• Tidak ada hasil yang ditemukan

KRISIS KESEHATAN KABUPATEN / KOTA RAWAN BENCANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KRISIS KESEHATAN KABUPATEN / KOTA RAWAN BENCANA"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

KRISIS KESEHATAN

KABUPATEN / KOTA RAWAN BENCANA

Pusat Krisis Kesehatan

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

2018

(2)
(3)

Daftar Isi

DAFTAR ISI 03 KATA PENGANTAR 05 BAB I: PENDAHULUAN 07 1.1. Latar Belakang 07 1.2. Tujuan 08 1.3. Dasar Hukum 08 1.4. Metodologi 09 A. Penyusunan Kuesioner 09 B. Pengambilan Data 10 C. Input Data 11 D. Pengolahan Data 11 E. Penyusunan Naskah Profil Penanggulangan Krisis Kesehatan 11 1.5. Definisi Operasional 11 BAB II: PROFIL PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 17 2.1. Pendahuluan 18 2.2. Karakteristik Wilayah 18 2.3. Ancaman (Hazard) 18 2.4. Kerentanan 18 2.5. Kapasitas 18 BAB III: KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 26 3.1. Kesimpulan 26 3.2. Rekomendasi 26 LAMPIRAN

KUISIONER ASISTENSI 29

Daftar Tabel

Tabel 2.1 Rincian Penilaian Kapasitas 18 Tabel 3.1 Rekapitulasi Penilaian Kapasitas 26 Tabel 3.2 Rekomendasi Peningkatan Kapasitas Kota Pekanbaru

(4)
(5)

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan izin dan karunia-Nya penyusunan buku “Profil Penanggulangan Krisis Kesehatan tahun 2018” dapat diselesaikan. Profil ini menggambarkan kajian risiko krisis kesehatan akibat bencana di 9 provinsi dan 37 kabupaten/kota target Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2018. Sebagaimana diketahui bahwa wilayah Indonesia memiliki potensi bahaya, kerentanan masyarakat dan kapasitas yang berbeda. Kondisi yang beragam inilah yang melatarbelakangi perbedaan tingkat risiko bencana tersebut.

Program pengurangan risiko bencana haruslah berdasarkan kepada suatu kajian risiko bencana, di mana risiko berbanding lurus dengan ancaman/bahaya dan kerentanan serta berbanding terbalik dengan kapasitas. Kajian risiko tersebut digunakan sebagai acuan dalam menilai, merencanakan, mengimplementasikan, memonitoring dan mengevaluasi upaya pengurangan risiko bencana pada suatu wilayah. Oleh karena itu Pusat Krisis Kesehatan menyusun buku profil ini untuk dapat dicermati oleh pemerintah daerah sebagai bahan referensi dalam menyusun program “Pengurangan Risiko Bencana” di wilayahnya masing-masing. Pengambilan data dilakukan secara langsung ke masing-masing daerah terpilih menggunakan alat bantu kuesioner, kemudian diperdalam dengan wawancara dan pada akhirnya dilakukan validasi. Kami sangat berterima kasih sekiranya ada kritik dan saran dari semua pihak guna penyempurnaan penyajian informasi buku sejenis di masa mendatang. Kepada semua pihak yang telah berkontribusi tenaga dan pikiran dalam penyusunan buku ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih. Semoga buku ini bermanfaat dalam mewujudkan keberhasilan upaya pengurangan risiko bencana di negara kita.

