• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIOAKTIVITAS ASAP CAIR KULIT BUAH DURIAN SEBAGAI BAHAN PENGAWET PAPAN PARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BIOAKTIVITAS ASAP CAIR KULIT BUAH DURIAN SEBAGAI BAHAN PENGAWET PAPAN PARTIKEL"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BIOAKTIVITAS ASAP CAIR KULIT BUAH DURIAN SEBAGAI BAHAN PENGAWET PAPAN PARTIKEL Acacia mangium Wild

Bioactivity of Liquid Smoke from Durian Rind as Preservative Particle Board of Acacia mangium Wild

Rendra Antra Pardosi, Farah Diba, M. Dirhamsyah, H.A. Oramahi Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jln Imam Bonjol Pontianak 78124

e-mail : baren_fahutan_08@yahoo.co.id ABSTRACT

The study aims to determine the impact of using liquid smoke from durian rind concentrations and different pyrolysis temperatures on the durability of particle board. The experiment was conducted at the Laboratory of Wood Workshop, Laboratory Wood Processing, and Laboratory PT. Duta Pertiwi Nusantara. Experimental method using factorial completely randomized design (CRD) with 3 replications. Parameters measured were the durability of particle board (termite mortality and weight loss particle board). Result of the research showed that termite mortality ranged between 22% - 100% and the weight loss particle board ranged between 1,6901% - 7,7239%. Particle board are resistance to subterranean termites Coptotermes curvignathus Holmgren according Sornnuwat et al (1995) standard.

Key words : Smoke liquid, particle boards, Acacia mangium, Coptotermes curvignathus Holmgren.

PENDAHULUAN

Kebutuhan kayu makin meningkat seiring dengan lajunya pertumbuhan penduduk, tetapi tidak sesuai dengan ketersediaannya di alam terutama untuk kayu kelas awet tinggi, yang tidak hanya jumlahnya yang terbatas tetapi juga harganya makin mahal. Oleh karena itu, penggunaan kayu Acacia

mangium sebagai kelas awet rendah dan

memiliki riap pertumbuhan yang baik perlu dilakukan. Kayu ini berpotensi

digunakan sebagai bahan baku

pembuatan papan partikel selain

digunakan sebagai bahan baku

pembuatan pulp dan kertas, bahan konstruksi, industri korek api, produk rumah tangga, bahan baku kerajinan tangan dan lain sebagainya.

Kayu dalam penggunaannya seringkali mengalami penurunan penampilan dan sifat-sifat kayu (deteriorasi) akibat faktor lingkungan

yang mempengaruhinya. Menurut Tambunan dan Nandika (1989), ada empat faktor perusak kayu, yaitu faktor biologis, fisis, mekanis dan kimia. Damanik (2003) mengemukakan bahwa dari keempat faktor tersebut yang paling banyak menimbulkan kerusakan terhadap kayu adalah faktor biologis (jamur, bakteri, serangga, dan binatang laut).

Rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) merupakan salah satu jenis

rayap yang dapat menimbulkan

kerusakan, penurunan kekuatan kayu dan kerugian ekonomi bagi masyarakat dan pengusaha pengolahan kayu. Penelitian Siregar dan Batubara (2007) mengungkapkan bahwa kerugian yang ditimbulkan oleh rayap tanah pada tiap-tiap konstruksi pada bangunan rumah di

dua kecamatan di Kota Medan

mencapai Rp 12.532.650 selama 4 bulan penelitian.

Upaya yang dilakukan untuk menambah daya tahan kayu terhadap

(2)

faktor-faktor perusak kayu adalah dengan pengawetan. Bahan pengawet sintetis

seperti tembaga sulfat, boron, boraks, tembaga-khrom-boron (CCB) dan lain sebagainya yang sering digunakan dalam pencegahan dan penanggulangan serangan organisme perusak kayu, akan memberikan dampak negatif terhadap lingkungan apabila tidak digunakan secara tepat (Abdurrohim, 2008). Harus diperhatikan faktor-faktor sebagai syarat bahan pengawet yang baik, antara lain tidak berbahaya bagi manusia dan hewan peliharaan (Dumanauw, 1990). Sehubungan hal tersebut maka perlu

upaya untuk menggunakan bahan

pengawet yang tidak berbahaya, murah, mudah terurai dan dapat diperbaharui dalam bentuk asap cair (liquid smoke) dari limbah kulit buah durian. Limbah kulit buah durian sudah dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk memasak, obat pengusir nyamuk dan produk-produk tertentu dan berdaya guna (Prabowo, 2009). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dampak penggunaan asap cair dari kulit buah durian pada konsentrasi dan suhu pirolisis yang berbeda terhadap keawetan papan partikel A. mangium sehingga dapat menghasilkan papan partikel dengan kualitas yang baik.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Wood Workshop Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura,

