• Tidak ada hasil yang ditemukan

satu tempat ke tempat yang lain. Tanpa adanya transportasi maka aktifitas kegiatan ekonomi khususnya di perkotaan menjadi terhambat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "satu tempat ke tempat yang lain. Tanpa adanya transportasi maka aktifitas kegiatan ekonomi khususnya di perkotaan menjadi terhambat."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan zaman yang terjadi dari era dahulu menjadi era teknologi dan komunikasi (modern) saat ini menyebabkan terjadinya suatu perubahan besar dalam kehidupan khususnya kehidupan manusia. Perkembangan yang berlangsung dari waktu ke waktu tersebut menimbulkan besarnya kebutuhan dan aktifitas yang dilakukan oleh manusia sehingga menuntut tersedianya sarana dan prasarana yang baik pula.

Dalam kehidupannya, manusia tidak dapat lagi mengandalkan kekuatan fisik saja sebab kebutuhan dan gaya hidup modern menuntut manusia untuk melakukan pergerakan/mobilitas yang lebih luas. Pergerakan yang dilakukan oleh manusia sebagian besar dimanfaatkan untuk menunjang aktifitas/kegiatan sehari-hari, sehingga perlu didukung oleh adanya transportasi. Dimana transportasi merupakan sarana penunjang perpindahan kegiatan barang atau manusia. Oleh karenanya, transportasi memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia.

Fungsi strategis transportasi juga mampu memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan negara. Selain itu, transportasi berperan penting sebagai sarana penghubung, mendekatkan, dan menjembatani antara pihak-pihak yang saling membutuhkan. Transportasi merupakan unsur yang berpengaruh dalam roda perekonomian, dan memiliki fungsi sebagai pendorong pembangunan (promoting facility), dimaksudkan bahwa pengadaan/pembangunan fasilitas (prasarana dan sarana) transportasi diharapkan dapat membantu membuka keterisolasian, keterpencilan, keterbelakangan daerah-daerah serta daerah-daerah perbatasan (Adisasmita, 2011b).

Fungsi transportasi sebagai pengadaan/pembangunan fasilitas (prasarana/sarana) memiliki kaitan penting terhadap pembangunan suatu kota. Transportasi sangat penting peranannya dalam mengangkut barang dan jasa dari

(2)

2

satu tempat ke tempat yang lain. Tanpa adanya transportasi maka aktifitas kegiatan ekonomi khususnya di perkotaan menjadi terhambat. Hal ini karena setiap wilayah memiliki atau mengembangkan potensi sumber daya dan kebutuhan yang tidak selalu sama dengan apa yang ada di wilayah lain, sehingga akan terjadi interaksi atau bahkan interdependensi antara satu wilayah dengan wilayah lain (Gunardo, 2014).

Adanya interaksi antara dua wilayah yang baik timbul dari sistem transportasi yang baik pula. Interaksi merupakan peristiwa penting saling mempengaruhi daya-daya objek atau tempat satu sama lain akibat adanya perbedaan karakteristik ataupun potensi yang dimiliki oleh setiap wilayah (Gunardo, 2014). Interaksi yang cukup tinggi kerap terjadi pada wilayah perkotaan. Menurut Adisasmita (2011a) kota merupakan suatu tempat dimana terdapat konsentrasi penduduk beserta kegiatannya (yang makin lama makin bertambah jenis dan intensitas kegiatannya). Fungsi kota sebagai pusat pertumbuhan, pelayanan dan berbagai kegiatan maupun aktivitas, membutuhkan sarana dan prasarana transportasi, salah satu pendukung fungsi kota ialah transportasi angkutan umum.

Transportasi angkutan umum merupakan bagian dari sistem transportasi perkotaan yang memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan masyarakat perkotaan dan fasilitas pendukung terselenggaranya keterkaitan dan interaksi mobilitas penduduk antar bagian wilayah kota yang cenderung semakin meningkat dan intensif (Adisasmita, 2011a). Transportasi angkutan umum perkotaan diarahkan guna menciptakan pelayanan yang aksesibel bagi masyarakat di perkotaan, sehingga dituntut untuk menyelenggarakan kegiatan transportasi perkotaan yang efektif dan efisien, dalam arti lancar, aman, berkapasitas mencukupi, komprehensif, bertanggung jawab, terjangkau oleh daya beli masyarakat dan nyaman (Adisasmita, 2011a).

Dalam pengembangan wilayah khususnya perkotaan, ketersediaan infrastruktur dan fasilitas transportasi harus diutamakan untuk menunjang pengembangan berbagai kegiatan sektoral lainnya. Pelayanan transportasi dalam pengembangan wilayah diukur dari kemampuan menempuh jarak jangkauannya,

(3)

3

kecepatan perjalanannya, kapasitas pengangkutan yang tersedia, frekuensi dan keteraturan pelayanan transportasi (Adisasmita, 2011b). Semakin jauh jarak yang mampu dijangkau berarti pelayanan transportasi semakin luas dan semakin banyak penduduk yang dilayani berarti semakin tinggi pula kegiatan interaksi yang terjadi antar wilayah.

Begitu pula dengan pengembangan Kota Pekanbaru, kota ini memiliki 12 (dua belas) kecamatan dengan luas administrasi yang berbeda. Kota Pekanbaru merupakan ibukota serta salah satu pusat konsentrasi masyarakat di Provinsi Riau yang telah mengalami perkembangan dan pembangunan di berbagai bidang. Sebagai salah satu wilayah yang sibuk dan padat oleh kegiatan masyarakat, sehingga kota ini menjadi salah satu kota yang mengalami perkembangan cukup pesat. Perkembangan kota ini tidak hanya terpusat pada pusat kota saja, akan tetapi sudah mencapai ke beberapa bagian wilayah di Kota Pekanbaru. Sebagian besar masyarakat yang melakukan kegiatan di pusat Kota Pekanbaru tidak hanya berasal dari Kota Pekanbaru saja, namun juga berasal dari wilayah sekitarnya. Berbagai jenis kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat menimbulkan mobilitas atau pergerakan yang semakin lama jaraknya semakin meluas. Pergerakan yang tinggi tersebut setidaknya perlu didukung dengan adanya peningkatan sarana dan prasarana transportasi khususnya pada sistem pelayanan transportasi angkutan umum. Kondisi tersebut melatarbelakangi peneliti untuk meneliti karakteristik usaha menurut jenis angkutan umum, karakteristik penumpang serta kenyamanan dan keamanan angkutan umum, dengan penelitian yang berjudul persepsi penumpang terhadap kenyamanan dan keamanan angkutan umum di Kota Pekanbaru.

1.2. Perumusan Masalah

Proses pengembangan wilayah perkotaan membutuhkan dukungan ketersediaan pelayanan transportasi yang efektif dan efisien. Tersedianya pelayanan yang efektif dan efisien tersebut akan mendukung pengembangan wilayah perkotaan yang lebih luas dan interaksi antar wilayah yang lebih intensif.