Jakarta, Agustus 2018

Kepala Pusat Krisis Kesehatan

dr. Achmad Yurianto

NIP. 196203112014101001

(6)
(7)

pada tahun 2016 terjadi 661 kejadian krisis kesehatan dan tahun 2017 sebanyak 198 kejadian. Jumlah korban yang ditimbulkan pun tidak sedikit. Tercatat korban meninggal sebanyak 1.015 jiwa dan 6.359 korban luka berat/rawat inap serta 124.296 korban luka ringan/rawat jalan dalam kurun waktu dua tahun tersebut.1

Bencana umumnya memiliki dampak yang merugikan. Rusaknya sarana prasarana fisik, pemukiman dan fasilitas umum. Dampak lain adalah permasalahan kesehatan seperti korban meninggal, korban cedera berat yang memerlukan perawatan intensif, peningkatan risiko penyakit menular, tidak memadainya jumlah dan jenis obat serta alat kesehatan, terbatasnya tenaga kesehatan, kerusakan fasilitas kesehatan, rusaknya sistem penyediaan air, stress pasca trauma, masalah gizi, dan psikososial. Kejadian bencana seringkali diikuti dengan adanya arus pengungsian penduduk ke lokasi yang aman, yang akan menimbulkan permasalahan kesehatan yang baru di lokasi tujuan pengungsian tersebut. Hal ini tentu akan berdampak pada pembangunan kesehatan baik tingkat nasional maupun daerah. Dibutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk memulihkan keadaan. Belum lagi waktu yang hilang untuk mengejar ketertinggalan.

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 menetapkan 190 kabupaten/ kota rawan bencana untuk menjadi sasaran peningkatan kapasitas dalam rangka pengurangan risiko krisis kesehatan. Salah satu langkah awal dalam upaya peningkatan 1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang wilayahnya rawan terhadap terjadinya ben-cana. Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia tahun 2013 yang dikeluarkan BNPB, dari 496 kabupaten/kota, 65% nya adalah lokasi berisiko tinggi. Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia, dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa - Nusa Tenggara, Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir, dan tanah longsor. Selain faktor alam, secara geopolitik, Indonesia memiliki peran ekonomi internasional yang cukup penting, karena memiliki pelabuhan internasional. Ditambah jumlah penduduk yang banyak (nomor 4 dunia) dan terdiri dari multi etnis serta multi agama menyebabkan Indonesia berisiko untuk terjadinya konflik sosial.

Dalam beberapa tahun terakhir ini Indonesia sering dilanda bencana, baik bencana alam (banjir, gunung meletus, tanah longsor, gempa bumi, banjir, dan banjir bandang), non-alam (kegagalan teknologi), maupun bencana sosial (konflik dan terorisme). Berdasarkan data yang dikumpulkan Pusat Krisis Kesehatan, Kementerian Kesehatan,

Bab I

(8)

1.3. Dasar Hukum

a. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;

b. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

c. Undang–undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;

d. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana;

e. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan pengelolaan Bantuan Bencana;

f. Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2013 tentang Program Dekade Aksi Keselamatan Jalan;

g. Peraturan Menteri Koordinator

Kesejahteraan Rakyat Nomor 54/2013 tentang Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan tahun 2011-2025;

h. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 81 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di Tingkat Propinsi, Kabupaten/ Kota Serta Rumah Sakit;

i. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2006 tentang Pedoman Manajemen Sumber Daya Manusia Kesehatan pada Penanggulangan Bencana;

j. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 971 Tahun 2009 tentang Standar Kompetensi Pejabat Struktural Kesehatan;

k. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan;

l. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 77 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan;

m. Peraturan Kepala BNPB Noomor 2 tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana;

n. Peraturan Kepala BNPB Nomor 3 Tahun 2012 tentang Panduan Penilaian Kapasitas Daerah dalam Penanggulangan Bencana; o. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019; dan

kapasitas tersebut adalah dengan mela-kukan asistensi ke kabupaten kota untuk selanjutnya memetakan risiko krisis kesehatan di wilayah tersebut. Pemilihan provinsi (kabupaten/kota) berdasarkan 136 kabupaten/kota rawan bencana pusat pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan dalam RPJMN 2015-2019. Selain itu juga ditambahkan kabupaten/kota bermasalah kesehatan yang memiliki indeks risiko bencana dengan kelas risiko tinggi.

