• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lalat Musca domestica

Lalat merupakan salah satu spesies serangga atau insekta Ordo Dhiptera (bersayap dua) dan sayap berupa membran. Lalat tersebar luas keseluruh dunia. Lalat dari genus Musca, Fannia, Phaenicia, Calliphorra, Phormia dan Stomoxis sering disebut sebagai lalat-lalat Synathropic atau domestik karena mereka hidup di dekat manusia.3

Lalat dari genus Musca domestica atau lalat rumah mempunyai mulut untuk menjilat dan tidak dapat menggigit. Lalat rumah berukuran 5,5 – 7,5 mm; berwarna abu – abu kehitaman. Pada punggung (dorsal) thorax terdapat empat garis hitam. Pada sayap dan pada vena ke-empat khas membentuk sudut. Larvanya berkembang dalam kotoran, tumbuh-tumbuhan busuk. Larva tersebut migrasi ke daerah yang lebih kering untuk menjadi pupa.10,12

Gambar 2.1 Telur, larva, pupa, dan lalat Musca domestica dewasa Sumber: http:\www.google.com\Musca domestica_files

Lalat bersarang atau berkembang biak di tempat-tempat dimana terdapat zat-zat organik umpamanya sampah, dapur, kotoran manusia atau hewan, sisa makanan dan lain-lain. Telur diletakkan di bahan-bahan organik yang lembab. Lalat betina bertelur setelah ia berumur 3 – 23 hari, tergantung pada suhu dan makanan yang tersedia. Setiap kali bertelur 100 – 150 butir. Semasa hidupnya seekor lalat bertelur 2 – 4 kali. Setelah 8 - 30 jam telur menetas menjadi larva (menggot/made ) akan tumbuh dengan cepat selama 3 – 14 hari. Setelah larva

(2)

cukup besar mereka pindah ke tempat-tempat lembab atau basah, larva akan masuk ke dalam tanah untuk menjadi pupa, atau ke bawah papan daun atau rumput-rumput kering. 3 – 10 hari kemudian menjadi lalat dewasa dan segera mencari jalan keluar kepermukaan sarangnya. Waktu minimal untuk penyelesaian

metamorphosa ini, dari telur hingga menjadi lalat dewasa, rata-rata 30 hari, karena

daya berkembang biaknya sangat cepat sekali, populasi Musca domestica disuatu daerah dalam waktu yang singkat dapat menjadi sangat banyak. Jarak terbang

Musca domestica kurang lebih 6 – 9 km dari tempat berbiaknya dan sangat

tergantung pada adanya makanan yang tersedia. Lalat yang dewasa sangat aktif sepanjang hari dari makanan yang satu ke makanan yang lain. Lalat ini amat tertarik oleh makanan yang dimakan manusia seperti gula, susu dan makanan lainnya. Sesuai dengan bentuk mulutnya lalat ini hanya makan dalam bentuk cair atau makanan yang basah, sedangkan makanan yang kering dibasahi dengan ludahnya terlebih dahulu baru dihisap.9

Lalat sangat berhubungan dengan kesehatan manusia, untuk kepentingan pengendalian lalat, maka sasaran yang akan diukur kepadatan lalatnya adalah yang berdekatan dengan kehidupan dan kegiatan manusia. Sasaran atau lokasi yang diukur antara lain adalah pemukiman penduduk, tempat – tempat umum misalnya pasar, terminal, rumah makan, lokasi sekitar tempat pembuangan akhir sampah yang berdekatan dengan manusia. Pada pengukuran kepadatan lalat pada setiap lokasi merupakan petunjuk populasi lalat tersebut yaitu 0 – 2 ekor, populasi ini tidak menjadi masalah, 3 – 5 ekor merupakan populasi sedang dan perlu dilakukan pengawasan terhadap berbiaknya lalat, 6 – 20 ekor merupakan populasi padat dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat berbiaknya lalat dan bila mungkin direncanakan pengendalian, lalat lebih dari 21 ekor populasi yang sangat padat, perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat berbiaknya lalat dan perlu diadakan pengendalian 9.

