• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dimaksud dengan dampak secara tidak langsung adalah gangguan pada kesehatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. dimaksud dengan dampak secara tidak langsung adalah gangguan pada kesehatan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja adalah kondisi yang dapat mempengaruhi kesehatan para pekerja. Gangguan kesehatan kerja mempunyai dampak yang terasa secara langsung dan yang tidak langsung, dampak secara langsung adalah gangguan kesehatan kerja yang dirasakan seketika itu juga oleh pekerja, sedang yang dimaksud dengan dampak secara tidak langsung adalah gangguan pada kesehatan yang dirasakan oleh pekerja setelah jangka waktu tertentu. Ketika gangguan kesehatan mulai terasa maka akan berpengaruh terhadap banyak aspek, salah satunya adalah turunnya produktivitas dari pekerja (Simanjuntak 1994).

Menurut Ridley dalam Hariyanto (2009). Kesehatan merupakan unsur penting agar kita dapat menikmati hidup yang berkualitas, baik di rumah maupun dalam pekerjaan. Kesehatan juga merupakan faktor penting menjaga keberlangsungan sebuah organisasi.

Upaya dasar kesehatan kerja ruang lingkup upaya kesehatan kerja meliputi berbagai penyerasian antara pekerjaan dengan pekerja dan lingkungan kerja baik fisik maupun psikis dalam hal cara/metode kerja dan kondisi yang bertujuan untuk: 1), Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja disemua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosial. 2), Mencegah timbulnya ganguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerja. 3), Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja didalam pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebapkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan. 4),Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerja, (Anizar, 2009).

(2)

2.2 Mata

2.2.1 Anatomi mata

Anotomi mata sebagai indra penglihatan mempunyai fungsi penting dalam mengidentifikasi segala bentuk rangsang visual yang kemudian diteruskan ke otak untuk di terjemahkan dalam respon dalam hal ini, mata berfungsi sebagai pengirim pesan.

Menurut Ilyas dalam Hanum (2008) , mata terdiri atas 6 bagian, yaitu: 1. Kelopak mata (Palpebra) yang berfungsi untuk melindungi bola mata

terhadap trauma sinar dan pengeringan bola mata. Kelopak mata juga berperan dalam mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk lapisan air mata di depan korne.

2. Sistem sekresi air mata (Sistem Lacrimal) untuk menjaga agar kornea tetap bersih, dan bebas kuman.

3. Conjungtiva, yaitu membran yang menutupi sclera dan kelopak mata bagian blakang.

4. Bola mata yang terdiri dari 3 lapisan jaringa yaitu:

a. Selerah yang merupakan jaringaan terluar yang melindungi bola mata. Bagian terluar screra disebut kornea yang bersifat transparan untuk memudahkan sinar masuk kedalam bola mata.

b. Uvea yang terdiri atas iris, badan siliar dan koroid. Pada iris terhadap pupil yang berfungsi uuntuk mengatur jumlah sinar yang masuk kedalam bola mata.

c. Retina yang berfungsi untuk mengatur jumlah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik yang akan diterus ke otak.

5. Rongga orbita yaitu rongga tempat mata.

(3)

Gambar 2.1 Anatomi mata Sumber: (Hanum, 2008) 2.2.2 Bola mata

Menurut Fajar (2009). Bola mata memiliki tiga lapisan dinding yang mengelilingi rongga bola mata. Ketiga lapis dinding ini dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:

a. Sklera

Skrela merupakan jaringan ikat dengan serat yang kuat, berwarna putih buram ( tidak tembs cahaya), kecuali dibagian depan bersifat transparan, disebut kornea.

b. Kroid

Kroid berwarna cokelat kehitam samai hitam, merupakan lapisan yang berisi banyak pembuluh dara yang emberi nutrisi dan oksigen terutama untuk retina. Warna gelab pada kroid berfungsi untuk mencegah refleksi (pemantulan sinar).

c. Retina

Lapisan ini peka terhadap sinar. Pada seluruh bagian retina berhubungan dengan badan sel-sel saraf yang serabutnya membentuk urat saraf optik yang memanjang sampai ke otak. Bagian yang di lewati urat saraf optik tidak peka terhadapi sinar dan daerah ini disebut bintik buta.