Pusat Krisis Kesehatan pada tahun 2018 telah melakukan asistensi di 37 kabupaten/ kota rawan bencana dari 190 kabupaten/ kota yang telah ditetapkan. kabupaten/ kota tersebut berada di 9 provinsi yaitu Provinsi Sumatera Utara, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat, D.I. Yogyakarta, Maluku, Riau, Aceh, Sulawesi Selatan, dan Kepulauan Riau. Hasil asistensi tersebut dikaji untuk selanjutnya disusun menjadi profil krisis kesehatan kabupaten/kota yang menggambarkan bahaya, kerentanan dan kapasitas terkait dengan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di daerah. 1.2. Tujuan

Tujuan penyusunan profil penanggulangan krisis kesehatan yaitu :

a. Memetakan ancaman (hazard), kerentanan dan kapasitas terkait penanggulangan krisis kesehatan di 37 kabupaten/kota rawan bencana target tahun 2018;

b. Mengidentifikasi permasalahan terkait penanggulangan krisis kesehatan di 37 kabupaten/kota rawan bencana target tahun 2018;

c. Memberikan usulan/rekomendasi kebijakan yang perlu diambil oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kementerian Kesehatan dalam rangka mengatasi permasalahan yang ditemui di Dinas Kesehatan kabupaten/kota terkait upaya penanggulangan krisis kesehatan; dan d. Memberi masukan untuk kebijakan nasional

(9)

c. Tolok ukur untuk menilai Kapasitas meli-puti kelembagaan/kebijakan, penguatan kapasitas, peringatan dini, mitigasi, dan kesiapsiagaan.

2. Menentukan Standard > dilakukan untuk menentukan tingkat kualitas/kuantitas yang disepakati/ditetapkan menjadi patokan untuk tolok ukur yang ditetapkan, yaitu: a. Standar penilaian untuk potensi ancaman

bencana (Hazard) adalah potensi yang rendah di suatu wilayah untuk terjadi kejadian bencana/krisis kesehatan; b. Standar untuk menilai kerentanan yaitu

kondisi sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat baik sehingga mampu bertahan dari sisi kesehatan dalam menghadapi bahaya/ancaman; dan c. Standar untuk menilai kapasitas adalah

daerah dan masyarakat memiliki kemam-puan untuk melakukan pengurangan tingkat ancaman dan tingkat kerugian bidang kesehatan akibat bencana. 3. Menentukan Indikator > untuk mengetahui

apakah standar dari ancaman (Hazard), Kerentanan dan Kapasitas sudah tercapai/ sudah terpenuhi atau belum, dengan rincian sebagai berikut:

a. Indikator untuk Potensi Ancaman Bencana (Hazard), antara lain :

1) Jenis ancaman bencana di wilayah tersebut; dan

2) Jumlah kejadian krisis kesehatan di wilayah tersebut dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2014 -2018).

b. Indikator untuk Kerentanan

(Vulnerability), antara lain :

1) Proporsi Populasi Rentan, terdiri dari bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, lansia dan penyandang disabilitas; 2) Status kesejahteraan masyarakat

dilihat dari nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM); dan

3) Status kesehatan masyarakat dilihat dari nilai Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM).

c. Indikator untuk Kapasitas (Capacity). Indikator kapasitas dalam penang-gulangan krisis kesehatan terbagi dalam:

p. Keputusan Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK. 02.03/4/77/2017 tentang Perubahan atas Keputusan Kepala Pusat Krisis Kesehatan (Kementerian Kesehatan) Nomor HK.02.04/4/1515/2016 tentang Penetapan 34 Kabupaten/Kota rawan bencana tahun 2017 - 2019.

q. Keputusan Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK. 02.03/4/300.1/2018 tentang Perubahan atas Keputusan Kepala Pusat Krisis Kesehatan (Kementerian Kesehatan) Nomor HK.02.04/4/1515/2016 tentang Penetapan 34 Kabupaten/Kota rawan bencana tahun 2017 - 2019.

