• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI WISATA AIR TERJUN SUROLOYO DESA BUNGU KECAMATAN MAYONG KABUPATEN JEPARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI WISATA AIR TERJUN SUROLOYO DESA BUNGU KECAMATAN MAYONG KABUPATEN JEPARA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI WISATA AIR TERJUN SUROLOYO DESA BUNGU KECAMATAN

MAYONG KABUPATEN JEPARA

Roas Irsyada, Intan Nur Baiti, Nur Kholid, Fitria Ayuningsih, Mifta Qoirunnisa Arifin

Universitas Negeri Semarang Intannb30@gmail.com

Abstract

The potential of village nature is feasible to developed especially to encourage non-agricultural activities which hopefully can support village diversification. To develop the potential of village nature tourism can done by identifying the potential and problems contained in the study area. The development strategy is needed to improve the natural potential then implemented as a tourist attraction development will contribute to the village community involved and support the tourists who visit. With the strategy, it can analyzed the factors of weakness, threats, opportunities and strengths of the natural tourism potential of Bungu Village.

Keywords: potential, strategy, tourism.

Abstrak

Potensi wisata alam pedesaan layak dikembangkan terutama untuk mendorong kegiatan non pertanian yang pada harapannya nanti dapat mendukung diversifikasi pedesaan. Untuk mengembangkan potensi wisata alam pedesaan dapat dilakukan dengan mengidentifikasi potensi dan masalah yang terdapat di daerah penelitian. Strategi pengembangan sangat diperlukan guna mengembangkan potensi alam yang selanjutnya diimplementasikan sebagai pengembangan objek wisata yang nantinya memberikan kontribusi bagi para masyarakat desa yang terlibat serta mendukung banyak wisatawan yang berkunjung. Dengan strategi maka dapat dianalisis faktor kelemahan, ancaman, peluang dan kekuatan dari potensi wisata alam Desa Bungu.

Kata kunci: potensi, strategi, wisatawan

(2)

A. PENDAHULUAN

Pariwisata merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh masyarakat untuk melepas penat.

Pariwisata merupakan segala hal yang terkait dengan wisata, termasuk di dalamnya wisatawan, daerah tujuan wisata, perjalanan, industri dan lain-lain. Pemanfaatan potensi- potensi yang ada di suatu daerah sangat membantu pengembangan pariwisata dengan melibatkan banyak peran seperti pemerintah daerah, pihak swasta dan masyarakat sehingga mampu mengangkat segi ekonomi, budaya, pendidikan serta tingkat kesejahteraan taraf hidup masyarakat di wilayah tersebut.

Penyelenggaraan sistem pariwisata dapat berjalan dengan sempurna bila komponen-komponen tersebut melebur menjadi satu dan saling mendukung satu dengan lainnya seperti kewajiban pemerintah adalah bersama-sama merencanakan, pembangunan, pengorganisasian, pemeliharaan dan pengawasan dengan pemerintah daerah lainnya dalam segala sektor yang mendukung kegiatan pariwisata. Pembangunan pariwisata memiliki peran signifikan dalam aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Pada aspek ekonomi, sektor pariwisata mengkontribusi produk domestik bruto (PDB), kemudian pada aspek sosial, pariwisata berperan dalam penyerapan tenaga kerja, apresiasi seni, tradisi dan budaya bangsa dan peningkatan jati diri bangsa.

Secara geografis Kabupaten Jepara merupakan daerah paling ujung sebelah utara dari Provinsi Jawa Tengah. Batas-batas wilayah administratif Kabupaten Jepara disebelah utara adalah Laut Jawa, sebelah selatan adalah Kabupaten Demak, sebelah timur adalah Kabupaten Kudus dan Pati serta sebelah barat adalah Laut Jawa.

Kabupaten Jepara memiliki keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan adat istiadat.

Kesemuanya itu juga merupakan potensi wisata yang menjanjikan.

