• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI EKOLOGI PENYU DI PULAU BARINGIN KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI EKOLOGI PENYU DI PULAU BARINGIN KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 STUDI EKOLOGI PENYU DI PULAU BARINGIN

KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN

PROVINSI SUMATERA BARAT

Brantonanda Yakardinata*), John Nurifdinsyah**), dan Harfiandri Damanhuri**) *Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

**Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta

@-mail: brantonata@yahoo.co.id Abstrack

Baringin Island is one of the turtle landing sites, which has an area of 8.45 ha ± there are two types of vegetation ie trees and grass vegetation. Vegetation is dominated by coconut trees (Cocos nucifera), a tree hibiscus (Habiscus tilliaceus), and coastal forest vegetation dominated by grasses jog (Spirifex littoeus) and other grass species. From the research found 2 (two) tailed Green Turtle (Chelonia mydas), with an average carapace length, 95 cm, and an average width of carapace; 74 cm, which takes a ride to the beach from the spawn, spawn and go down to the sea with a total time; 156 minutes (2 hours 36 minutes). The physical condition of the place Baringin Island Green Turtle (Chelonia mydas) nesting beach has an average slope; 5,950, the tide; 95-120 cm, which occurred at 22:00, the Tide; 0-20 cm, which occurred at 14:00 , salinity levels ranging from; 29-34 0/00, the water temperature ranges; 28-300C, and the temperature ranges between; 29-310C. Green turtle (Chelonia mydas) choose to ride on the third station (south) and IV Station (east) with average - average slope of the beach; 5590, with its fine sand category.

Kata Kunci : Chelonia mydas, Penyu Hijau, Pulau Beringin, Pesisir Selatan PENDAHULUAN

Indonesia memiliki wilayah perairan terbesar di dunia dan dua pertiga dari wilayahnya merupakan wilayah perairan. Secara geografis Indonesia merupakan negara maritim, yang memiliki luas laut sebesar 5,8 Juta km² yang terdiri dari laut territorial dengan luas 0.8 juta km2, laut nusantara 2.3 juta km2 dan zona ekonomi eksklusif 2.7 juta km2.

Disamping itu Indonesia memiliki pulau sebanyak 17.480 pulau dan garis pantai sepanjang 95.181 km. (Dewan Kelautan Indonesia, 2008).Namun mengingat populasi penyu yang terus menurun karena selalu di buru oleh manusia dan pertumbuhannya di alam yang sangat lambat, sehingga di khawatirkan populasinya akan semakin punah (Wahyuni et.al, 1994).

(2)

2 Penyu Hijau (Celonia midas)

melakukan perjalanan jarak jauh, migrasi samudera antar beberapa daerah makanan yang terpisah-pisah dan daerah-daerah pemijahan, beberapa dari mereka berlokasi di kepulauan yang terletak di tengah samudera luas (Akesson et. al, 2003).

Penyu adalah sumberdaya yang banyak dimanfaatkan diseluruh dunia. Untuk masyarakat pesisir, penyu sebagai sumber protein. Sedangkan bagi pedagang penyu memberi keuntungan yang tidak sedikit. Jika pemanfaatan penyu berlebihan maka akan terjadi penurunan populasi. Kondisi inilah terjadi di Indonesia (Troeng, 1997). Perbatasan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Kabupaten Pesisir Selatan yaitu mulai dari Pulau Penyu, Pulau Baringin, Pulau Karabak Besar, Pulau Karabak Kecil, Pulau Katang-katang, Pulau Gosong, Pulau Ampiang Parak (Harfiandri, 2001).

Pulau Baringin terletak di, Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat, merupakan lokasi pelestarian penyu. Berdasarkan gambaran di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian “

EKOLOGI PENYU DI PULAU

BARINGIN DI DAERAH

KECAMATAN LINGGO SARI

BAGANTI, KABUPATEN PESISIR SELATAN”.

METODE PENELITIAN

Objek penelitian adalah ekologi kawasan konservasi serta penyu yang mendarat di Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) di Pulau Baringin, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat.