Laboratorium Pengolahan Kayu

Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura dan PT. Duta Pertiwi Nusantara. Alat yang digunakan meliputi willey mill, ayakan ukuran 8

mesh dan 20 mesh, oven listrik, botol penyimpanan asap cair, gelas ukur, ember plastik, alat pencetak contoh uji, gergaji potong, mikrometer, kaliper, mesin kempa panas, alat uji sifat fisik dan mekanik, gelas plastik pengujian, timbangan analitik, pinset, pipet tetes, termohigrometer, kamera, alat tulis

menulis. Bahan yang digunakan

meliputi rayap C. curvignathus, aquadest, kayu A. mangium, tanah,

serbuk gergaji, pasir, perekat urea formaldehida (UF), katalis (NH4Cl) 25%, emulsi (parafin) 40 %, dan asap cair kulit durian pada suhu pirolisis 350oC, 400oC, 450 oC yang diperoleh dari Laboratorium Rekayasa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Partikel dibuat dari kayu A. mangium dengan menggunakan mesin willey mill. Partikel yang dihasilkan

kemudian disaring dengan

menggunakan ayakan, sehingga

diperoleh partikel yang lolos saringan 8 mesh tertahan 20 mesh. Papan partikel dibuat dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 1 cm dan target kerapatan 0,7 g/cm3, sehingga diperoleh berat papan sebesar 630 g. Partikel dicampur dengan perekat UF, katalis (NH4Cl), emulsi (parafin), dan asap cair dengan perbandingan 100 : 12 : 0,1 : 0,1. Campuran tersebut kemudian dicetak dengan perlakuan kempa panas pada suhu 150°C dengan tekanan sebesar 27 kg/cm2 selama 15 menit. Papan partikel dikondisikan dalam ruangan selama ± 1 minggu, setelah itu dilakukan pemotongan contoh uji untuk pengujian sifat fisik

dan mekanik papan menggunakan

(3)

pengujian keawetan papan dengan

Modified Wood Block Test berdasarkan

Sornnuwat et al (1995). Data hasil pengamatan yang diperoleh dianalisa

menggunakan metode percobaan

faktorial dengan pola acak lengkap (RAL) sebanyak 3 (tiga) kali ulangan

dengan 2 faktor, meliputi Faktor A (konsentrasi asap cair) dan Faktor B (suhu pirolisis asap cair). Klasifikasi

keawetan kayu kemudian akan

digolongkan ke dalam lima kategori

yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kelas Ketahanan Kayu berdasarkan Modified Wood Block Test (Endurance class wood based on Modified Wood Block Test)

Kehilangan berat Kelas ketahanan

0 Sangat tahan

1-3 Tahan

4-8 Cukup tahan

9-15 Tidak tahan

>15 Sangat rentan

Sumber : Sornnuwat et al, 1995.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan pengaruh asap cair kulit buah durian terhadap mortalitas rayap dan kehilangan berat papan partikel dikemukakan pada Tabel

2. Berdasarkan hasil pengamatan, ternyata asap cair buah durian

memberikan dampak terhadap

mortalitas rayap dan kehilangan berat papan partikel.

Tabel 2. Persentase mortalitas rayap Coptotermes curvignathus Holmgren dan kehilangan berat papan partikel (Percentage mortality of Coptotermes

curvignathus Holmgren termite and weight loss of particle board)

Perlakuan

Mortalitas (%) Kehilangan Berat (%) Konsentrasi (A) Suhu Pirolisis (B)

Kontrol 350 28,00 6,92 Kontrol 400 28,00 7,72 Kontrol 450 22,00 6,85 Rerata 26,00 7,17 5% 350 81,33 3,19 5% 400 100,00 2,34 5% 450 85,33 3,99 Rerata 88,89 3,17 10% 350 82,00 2,31 10% 400 100,00 1,84 10% 450 98,00 1,61 Rerata 93,33 1,92 15% 350 98,00 2,09 15% 400 99,33 2,48 15% 450 100,00 1,94 Rerata 99,11 2,17

(4)