(3)

B. Siklus Hidup

Lalat merupakan insekta yang mengalami metamorfosa dengan stadium telur, larva / tempayak, kepompong dan stadium dewasa. Perkembangan lalat memerlukan waktu 7 - 22 hari, tergantung dari suhu dan makanan yang tersedia. Lalat betina umumnya telah dapat menghasilkan telur pada usia 4 - 8 hari, dengan 75 - 150 butir sekali bertelur. Semasa hidupnya, seekor lalat bertelur 5 - 6 kali.

1. Telur

Telur diletakkan pada bahan - bahan organik yang lembab ( sampah, kotoran, binatang, dan lain – lain ), pada tempat yang tidak langsung kena sinar matahari. Telur berwarna putih dan biasanya menetes setelah 8 - 30 jam, tergantung suhu sekitar.

2. Larva / tempayak

Tingkat I : Telur yang baru menetas disebut instar I berukuran panjang 2

mm, berwarna putih, tidak bermata dan berkaki, amat aktif dan ganas terhadap makanan, setelah 1 - 4 hari kulit mengelupas bernama instar II;

Tingkat II : Ukuran besarnya 2 kali instar I sesudah satu sampai beberapa

hari, kulit mengelupas keluar instar II; Tingkat III : Larva berukuran 12 mm atau lebih, tingkat ini memakan waktu 3 - 9 hari. Larva ini mencari tempat dengan temperatur yang disenangi, dengan berpindah-pindah tempat misalnya pada gundukan sampah organik. Temperatur yang disukai adalah 30 – 35 0C. Distribusi dari larva lalat terutama tergantung pada temperatur dan kelembaban.

3. Pupa / kepompong

Pada masa ini, jaringan tubuh larva berubah menjadi jaringan tubuh dewasa. Stadium ini berlangsung 3-9 hari. Temperatur yang disukai + 350 C. Kalau stadium ini sudah selesai melalui celah lingkaran pada bagian anterior, keluar lalat muda.

Proses pematangan menjadi lalat dewasa kurang lebih 15 jam dan setelah itu siap untuk mengadakan perkawinan. Seluruh waktu yang

(4)

diperlukan 7 - 22 hari, tergantung pada suhu setempat, kelembaban dan makanan yang tersedia. Umur lalat dewasa dapat mencapai 2 - 4 minggu4.

C. Bionomik

1. Tempat perindukan / berbiak

Lalat suka pada tempat-tempat yang kotor, basah, benda-benda organik, tinja, sampah basah, kotoran hewan / manusia.

2. Jarak Terbang

Jarak terbang lalat sejauh 6 - 9 km, tergantung dari makanan yang tersedia, kadang-kadang bisa mencapai 19 - 20 km dari tempat berbiak9. 3. Cara bertelur

Masa bertelur 4 - 20 hari, seksual naturity 2 - 3 hari, pada umumnya perkawinan lalat terjadi pada hari kedua sampai kedua belas sesudah kepompong, dua tiga hari kemudian sesudah kawin baru bertelur 4 - 5 kali seumur hidupnya.

4. Cara makan

Makanan yang utama adalah barang-barang cair ( ada zat gula ) bagi benda-benda yang dicairkan lebih dulu dengan air ludahnya dapat dihisap. Pada waktu makan seringkali memuntahkan makanannya dan demikian memungkinkan untuk penyebaran kuman-kuman penyakit12.

5. Cara hidup

Lalat beristirahat pada tempat tertentu, pada siang hari bila lalat tidak makan, mereka akan beristirahat pada lantai, dinding, langit-langit, jemuran pakaian, rumput-rumput, kawat listrik dan lain-lain, serta disukai tempat-tempat dengan tepi tajam yang permukaannya vertikal. Biasanya tempat istirahat ini terletak berdekatan dengan tempat makanannya / tempat berbiaknya dan biasanya yang terlindung dari angin, di dalam rumah, lalat istrirahat pada kawat listrik, langit-langit dan lain-lain, serta tidak aktif pada malam hari. Tempat istirahat tersebut biasanya tidak lebih dari 4,5 meter di atas permukaan tanah.