1.4. Metodologi

Metodologi penyusunan Profil Penanggulangan Krisis Kesehatan Tahun 2018 terdiri dari beberapa tahap, antara lain :

A. Penyusunan Kuesioner

Kuesioner berisi pertanyaaan-pertanyaan yang menggambarkan faktor risiko dalam penanggulangan krisis kesehatan yang mencakup potensi ancaman bencana (Hazard), Kerentanan (Vulnerability) dan Kapasitas (Capacity). Referensi penyusunan kuesioner yaitu peraturan perundangan/regulasi yang berlaku, SPHERE Handbook (2011), Global Health Cluster Suggested Set Of Core Indicators and Benchmarks By Category (IASC) serta Benchmarks, Standards and Indicators for Emergency Preparedness and Response (WHO).

Tahap Penyusunan Kuesioner terdiri dari :

1. Menentukan Tolok Ukur > dilakukan untuk mengetahui komponen-komponen yang digunakan untuk menilai Hazard, Kerentanan dan Kapasitas, yaitu :

a. Tolok ukur untuk menilai potensi ancaman bencana (Hazard) berupa probabilitas dan dampak;

b. Tolok ukur untuk menilai Kerentanan (Vulnerability) berupa faktor-faktor sosial budaya, ekonomi, fisik, dan lingkungan; dan

(10)

B. Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota oleh tim yang terdiri dari petugas dari Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, Universitas dan WHO Indonesia di Provinsi tempat kabupaten/ kota yang menjadi target. Pengambilan data dilakukan pada periode Bulan Februari – April 2018 di 37 kabupaten/kota rawan bencana di 9 Provinsi yang telah ditetapkan untuk tahun 2018. Metode pengambilan data yaitu dengan :

1. Wawancara dengan responden yaitu Pengelola Program Penanggulangan Krisis Kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota yaitu staf dan/atau pejabat terkait. Dalam wawancara ini Tim Asistensi menanyakan secara langsung pertanyaan yang terdapat di dalam kuosioner. Data yang diperoleh berupa data/jawaban langsung dari responden disertai dokumen-dokumen pendukung seperti :

a. Peraturan Kepala Daerah/Kepala Dinas Kesehatan;

b. Rencana Kontinjensi;

c. SK Tim Penanggulangan Krisis Kesehatan;

d. SK Tim Penanggulangan Bencana Di Rumah Sakit;

e. Dokumen Hospital Disaster Plan; f. Data Kejadian Krisis Kesehatan 5 Tahun

Terakhir;

g. Data Contact Person; h. Peta Rawan Bencana, dll

2. Kunjungan dalam rangka koordinasi dan advokasi ke Dinas Kesehatan kabupaten/ kota, BPBD, Rumah Sakit Umum Daerah kabupaten/kota, dan Puskesmas. Kunjungan ke rumah sakit umum daerah kabupaten/ kota dan puskesmas yang terletak di daerah rawan bencana juga untuk menilai kesiapan rumah sakit dan puskesmas dalam penanggulangan krisis kesehatan dari segi bangunan, manajemen, sumber daya manusia dan sarana prasarana.

1) Kelembagaan Kebijakan a) Kebijakan/peraturan; b) Struktur organisasi penanggulangan krisis kesehatan; dan c) Keterlibatan institusi/ lembaga non pemerintahan dalam penanggulangan krisis kesehatan.

2) Penguatan Kapasitas

a) Fasilitas pelayanan kesehatan; b) Sumber daya manusia kesehatan; c) Tim penanggulangan krisis

kesehatan; dan

d) Peningkatan kapasitas petugas. 3) Peringatan Dini

a) Manajemen data dan informasi; dan

b) Sistem peringatan dini. 4) Mitigasi

a) Pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan krisis kesehatan; dan

b) Kapasitas untuk memetakan risiko krisis kesehatan. 5) Kesiapsiagaan

a) Rencana penanggulangan krisis kesehatan;

b) Pembiayaan penanggulangan krisis kesehatan;

c) Sarana dan prasarana; d) Penilaian risiko; e) Public Safety Center.