(4)

4

Adanya hubungan yang terjadi antar dua wilayah membutuhkan pelayanan transportasi yang menunjang atau mendorong pembangunan wilayah tersebut.

Transportasi merupakan sebuah sarana yang digunakan dalam mempermudah pergerakkan manusia untuk memenuhi kebutuhan, sehingga menjadikan transportasi sebagai sarana pelayanan masyarakat. Transportasi yang mendukung perkembangan suatu kota ialah transportasi angkutan umum, sebagai salah satu sarana transportasi yang digunakan untuk kegiatan pemenuhan kebutuhan banyak orang. Angkutan umum merupakan sebuah kebijakan pemerintah dalam hal pelayanan transportasi untuk masyarakat.

Transportasi angkutan umum yang tersedia di Kota Pekanbaru cukup beragam diantaranya busway atau yang lebih dikenal dengan Trans Metro Pekanbaru (TMP), Bus Kota, Oplet/Angkot (Angkutan Kota), Taksi, Bajaj dan Ojek. Penelitian ini mengkaji angkutan umum jenis Trans Metro Pekanbaru, bus kota, dan angkot. Ketiga jenis angkutan umum tersebut cukup diminati oleh masyarakat Kota Pekanbaru, ini ditunjukkan oleh jumlah pengguna untuk masing-masing angkutan perhari rata-rata yaitu Trans Metro Pekanbaru sebanyak 10.786 orang, bus kota sebanyak 2.337 orang dan angkot sebanyak 51.125 orang (Dishub Kota Pekanbaru dan Observasi lapangan, 2015). Total pengguna ketiga angkutan umum tersebut ialah 6,35% dari keseluruhan jumlah penduduk Kota Pekanbaru yang sebanyak 1.011.467 jiwa (BPS, Kota Pekanbaru Tahun 2015).

Jumlah pengguna ketiga angkutan umum tersebut berbeda-beda, hal ini dapat ditimbulkan oleh berbagai aspek salah satunya ialah perbedaan pihak pengelola yaitu antara pihak pemerintah dan swasta. Adanya dua pihak pengelola yang berbeda tentunya akan berlomba-lomba memberikan pelayanan yang terbaik kepada pengguna baik dari sisi fisik kendaraan maupun non fisik, sehingga dapat menarik minat masyarakat untuk menggunakan salah satu angkutan umum yang telah disediakan. Besar atau tidaknya keinginan masyarakat yang akan menggunakan suatu angkutan umum tergantung pada pelayanan yang diberikan oleh pihak pengelola terhadap pengguna (users).

(5)

5

Dengan melihat permasalahan diatas, maka dirumuskan beberapa hal terkait dengan permasalahan tersebut, yaitu:

1. Seperti apa karakteristik usaha menurut jenis angkutan umum? 2. Seperti apa karakteristik penumpang angkutan umum?

3. Seperti apa persepsi penumpang angkutan umum terhadap kenyamanan dan keamanan angkutan umum?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui karakteristik usaha menurut jenis angkutan umum 2. Mengetahui karakteristik penumpang angkutan umum

3. Mengetahui persepsi penumpang angkutan umum terhadap kenyamanan dan keamanan angkutan umum

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan beberapa kegunaan sebagai berikut:

1. Bagi peneliti sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang ilmu geografi transportasi.

2. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pemerintah Kota Pekanbaru dalam mengembangkan dan memperbaiki pelayanan transportasi angkutan umum.

3. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan perbandingan bagi penelitian lain dalam peningkatan kualitas pelayanan, terutama pelayanan angkutan umum

(6)

6 1.5. Tinjauan Pustaka

1.5.1. Pendekatan Geografi

Geografi merupakan ilmu yang mempunyai obyek bumi dan segala isinya, dimana terdapat aspek manusia, aspek fisikal, aspek ekologi dan lingkungan. Dengan demikian ilmu geografi mempunyai kaitan erat dengan berbagai disiplin ilmu lainnya, baik ilmu-ilmu sosial maupun ilmu alam. Dalam sejarah perkembangan ilmu geografi tidak lepas pula dari kaitan-kaitannya dengan filsafat, khususnya filsafat alam.

Dalam ilmu geografi dikenal tiga pendekatan utama, yaitu pendekatan keruangan (spatial approach), pendekatan kelingkungan (ecological approach), dan pendekatan kompleks wilayah (regional complex approach). Pendekatan keruangan merupakan metode analisis yang menekankan pada variabel ruang, dalam hal ini variabel ruang mendapatkan posisi utama dalam setiap analisis. Pendekatan kelingkungan lebih menekankan bahwa adanya keterkaitan/interaksi/hubungan timbal balik antara organisme hidup dengan lingkungannya. Sedangkan pendekatan kompleks wilayah merupakan kombinasi antara pendekatan keruangan dengan kelingkungan (Sabari, 2010). Pendekatan ini menekankan bahwa dalam satu wilayah administrasi terbagi menjadi sub-sub wilayah dan dalam sub-sub wilayah tersebut masih bisa terbagi menjadi bagian-bagian lainnya. Hal itu dikarenakan masing-masing satu wilayah memiliki karakteristik yang berbeda-beda, oleh karenanya perlu adanya pengelompokan berdasarkan homogenitas wilayah.

Pendekatan geografi yang diterapkan dalam penelitian ini ialah pendekatan kelingkungan. Kaitan antara pendekatan kelingkungan dengan penelitian ini adalah mengkaji tentang persepsi masyarakat terhadap angkutan umum di Kota Pekanbaru. Serta interaksi yang terjadi akibat adanya suatu proses maupun aktifitas yang saling mempengaruhi antar ruang yang terlibat. Munculnya interaksi atau mobilitas masyarakat pada suatu wilayah disebabkan karena kurangnya atau bahkan belum terpenuhinya sumberdaya yang ada pada wilayah

(7)

7

tersebut sehingga mendorong masyarakat untuk melakukan pergerakan/mobilitas. Pergerakan yang dilakukan oleh seseorang akan memunculkan interaksi antara satu wilayah dengan wilayah lainnya, misalnya saja antara pusat kota (Kota Pekanbaru) dengan wilayah sekitarnya (wilayah pendukung).