Mortalitas Rayap

Nilai mortalitas tertinggi (100%) diperoleh pada konsentrasi 5% dan 10% dengan suhu pirolisis 400ºC dan pada konsentrasi 15% dengan suhu pirolisis 450ºC. Nilai mortalitas rayap terbesar pada penggunaan konsentrasi 15% yaitu

99,11% dan terendah pada perlakuan

kontrol sebesar26,00%, sedangkan nilai mortalitas rayap terbesar pada penggunaan suhu pirolisis 400º yaitu

81,83% dan terendah pada suhu 350ºC

sebesar 72,33%. Nilai mortalitas yang

semakin meningkat dengan

bertambahnya konsentrasi asap cair

kulit buah durian menunjukkan bahwa asap cair kulit buah durian memiliki bioaktivitas yang bersifat toksik atau

racun terhadap rayap tanah C.

curvignathus Holmgren. Hal ini diduga adanya kandungan kimia yang ada dalam asap cair yaitu asam, fenol dan derajat keasaman (pH) yang berfungsi sebagai bahan pengawet. Wijaya et al (2008) menyatakan bahwa asap cair

dapat digunakan sebagai bahan

pengawet apabila mengandung senyawa fenol, asam dan pH yang berperan sebagai biopestisida dan berpengaruh terhadap daya simpan produk asap.

Syafii (2000) menyatakan bahwa

kematian rayap disebabkan karena

adanya senyawa bioaktif yang

mematikan protozoa yang terdapat

dalam perut rayap. Protozoa dalam perut rayap menghancurkan selulosa yang tidak dapat dihancurkan oleh rayap atau enzim yang terdapat di dalam perut rayap itu sendiri, sehingga dengan kematian protozoa di dalam perut rayap, rayap pun menjadi mati karena umpan yang dimakan rayap yang terutama

terdiri dari selulosa tidak dapat diserap oleh tubuh rayap.

Kehilangan Berat Umpan

Keawetan papan partikel dinilai berdasarkan persentase kehilangan berat umpan yang diujikan pada rayap tanah

C. curvignathus Holmgren selama 21

hari. Sulastiningsih dan Jasni (2000) menyatakan bahwa penurunan berat umpan dapat digunakan sebagai salah satu faktor untuk menentukan keawetan papan partikel seperti halnya pada kayu. Penurunan berat papan partikel terbesar terjadi pada perlakuan kontrol yaitu sebesar 7,17% dan yang terendah pada konsentrasi 10% yaitu sebesar 1,92%. Kehilangan berat papan partikel terbesar terjadi pada suhu pirolisis 350ºC yaitu sebesar 3,63% dan terendah pada suhu pirolisis 450ºC yaitu sebesar 3,27%.

Besarnya persentase kehilangan

berat papan partikel pada perlakuan

kontrol bila dibandingkan dengan papan

partikel yang diberikan asap cair

disebabkan oleh tingginya aktivitas

makan rayap C. curvignathus.

Nandika (2003) menjelaskan bahwa

rayap dengan berat tubuhnya sekitar

2,5 miligram memerlukan makanan

sekitar 0,24 miligram setiap hari.

Papan partikel yang diberikan perlakuan konsentrasi dan suhu pirolisis asap cair kulit buah durian menunjukkan nilai kehilangan berat umpan yang lebih sedikit.

Hal ini diperkirakan bahwa asap cair kulit buah durian memiliki unsur yang bersifat racun yang tidak disukai oleh rayap sehingga kehilangan berat umpan tidak mencapai 15%. Unsur yang bersifat racun sesuai dengan hasil

(5)

menyatakan bahwa kandungan kimia seperti kadar fenol yang bersifat toksik dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain suhu pirolisis, jenis kayu dan kadar air kayu itu sendiri. Berdasarkan nilai rerata persentase kehilangan berat papan

partikel, bila dibandingkan dengan

kategori klasifikasi keawetan kayu

Sornnuwat et al (1995), maka papan partikel yang tidak diberikan asap cair

(kontrol) memiliki kelas ketahanan

yang cukup tahan terhadap serangan rayap. Adapun papan partikel yang diberikan konsentrasi dan suhu pirolisis asap cair yang berbeda termasuk ke dalam kelas tahan terhadap serangan rayap tanah.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Penggunaan konsentrasi asap cair kulit buah durian cenderung meningkatkan nilai mortalitas rayap dan menurunkan kehilangan berat papan partikel.