(4)

2.2.3 Otot Mata

Ada enam otot mata yang berfungsi memegang sklera. Empat diantaranya disebut otot rektus (rektus inferior, rektus superior, rekrus eksternal, dan restu internal). Otot rektus berfungsi menggerakan bola mata ke kanan, ke kiri, ke atas, dan kebawah. Dua lainnya adalah otot oblig atas (superior) dan otot obliq bawah

(inferior).

2.2.4 Fungsi Mata

Sinar yang masuk ke mata sebelum sampai di retina mengalami pembiasaan lima kali yaitu waktu melalui konjugtive, kornea, aqueus humor, lensa, dan vitreous humor. Pembiasaan terbesar terjadi di kornea.

Menurut Fajar (2009):’’ Secara ilmiah mata memiliki fungsi utama yaitu: 1),Menerima cahaya/sensasi cahaya, 2),Membedakan bentuk/sensasi bentuk. 3),Menerima warna/sensasi warna.’’

Diagnosis terjadinya kelelehan mata dapat ditegakan melalui anamnesa dan pemeriksa objek. Dari amnesia diketahui adanya keluhan seperti penglihatan kabur, penglihatan ganda, mata terasa perih, panas dan berair pada pemeriksaan objektif ditemukan adanya penurunan kemampuan akomodasi berupa peningkatan atau pemanjagan punctum proksinum yang berarti menurunya ampilitudo akomodasi.

Terdapat tiga jenis astenophia yaitu astenophia acomodatif, astenophia musculer, dan astenophia neurastenik. Astenophia pada operator komputer merupakan astenophia acomodatif yang disebabkan oleh kelelahan otot siliaris.

(5)

Pada keadaan normal, cahaya yang datang dari jarak tidak terhingga akan terfokus pada retina, demikian pula bila benda jauh didekatkan. Hal ini diakibatkan oleh adanya daya akomodasi mata yang bila benda didekatkan, maka bayangan benda dapat difokuskan pada retina atau makula lutea. Mata akan berakomodasi untuk melihat jelas benda pada jarak yang berbeda-beda sehingga bayangan benda akan tetap terfokus pada retina. Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot siliaris (Hanum, 2008).

Beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan akomodasi antara lain: a. Radiasi

Radiasi ultraviolet, radiasi gelombang mikro akan radiasi inframerah dapat menimbulkan kekeruhan pada lensa serta melemahnya otot siliaris sehingga menurunkan kemampuan akomodasi mata.

b. Pengaruh umur

Kemampuan akomodasi semakin menurun seiringan dengan bertambahnya umur. Dengan pertambahan umur maka akan terbentuk serabut-serabut lamel secara terus menerus sehingga lensa bertambah besar dan berkurang elastisitasnya. Hal ini menyebabkan sifat kecembungan lensa semakin menurun pula. Kontraksi otot siliar yang semakin lemah berarti kemampuan akomodasi juga semakin menurun. c. Metabolik

Sistem metabolisme tubuh yang terganggu misalnya karena diabetes dapat menyebabkan perubahan pada lensa dalam mekanisme aldose-reduktase dalam jangka panjang akan menyebabkan kekeruhan pada lensa dan menurunkan kemampuan akomodasi mata.

d. Penyakit

Jenis-jenis penyakit mata yang dapat menyebabkan menurunnya kemam-puan akomodasi antara lain katarak dan glaukoma. Mata yang mengandung penyakit-penyakit tersebut bila dipakai tidak terlalu lama tidak akan mempengaruhi kemampuan akomodasi mata. Bila mata yang mengandung penyakit tersebut dipakai terlalu lama untuk melihat dekat maka kemampuan akomodasi menjadi lemah. Akibatnya, melihat jadi berkurang sampai akhirnya kabur (Murtopo dan Sarimurni dalam Hanum 2005).

(6)

2.3 Kelelahan Mata

2.3.1 Definisi kelelahan pada mata

Menurut Pheasant dalam Firmansyah 2010’’.Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata dan disebabkan oleh penggunaan indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan untuk melihat dalam jangka waktu yang lama dan biasanya disertai dengan kondisi pandangan yang tidak nyaman’’.

Menurut Suma’mur dalam Firmansyah (2010), kelelahan mata timbul sebagai tress intensif pada fungsi-fungsi mata seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan secara teliti atau terhadap retina akibat ketidaktepatan kontras.