(5)

6. Suhu dan Kelembaban

Lalat beraktifitas optimal pada suhu 25 – 32oC, berkurang pada suhu 35 – 40oC, dan menghilang pada suhu < 15oC atau > 45oC. Kelembaban ini sangat berkaitan dengan temperatur setempat. Lalat beraktifitas optimal pada kelembabab antara 50 – 90%.

7. Cahaya / sinar

Lalat merupakan insekta yang mempunyai sifat fototropik yaitu selalu bergerak menuju sinar dan pada malam hari tidak aktif kecuali ada sinar buatan. Efek cahaya pada lalat tergantung pada suhu dan kelembaban(4,9).

D. Hubungan Lalat Dengan Penyakit

Lalat merupakan golongan serangga yang tersebar luar di seluruh dunia. Peranan lalat dalam dunia kesehatan telah banyak diketahui, lalat disamping sangat mengganggu ketenangan juga dapat sebagai pembawa dan penyebar penyakit pada manusia melalui penularan secara mekanik maupun menyebabkan myasis yaitu lalat meninggalkan telur / larvanya pada luka yang terbuka dan kemudian lalat tersebut hidup dalam daging manusia4. Lalat sangat potensial untuk menularkan penyakit disentry, diare, thypoid, keracunan makanan, kolera, kecacingan dan gangguan pada kulit. Lalat rumah juga dapat menularkan penyakit antrax, trachoma, conjungtivitis, TBC paru-paru dan poliomyelitis.

Beberapa jenis lalat rumah memiliki alat yang disebut “Spongi

Probocis” yang dilengkapi dengan gigi kecil untuk menyobek kulit disekitar

luka sehingga meningkatkan aliran darah dan cairan lympa. Kuman-kuman penyakit dalam darah dapat dibawa oleh lalat yang menusukkan probocis ke dalam korban berikutnya, setelah menusuk kulit korban, serangga tersebut menyuntikkan saliva (lidah) kedalam luka yang mengandung zat anti koagulasi darah, sehingga darah tidak mengental dan menyumbat dalam jarum probocis yang sempit itu. Sewaktu lalat menghisap darah maka bakteri patogen dalam probocis belum mati dan ditusukkan ke dalam korban baru. Dengan demikian terjadilah penularan penyakit secara langsung atau mekanis.

(6)

Penyebaran penyakit oleh lalat ini juga melalui tubuhnya yang berbulu halus, dan pada kakinya terdapat bulu-bulu yang mengandung cairan semacam perekat, sehingga benda-benda yang kecil mudah melekat. Bakteri dapat masuk kedalam pencernaan makanan lalat dan dapat tinggal di sana selama 4 minggu, bakteri tersebut dapat ditularkan pada generasi berikutnya.

Instink lalat untuk mempertahankan kehidupannya dan daya tariknya terhadap bau busuk menuntun lalat untuk mencari tempat seperti kakus, pembuangan sampah, kotoran bekas saluran yang meluap, dan lain - lain untuk mencari sesuatu yang dapat dimakan yang disukainya. Pada waktu makan ditempat-tempat yang kotor tadi kaki, badan dan sayap lalat penuh dengan bibit penyakit. Setelah waktu makan selesai, makanan yang kaya akan protein yang telah membusuk maka lalat siap untuk menikmati makanan kecil ( dessert ). Untuk keperluan ini lalat hinggap pada botol susu, cangkir, pudding, buah-buahan, kue-kue, roti, dot bayi, muka dan mulut seseorang.

Lalat memerlukan makanan dalam bentuk cairan maka diperlukan baginya untuk merubah semua bentuk makanan padat atau lembek menjadi makanan yang cair. Lalat dapat melakukan pekerjaan ini secara baik dengan mengeluarkan cairan yang telah ditelannya. Pada waktu minum ini hanya air dan air liurnya dapat ditelan kembali oleh lalat. Di sini lalat meninggalkan bekas muntahannya bibit-bibit penyakit dari kakinya, dan kadang-kadang kencing atau kotorannya sendiri.

Apabila dibiarkan terus tanpa gangguan, muntahan atau kotoran (faeses) lalat yang telah mengering membentuk semacam noda-noda kecil berwarna hitam yang kadang-kadang dapat dilihat pada dinding dapur pada beberapa restoran(7,11,12,13,14).

