. P., dan Munir, R. (2011). Pengembangan Aplikasi QR Code Generator dan QR Code Reader dari Data Berbentuk Image. Konferensi Nasional Informatika – KNIF 2011, hal. 148 No, Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 15 tahun 2015 tentang Rencana Induk