1.5.2. Transportasi

Transportasi merupakan kegiatan mengangkut atau memindahkan orang/barang/jasa dari tempat asal (origin) ke tempat tujuan (destination) dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia baik itu di bidang sosial, ekonomi dan juga untuk menunjang berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan Adisasmita & Adisasmita (2011a). Kegiatan transportasi terkait dengan waktu tempuh, jarak tempuh, biaya yang dikeluarkan, dan objek yang akan dipindahkan. Menurut Adisasmita & Adisasmita, 2011a pada sektor transportasi terdapat beberapa unsur-unsur yang memiliki tujuan yang berbeda-beda, diantaranya ialah: a. Para operator (penyedia jasa transportasi),

b. Beberapa tenaga kerja di sektor transportasi, c. Pemakai atau pengguna jasa transportasi, d. Masyarakat secara luas dan pemerintah

Transportasi memiliki berbagai peranan dan fungsi yang sangat kompleks baik di bidang ekonomi, sosial, politis maupun kewilayahan. Menurut Heri Sutomo dalam Gunardo (2014) bahwa transportasi memiliki berbagai fungsi diantaranya sebagai berikut:

a. melancarkan arus barang dan mobilitas manusia,

b. membantu tercapainya pengalokasian sumber-sumber ekonomi secara optimal, dan

c. sebagai sektor penunjang bangunan serta memberi jasa bagi perkembangan ekonomi.

Menurut Morlok (1984), transportasi adalah untuk menggerakan atau memindahkan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan sistem tertentu untuk tujuan tertentu. Transportasi atau perangkutan yang berfungsi sebagai pemindahan barang barang dan manusia dari

(8)

8

tempat asal ke tempat tujuan merupakan salah satu kunci perkembangan wilayah, memiliki beberapa unsur-unsur yang terkait diantaranya ialah (Nasution, 2004): a. Ada muatan yang diangkut

b. Tersedia kendaraan sebagai alat angkutannya c. Ada jalanan yang dapat dilalui, dan

d. Ada terminal asal dan terminal tujuan

e. Sumber daya manusia dan organisasi atau manajemen yang menggerakkan kegiatan transportasi tersebut.

Transportasi yang ideal sekiranya telah melalui tahapan-tahapan perencanaan yang baik pula, perencanaan tersebut merupakan pondasi awal yang mendukung terlaksananya transportasi di suatu wilayah. Perencanaan transportasi tersebut menurut Tamin (1997) terdiri beberapa tahapan yaitu :

(1) Bangkitan dan Sebaran pergerakan

Merupakan tahapan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona. Pergerakan lalu lintas merupakan fungsi tata guna lahan yang menghasilkan pergerakan lalu lintas. Bangkitan lalu lintas mencangkup:

a. lalu lintas yang meninggalkan suatu tempat b. lalu lintas yang menuju atau tiba ke suatu lokasi

Pergerakan lalu lintas mencangkup lalu lintas yang menuju ataupun meninggalkan suatu lokasi/tempat yang dapat ditunjukkan pada gambar 1.1.

Gambar 1.1. Bangkitan dan tarikan pergerakan (Tamin, 1997)

Pergerakan yang berasal dari zona i

Pergerakan yang menuju ke zona j

(9)

9

Pola sebaran arus lalu lintas antara zona asal ke zona tujuan adalah hasil dari dua hal yang terjadi secara bersamaan, yaitu lokasi dan intensitas tata guna lahan yang akan menghasilkan arus lalu lintas, dan pemisahan ruang, interaksi antara dua buah tata guna lahan yang akan menghasilkan pergerakan manusia dan atau barang (Adisasmita, 2011a). Pemisahan ruang menjelaskan bahwa jarak antara dua buah tata guna lahan merupakan batas pergerakan. Intensitas tata guna lahan, memperlihatkan bahwa makin tinggi tingkat aktivitas suatu tata guna lahan, makin tinggi pula kemampuannya dalam menarik lalu lintas. Pemisahan ruang dan intensitas tata guna lahan, menunjukkan bahwa daya tarik suatu tata guna lahan akan berkurang dengan meningkatnya jarak (dampak pemisahan ruang). Tata guna lahan cenderung menarik pergerakan lalu lintas dari tempat yang lebih dekat dibandingkan dengan dari tempat yang lebih jauh. Bangkitan pergerakan memperlihatkan banyaknya lalu lintas yang dibangkitkan oleh setiap tata guna lahan, sedangkan sebaran pergerakan menunjukkan ke mana dan dari mana lalu lintas tersebut.

(2) Bangkitan dan tarikan pergerakan

Bangkitan perjalanan (trip generation) merupakan suatu tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona/tata guna lahan (trip generation) dan beberapa jumlah pergerakan yang akan tertarik kepada suatu tata guna lahan atau zona (trip atraction). Bangkitan pergerakan adalah perkiraan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan. Sedangkan tarikan pergerakan adalah jumlah pergerakan yang tertarik dari suatu tata guna lahan. Bangkitan dan tarikan tergantung pada dua aspek tata guna lahan yaitu jenis tata guna lahan dan intensitas (jumlah aktifitas) pada tata guna lahan tersebut (Tamin, 2000).

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terbangkit/tertariknya perjalanan dari/ke zona tertentu. Menurut Michael (1970 dalam Nasution, 2004) faktor-faktor yang mempengaruhi bangkitan perjalanan tersebut ke dalam 3 (tiga) golongan sebagai berikut:

a. Pola dan intensitas tata guna lahan dan perkembangannya b. Karakteristik sosio-ekonomi populasi pelaku perjalanan

(10)

10

c. Kondisi dan kapabilitas sistem transportasi yang tersedia dan skema pengembangannya

Menurut Michael (1970 dalam Nasution, 2004), bangkitan/tarikan perjalanan dikelompokkan menjadi beberapa bagian sebagai berikut:

a. Menurut zona. Perbedaan model bangkitan/tarikan menurut zona tinjauan adalah pada spesifikasi modelnya, kelompoknya adalah model bangkitan/tarikan untuk zona homogen dan model bangkitan untuk zona heterogen. Zona homogen mengacu kepada zona dengan jenis guna lahan yang seragam (contoh: perkantoran, pertokoan, sekolah dan lain-lain) dan sebaliknya untuk zona heterogen (contohnya: zona-zona yang menggunakan batas administrasi sebagai batas zonanya).

b. Menurut keluaran model. Terdapat beberapa alternatif menyangkut keluaran model yang diinginkan, baik dari jenis kelauran maupun besarnya. Jenis keluaran yaitu menurut bangkitan, tarikan, dan trip ends (total bangkitan dan tarikan). Sedangkan menurut besaran misalnya berupa orang/penumpang, kendaraan (menurut jenisnya), satuan mobil penumpang (smp), barang (dalam satuan berat), per satuan waktu tertentu (jam, hari, tahun, dsb).

c. Menurut asal perjalanan. Dibedakan menjadi model bangkitan/tarikan home based trip dan non-home based trip.

d. Menurut maksud perjalanan (trip purpose), pada beberapa beberapa studi transportasi dilakukan pemodelan bangkitan/tarikan perjalanan yang memisahkan masing-masing maksud perjalanan. Hal tersebut dilakukan karena sifat dari perjalanan berbeda-beda menurut maksudnya, baik dari jumlah maupun waktu terjadinya bangkitan/tarikan tertinggi.