Penularan beberapa penyakit yang dapat berpindah-pindah dari manusia ke manusia lain yang ditularkan oleh lalat antara lain ; Febris

typhoid, Febris paratyphoid, cholera, dysentri, antrax, trachoma.6

Menurut Ostorlenk dan Walch (1942), lalat berada di makanan yang terkontaminasi Salmonella mampu menginfeksi seluruh permukaan yang berhubungan, termasuk makanan dan air. Salmonella bertahan di lalat dalam

(7)

empat minggu, atau rentang hidup dari lalat. Angka infeksi tiap lalat Musca

domestica yang ditemukan pada perusahaan susu dan peternakan unggas di

San Benardino Country (Juni 2002) oleh Lal S Mia, Holly Maag dan Jose V didapatkan dimasing – masing tempat yaitu 0,51 % dan 0,38 %. Penemuan tersebut berdasarkan pada pengujian keseluruhan tubuh dari lalat.20 Penularan penyakit melalui vektor secara mekanik maka unsur penyebab penyakit yang mungkin berasal dari tinja, hanya melekat pada bagian tubuh vektor dan kemudian dapat dipindahkan pada makanan maupun minuman pada waktu hinggap atau menyerap pada makanan tersebut.13

Penyebaran penyakit oleh lalat ini juga bisa melalui tubuhnya yang berbulu halus, dan pada kakinya terdapat bulu-bulu yang mengandung cairan semacam perekat, sehingga benda-benda kecil mudah melekat. Bakteri dapat masuk ke dalam alat pencernaan makanan lalat dan dapat tinggal disana selama 4 minggu. Bakteri tersebut dapat ditularkan pada generasi berikutnya. Pada waktu minum banyak air dan air liurnya dapat ditularkan kembali oleh lalat. Lalat disini meninggalkan bekas muntahannnya, bibit-bibit penyakit dari kakinya, dan kadang-kadang kencing atau kotorannya sendiri, apabila dibiarkan terus tanpa gangguan, muntahan atau kotoran lalat yang telah mengering membentuk semacam noda-noda kecil berwarna hitam yang kadang-kadang dapat dilihat pada dinding dapur pada beberapa restoran.6

E. Salmonella sp

Salmonella adalah kuman batang bergerak, gram negatif, fakultatif

anaerob yang secara khas meragikan glukosa dan manosa tetapi tidak meragikan laktosa atau sukrosa. Kuman ini sering bersifat patogen untuk manusia atau binatang, bila masuk melalui mulut. Terdapat lebih dari 1600

serotipe Salmonella. Kuman ini dapat hidup dalam air yang dibekukan untuk

masa yang lama. Salmonella resisten terhadap zat-zat kimia tertentu misalnya

hijau brillian, natrium tetrationat, dan natrium dioksikholat.

Senyawa-senyawa ini menghambat kuman colliform dan karena itu bermanfaat untuk isolasi Salmonella tinja 2.

(8)

Salmonella typhi dan mungkin Salmonella paratyphi A serta Salmonella schottmulleri (dahulu Salmonella paratyphi B) terutama bersifat

infektif terhadap manusia, dan infeksi dengan organisme ini berarti ditularkan dari sumber manusia, tetapi sebagian besar Salmonella terutama bersifat patogen bagi binatang yang merupakan sumber infeksi pada manusia. Sebenarnya organisme ini selalu masuk melalui mulut , biasanya dengan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Dosis infektif rata-rata bagi manusia adalah 105 – 108 Salmonella atau mungkin cukup dengan 103 organisme Salmonella typhi untuk menimbulkan infeksi klinik atau subklinik.2

Awal ditemukannnya Salmonella dengan sifat-sifat biokimianya, golongannya dan spesiesnya harus diidentifikasi oleh analisa antigenik. Seperti

Enterobactericeae lainnya, Salmonella memiliki beberapa antigen O dan antigen

H yang berbeda pada satu atau kedua fase. Klasifikasi Salmonella Kaufmann –

White berdasarkan tes aglutinasi dengan absorpsi antiserum, memungkinkan

identifikasi antigen O dan H yang berbeda dalam organisme tidak diketahui.2

F. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella

Pada manusia, Salmonella menimbulkan 3 macam penyakit utama, tetapi sering juga ditemukan bentuk campuran. Penyakit tersebut yaitu :2