Parameter yang diamati adalah mengidentifikasi penyu dan ekologinya, kelandaian pantai, suhu air dan udara, pasang surut, keadaan cuaca, salinitas perairan, pH, tekstur atau subtrat serta waktu penyu mulai mendekati pantai untuk naik, bertelur sampai turun lagi ke pantai.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan kuantitatif. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah kamera digital, senter, meteran (1 m dan 100 m), kompas, alat tulis dan buku catatan harian, kertas pH, thermometer, dan refractometer, balok pengukur pasang dengan ketinggian dua meter.

Lokasi Penelitian dibagi dalam 4 (empat) stasiun pengamatan mulai dari

(3)

3 stasiun 1 (utara), stasiun II (barat),

stasiun III (selatan), dan stasiun IV (timur) di Pulau Baringin.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pulau Baringin adalah salah satu dari beberapa pulau-pulau kecil yang terdapat di sepanjang pesisir pantai Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat dengan luas 8,45 ha yang berjarak ± 2 (dua) jam perjalanan mengunakan perahu bermesin tempel 15 PK, dari pantai Sumedang, Kecamatan Ranah Pesisir.

Perairan di sekitar pulau cukup bersih dengan arus sedang dan cukup kuat, karena posisi pulau yang terletak dilautan yang terbuka. Pulau Baringin di dominasi oleh pohon kelapa (Cocos nucifera). Pada Pulau ini terdapat vegetasi pohon yaitu vegetasi hutan dan vegatasi rerumputan.

Vegetasi pohon didominasi oleh kelapa (Cocos nucifera), pohon waru (Habiscus tilliaceus), dan vegetasi

rerumputan didominasi oleh rumput lari-lari (Spirifex littoeus), jenis rumput ini mampu bertahan pada kondisi pantai yang cukup panas. Jenis fauna yang terdapat di Pulau Baringin baik darat maupun perairan adalah berbagai jenis burung dan ungas, umang-umang (Birgus Latro), kepiting (Scylla sp), gurita (Octopus sp), dan beberapa jenis ikan terumbu karang.

Menurut Takeuchi, (1997), pantai yang cocok untuk tempat bertelurnya Penyu Hijau (Chelonia mydas) adalah pantai yang tidak terlalu landai, berpasir halus, arusnya kuat, dan mempunyai hamparan karang yang ditumbuhi rumput laut. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa pantai Pulau Baringin memiliki kelandaian pantai yang relatif kecil hal ini terlihat dari sudut yang terbentuk antara jarak vegetasi dengan ketingian pantai yang cukup landai, dengan rata ; 5.59º. seperti pada tabel 1 berikut. Tabel 1. Pengukuran Kelandaian Pantai

No Stasiun y (cm) x (cm) (tan α) A 1 I (Utara) 175 2.120 0,082 5,30 2 II (Barat) 175 1.890 0,093 6,30 3 III (Selatan) 175 1.880 0,092 6,20 4 IV (Timur) 175 1.750 0,1 60 Rata- rata 5, 590

Keterangan : X = Jarak Pantai dengan Vegetasi Terdekat Y = Tinggi Tonggak Proyeksi

(4)

4 Hasil pengukuran pasang surut

di Pulau Baringin pada saat pengamatan dengan surut antara ; 0 - 20 cm terjadi pada jam 14.00. Sedangkan pasang antara ; 95 - 120 cm, yang terjadi pada pukul 22.00.

Hasil pengukuran salinitas perairan di Pulau Baringin, dimana salinitas pada perairan Pulau Baringin berkisar antara ; 29 ‰ – 31 ‰. Hal ini menunjukkan salinitas perairan pulau masih berada dalam kisaran salinitas samudera 30 ‰ - 40 ‰ (Efendi, 2003). Hasil pengukuran salinitas perairan Pulau Baringin, Suhu air di Pulau Baringin pada saat penelitian berkisar antara ; 280C - 300C, sedangkan suhu udara berkisar antara ; 290C - 310C.