Pergerakan terbentuk akibat adanya aktivitas yang dilakukan diluar tempat tinggal artinya keterkaitan antar wilayah ruang sangatlah berperan dalam menciptakan perjalanan dan pola sebaran tata guna lahan sangat mempengaruhi perjalanan seseorang (Tamin, 1997). Jumlah perjalanan yang terjadi dalam suatu satuan waktu biasanya untuk suatu zona guna tanah tertentu disebut laju bangkitan perjalanan. Suatu perjalanan biasanya didefinisikan dalam pembuatan model

(11)

11

angkutan sebagai satu kali perjalanan yang dilakukan oleh seseorang antara dua tempat dengan suatu jenis angkutan dan untuk suatu maksud tertentu. Perbedaan dalam definisi dan pembagian jenis perjalanan yang komplek menjadi beberapa bagian menciptakan kesulitan dalam membandingkan atribut antara survei yang satu dengan survei lainnya. Biasanya perjalanan dengan aneka angkutan dan atau aneka maksud disederhanakan menjadi perjalanan yang ditandai oleh satu jenis angkutan dan satu maksud, dengan mengabaikan tahap-tahap antara dan pemberhentian untuk maksud sekunder. Perjalanan sering kali dianggap sebagai produksi dari suatu guna tanah dan tertarik oleh guna tanah lainnya. Sekitar tiga perempat dari semua perjalanan yang berangkat atau berakhir di rumah. Perjalanan yang berbasis bukan rumah terutama adalah perjalanan antar guna-tanah penarik, misalnya dari tempat kerja menuju restoran, dari tempat belanja ke gedung bioskop, dari kantor dokter ke rumah sakit, dan lain-lain (Hobbs, 1995).

(3) Pemilihan Moda Transportasi

Jika interaksi yang terjadi antara dua tata guna lahan di suatu kota, maka seseorang akan memutuskan bagaimana interaksi tersebut akan dilakukan. Keputusan harus ditentukan dalam hal pemilihan moda, moda berkaitan dengan jenis transportasi yang akan digunakan baik menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum. Pemilihan moda transportasi sebagaimana dikutip dari Miro (2002) merupakan suatu tahapan proses perencanaan angkutan yang bertugas untuk melakukan pembebanan perjalanan atau mengetahui jumlah (dalam arti proporsi) orang dan barang yang akan menggunakan atau memilih berbagai moda transportasi yang tersedia untuk melayani suatu titik asal-tujuan tertentu, demi beberapa maksud perjalanan tertentu pula.

Perumusan model pemilihan moda sebagai pemilihan diantara alternatif-alternatif yang ada sangat berkaitan dengan prilaku individu/konsumen pengambilan keputusan dalam memilih barang atau jasa. Dasar teori prilaku konsumen adalah bahwa setiap individu dalam memilih barang/jasa selalu berusaha memilih yang dianggapnya dapat memberikan kepuasan maksimal (Miro, 2002).

(12)

12

Menurut Miro (2002), ada beberapa faktor yang dianggap paling kuat pengaruhnya terhadap perilaku pelaku perjalanan atau calon pengguna (trip maker behavior). Masing-masing faktor ini terbagi lagi menjadi beberapa variabel yang dapat diidentikan. Variabel/faktor-faktor tersebut diantaranya:

1. Faktor karakteristik pelaku perjalanan (Travel Characteristic Factors)

Ada kelompok ini terdapat variabel yang dianggap kuat pengaruhnya terhadap perilaku pengguna jasa moda transportasi dalam memilih moda angkutan yaitu Variabel sosial-ekonomi seperti jenis kelamin, jenis pekerjaan, pendapatan serta semua variabel yang mempengaruhi pemilihan moda.

2. Faktor karakteristik sistem transportasi (Transportation System Characteristic Factor)

a. Waktu tunggu, adalah waktu yang harus disediakan pelaku perjalanan mulai sampai di terminal, sampai angkutan umum yang dipilih berangkat meninggalkan terminal menuju tempat tujuan yang dikehendakinya. Lamanya waktu tunggu untuk masing-masing pelaku perjalanan tidak selalu sama.

b. Variabel tingkat pelayanan, merupakan variabel yang cukup bervariasi dan sulit diukur, contohnya variabel-variabel kenyamanan dan keamanan yang membuat orang beralih ke moda transportasi lain.

c. Variabel tingkat akses/indeks daya hubung/kemudahan pencapaian tempat tujuan.

Permintaan akan perjalanan mempunyai keterkaitan yang besar dengan aktivitas yang ada dalam masyarakat. Pada dasarnya permintaan atas jasa transportasi merupakan cerminan kebutuhan akan transport dari pemakai sistem tersebut, baik untuk angkutan manusia maupun angkutan barang dan karena itu permintaan jasa akan transpor merupakan dasar yang penting dalam mengevaluasi perencanaan transportasi dan desain fasilitasnya. Semakin banyak dan pentingnya aktivitas yang ada maka tingkat akan kebutuhan perjalananpun meningkat.

Pada dasarnya permintaan akan transportasi/angkutan diakibatkan oleh hal- hal berikut (Nasution, 1996);

(13)

13

a. Kebutuhan manusia untuk berpergian dari lokasi lain dengan tujuan mengambil bagian di dalam suatu kegiatan, misalnya bekerja, berbelanja, kesekolah, dan lain- lain.

b. Kebutuhan angkutan barang untuk dapat digunakan atau dikonsumsi di lokasi lain.

1.5.3. Sistem Transportasi Perkotaan

Sistem transportasi memiliki satu kesatuan definisi yang terdiri atas: sistem, yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lain dalam tatanan yang terstruktur, serta transportasi, yakni kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari satu tempat ketempat lain. Dari dua pengertian diatas, sistem transportasi adalah untuk mengatur dan mengkoordinasikan pergerakan penumpang dan barang yang bertujuan untuk memberikan optimalisasi proses pergerakan tersebut (Munawar, 2005).

Menurut Munawar (2005) bahwa dalam transportasi terdapat 2 (dua) aspek yang sangat penting yakni sebagai berikut:

a. Aspek sarana, berhubungan dengan jenis dan piranti yang digunakan dalam hal pergerakan manusia dan barang.

b. Aspek prasarana, berhubungan dengan wadah atau alat lain yang digunakan untuk mendukung sarana.

Kebutuhan akan pelayanan transportasi bersifat sangat kualitatif dan mempunyai ciri yang berbeda-beda sebagai fungsi waktu, tujuan perjalanan, frekuensi, jenis kargo yang diangkut, dan lain-lain (Tamin, 2000). Transportasi sifatnya dinamis dan selalu berkembang dengan berjalannya waktu dan meningkatnya aktivitas manusia sehingga setiap waktu selalu diperlukan solusi baru untuk memecahkan masalah transportasi yang juga baru. Apalagi wilayah perkotaan memerlukan dukungan transportasi yang handal, karena adanya berbagai aktivitas dengan intensitas yang tinggi.