Menurut Cok Gd Rai dalam Firmansyah (2010):’’ kelelahan mata dapat dipengaruhi dari kuantitas iluminasi, kualitas ilumiasi dan distribusi cahaya. Kualitas iluminasi adalah tingkat pencahayaan yang dapat berpengaruh pada kelelahan mata, penerangan yang tidak memadai akan menyebabkan otot iris mengatur pupil sesuai dengan intensitas penerangan yang ada’’. Kualitas iluminasi meliputi jenis penerangan, sifat fluktuasi serta warna penerangan yang digunakan. Distribusi cahaya yang kurang baik di lingkungan kerja dapat menyebabkan kelelahan mata. Distribusi cahaya yang tidak merata sehingga menurunkan efisiensi tajam penglihatan dan kemampuan membedakan kontras. 2.3.2 Mekanisme terjadinya kelelahan mata

Penerangan ruangan kerja yang kurang dapat mengakibatkan kelelahan mata, akan tetapi penerangan yang terlalu kuat dapat menyebabkan kesilauan, menurut Soewarno (1992):’’ menyebutkan bahwa penerangan yang memadai bisa

(7)

mencegah terjadinya Astenopia (kelelahan mata) dan mempertinggi kecepatan serta efisiensi membaca. Penerangan yang kurang bukannya menyebabkan penyakit mata tetapi menimbulkan kelelahan mata. Kelelahan mata disebabkan oleh stress yang terjadi pada fungsi penglihatan. Stress pada otot yang berfungsi untuk akomodasi dapat terjadi pada saat seseorang berupaya untuk melihat pada obyek berukuran kecil dan pada jarak yang dekat dalam waktu yang lama. Pada kondisi demikian, otot-otot mata akan bekerja secara terus menerus dan lebih dipaksakan. Ketegangan otot-otot pengakomodasi (korpus siliaris) makin besar sehingga terjadi peningkatan asam laktat dan sebagai akibatnya terjadi kelelahan mata, stress pada retina dapat terjadi bila terdapat kontras yang berlebihan dalam lapangan penglihatan dan waktu pengamatan yang cukup lama (Firmansyah, 2010):’’

2.3.3 Gejala kelelahan mata

Saat seseorang bekerja melihat objek bercahaya diatas dasar berwarna pada jarak dekat secara terus-menerus dalam jangka waktu tertentu, menyebabkan mata harus berakomodasi dalam jangka waktu yang panjang. Kelelahan mata menyebabkan daya akomodasi menurun (Rahmawati, 2011)

Terdapat beberapa gejala kelelahan mata yaitu:

1. Gejala akulor, merupakan gejala seperti mata merasa tidak nyaman, panas, sakit, cepat lelah, merah, dan berair .

2. Gejala visual; terjadi karena mata mengalami gangguan untuk memfokuskan bayangan pada retina. Mata menjadi sensitif terhadap cahaya. Kelelahan ini dapat menyebapkan penglihatan ganda atau kabur. Penglihatan yang kabur biasanya berkaita dengan akomodasi, karena otot siliarsi gaga untuk memfokuskan atau mengalami kejang dan kelelahan.

3. Gejala umum lainya yang sering dikeluhkan akibat kelelahan mata adalah rasa sakit kepala,sakit punggung,pinggang, dan vertigo.

(8)

Berdasarkan National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) (1999) dalam Maryamah (2011). Gejala keluhan kelelahan mata ditandai dengan mata merah, berair, perih, gatal/kering, mengantuk, tegang, pandangan kabur, penglihatan rangkap, sakit kepala, dan kesulitan fokus. Adanya gejala kelelahan mata dapat mengganggu kesehatan mata terutama pada pekerja kantor yang banyak melakukan aktifitas di depan komputer (Maryamah, 2011).

Kelelahan mata juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dikelompokkan atas faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor-faktor tersebut yaitu :

Faktor Intrinsik; merupakan faktor yang berasal dari tubuh yang terdiri atas: 1. Faktor okular, yaitu kelainan mata berupa Ametropia dan Heteroforia.

Ametropia adalah kelainan refraksi pada mata kiri dan kanan tetapi tidak dikoreksi. Heteroforia merupakan kelainan dimana sumbu penglihatan dua mata tidak sejajar sehingga kontraksi otot mata untuk mempertahankan koordinasi bayangan yang diterima dua mata menjadi satu bayangan, lebih sulit. Apabila hal ini berlangsung lama, akan terjadi kelelahan mata.