Terkenal dengan kota ukir dan bumi kartininya, Kabupaten Jepara memiliki destinasi wisata yang tidak kalah dengan kota-kota lainnya di Indonesia, selain Pantai Kartini, Karimunjawa, Pantai Bandengan Tirta Samudra masih dan banyak lokasi wisata alam yang dapat dinikmati oleh para wisatawan. Salah satu yang menarik untuk dikunjungi wisatawan adalah Air Terjun Suroloyo. Air terjun ini terletak di Desa Bungu, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara.

Air Terjun Suroloyo adalah salah satu dari sekian air terjun yang ada di Kabupaten Jepara yang masih asri. Air terjun ini memiliki ketinggian kurang lebih 10 m dengan pemandangan disekitarnya berupa tebing-tebing yang masih menjulang dan pohon-pohon yang masih tinggi sehingga keindahan alamnya sangat indah. Air terjun ini masih belum tersentuh oleh masyarakat luar

(3)

sehingga keadaannya masih sangat alami dan segar.

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh anggota Tim KKN di Air Terjun Suroloyo, terlihat belum terdapat beberapa sarana dan prasana yang menunjang objek wisata tersebut seperti tidak adanya penunjuk arah jalan menuju objek wisata, tidak tersedianya sarana transportasi umum untuk mencapai lokasi objek wisata, belum tersedianya fasilitas umum dan belum dibentuknya pengelola wisata sehingga tempat ini dapat dikatakan belum dikelola secara maksimal.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor pendorong dan penghambat serta strategi pengembangan yang perlu dilakukan dalam upaya peningkatan kunjungan pada Objek Wisata Air Terjun Suroloyo guna meningkatkkan perekonomian masyarakat sekitar dan menambah income pedesaan.

B. PELAKSANAAN DAN

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto, 2003:309). Penelitian ini menggunakan jenis data primer. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapang dan penyajiannya

berupa data kualitatif. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar (Sugiyono, 2012:13). Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi mengenai potensi daya tarik wisata di Desa Bungu, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Tinjauan Pustaka

Pariwisata adalah kegiatan dinamis yang melibatkan banyak manusia serta menghidupkan berbagai bidang usaha (Ismayanti, 2010:1). Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam menghasilkan barang/jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan pada penyelenggaraan pariwisata.

b. Strategi Pengembangan Wisata

Perumusan strategi adalah pengembangan rencana panjang untuk manajemen efektif dari kesempatan dan ancaman lingkungan, dilihat dari kekuatan dan kelemahan organisasi. Perumusan strategi meliputi menentukan misi organisasi, menentukan tujuan- tujuan yang ingin dicapai, pengembangan strategi dan penetapan pedoman kebijakan (J.

David Hunger & Thomas L.

Wheelen, 2003: 12). Strategi pengembangan kepariwisataan bertujuan untuk mengembangkan produk dan pelayanan yang berkualitas, seimbang, dan bertahap.

(4)

Langkah pokok dalam strategi pengembangan kepariwisataan (Suwantoro, 2004:55):

1. Jangka pendek dititikberatkan pada optimasi, terutama untuk mempertajam dan memantapkan citra kepariwisataan, meningkatkan mutu tenaga kerja, meningkatkan mutu pengelolaan dan memanfaatkan produk yang ada.

2. Jangka menengah dititik- beratkan pada konsolidasi, terutama dalam memantapkan cara kepariwisataan indonesia, mengkonsollidasikan

kemampuan pengelolaan, mengembangkan dan diversifikasi produk, mengembangkan jumlah dan mutu tenaga kerja.

3. Jangka panjang dititik-beratkan pada pengembangan dan penyebaran dalam pengembangan kemampuan pengelolaan, pengembangan dan penyebaran produk dan pelayanan, pengembangan pasar pariwisata baru, pengembangan mutu dan jumlah tenaga kerja.