Terselenggaranya pelayanan transportasi perkotaan (yang efektif dan efisien), menurut Adisasmita (2011a) ditentukan oleh tersedianya unsur-unsur transportasi yang utama, yaitu:

(14)

14 a. Prasarana transportasi (jalan),

b. Sarana transportasi (kendaraan umum), c. Terminal (angkutan perkotaan), dan d. Muatan (penumpang)

Penyediaan transportasi perkotaan baik dari sarana prasana ataupun hal terkait lainnya, keseluruhannya didukung oleh peraturan perundangan yang jelas, kebijakan yang terarah, perencanaan yang tepat dan dinamis, yang diperkuat oleh manajemen lalu lintas yang komprehensif, kesadaran masyarakat berlalu lintas, pengawasan dan pemberian sanksi yang tegas. Ketertiban lalu lintas perkotaan menjadi tanggung jawab bersama, yaitu pemerintah, operator, pengguna jasa transportasi, dan masyarakat dalam arti luas.

Angkutan kota/transportasi perkotaan beroperasi menurut trayek kota yang sudah ditentukan. Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No 68 tahun 1993, trayek kota seluruhnya berada dalam suatu wilayah Kota. Menurut Setijowarno dan Frazila (2001), trayek pelayanan angkutan kota dipengaruhi oleh data perjalanan, penduduk, dan penyebarannya, serta kondisi fisik daerah yang akan dilayani oleh angkutan kota. Sebagai angkutan kota, pelayanan angkutan kota dalam mengangkut penumpang dibagi dalam 3 (tiga) aktivitas operasional (Wells, 1975), yaitu:

a. Kolektor, dari wilayah permukiman yang tersebar luas dan/atau tempat kerja dan tempat perbelanjaan. Karakteristik operasinya sering berhenti untuk menaikturunkan penumpang, berpenetrasi ke kawasan perumahan.

b. Line Haul, antara wilayah permukiman dan tempat kerja dan tempat perbelanjaan (dari kota ke kota). Karakteristik operasinya bergerak dengan kecepatan yang tinggi dan jarang berhenti. Karena melakukan perhentian di tengah-tengah operasi maka daya tarik dan efektifitas operasinya akan berkurang, meskipun tentu saja beberapa perhentian yang penting tetap dilakukan.

(15)

15

c. Distribusi, ke tempat kerja dan tempat perbelanjaan dan/atau wilayah permukiman. Karakteristik operasinya melakukan perhentian tetapi tidak terlalu sering.

Pola pergerakan yang terdapat pada setiap kota tidaklah sama antar satu dengan lainnya, hal ini ini karena adanya perbedaan pola dalam pemanfaatan tata guna lahan dan bentuk kota. Perbedaan aktivitas yang dilakukan pada atau atas tata guna lahan sangat berpengaruh terhadap tarikan akan permintaan dan kebutuhan masyarakat terhadap sarana angkutan kota.

1.5.4. Pengertian Angkutan umum

Angkutan didefinisikan sebagai pemindahan orang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan, sementara kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk digunakan oleh umum dengan dipungut bayaran (Munawar, 2005). Menurut Warpani (2002) angkutan umum (AU) merupakan angkutan penumpang (sistem massal) dengan menggunakan kendaraan umum yang menggunakan sistem pembayaran atau sistem sewa. Angkutan umum memiliki sifat massal yang berarti para penumpang tersebut harus memiliki kesamaan dalam berbagai hal, seperti asal, tujuan, lintasan dan waktu.

Angkutan umum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem transportasi kota dan merupakan komponen yang peranannya sangat signifikan karena kondisi sistem angkutan umum yang kurang bagus akan menyebabkan turunnya efektifitas maupun efisiensi dari sistem transportasi kota keseluruhan, hal ini akan menyebabkan terganggunya sistem kota secara keseluruhan, baik ditinjau dari pemenuhan kebutuhan mobilitas masyarakat maupun ditinjau dari mutu kehidupan kota (SK Dirjen Perhubungan Darat no. 687, 2002).

Tujuan utama keberadaan angkutan umum penumpang adalah menyelenggarakan pelayanan angkutan yang baik dan layak bagi masyarakat. Ukuran pelayanan yang baik adalah pelayanan yang aman, cepat, murah dan nyaman. Pelayanan angkutan umum penumpang akan berjalan dengan baik

(16)

16

apabila tercipta keseimbangan antara ketersediaan dan permintaan. Dalam hal ini pemerintah perlu campur tangan dengan tujuan antara lain (Warpani, 2002):

a. menjamin sistem operasi yang aman bagi kepentingan masyarakat pengguna jasa angkutan, petugas pengelola angkutan dan pengusaha jasa angkutan; b. mengarah agar kegiatan angkutan tidak menganggu lingkungan; menciptakan

persaingan yang sehat;

c. membantu perkembangan dan pembangunan nasional maupun daerah dengan meningkatkan pelayanan jasa angkutan;

d. menjamin pemerataan jasa angkutan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan; mengendalikan operasi pelayanan jasa angkutan.

Pada sistem angkutan umum, terdapat tiga komponen utama yang mempunyai peran dan kepentingan tertentu dan seringkali saling berbeda. Tiga komponen utama tersebut antara lain:

1. Pelaku perjalanan (User), komponen ini adalah pembangkit perjalanan

2.

Pengusaha angkutan (Operator), yang sesuai kemampuan dan keinginannya menyediakan jenis dan fungsi pelayanan yang akan diberikan.

3.

Pemerintah (Regulator), dalam hal ini berperan sebagai komponen penyesuai antara kepentingan pemakai jasa dan pengusaha angkutan umum.

Berkaitan dengan pengembangan wilayah, angkutan umum berperan dalam menunjang interaksi sosial-budaya masyarakat. Pemanfaatan sumber daya dalam maupun mobilisasi sumber daya alam serta pemerataan pembangunan daerah beserta hasil-hasilnya, didukung oleh sistem perangkutan yang memadai dan sesuai dengan tuntutan kondisi setempat. Wilayah pelayanan angkutan penumpang umum perlu ditetapkan/ditentukan untuk merencanakan sistem angkutan penumpang serta menetapkan pelayanan angkutan penumpang umum.