2. Faktor konstitusi, adalah faktor yang disebabkan oleh keadaan umum seperti tidak sehat atau kurang tidur.

a. Faktor Ekstrinsik; yang terdiri atas :

1. Kuantitas iluminasi; cahaya yang berlebihan dapat menimbulkan silau, pandangan terganggu , dan menurunnya sensitivitas retina.

2. Kualitas iluminasi; meliputi kontras, sifat cahaya (flicker), dan warna. Kontras berlebihan atau kurang, cahaya berkedip atau menimbulkan flicker, dan warna-warna terang, akan menyebabkan mata menjadi cepat lelah. 3. Ukuran objek yang dilihat; objek berukuran kecil memerlukan penglihatan

dekat, sehingga membutuhkan kemampuan akomodasi yang lebih besar. Jika hal ini terjadi terus-menerus, mata menjadi cepat lelah.

(9)

4. Waktu kerja; waktu kerja yang lama untuk melihat secara terus-menerus pada suatu objek, dapat menimbulkan kelelahan mata (Hanum, 2008).

Keadaan mata yang lelah ini dapat disebabkan oleh bahaya dari monitor, koreksi penglihatan yang berkurang, membaca dokumen dengan ukuran huruf yang kecil, keadaan kontras yang tidak seimbang antara teks dan latar belakang, kejapan pada monitor yang nyata dan mata yang kering.

Penglihatan yang kabur dapat disebabkan oleh perubahan fisilogis (akibat proses penuaan atau penyakit). Hal ini juga dapat diakibatkan karena melihat benda secara terus menerus dengan jarak 12 inchi dan membaca dengan cahaya yang kurang. Mata kering dan iritasi. Keadaan ini terjadi jika kekurangan cairan untuk menjaga kelembaban mata dan berkurangnya intensitas refleks kedipan mata.

2.3.4 Faktor-Faktor yang berhubungan dengan kelelahan mata 1. Usia

Menurut NASD (National Aging Safety Database) usia yang semakin lanjut, mengalami kemunduran dalam kemampuan mata untuk mendeteksi lingkungan. Hal ini akan meningkatkan risiko kecelakaan. Di usia 20 tahun, manusia pada umumnya dapat melihat objek dengan jelas. Sedangkan pada usia 45 tahun kebutuhan terhadap cahaya empat kali lebih besar. Pada usia 60 tahun, kebutuhan cahaya yang diperlukan untuk melihat jauh lebih besar dibandingkan usia 45 tahun karena pada usia 45-50 tahun daya akomodasi mata menjadi berkurang.

(10)

Daya akomodasi merupakan kemampuan lensa mata untuk menebal atau menipis sesuai dengan jarak benda yang dilihat agar bayangan jatuh tepat di retina. Ketajaman penglihatan berkurang menurut bertambahnya usia. Pada tenaga kerja berusia lebih dari 40 tahun, visus jarang ditemukan 6/6, melainkan berkurang. Semakin tua seseorang, lensa semakin kehilangan kekenyalan sehingga daya akomodasi makin berkurang dan otot-otot semakin sulit dalam menebalkan dan menipiskan mata. Sebaliknya, semakin muda seseorang. Kebutuhan cahaya akan lebih sedikit dibandingkan dengan usia yang lebih tua dan kecenderungan mengalami kelelahan mata lebih sedikit (Maryamah, 2011).

2. Lama Kerja

Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata dan disebabkan oleh penggunaan indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan untuk melihat dalam jangka waktu yang lama dan biasanya disertai dengan kondisi pandangan yang tidak nyaman (Pheasant, dalam Firmansyah 2010)

3. Masa Kerja

Masa kerja dapat mempengaruhi pekerja baik positif maupun negatif. Akan memberikan pengaruh positif bila semakin lama seseorang bekerja maka akan berpengalaman dalam melakukan pekerjaannya. Sebaliknya akan memberikan pengaruh negatif apabila semakin lama bekerja akan menimbulkan kelelahan dan kebosanan. Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah

(11)

terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut. (Budiono 1999 dalam Firmansyah (2010).