Suhu air pada masing – masing stasiun penelitian tidak jauh berbeda, begitu juga dengan suhu udara pada masing-masing stasiun yang secara umum hampir sama. Hal sama juga diungkapkan oleh (Kordi,2006), bahwa Penyu Hijau mencari makan di perairan yang memiliki suhu rata – rata ; 280C.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebelum penyu bertelur, penyu sudah berada di sekitar pulau. Setelah matahari terbenam dan didorong oleh naluri bertelur dan bantuan pasang pada waktu yang tepat, penyu akan

merangkak naik ke pantai mencari lokasi persarangan. Tetapi tidak semua penyu naik ke pantai untuk bertelur, kerena kebetulan ada gangguan lain yang dapat mengurangi niat penyu untuk bertelur ke pantai.

Kebiasaan Penyu Hijau (Chelonia mydas) dalam bertelur di pulau Baringin adalah sebagai berikut : a. Penyu muncul dari laut dengan

bantuan pasang.

b. Setelah dirasakan aman, penyu mulai bergerak ke arah daratan.

c. Setelah tiba di darat penyu akan memilih lokasi peneluranya.

d. Selesai memilih lokasi peneluran penyu akan membersihkan tempatnya bertelur.

e. Selesai membersihkan tempat sarang penyu kemudian akan menggali lubang tubuh (body pit).

f. Setelah menggali lubang tubuh (body pit) penyu akan menggali lubang telur untuk meletakkan telur-telurnya.

g. Jika lubang telur terbentuk, penyu akan memulai proses pelepasan telurnya.

h. Dan setelah selesai proses pelepasan telur, penyu kemudian akan menutup lubang telurnya dan juga lubang tubuhnya (body pit).

i. Setelah itu penyu akan bergerak ke arah laut untuk kembali ke laut.

Waktu yang dibutuhkan setiap tahap bertelurnya Penyu Hijau selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

(5)

5 Tabel 2. Waktu Penyu Naik, Bertelur, dan Turun Ke Laut

Stasiun Jenis Penyu Kegiatan /Waktu (menit) waktu Total

A B C D E F G H I

III Penyu Hijau 6 13 __ 30 __ __ __ 15 30 79

IV PenyuHijau 45 30 8 11 23 42 45 14 15 233

Rata - rata 25,5 21,5 4 20,5 11,5 21 22,5 14,5 22,5 156

Keterangan: A = Naik ke pantai F = Bertelur

B = Membuat sarang palsu G = Menimbun sarang C = Mencari daerah peneluran H = Istirahat

D = Membuat sarang tubuh I = Turun ke laut E = Membuat sarang telur

Selama penelitian yang dilakukan di Pulau Baringin penyu hijau ditemukan sebanyak dua (2) ekor. Hasil

pengukuran panjang dan lebar kerapas penyu yang dilakukan di Pulau Baringin dapat di lihat pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Panjang dan Lebar Karapas Penyu Hijau (Chelonia mydas)

Stasiun Sampel Penyu Panjang (cm) Ukuran Karapas Lebar (cm)

III Penyu Hijau 100 80

IV Penyu Hijau 90 68

Rata-rata 95 74

Pada Tabel di atas dapat dilihat bahwa penyu yang bertelur di Pulau Baringin ditemukan 2 (dua) ekor, di stasiun III dan stasiun IV. Panjang karapas rata-rata ; 95 cm dan lebar karapas rata- rata ; 74 cm.

KESIMPULAN

1. Pulau Baringin adalah salah satu dari beberapa pulau kecil yang terdapat di sepanjang pesisir pantai Kabupaten Pesisir Selatan, terletak pada posisi 01054’41” LS dan 100037’49” BT dengan luas ± 8.45 ha.

2. Jenis penyu yang ditemukan adalah Penyu Hijau (Chelonia mydas) berjumlah 2 (dua) ekor, dengan

panjang karapas ; 95 cm dan lebar karapas ; 74 cm.