(17)

17

Penentuan batas wilayah angkutan penumpang umum mencangkup beberapa hal berikut:

a. Perencanaan jaringan trayek, yang harus memperhatikan beberapa parameter seperti pola tata guna lahan, pola pergerakan penumpang angkutan umum, kepadatan penduduk, daerah pelayanan dan karakteristik jaringan jalan. b. Penentuan wilayah pelayanan angkutan penumpang umum, yang ditentukan

oleh aspek-aspek seperti batas wilayah terbangun kota, pelayanan angkutan umum penumpang kota, struktur jaringan jalan, geometrik dan konstruksi jalan, dan koridor.

c. Penentuan jumlah armada

d. Perencanaan tempat henti, menurut Vuchic (1981 dalam Munawar, 2005) menyangkut tiga aspek utama yaitu spasi, lokasi dan rancangan tempat perhentian.

e. Terminal, ada tiga aspek yang harus menjadi perhatian dalam perencanaan terminal yaitu lokasi terminal, tapak dan akses terminal.

Pelayanan angkutan umum diselenggarakan untuk mengangkut orang/barang, dalam upaya memenuhi kebutuhan angkutan umum yang selamat, aman, nyaman, dan terjangkau. Penyediaan pelayanan angkutan umum yang baik ialah pelayanan angkutan umum yang mampu memenuhi standar-standar tertentu. Ada beberapa standar yang harus dipenuhi oleh penyedia sarana angkutan umum untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat luas. Standar pelayanan yang digunakan ialah standar pelayanan menurut Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor Pm. 10 Tahun 2012 diantaranya (a) Keamanan (b) Keselamatan (c) Kenyamanan (d) Keterjangkauan (e) Kesetaraan dan (f) Keteraturan.

(18)

18

Berdasarkan standar pelayanan diatas, penelitian terkait kajian pemanfaatan pelayanan angkutan umum di Kota Pekanbaru memfokuskan pada dua standar pelayanan menurut Pm No 10 tahun 2012 yaitu (a) keamanan dan (b) kenyamanan. Variabel tingkat kenyamanan dan keamanan angkutan umum menurut penelitian yang dilakukan oleh Herry, dkk tahun 2005 adalah sebagai berikut:

 Pelayanan sopir

 Tersedia tempat duduk setiap saat  Tidak berdesak-desakan

 Kualitas tempat diuraikan kedalam kualitas pengendaraan, lingkungan bus dan diluar bus, penataan kursi, pegangan tangan, kemudahan keluar dan masuk dan pembayaran ongkos, tempat untuk barang bawaaan seperlunya  Suhu dalam angkutan

 Aman terhadap kecelakaan lalu lintas  Aman terhadap aksi kejahatan

Beberapa variabel tersebut digunakan sebagai acuan untuk mengkaji persepsi pengguna terhadap kenyamanan dan keamanan pengguna angkutan umum di Kota Pekanbaru.

1.5.5. Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses pembentukan kesan, pendapat atau perasaan terhadap suatu hal yang melibatkan informasi secara terarah yang bersifat subjektif berdasarkan hasil pengamatan dan penalaran seseorang. Proses pengenalan berasal dari luar digunakan untuk mengamati sesuatu hal yang akan di nilai atau diberi kesan (Secord dan Backman, 1964 dalam Ritohardoyo, 2006).

Persepsi terbentuk akibat perilaku, akibat terbentuk dari perilaku ini persepsi bersifat subjektif tergantung perseptornya, sehingga sewaktu-waktu bisa saja kesan yang ditimbulkan oleh perseptor bersifat positif ataupun negatif. Bila hasil interpretasi atau kesan yang ditimbulkan positif maka akan memunculkan sikap yang positif dan begitu pula sebaliknya bila hasil interpretasi yang

(19)

19

ditimbulkan negatif maka akan memunculkan sikap yang negatif pula (Ritohardoyo, 2006).

Persepsi yang muncul dari diri seseorang merupakan suatu bentuk penilaian terhadap berbagai aspek seperti aspek ekonomi, sosial, budaya dan lainnya. Adapun proses pembentukan sikap oleh persepsi disajikan dalam gambar 1.2.

Penalaran

Stimulus Persepsi Pengenalan Sikap atau Respon Perasaan

Sumber: Sobur (2003, dalam Kaswandi, 2014)

Gambar 1.2. Proses pembentukan sikap oleh persepsi

Pembentukan sikap oleh persepsi dari seseorang tentunya tidak terbentuk begitu saja, namun dalam pembentukan sikap oleh persepsi terbentuk karena mendapatkan stimulus (dorongan) dari dalam diri seseorang. Stimulus (dorongan) tersebut secara perlahan-lahan akan membentuk sebuah sikap, dimana sikap ini dipengaruhi oleh penalaran, pengenalan serta perasaan yang dialami oleh seseorang, dengan adanya hal-hal tersebut maka akan muncul sebuah sikap ataupun respon yang akan membentuk sikap persepsi dari diri seseorang. Penilaian-penilaian yang dilakukan untuk mengetahui persepsi yang muncul tersebut dapat dilakukan dengan berbagai skala pengukuran. Skala pengukuran merupakan suatu bentuk prosedur pemberian angka suatu objek agar dapat menyatakan karakteristik dari objek tersebut (Siregar, 2014).

Menurut Hobbs (1995) perilaku yang mempengaruhi seseorang melakukan perjalanan terdiri dari tiga faktor diantaranya sebagai berikut:

a. Motivasi

Motivasi merupakan faktor penting dalam penentuan aktivitas manusia. Untuk perjalanan tertentu, seorang pemakai jalan pada umumnya mempunyai objek pandangan yang mempengaruhi perilakunya.

(20)

20 b. Pengaruh lingkungan

Faktor lingkungan berkaitan dengan motivasi perjalanan. Pergerakan lalu lintas yang lancar dan teratur, baik dengan berjalan kaki atau berkendaraan merupakan angan-angan terbaik untuk melakukan perjalanan. c. Pendidikan

Hasil nyata yang penting dari program pendidikan yan baik telah banyak dikurangi, sementara baik dan buruk dapat dipelajari dengan fasilitas yang sama, sangat sulit untuk menghilangkan perilaku yang buruk. Berbagai kegagalan di dalam pemakaian fasilitas perjalanan dan penyebab kecelakaan dapat dikaitkan dengan ketidakmengertian atas situasi. Media cetak, radio dan televisi dapat meningkatkan respon individu dan masyarakat terhadap kebutuhan pemakai jalan segala umur dan mendorong sikap sosial yang lebih bertanggung jawab. Pada tingkat yang detail, instruksi pemakaian jalan diperlukan pada semua tingkat, tidak hanya dalam segi pendidikan, tetapi juga pada lingkungan kerja dan aktivitas sosial.

Menurut Gibson, dkk (1987, dalam Kartini, 2013) persepsi dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.

A Faktor internal berasal dari dalam individu itu sendiri, yang mencakup: 1. Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang

diperoleh tersebut akan mempengaruhi dalam memberikan arti terhadap lingkungan sekitar. Setiap orang memiliki kapasitas indera yang berbeda untuk mempersepsikan suatu hal sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.