2.3 Komputer

Menurut Wasisto, dalam Hanum (2008) : menyatakan bahwa “ Komputer merupakan salah satu dari perkembangan teknologi. Penggunaan komputer di seluruh dunia mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Berdasarkan suatu survei di Amerika Serikat, rata-rata waktu kerja yang digunakan untuk bekerja dengan komputer adalah 5,8 jam atau 69% dari total 8 jam kerja”

a. Jarak monitor komputer

Kelelahan mata dapat terjadi apabila mata difokuskan pada objek yang berjarak dekat dalam waktu yang lama karena otot-otot mata harus bekerja lebih keras untuk melihat objek yang berjarak sangat dekat, terutama jika disertai dengan pencahayaan yang menyilaukan. Jika seseorang bekerja melihat objek bercahaya di atas dasar berwarna pada jarak dekat secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu mengakibatkan mata harus berakomodasi dalam jangka waktu yang lama sehingga terjadi penurunan daya akomodasi mata.

Menurut Occupational Safety and Health Association (OSHA) (1997) pada saat menggunakan komputer jarak antara mata pekerja dengan layar sekurang-kurangnya adalah 20-40 inch atau sekitar 50-100 cm. Monitor yang terlalu dekat dapat mengakibatkan mata menjadi tegang, cepat lelah, dan potensi ganggguan penglihatan. Jarak ergonomis antara layar monitor dengan pengguna komputer berkisar antara 50 cm sampai dengan 60 cm (Maryamah, 2011).

Untuk kenyamanan, monitor harus diatur sehingga mata anda sama tingginya dengan tepi atas layar, sekitar 5-6 cm di bawah bagian atas casing monitor.

(12)

Monitor yang terlalu rendah akan menyebabkan leher dan pundak anda nyeri (Mashud, 2008).

Triwiyono dalam (Hanun 2008) mengatakan bahwa : “ menganjurkan lamanya penggunaan komputer tidak lebih dari 4 jam sehari. Apabila melebihi waktu tersebut, mata cenderung mengalami refraksi.

Wasisto, dalam Hanum 2008) menjelaskan bahwa : “ VDT Studies and Information untuk melakukan istirahat selama 15 menit terhadap pemakaian komputer selama dua jam. Frekuensi istirahat yang teratur berguna untuk memotong rantai kelelahan sehingga akan menambah kenyamanan bagi pengguna komputer Penggunaan komputer secara berlebihan akan meningkatkan risiko gangguan kerja. Salah satunya adalah gangguan kesehatan mata. Gangguan kesehatan mata akibat penggunaan komputer terjadi karena mata terus-menerus memandang monitor komputer atau visual display terminal (VDT) Kelelahan mata berhubungan dengan lamanya penggunaan monitor komputer (VDT) ”

2.4.1 Pengaruh komputer terhadap kesehatan mata

Menurut Jeddrey Anshell, Optometris di California, karakteristik layar/monitor komputer (VDT) dan kebutuhan bekerja dengan menggunakan komputer, dapat memicu timbulnya masa mata dan penglihatan. Apabila kedua Mata fokus pada satu titik dalam jangka waktu lama, lensa mata akan mengalami Stuck at that focal poin, yang akan menyebabkan timbulnya keluhan kelelahan mata Goldsborough dalam Hanum (2008)

Miller (2004):’’ mengatakan bahwa keluhan mata akibat bekerja dengan menggunakn komputer dalam jangka waktu lama yang dikenal denga Computer

(13)

Vision Syndrome (CVS) memiliki gejala-gejala meliputi:1),Mata lelah.2)Sakit kepala.3)Pandangan kabur.)Mata kering.5)Mata terasa gatal

Jumlah kedipan mata bervariasi sesuai dengan aktivitas yang sedang dilakukan dan akan berkurang saat sedang berkonsentrasi (Hanum, 2008). Orang normal biasanya akan mengedip 4 kali dalam 1 menit.

“ Gejala–gejala di atas terkadang juga disertai dengan keluhan pusing, mual dan muntah. Berbagai gejala yang timbul pada pekerja komputer yang bekerja dalam waktu lama selain diakibatkan oleh cahaya yang masuk ke bola mata, juga dikarenakan mata seorang pekerja komputer berkedip lebih sedikit dibandingkan normal. Berkurangnya kedipan, menyebabkan mata menjadi kering dan terasa terbakar (Maryamah, 2011).’’