Selain itu, Strategi Dasar yang bersifat Multipler Effect dimaksudkan untuk memberikan dasar pengembangan pariwisata yang mempunyai dampak terhadap berkembangnya industri pariwisata yang terdiri dari: (1) Meningkatkan citra (image) dan identitas (identity) yang jelas tentang pariwisata Kabupaten Jepara yang bernuansa wisata yang atraktif dan alami; (2) Menciptakan dan mengembangkan

produk wisata yang bernuansa kultural dan naturalyang mengarah ke wisata budaya serta pengembangan wisata alam dan agro yang berwawasan lingkungan; (3) Membuat suatu ketertarikan yang terpadu antara sosial budaya, lingkungan dan ekonomi terhadap kemungkinan terciptanya suatu daya tarik wisata yang berdaya guna dan berdaya saing tinggi; (4) Penciptaan dan pengembangan usaha- usaha pariwisata harus selektif dan akomodatif agar dapat mendukung usaha pengembangan sektor pariwisata; dan (5) Memberikan motivasi kepada pihak swasta atau perorangan untuk berusaha dalam bidang pariwisata;

Strategi Kebijakan tidak kalah penting untuk mengembangkan potensi wisata alam. Hal tersebut diimplementasikan dengan:

1. Membuat pedoman umum serta pedoman pengelolaan objek wisata Air Terjun Suroloyo yang lebih terfokus pada Manajemen Wisatawan yang meliputi interprestasi dan pengaturan pola arus pengunjung.

2. Membuka kesempatan bagi pihak swasta untuk berinvestasi, serta Dinas Pariwisata Kabupaten melakukan promosi objek wisata 3. Meningkatkan kualitas sumber

daya manusia sekitar objek wisata

sebagai modal dasar

pengembangan melalui pelatihan dan pembekalan keahlian bidang pariwisata dan sosial budaya.

(5)

4. Melakukan sosialisasi terhadap berbagai peraturan-peraturan (PERDA) yang terkait dengan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan yang dilakukan baik oleh swasta, masyarakat maupun program-program dari Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Jepara.

Pentingnya Strategi

Pengembangan Sumber Daya Manusia pada pengembangan potensi wisata desa artinya Tumbuh dan berkembangnya suatu daerah tujuan wisata juga dipengaruhi oleh profesionalisme sumber daya manusia, terutama dikaitkan dengan pemberian pelayanan yang optimal.

Untuk itu diperlukan strategi dalam peningkatan sumber daya manusia meliputi: (1) Pengembangan akan profesionalisme sumber daya manusia yang terlibat dalam industri pariwisata dilakukan secara berjenjang, berkesinambungan, dan menyeluruh dengan mengadakan pelatihan dan pendidikan; (2) Pengembangan kapasitas dan kualitas pendidikan melalui jenjang pendidikan baik menengah, akademi, maupun perguruan tinggi serta sertifikasi segala macam pelatihan untuk memantau standar kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dihasilkan dan sekaligus sebagai motivator untuk berprestasi; (3) Peningkatan frekuensi pendidikan non formal secara berkesinambungan dalam bentuk kampanye sadar wisata dan bimbingan massal serta perluasan wawasan bagi instansi

terkait dan pengusaha kecil; dan (4) Penataran secara terencana bagi aparat pemerintah khususnya staf Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam rangka peningkatan profesionalisme.

c. Tahap Pengembangan Wisata Pada umumnya pengembangan pariwisata selalu mengikuti siklus hidup pariwisata sehingga dapat menentukan posisi pariwisata yang akan dikembangkan. Cooper and Jakson (1997:121), tahapan tersebut terdiri dari:

1) Tahap Eksplorasi (exploratio) Yaitu suatu tempat sebagai potensi wisata baru ditemukan oleh wisatawan, pelaku pariwisata, maupun pemerintah.

Biasanya jumlah kunjungan sedikit, wisatawan tertarik pada daerah yang belum tercemar dan sepi, lokasi sulit dicapai namun diminati oleh sejumlah kecil wisatawan yang justru menjadi berminat karena belum ramai dikunjungi.

2) Tahap Keterlibatan (involvement) Pada tahap ini terdapat inisiatif dari masyarakat lokal, obyek wisata mulai dipromosikan oleh wisatawan, jumlah wisatawan meningkat, dan infrastruktur mulai dibangun.

3) Tahap Pengembangan

(development)

Yaitu adanya campur tangan kontrol penguasa lokal maupun nasional.