1. Demam Entenk

Gejala ini terutama ditimbulkan oleh Salmonella typhi, Salmonella

paratyphi A dan Salmonella schottmulleri. Salmonella yang termakan mencapai

usus halus dan masuk ke kelenjar getah bening lalu di bawa ke aliran darah, kemudian kuman dibawa oleh darah menuju berbagai organ, termasuk usus, dimana organisme berkembang biak dalam jaringan limfoid dan diekskresi dalam tinja. Masa inkubasi 10 – 14 hari, setelah masa inkubasi tersebut timbul demam, lemah, sakit kepala, konstipasi, bradi kardia dan mialgia. Demam sangat tinggi, dan limpa serta hati menjadi besar, pada beberapa kasus terlihat bintik-bintik merah atau rose spot’s yang berlangsung sebentar. Jumlah sel darah putih normal atau rendah. Pada masa sebelum adanya antibiotika, komplikasi utama demam

(9)

enterik adalah pendarahan usus dan bahan perforasi. Angka kematian adalah 10 – 15 %. Pengobatan dengan Khloramfenikol atau Ampisilin telah mengurangi angka kematian kurang dari 1%.

2. Bakterimia Dengan Lesi Lokal

Biasanya ini dihubungkan dengan Salmonella Choleraesuis tetapi dapat disebabkan oleh setiap serotipe Salmonella. Invasi diri dalam darah setelah infeksi melalui mulut ( dengan kemungkinan lesi lokal di paru-paru, tulang, selaput otak dan sebagainya ), tetapi tidak ada manifestasi usus.

3. Enterokolitis atau Gastroenteritis

Merupakan gejala yang paling sering dari infeksi Salmonella. Setelah makan Salmonella 8 sampai 48 jam timbul mual, sakit kepala, muntah dan diare yang hebat, dengan beberapa lekosit dalam tinja tetapi jarang terdapat darah. Biasanya terdapat demam ringan, tetapi biasanya kejadian ini sembuh dalam 2 – 3 hari. Terdapat lesi-lesi peradangan usus halus dan usus besar. Bakteremia sangat jarang (2 – 4 %) kecuali pada orang-orang yang tidak memiliki kekebalan.

G. Sanitasi Makanan

Makanan tidak saja bermanfaat bagi manusia tetapi juga sangat baik untuk pertumbuhan mikroba yang patogen, oleh sebab itu untuk mendapat keuntungan yang maksimum dari makanan, perlu adanya sanitasi makanan. Sanitasi makanan lebih ditekankan pada upaya membebaskan makanan dari zat-zat yang membahayakan kehidupan, atau mencegah agar bahan makanan yang mengandung zat-zat yang membahayakan tidak sampai dikonsumsi. Berbagai hal yang dapat menjadi penyebab baik yang berasal dari luar ataupun yang berasal dari makanan itu sendiri, untuk menjaga agar makanan tidak sampai tercemar oleh berbagai zat yang membahayakan kesehatan, maka bahan makanan harus dikelola dengan sebaik-baiknya. Pengelolaan makanan ditinjau dari sudut sanitasi makanan harus diperhatikan pada setiap tahap proses perjalanan bahan makanan tersebut, antara lain :1) sumber bahan makanan; 2) pengangkutan bahan makanan; 3) penyimpanan bahan makanan; 4) pemasaran bahan makanan; 5) pengolahan

(10)

bahan makanan; 6) penyajian makanan; 7) penyimpanan makanan yang telah diolah.1,4

Bahan makanan tersebut pada tahap dimanapun berada, selalu ditemukan tempat yang dipakai oleh bahan makanan tersebut, baik pada waktu masih berada di sumber, pada waktu pengangkutan, penyimpangan bahan makanan, pemasaran, pengolahan makanan, penyajian ataupun pada waktu penyimpanan, maka untuk menjaga agar bahan makanan ini tidak sampai tercemar, maka sanitasi tempat dimana makanan tersebut berada, harus diperhatikan.1,4