Fauzianti (2011) menyatakan bahwa : “CVS dapat muncul segera setelah pemakaian komputer dalam jangka waktu lama atau lebih dari 4 jam, namun ada yang baru muncul setelah beberapa hari kemudian. Gejalanya di mulai dari nyeri atau sakit kepala, mata kering dan iritasi, mata lelah, hingga gangguan yang lebih serius dan lebih permanen seperti kemampuan fokus mata menjadi lemah, penglihatan kabur (astigmatisma, myopi, presbiopi), pandangan ganda, hingga disorientasi warna.”

2.4.2 Cara berkomputer secara ergonomis

Ergonomik akan mengkaji dan berusaha mencari kesesuaian antara kondisi fisik pekerja, lingkungan kerja dan jenis aktivitasnya. Ergonomi yang baik dan tepat sangatlah penting diterapkan ketika anda menggunakan komputer, untuk menghindari ketidak nyamanan dalam bekerja. Ini artinya bahwa perangkat dan

(14)

tempat kerja haruslah diatur sedemikian rupa agar sesuai dengan kebutuhan dan jenis pekerjaan yang anda lakukan.

Beberapa panduan berikut akan membantu anda meminimalisir ketidaknyamanan secara fisik yang selanjutnya akan dapat mengakibatkan postur tubuh dan gerakan berulang yang salah dalam bekerja :

1. Tempat kerja

a. Tempat di meja anda cukup untuk menata posisi yang paling nyaman untuk CPU, monitor, keyboard, mouse, printer, penyangga buku, dan piranti lainnya seperti telpon, dan lain-lain.

b. Mengatur meja dengan mempertimbangkan bagaimana perangkat itu akan digunakan. Perangkat yang paling sering digunakan seperti mouse dan telepon, tempatkan di posisi yang paling mudah dijangkau.

c. Mengatur pencahayaan ruang kerja anda secara optimal, cahaya yang terlalu kuat mengakibatkan tampilan monitor tidak tajam, cahaya rendah potensi menyebabkan gangguan pada mata anda. Menghindari lampu yang menyorot langsung ke monitor karena akan memunculkan pantulan di layar. Mengusahakan posisi sejajar terhadap jendela, jangan berhadapan atau membelakangi.

2. Kursi

a. Kursi salah satu komponen penting di tempat kerja anda. Kursi yang baik akan mampu memberikan postur dan memiliki penyangga punggung.

(15)

b. Paha dalam posisi horisontal dan punggung bagian bawah atau pinggang anda terdukung. Tanpa ini punggung dan pinggang berpotensi mendapatkan gangguan.

c. Bila kursi kurang dapat diatur, bagian bawah punggung dapat dibantu dengan diberi bantal.

d. Telapak kaki harus dapat menumpu secara rata di lantai ketika duduk dan ketika menggunakan keyboard. Apabila tidak dapat maka kursi mungkin terlalu tinggi dan dapat manfaatkan penyangga kaki. Kadang-kadang ubahlah posisi duduk selama bekerja karena duduk dalam posisi tetap dalam jangka lama akan mempercepat ketidaknyamanan.

3. Keyboard

a. Sebagai perangkat input, perangkat ini mutlak diperlukan dan selalu kita pegang ketika kita bekerja dengan komputer. Untuk pemakaian yang nyaman usahakan dalam posisi sebagai berikut: b. Memposisikan keyboard sehingga lengan dalam posisi relaks dan

nyaman, dan lengan bagian depan dalam posisi horizontal c. Pundak dalam posisi relaks tidak tegang dan terangkat ke atas. d. Pergelangan tangan harus lurus, tidak menekuk ke atas atau

kebawah.

e. Ketika mengetik tangan harus ikut bergeser kekiri kanan sehingga jari tidak dipaksa meraih tombol-tombol yang dimaksud.

(16)

f. Jangan memukul tombol, tekan tombol secara halus sehingga tangan dan jari anda tetap relaks.

g. Menggunakan keyboard ergonomik yang dirancang untuk dapat diatur sesuai ukuran jari dan posisi lengan.

h. Memanfaatkan fitur shortcut dan macro untuk melakukan suatu aktivitas di komputer. Misalnya Ctrl+C untuk menyimpan. Shortcut/macro akan mampu mengurangi aktivitas penekanan tombol. Seperti penjelasan di atas, postur dan posisi yang salah dalam pemakaian keyboard maupun mouse potensi menyebabkan gangguan Carpal Tunnel Syndrome.