4) Tahap Konsolidasi

(consolidation)

(6)

ditunjukan oleh penurunan tingkat pertumbuhan kunjungan wisatawan.

5) Tahap Kestabilan (stagnation) Jumlah wisatawan tertinggi telah dicapai dan kawasan ini mulai ditinggalkan karena tidak mode lagi, kunjungan ulang dan para pebisnis memanfaatkan fasilitas yang ada. Pada tahapan ini terdapat upaya untuk menjaga jumlah wisatawan secara intensif dilakukan oleh industri pariwisata dan kawasan ini kemungkinan besar mengalami masalah besar yang terkait lingkungan alam maupun sosial budaya.

6) Tahap Penurunan Kualitas (decline)

Hampir semua wisatawan telah mengalihkan kunjungannya ke daerah tujuan wisata lain.

Kawasan ini telah menjadi obyek wisata kecil yang dikunjungi sehari atau akhir pekan. Beberapa fasilitas pariwisata telah diubah bentuk dan fungsinya menjadi tujuan lain. Dengan demikian pada tahap ini diperlukan upaya pemerintah untuk meremajakan kembali.

7) Tahap Peremajaan Kembali (rejuvenate)

Tahap ini perlu dilakukan pertimbangan mengubah pemanfaatan kawasan pariwisata menjadi pasar baru, membuat saluran pemasaran baru, dan mereposisi atraksi wisata kebentuk lain. Oleh sebab itu diperlukan modal baru atau

kerjasama antara pemerintah dengan pihak swasta.

d. Faktor Pendukung Pengembangan Objek Wisata Modal kepariwisataan itu mengandung potensi untuk dikembangkan menjadi atraksi wisata, sedangkan atraksi wisata itu harus komplementer dengan motif perjalanan wisata. Maka untuk menemukan potensi kepariwisataan suatu daerah harus berpedoman kepada apa yang dicari oleh wisatawan. Menurut Soekadijo dalam Pradikta (2013:20) ada tiga modal atraksi yang dapat menarik kedatangan wisatawan diantaranya:

1. Potensi Alam

Alam merupakan salah satu faktor pendukung seorang melakukan perjalanan wisata karena ada orang berwisata hanya sekedar menikmati keindahan alam, ketenangan alam, serta ingin menikmati keaslian fisik, flora dan faunanya.

2. Potensi Kebudayaannnya

Yang dimaksud potensi kebudayaan disini merupakan kebudayaan dalam arti luas bukan hanya meliputi seperti kesenian atau kehidupan kerajinan dll.

Akan tetapi meliputi adat istiadat dan segala kebiasaan yang hidup di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Sehingga diharapkan wisatawan atau pengunjung bisa tertahan dan dapat menghabiskan waktu di tengah-tengah

masyarakat dengan

(7)

kebudayaannya yang dianggap menarik.

3. Potensi Manusia

Manusia dapat dijadikan atraksi wisata yang berupa keunikan- keunikan adat istiadat maupun kehidupannya namun jangan sampai martabat dari manusia tersebut direndahkan sehingga kehilangan martabatnya sebagai manusia.

e. Faktor Penghambat Pengembangan Objek Wisata

Dalam pengembangan suatu obyek wisata tidak terlepas dari kondisi maupun pihak yang dapat menghambat keberlangsungan pengembangan pariwisata yang ada disuatu daerah maupun negara.

Pengembangan obyek wisata pasti tidak terlepas dari faktor-faktor penghambat seperti berikut ini:

1. Kurangnya peran serta masyarakat dalam sektor pariwisata;

2. Kurangnya prioritas pembangunan pemerintah kabupaten terhadap sektor pariwisata;

3. Kurangnya kuantitas dan spesialisasi sumber daya manusia pada Dinas terkait;

4. Kurangnya kerja sama dengan investor;

5. Belum terdapat sistem promosi yang menarik;

6. Keterbatasan sarana dan prasarana kerja pada dinas terkait dan objek wisata;

7. Keterbatasan dan kurangnya perawatan fasilitas penunjang objek wisata.

Gambar 1 : Air Terjun Suroloyo

Matriks Faktor Internal dan Faktor Eksternal Wisata Alam Air Terjun Suroloyo

Tabel 1 : strategi k ek uatan dan peluang Air Terjun Suroloyo

Kelemahan Ancaman

- Kondisi masih terbatas

- Kurangnya mindset dan kesadaran warga akan potensi wisata yang dihasilkan - Tidak tersedianya

fasilitas yang memadai (belum ada toilet, tempat pembuangan

sampah, lapak penjual makanan)