2. Perhatian. Tiap individu memerlukan sejumlah energi untuk memperhatikan dan memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental pada suatu objek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang pada suatu objek dapat berbeda-beda dann hal tersebut akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu objek.

3. Minat. Persepsi seseorang terhadap suatu objek tergantung pada seberapa banyak energi yang digerakan untuk mempersepsi. Energi tersebut dapat

(21)

21

memberikan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.

4. Kebutuhan yang searah. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seorang individu dalam mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.

5. Pengalaman atau ingatan. Pengalaman dapat tergantung pada ingatan, dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu tangsang dalam pengertian yang lebih luas.

6. Suasana hati. Keadaan emosi dapat mempengaruhi perilaku seseorang, sehingga dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi, dan mengingat.

B Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri yang merupakan karakteristik dari lingkungan dan obyek-obyek yang terlibat di dalamnya.

Faktor-faktor eksternal tersebut adalah:

1. Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini akan mempengaruhi persepsi individu dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek, sehingga individu akan mudah dalam melakukan perhatian dan pada akhirnya akan membentuk persepsi.

2. Warna dari obyek-obyek. Obyek dengan cahaya yang lebih banyak akan lebih mudah dipahami dibandingkan yang sedikit.

3. Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus dengan penampilan yang berbeda dengan sangkaan individu lain akan banyak menarik perhatian. 4. Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus akan memberikan akan lebih

bila sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. 5. Motion atau gerakan. Individu akan memberikan banyak perhatian terhadap

obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan dengan obyek yang diam.

(22)

22 1.6. Penelitian Sebelumnya

Beberapa penelitian terkait dengan transportasi angkutan umum pada tabel 1.1 yang pernah dilakukan sebelumnya yang menjadi acuan dalam penelitian ini. Dalam tabel 1.1 telah dijabarkan dan dijelaskan penelitian-penelitian sebelumnya yang memiliki kemiripan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, beberapa penelitian tersebut diacu guna membantu dalam memberikan referensi terkait dengan penelitian yang dilakukan khususnya bidang transportasi angkutan umum.

Tabel 1.1. Hasil Penelitian Sebelumnya

No Nama Peneliti & Judul Tujuan Metode dan Analisis Hasil

1 Nasyaruddin (Kajian Pemanfaatan Pelayanan Transportasi Angkutan Umum Bagi Penduduk di Wilayah Sebagian Kota Serang Provinsi Banten (Kecamatan Serang, Kecamatan Cipocok Jaya, Kecamatan Kasemen, dan Kecamatan Taktakan) Tahun 2011 · Mengetahui karakteristik angkutan umum di Kecamatan Serang, Kecamatan Taktakan, Kecamatan Cipocok Jaya dan Kecamatan Kasemen

- Metode survei (wawancara atau pengisian kuisioner oleh responden)

Sistem operasional dan manajemen penduduk di daerah penelitian sebagian besar menuju ke Kecamatan Serang sebagai daerah pusat kegiatan dan memiliki kelengkapan fasilitas publik · Mengetahui pola pergerakan penduduk di daerah penelitian - Analisis dekriptif dengan teknik tabel frekuensi, tabulasi silang dan analisa peta

· Mengetahui variasi pemanfaatan jasa angkutan umum oleh penduduk di daerah penelitian · Mengetahui persepsi masyarakat mengenai kualitas dan ketersediaan angkutan umum di daerah penelitian

2. Raya Desmawanto

Nainggolan dan Zulkarnaini (Evaluasi Kebijakan Sistem Angkutan Umum Massal) Transmetro Pekanbaru-Riau tahun 2012

Evaluasi kebijakan dalam transportasi massal ( untuk melihat seberapa jauh pelaksanaan transportasi massal di Pekanbaru disebut Transmetro Pekanbaru mengurangi kemacetan lalu lintas sejak 2009)

- Metode kualitatif Implementasi kebijakan belum seperti harapan masyarakat, karena ada tiga aspek yang teknik aspek, aspek

manajemen, dan aspek hukum tidak dikompilasi dengan optimal - Deskripsi analisis dengan wawancara mendalam sebagai instrumen pengukuran - Data dianalisis menggunakan pemodelan interaktif Miles dan Hubermen (1984) dengan taksonomy penelitian

3 Herry, dkk (persepsi pelaku perjalanan terhadap pelayanan angkutan umum di Kota Medan) Tahun 2005

Mengetahui persepsi pelaku perjalanan terhadap pelayanan angkutan umum di kota Medan

- Metode survei Persepsi pelaku perjalanan angkutan umum di Kota Medan merasa puas terhadap pelayanan angkutan umum

- Analisis dekriptif dengan menggunakan tabel frekuensi, grafik dan analisis chi-square

(23)

23

Beberapa penelitian yang ditunjukkan pada Tabel 1.1 menjadi acuan dalam memberikan gambaran mengenai karakteristik usaha menurut jenis angkutan umum serta persepsi pengguna terhadap kenyamanan dan keamanan dengan beberapa faktor penunjang didalamnya. Hasil dari beberapa penelitian tersebut menggambarkan bagaimana kondisi angkutan umum serta sarana dan prasarananya di beberapa wilayah.

Penelitian tentang persepsi masyarakat terhadap kenyamanan dan keamanan angkutan umum di Kota Pekanbaru Provinsi Riau (kasus: Transmetro, Bus Kota dan Angkot). Penelitian ini akan menggunakan metode kuantitatif dengan pengumpulan data primer dan sekunder. Untuk menjawab beberapa tujuan terkait, penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah judul yang menjadi acuan ialah penelitian yang telah dilakukan oleh Nasyaruddin tahun 2011 dan variabel penelitian berupa karakteristik angkutan umum. Perbedaannya terdapat pada metode yang digunakan dan beberapa tujuan lainnya. Acuan lain pada penelitian yaitu penelitian yang dilakukan oleh Raya Desmawanto Nainggolan dan Zulkarnaini tahun 2012 yang mengkaji tentang Trans Metro Pekanbaru namun perbedaannya pada penelitian ini tidak hanya mengkaji Trans Metro Pekanbaru namun ada beberapa angkutan umum lainnya seperti bus kota dan angkot. penelitian yang dilakukan oleh Herry, dkk tahun 2005 menjadi acuan peneliti dalam mengkaji persepsi kenyamanan dan keamanan pengguna ketiga angkutan umum di Kota Pekanbaru.