4. Mouse

a. Menempatkan mouse dekat dan di permukaan yang sama dengan keyboard sehingga anda dapat meraih dan menggunakannya tanpa harus meregangkan tangan ke posisi yang berbeda

b. Memegang mouse secara ringan dan klik dengan tegas. Menggerakkan mouse dengan lengan, jangan hanya dengan pergelangan anda. Jangan tumpukan pergelangan atau lengan bagian depan di meja ketika anda menggerakkan mouse

5. Monitor

a. Posisi layar monitor sedemikian rupa sehingga dapat meminimalisir pantulan cahaya dari lampu, jendela atau sumber cahaya lainnya. Apabila tidak memungkinkan untuk mengatur

(17)

posisi layar monitor, pertimbangkan untuk memasang filter di depan layar monitor

b. Untuk kenyamanan, mengatur monitor sehingga mata sama tingginya dengan tepi atas layar, sekitar 5-6 cm di bawah bagian atas casing monitor. Monitor yang terlalu rendah akan menyebabkan leher dan pundak anda nyeri.

c. Mengatur posisi sehingga jarak anda dan monitor berkisar 50 cm – 60 cm. Monitor yang terlalu dekat mengakibatkan mata anda tegang, cepat lelah, dan potensi gangguan penglihatan

d. Posisi monitor tepat lurus di depan anda, jangan sampai memaksa kepala anda menoleh untuk melihat layar.

e. Sedikit menengadahkan monitor sehingga bagian atas monitor sedikit kebelakang.

f. Mengatur level brightness dan contrast monitor senyaman mungkin. Jangan terlalu redup jangan terlalu terang. Ketika kondisi cahaya di ruang anda berubah, sesuaikan lagi brightness dan contrast monitor Membersihkan layar monitor secara periodik. Layar yang kotor akan menimbulkan efek pantulan dan tampilan buram (Mashud, 2008).

(18)

2.5 Kerangka Berfikir 2.5.1 Kerangka tori Faktor Lingkungan Faktor Pekerja Komputer Mata Kesehatan Kerja Intensi Pencahayaan Kasir Masa Kerja Lama kerja Usia Kelelahan mata Jarak Pandang

(19)

2.5.2 Kerangka Konsep = Variabel independent = Variable dependent

Faktor-faktor Yang

Mempengaruhi

kelelahan mata

Lama Kerja Masa Kerja Usia Jarak Pandang

Kelelahan Mata

 Mata tegang  Mata perih  Sakit kepala  Sakit mata  Mata berair dan

Gambar

Gambar 2.1 Anatomi mata   Sumber: (Hanum, 2008)  2.2.2  Bola mata

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 8 Tahun 2018 tentang Rencana Deatil Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kota Surabaya Tahun 2018-2038, zona ruang terbuka hijau yang diberi

Hukum kepailitan bersifat fleksibel karena menyediakan ruang untuk negosiasi antara perusahaan, kreditor, angkatan kerja, dan pemegang sahamnya. Sebuah kasus dibuka

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas SDM, komitmen organisasi, dan perangkat pendukung terhadap penerapan basis akrual dengan menggunakan

Penyelesaian Stable Marriage Problem bertujuan untuk mencari pasangan-pasangan yang stabil dari sejumlah n pria dan sejumlah n wanita yang memiliki urutan ketertarikan

Wirausaha merupakan pengambilan resiko untuk menjalankan sendiri dengan memanfaatkan peluang-peluang untuk menciptakan usaha baru atau dengan pendekatan yang inovatif sehingga

(4) Prestasi belajar mata pelajaran produktif, kinerja guru pembimbing dan kinerja pembimbing di industri berhubungan secara positif dan signifikan dengan prestasi

Sabuk hijau merupakan ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai daerah penyangga dan untuk membatasi perkembangan suatu penggunaan lahan (batas kota,

Untuk suhu reaksi 30, 50, 70oC pada Gambar 2 terlihat bahwa swelling ratio yang dicapai relatif sangat rendah untuk waktu swelling dari 0 – 120 menit dibandingkan dengan proses