- Tidak ada perhatian yang serius dari pemerintah desa atas potensi wisata

- Belum dilakukan Promosi secara maksimal

- Keterbatasan biaya dan SDM

(8)

Tabel 2 : Strategi k elemahan dan ancaman Air Terjun Suroloyo

Gambar 2 : Kegiatan Observasi di Air Terjun Suroloyo

f. Strategi Alternatif Pengembangan Potensi Desa Di Air Terjun Suroloyo

Pembangunan dan

pengembangan potensi desa di Air Terjun Suroloyo sangat menjanjikan untuk dijadikan sebagai tempat wisata baru yang dapat memikat pengunjung. Dari analisis SWOT

menghasilkan empat (4) kemungkinan strategi alternatif dalam mengembangan Air Terjun Suroloyo sebagai berikut:

1. Strategi SO (Strength and Opportunities), yaitu strategi yang mengoptimalkan kekuatan (srengtht) untuk memanfaatkan peluang (Opportunities), ialah potensi keunikan yang masih asri dan alami yang dimiliki Air Terjun Suroloyo dapat diandalkan dan menjanjikan untuk dipromosikan sebagai tempat wisata yang menjanjikan

2. Strategi WO (Weaknesses and Opportunities), yaitu strategi yang meminimalkan kelemahan

(weaknesses) untuk

memanfaatkan peluang

(opportunities), ialah pemerintah desa lebih memperhatikan potensi desa dan memberikan kontribusi nyata supaya dapat dikembangkan menjadi wisata yang menarik untuk dikunjungi. Pemerintah bisa bekerjasama dengan pihak swasta dengan menyuntikkan dana yang nantinya sebagai akses sarana dan prasarana seperti penyediaan tempat sampah, spot foto yang menarik, rute menuju air terjun dan fasilitas lain yang mendukung. Memanfaatkan teknologi internet sebagai media promosi karena dari teknologi semua orang dapat mengakses berita dan informasi secara cepat.

Targetnya melalui media sosial seperti facebook, website, instagram, dll.

Kekuatan Peluang - Kondisi air terjun

yang masih asri

- Adanya kemajuan teknologi informasi dan

komunikasi - Terdapat tebing

yang menjulang tinggi

- Kontribusi sektor pariwisata untuk kemajuan desa.

- Masih banyak pepohonan yang rindang

- Udara masih sejuk

- Ekosistem masih terjaga

(9)

3. Strategi ST (Strength and Threats), yaitu strategi yang

menggunakan kekuatan

(strength) untuk mengatasi ancaman (threats), dia antaranya Keindahan dan keunikan yang dimiliki Air Terjun Suroloyo menjadikannya mampu bersaing dengan wisata lainnya, tebing- tebing yang harus dinaiki dan pepohonan yang menjulang akan terbayarkan dengan pemandangan Air Terjun yang indah.

4. Strategi WT (Weaknesses and Threats), yaitu strategi yang meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan menghindari ancaman (threats),dilakukan dengan cara pemerintah mensosialisasikan kepada masyarakat akan pentingnya potensi desa yang dapat dijadikan sebagai pariwisata, fokus pada dana yang dianggarkan untuk kemajuan potensi desa

g. Upaya Peningkatan Potensi Desa Air Terjun Suroloyo

1. Dengan potensi dan keunikan yang dimiliki Air Terjun Suroloyo diharapkan dapat menjadi peluang bagi masyarakat untuk membuka lapang kerja sekaligus menjadi selling point yang unik untuk dipromosikan secara onlinedengan memanfaatkan kemajuan TIK sehingga berskala lokal, nasional maupun regional 2. Air Terjun Suroloyo memiliki

daya tarik wisata alam dengan panorama yang masih asri, tebing-

tebing yang menjulang dan pohon-pohon yang rindang yang menarik. Dengan potensi yang dimiliki diharapkan adanya peran pemerintah untuk mengelola dan mensosialisasikan kepada masyarakat sekitar agar masyarakat memiliki pemahaman tentang pariwisata serta mempunyai kesadaran menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar objek wisata, sehingga potensi dan keunikan air terjun suroloyo tetap terjaga dan menjadi daya tarik tersendiri.

3. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan Tim KKN UNNES, Air Terjun Suroloyo memiliki beberapa kelemahan, diantaranya adalah masih kurangnya kualitas SDM dengan spesialisasi pariwisata dilingkungan objek wisata.

Dalam mengelola potensi pariwisata tersebut diperlukan SDM yang berkompetensi dibidang kepariwisataan.

D. PENUTUP Simpulan

1. Berdasarkan observasi terhadap Air Terjun Suroloyo, faktor pendorong dibagi atas dua yaitu kekuatan dan peluang serta faktor penghambat terdiri dari kelemahan dan ancaman. Semua faktor tersebut berpengaruh pada pengembangan potensi wisata alam Air Terjun Suroloyo di desa Bungu

(10)

2. Perumusan strategi pengembangan Air Terjun Suroloyo dibuat berdasarkan pada berbagai aspek pengembangan seperti daya tarik objek wisata yang dimiliki, sarana dan prasana yang dibuat lebih

memadai, pemanfaatan

telekomunikasi sebagai media promosi serta didukung dengan dana dan SDM yang berkualitas;

hal tersebut merupakan strategi pengembangan yang dilakukan sebagai upaya dalam peningkatan kunjungan Air Terjun Suroloyo.

E. DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Cooper, Chris and Stephen Jackson.

1997. Destination Life Cycle: The Isle Of Man Case

Hunger, J David dan Thomas L Wheelen. 2001. Manajemen Strategis. Yogyakarta: Andi Ofset Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana

Pradikta, Angga. 2013. Strategi Pengembangan Objek Wisata Waduk Gunungrowo Indah Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pati. Jurnal Universitas Negeri Semarang Sugiyono. 2012. Metode Penelitian

Bisnis. Bandung: Penerbit Alfabeta

Gambar

Tabel 1 : strategi k ek uatan dan peluang Air  Terjun Suroloyo Kelemahan  Ancaman -  Kondisi masih terbatas -  Kurangnya mindset  dan kesadaran warga akan potensi wisata yang  dihasilkan -  Tidak tersedianya fasilitas yang memadai (belum ada  toilet,  temp
Tabel 2 : Strategi k elemahan dan ancaman  Air Terjun Suroloyo

Referensi

Dokumen terkait

1) Dilakukan pengenalan produk bakpia dengan cara promosi lewat tetangga, menitipkan di toko bakpia terdekat dan internet. 2) Agar tetap bersaing dengan produsen lain,

Tentang tanaman nicotiana tabacum,dan nicotiana rustica dalam Penjelasan Pasal 1 dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan

Es krim merupakan produk makanan beku yang dibuat melalui kombinasi proses pembekuan dan agitasi pada campuran bahan- bahan yang terdiri dari susu atau produk

ABSTRAK : Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui gaya hidup minum teh masyarakat Surabaya. Gaya hidup minum teh yang dimiliki oleh masyarakat Surabaya pada masa ini

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kedisiplinan guru dalam kehadiran mengajar di kelas melalui waskat Kepala Sekolah pada SMP Negeri 4

Rektor, Dekan dan Kaprodi program studi menetapkan dan mengelola sesuai dengan standar pengelolaan pembelajaran sebagaimana dimaksud wajib mengacu pada standar kompetensi

Setelah Arduino membaca data pada rotary encoder , push button, limit switch data yang didapat kemudian ditampilkan pada Serial Monitor yang dimiliki oleh Arduino

The most important connection between them is in particular the object (or the site), so its digital copy, the reference system and the final digital products. For