1.7. Kerangka Pemikiran

Transportasi di wilayah Perkotaan merupakan suatu kebutuhan yang mampu mendukung kegiatan dan perkembangan kota tersebut. Kebutuhan akan transportasi terutama transportasi angkutan umum semakin lama semakin meningkat terutama di Kota Pekanbaru. Hal ini dikarenakan Kota Pekanbaru merupakan ibukota dari Provinsi Riau dan merupakan pusat aktivitas dan kegiatan penduduk baik yang berasal dari dalam maupun yang berasal dari wilayah sekitar Kota Pekanbaru, sehingga lama-kelamaan jumlah penduduk di kota ini semakin

(24)

24

meningkat. Peningkatan jumlah penduduk memicu terjadinya interaksi dan pergerakan penduduk yang semakin tinggi dan meluas. Oleh karena itu, perlu didukung dengan adanya penyediaan dan pemberian pelayanan transportasi angkutan umum.

Transportasi angkutan umum merupakan sarana yang digunakan oleh banyak orang untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Pada umumnya angkutan umum dikelola oleh dua pihak yakni pihak pemerintah dan pihak swasta. Angkutan umum yang menjadi fokus di Kota Pekanbaru adalah jenis Trans Metro, bus kota dan angkot, hal ini disebabkan dari beberapa jenis angkutan umum yang ada hanya ketiga jenis angkutan umum tersebut yang banyak diminati oleh masyarakat.

Penelitian terkait dengan persepsi penumpang terhadap kenyamanan dan keamanan angkutan umum di Kota Pekanbaru dinilai dari tiga hal yaitu karakteristik usaha menurut jenis angkutan umum, karakteristik penumpang angkutan umum serta persepsi penumpang. Karakteristik angkutan umum baik milik pemerintah ataupun swasta ditinjau dari sisi pihak pengelola (supply) sebagai pihak pengelola yang menyediakan dan memberikan pelayanan kepada masyarakat. Karakteristik usaha menurut jenis angkutan umum memiliki unit analisis yaitu armada angkutan umum itu sendiri sehingga hasil yang didapatkan ialah kelemahan dan kelebihan armada yang diperoleh melalui perbandingan karakteristik dari beberapa variabel.

Karakteristik penumpang dan persepsi penumpang memiliki unit analisis yaitu individu atau orang yang langsung menggunakan salah satu angkutan umum yang telah ditentukan. Karakteristik penumpang angkutan umum digunakan untuk mengetahui seperti apa kondisi ataupun karakteristik ketiga penumpang angkutan umum yang dominan di Kota Pekanbaru. Karakteristik penumpang dinilai dari sisi kondisi sosial-ekonomi penumpang serta asal dan tujuan pergerakan penumpang. Persepsi penumpang digunakan untuk menilai kenyamanan dan keamanan penumpang terhadap ketiga jenis angkutan umum, yang ditinjau dari kondisi

(25)

25

dalam angkutan sendiri. Kondisi tersebut diantaranya kondisi tempat duduk, penyediaan tempat duduk, suhu udara dalam angkutan, kepadatan penumpang, pelayanan petugas serta pelanggaran lalu lintas, tindakan pencopetan dan tindakan asusila.

Tujuan-tujuan yang digunakan tersebut diharapkan dapat mengetahui persepsi penumpang terhadap kenyamanan dan keamanan angkutan umum di Kota Pekanbaru, apakah persepsi yang diberikan penumpang bernilai positif atau malah sebaliknya bernilai negatif. Sehingga dari penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan pihak-pihak yang terkait dengan transportasi angkutan umum di Kota Pekanbaru dalam mengembangkan dan memperbaiki pelayanan transportasi angkutan umum di daerah penelitian. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat secara jelas pada gambar 1.3.

(26)

26

Gambar 1.3. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Pemerintah

Trans Metro Pekanbaru

Ibukota Provinsi Riau Kota Pekanbaru

Jumlah penduduk semakin meningkat

Interaksi dan Pergerakan penduduk semakin tinggi dan meluas

Pusat aktivitas dan kegiatan penduduk

Transportasi Umum

Bus Kota Angkot

Persepsi Penumpang Terhadap Kenyamanan dan Keamanan

Swasta

Karakteristik angkutan umum Persepsi

Jenis, jumlah armada, jarak tempuh, kapasitas angkut, jam operasional, frekuensi perjalanan, tarif dan trayek.

Kenyamanan (kondisi tempat duduk, penyediaan tempat duduk, suhu dalam angkutan, kepadatan penumpang, pelayanan petugas).

Keamanan (pelanggaran lalu lintas dan tindak kriminalitas.

Jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, asal dan tujuan pergerakan.

Karakteristik penumpang

Kenyamanan Keamanan

Sosek Asal & Tujuan Sosek & Asal-Tujuan

(27)

27 1.8. Definisi Operasional

Angkutan umum merupakan salah satu sarana yang mampu mengangkut banyak

orang dan digunakan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Angkutan umum dibagi menjadi dua yaitu angkutan umum modern (Trans Metro Pekanbaru) dan angkutan umum tradisional (Bus Kota dan Angkot).

Kenyamanan penumpang adalah suatu pemahaman yang berasal dari diri

seseorang dalam hal ini penumpang angkutan umum terhadap kondisi dan penyediaan tempat duduk, suhu, kepadatan dan pelayanan petugas dalam angkutan umum.

Keamanan penumpang adalah suatu pemahaman yang berasal dari diri

seseorang dalam hal ini penumpang terhadap pelanggaran lalu lintas dan tindak kriminalitas dalam angkutan umum.

Penumpang merupakan orang yang ada ketika penelitian dilakukan baik setelah

Gambar

Gambar 1.1. Bangkitan dan tarikan pergerakan (Tamin, 1997) Pergerakan yang berasal
Gambar 1.2. Proses pembentukan sikap oleh persepsi
Tabel 1.1. Hasil Penelitian Sebelumnya
Gambar 1.3. Diagram Alir Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Transparansi dan Akuntabilitas dalam penyusunan anggaran, penetapan anggaran, perubahan anggaran dan perhitungan anggaran merupakan wujud pertanggungjawaban Pemerintah

Pada lingkungan tertutup, signage yang berisi pesan primer dipasang pada zona overhead dengan tujuan agar informasi utama tidak terhalang obyek dan mudah ditemukan

 Discount uang

Pada parameter pertumbuhan, perlakuan waktu pemberian biourine pagi dan dosis pupuk phonska 250 kg ha -1 serta perlakuan waktu pemberian biourine pagi dan dosis

Sehingga dari hasil statistik tersebut dapat disimpulkan hipotesisnya diterima yang artinya ada hubungan antara pengetahuan seksual pranikah dengan sikap seksual

yang berbeda, maka setiap individu akan memiliki penilaian terhadap keadaan.. tubuh (body esteem) yang

Hitofusa no Budou memperlihatkan adanya gejolak batin di dalam diri tokoh Aku. Dalam cerita tokoh Aku mempunyai keinginan untuk memiliki sebuah tinta yang sama dengan apa

Isi pokok mata kuliah ini meliputi: (1) peningkatan keterampilan menyimak, (2) peningkatan keterampilan berbicara, (3) peningkatan keterampilan membaca, (4) peningkatan