H. Persampahan

Sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki dan bersifat padat. Sampah ada yang mudah membusuk dan ada pula yang tidak mudah membusuk. Sampah yang membusuk terutama terdiri dari zat-zat organik seperti sisa sayuran, sisa daging, daun dan lain-lain, sedangkan yang tidak membusuk dapat berupa plastik, kertas, karet logam ataupun abu dan lain-lain. Kotoran manusia sekalipun padat tidak termasuk kedalam definisi sampah ini, demikian pula bangkai hewan yang cukup besar.7

Pada sampah yang mudah membusuk, sampah ini dalam bahasa Inggris disebut Garbage, yaitu yang mudah membusuk karena aktivitas mikro organisme, maka dalam pengelolaannya menghendaki kecepatan, baik dalam pengumpulan maupun dalam pembuangannya. Pembusukan sampah ini akan menghasilkan antara lain gas metan, gas H2 S yang bersifat racun.7

Pengaruh sampah terhadap keseharian dapat dikelompokkan menjadi efek yang langsung dan tidak langsung. Efek langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak yang secara langsung dengan sampah tersebut, misalnya sampah beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh, yang karsinogenik, teratogenik dan lain-lainnya. Selain itu ada pula sampah yang mengandung kuman patogen, sehingga dapat menimbulkan penyakit. Sampah ini dapat berasal dari sampah rumah tangga selain sampah industri.7

Efek tidak langsung dapat dirasakan masyarakat akibat proses pembusukan, pembakaran dan pembuangan sampah. Dekomposisi sampah

(11)

biasanya terjadi secara aerobik, dilanjutkan secara fakultatif, dan secara anaerobik apabila oksigen telah habis. Pengaruh pada kesehatan secara tidak langsung dapat berupa penyakit bawaan vektor yang berkembang biak di dalam sampah. Sampah bila ditimbun sembarangan dapat digunakan sebagai sarang lalat dan tikus. Seperti kita ketahui bahwa lalat adalah vektor berbagai penyakit perut, demikian juga halnya dengan tikus, selain merusak harta benda masyarakat, tikus juga sering membawa pinjal yang dapat menyebarkan penyakit pes.7

Tempat yang menjadi habitat lalat, khususnya yang berhubungan langsung dengan kehidupan manusia adalah pada tempat pembuangan sampah sementara ataupun akhir, juga pada tempat – tempat kotor atau kumuh, kotoran hewan dan sisa makanan.15

Penyakit bawaan sampah sangat luas dan dapat berupa penyakit tidak menular dan penyakit menular, maka diperlukan pengelolaan sampah yang baik, hal ini diperlukan atas pertimbangan ; 1) Untuk mencegah terjadinya penyakit ; 2) Konservasi sumber daya alam ; 3) Mencegah gangguan estetika. Pada pengelolaan sampah ditujukan pada pengumpulan sampah mulai dari produsen sampai pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan membuat Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS), transportasi yang sesuai lingkungan, dan pengelolaan pada TPA ataupun TPS.7

I. Pengukuran Kepadatan Lalat

Sebelum melakukan pengendalian, perlu pengukuran tingkat kepadatannya dimana data ini dapat dipakai untuk merencanakan upaya pengendalian yaitu tentang kapan, dimana, dan bagaimana pengendalian akan dilakukan. Demikian pula sesudah pengendalian, pengukuran tingkat kepadaan diperlukan untuk menilai keberhasilan pengendalian.

Untuk mengukur kepadatan lalat dapat dipakai beberapa cara, namun cara yang paling mudah, murah dan cepat adalah dengan mempergunakan fly grill(4,9).

(12)

J. Pengendalian Lalat

Pengendalian terhadap lalat dapat dilakukan terhadap larvanya maupun lalat dewasa. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara kombinasi antara perbaikan lingkungan untuk mengurangi potensial breeding places dan chemical

control.

Cara yang digunakan untuk pengendalian terhadap larva lalat : 1. Mencegah terjadinya sarang-sarang lalat

- Sampah terutama sampah dapur ditampung pada tempat sampah yang baik dan tertutup dan dalam waktu maksimum 3 hari harus sudah dibuang.

- Pengangkutan dan pembuangan sampah dilakukan setiap hari dengan cara yang baik.