2. Keawetan papan partikel kayu

Acacia mangium yang diberikan bahan pengawet asap cair kulit buah durian terhadap rayap tanah C. curvignathus termasuk dalam kelas

yang tahan terhadap serangan rayap berdasarkan klasifikasi Sornnuwat et

al (1995), dengan nilai kehilangan

berat 1-3%.

3. Papan partikel yang memiliki keawetan tertinggi terhadap rayap adalah papan partikel dengan perekat yang diberi asap cair kulit buah durian dengan konsentrasi 10% dan suhu pirolisis 450ºC.

Saran

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan jenis perekat

yang berbeda yang dicampur dengan asap cair kulit buah durian untuk

meningkatkan keawetan papan

partikel.

2. Perlu adanya penggunaan bahan

baku papan partikel selain kayu A. Mangium dan papan partikel perlu di uji ke organisme perusak kayu lain

seperti jamur dan rayap yang

berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrohim, S. 2008. Penggunaan Bahan Pengawet Kayu Di Indonesia. Buletin Hasil Hutan

Vol 14(2) : 107-115.

Damanik, RIM. 2003. Keawetan kayu. http://library.usu.ac.id/download/f p/hutan/ revandy2.pdf. (diunduh 27 Februari 2012).

Dumanauw, JF. 1990. Mengenal Kayu. Kanisius. Yogyakarta.

JIS A 5908. 2003. Particle Board. Japanese Industrial Standar. Japanese Standards Association. Maga, J.A. 1987. Smoke in Food

Processing. Baca Raton, CRC

Press, Florida,1-9.

Nandika Dodi, Yudi Rismayadi, Farah Diba. 2003. Rayap Biologi dan

Pengendaliannya. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Prabowo, R. 2009. Pemanfaatan

Limbah Kulit Buah Durian Sebagai Produk Briket di Wilayah Kecamatan Gunung Pati Kabupaten Semarang. Jurnal Mediagro Ilmu-Ilmu Pertanian. Vol 5 (1):52-57.

(6)

Siregar, ZA dan Batubara R. 2007.

Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Bangunan Rumah Masyarakat di Dua Kecamatan (Medan Denai dan Medan Labuhan). Jurnal Biologi

Sumatera, 2007, Vol.2, No.2. Sornnuwat Y, Takahashi M, Yoshimura

T, Tsunada K, Vongkaluang C. 1995. Natural Resistance of Seven

Commercial Timbers Used In Building Construcsion in Thailand to Subterranean Termite, Coptotermes gestroi WASMANN. Japanese Society of

Enviromental Entomology and Zoology. Japan.

Sulastiningsih, IM dan Jasni. 2000.

Pencegahan Serangan Rayap

Pada Papan Partikel. Buletin Penelitian Hasil Hutan. Vol 17(4):179-188.

Syafii, W. 2000. Sifat Anti Rayap Zat

Ekstraktif Beberapa Jenis Kayu Daun Lebar Tropis. Buletin Kehutanan.

Tambunan B, Nandika D. 1989.

Deteriorasi Kayu oleh Faktor Biologis. Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan.

Wijaya, M, Noor, E, Irawadi, T dan Pari, G. 2008. Karakteristik Komponen Kimia Asap Cair dan Pemanfaatannya sebagai Biopestisida. Jurnal Bionature. Vol 9 (1):34-40.

Referensi

Dokumen terkait

Di Indonesia, pembelajaran berhitung dapat diajarkan pada anak asalkan sesuai dengan tahapanya dan metode yang digunakan harus menyenangkan, strategi pembelajaran matematika

Berdasarkan hasil pengukuran, analisis data dan pembahasan variabel penelitian, maka ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara minat

The Rainforest Alliance works to conserve biodiversity and ensure sustainable livelihoods by transforming land-use practices, business practices and consumer behavior. The

Tujuan utama dari logoterapi ialah menurunnya tingkat depresi pada perempuan korban KDRT dan juga menyadari kebermaknaan hidupnya, bahwa apa yang menjadi

4 Jumlah pekerjaan yang diberikan kepada saya dapat saya selesaikan sesuai dengan prosedur standart kerja yang ditetapkan.. 5 Hasil kerja saya sesuai dengan

Pada level butir dilakukan uji t sampel berpasangan ( paired-sample t–test ) untuk melihat apakah ada perbedaan dari hasil data yang didapat antara kedua metode

Apabila seseorang memiliki kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional tinggi hal ini memberikan dukungan terhadap kebermaknaan hidupnya, sehingga pribadi

Perencanaan yang dilakukan yaitu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan metode writing process pada materi menulis pengumuman, menyusun