3. Kelandaian pantai rata-rata ; 5.950, pasang air laut antara ; 95-120 cm yang terjadi pada pukul ; 22.00, surut air laut antara ; 0-20 cm yang terjadi pada pukul ; 14.00, salinitas berkisar antara ; 29 - 34 0/00, suhu air berkisar

antara ; 28 - 300C, dan suhu udara berkisar antara ; 29 – 310C.

4. Penyu Hijau (Chelonia mydas) naik pada stasiun 3 (arah selatan) dan stasiun 4 (arah timur), kedua stasiun ini mempunyai pasir yang lembut, dan relatif landai.

(6)

6 DAFTAR PUSTAKA

Agus, 2006. Penangkaran Penyu. Seri Flora Dan Fauna. Penerbit Titian Ilmu Bandung

Akesson, A., Broderick, A.C.,Godley, B.J., Luschi, P., Papi. F., Hays, G.C., 2003. Navigation by green turtle : which strategy do displacced adults use ton find Ascension. Jurnal OIKOS

Dewan Kelautan Indonesia, 2008.

Evaluasi Kebijakan Dalam

Rangka Implementasi Hukum

Laut Internasional (Unclos

1982) Di Indonesia. Departemen

Kelautan dan Perikanan. Sekretariat Jenderal Satuan Kerja Dewan Kelautan Indonesia.

Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI). Yogyakarta

Harfiandri, 2001. Studi pendahuluan potensi sumberdaya penyu (Sea turtle) di pulau penyu, sumatera barat. Jurnal mangrove dan kawasan pesisir, volume II, no.1./2001.ISSN : 1411-0679.pusat kajian mangrove dan kawasn pesisir, lppm universitas bung hatta, padang, sumatera barat. hal

Troeng, S., 1997. Pemanfaatan Penyu Di Indonesia. Prosiding, Workshop, Penelitian dan Pengelolaan Penyu di Indonesia (Jember, Jawa Timur, November 1996). Kerjasama Direktorat Jenderal PHPA, Environment Australia, Westland In ternasional Indonesia Program. Bogor.

Tekeuchi, H., 1997. Penyu Hijau (Green Turtle). PT. Elek Komputindo Gramedia.

Jakarta.

Wahyuni, I.S., Hartati, S.T., Subani,W., 1994. Studi Tentang Pemanfaatan Penyu di Bali, Jurnal Penelitian Perikanan Laut, No 92, Hal 9-20.

Gambar

Tabel 4. Panjang dan Lebar Karapas Penyu Hijau (Chelonia mydas)

Referensi

Dokumen terkait

Fisioterapis juga perlu mengetahui harapan akhir dari pasien terhadap hasil akhir penanganan yang akan diberikan. Fisioterapis dan klien harus memiliki harapan yang sama dan

"Saya bersumpah,he4anji, bahwa saya akan melakukan pekeq'aan Ilmu Kedokteran, Ilmu Bedah dan Ilmu Kebidanan dengan pengetahuan dan tenaga saya yang

Jika dilakukan observasi di lokasi kejadian kecelakaan, pemasangan rambu rambu sementara yang dilakukan petugas layanan jalan tol belum sesuai dengan aturan SK DIREKSI

Dibanding metode pohon klasifikasi tunggal (CART), penerapan metode Bagging pada pohon klasifikasi CART mampu meningkatkan ketepatan klasifikasi total (akurasi)

Data primer yaitu data yang dikumpulkan secara langsung selama penelitian meliputi konstruksi jaring (Lampiran 1), jenis spesies ikan hasil tangkapan utama dan

Metafora sebagai salah satu wujud daya kreatif bahasa di dalam penerapan makna, artinya berdasarkan kata-kata tertentu yang telah dikenalnya dan berdasarkan keserupaan atau

PT Greenspan Packaging System sudah baik, hal ini dapat dilihat dari pembagian tanggung jawab fung- sional diantaranya fungsi penjualan terpisah dengan fungsi gudang untuk

Terhadap pendatang yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 dan pasal 47 Peraturan Daerah ini, Bupati Kabupaten Kotawaringin Timur berhak melakukan upaya