- Tempat pengumpulan sampah diberi alas yang kedap air misalnya dengan besi plat, seng dan lain-lain.

- Untuk tempat buang kotoran, gunakan kakus / wc yang selalu dalam keadaan bersih.

- Kotoran ternak harus dijauhkan dari tempat tinggal manusia, dan kotoran dibalik-balik 3 hari sekali.

2. Penggunaan racun serangga sebagai larvasida

Setiap bahan organik yang lembab (sampah basah maupun kotoran) dapat menjadi tempat perindukan lalat. Penggunaan bahan kimia atau racun serangga di samping membunuh larva lalat juga dapat membunuh musuh-musuh larva lalat tersebut.

Cara yang digunakan untuk pengendalian terhadap lalat dewasa : 1. Penyemprotan residu insektisida.

Penyemprotan dilakukan terhadap pemukaan yang menjadi tempat hinggap, tempat makan, atau tempat istirahat lalat, terutama pada tempat- tempat hinggap pada malam hari, sehingga kemungkinan waktu kontak antara lalat dengan insektisida cukup lama. Alat yang digunakan adalah spraycan atau mist blower dan insektisida yang biasa digunakan adalah golongan organophospate.

(13)

2. Impregnated Cord

Impregnated cord yaitu potongan-potongan kertas atau tali yang telah

dilumuri lem tikus. Impregnated cord tersebut nantinya akan ditempatkan di sekitar tempat istirahat lalat. Selain lem tikus, insektisida juga dapat digunakan yaitu golongan organophospate seperti parathion, diazinon,

dimetilan, fenthion, mereka efektif 1 – 6 bulan. Hasilnya akan memuaskan

bila di tempatkan pada ruangan yang suhunya tidak terlalu tinggi di bawah 32oC kelembaban udara lebih dari 50 %.

3. Umpan ( poison bait )

Umpan yang digunakan harus memberikan bau yang menarik bagi lalat. Bahan-bahan yang dipakai sebagai umpan dapat berupa tepung jagung, air yang dicampur gula dan lain-lain. Umpan ini diletakkan pada tempat yang banyak lalatnya(4,,9). K. Kerangka Teori Telur Lalat Bahan Organik Membusuk / sampah Larva Pupa Makanan Vektor mekanis: bakteri, cacing, amuba Makanan, Suhu, Cahaya

(14)

H. Kerangka Konsep

Variabel Terikat Jumlah bakteri Variabel Bebas

Lokasi (dapur, bangzal, TPS)

I. Hipotesa

Ada bakteri Salmonella sp dan ada perbedaan jumlah bakteri pada lalat Musca

domestica dari beberapa tempat di rumah sakit Bhayangkara Kepolisian

Gambar

Gambar 2.1 Telur, larva, pupa, dan lalat Musca domestica dewasa  Sumber: http:\www.google.com\Musca domestica_files

Referensi

Dokumen terkait

Dampak dari terlambatnya informasi kepada pemegang saham adalah tidak cukupnya waktu dari pemegang saham untuk menganalisa dan memberikan masukan kepada perusahaan atas

Pengaruh investasi pada subsektor industri makanan dan minuman terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur dengan menggunakan metode pendekatan Sistem Dinamik...

Meningkatkan kapasitas dukungan pemerintah 1.. Meningkatkan kapasitas dukungan pemerintah

Dengan menggunakan asumsi bahwa pola penyebaran satu spesies adalah “sama pada habitat dan ekosistem yang sama” dan dengan berdasarkan data PUP yang telah dianalisis oleh

Dari hasil wawancara dengan ke dua subjek dan ketiga informan dapat disimpulkan bahwa, menurut persepsi mereka dalam pelaksanaan upacara Rambu Solo’, masyarakat Toraja

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Penerapan model Contextual Teaching and Learning berpengaruh positif terhadap kesadaran metakognisi siswa pada

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam tentang pemisahan lembaga pengawas dari Bank Sentral (BI) dengan

Dengan teknologi internet, penyebaran informasi sangat mudah dilakukan.Aplikasi monitoring traffic lalulintas adalah aplikasi yang dapat mengelola data lalulintas dengan