4. Membuat Pertanyaan. Dari indikator-indikator yang telah ditentukan dari tiap komponen Hazard, Kerentanan, dan Kapasitas langkah selanjutnya adalah membuat pertanyaan-pertanyaan untuk masing-masing indikator tersebut. Misalnya untuk mengetahui Kepemilikan Tim Penanggulangan Krisis Kesehatan di Dinas Kesehatan dibuat pertanyaan: Apakah Dinas Kesehatan telah membentuk/memiliki Tim Penanggulangan Krisis Kesehatan? Bila sudah, jenis tim apakah yang dimiliki? Tim RHA, Tim Gerak Cepat, atau Tim Bantuan Kesehatan?

(11)

D. Pengolahan Data

Data yang telah diinput di dalam SIPKK selanjutnya akan diolah dalam Decision Support System (DSS) yang juga terdapat di dalam SIPKK. Hasil pengolahan data berupa nilai dari masing-masing indikator yang diolah dengan membandingkan jawaban/data kuesioner dengan standar masing-masing indikator.

E. Penyusunan Naskah Profil Penanggulangan Krisis Kesehatan

Penyusunan naskah profil dilakukan dengan mendeskripsikan indikator-indikator penilaian risiko krisis kesehatan yang diperoleh dari hasil pengolahan data oleh Decision Support System (DSS). Kegiatan ini dibagi dalam 3 tahap/kegiatan, yaitu : Penyusunan Draft 1, Penyusunan Draft 2 serta Finalisasi. Penyusunan Profil dilakukan oleh Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan dengan turut melibatkan unit lintas program terkait di Kementerian Kesehatan. Unit lintas sektor yang terlibat antara lain Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Kementerian Dalam Negeri. Penyusunan Profil ini juga melibatkan WHO Indonesia, Universitas serta LSM/NGO.

1.5. Definisi Operasional 1. Luas Wilayah

Luas wilayah adalah sebuah daerah yang dikuasai atau menjadi teritorial dari sebuah kedaulatan (negara/provinsi/kabupaten/ kota) dalam kilometer persegi (km2).

2. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk adalah jumlah manusia yang bertempat tinggal/berdomisili pada suatu wilayah atau daerah dan memiliki mata pencaharian tetap di daerah itu serta tercatat secara sah berdasarkan peraturan yang berlaku di daerah tersebut. Pencatatan atau peng-kategorian seseorang sebagai penduduk biasanya berdasarkan usia yang telah ditetapkan.

3. Selain itu, untuk melengkapi pengambilan data di lapangan, dilakukan pengambilan data di situs-situs serta buku resmi pemerintahan yang resmi yaitu antara lain : • http://bppsdmk.kemkes.go.id/info_sdmk/ • h t t p : / / w w w. b a n kd a t a . d e p ke s . g o . i d / puskesmas/ • www.depkes.go.id/resources/.../datadasar-puskesmas-tahun-2013.pdf • http://sirs.buk.depkes.go.id/rsonline/report/ proyeksi_bor_kabkota.php?id=17prop • http://sirs.buk.depkes.go.id/rsonline/data_ list.php • terbitan.litbang.depkes.go.id • www.bps.go.id • www.inarisk.bnpb.go.id • www.dibi.bnpb.go.id • www.deliserdangkab.go.id • www.disdukcapil.pemkomedan.go.id • www.simalungunkab.go.id • www.pekanbaru.go.id • www.dumaikota.go.id • www.tanjungpinang.bpk.go.id • www.burukab.go.id • www.portal.bangkabaratkab.go.id • www.bantulkab.go.id • www.lombokbaratkab.go.id • www.lombokutarakab.go.id C. Input Data

Jawaban pertanyaan/data yang ada dalam kuesioner diinput/dimasukkan ke dalam Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan (SIPKK) yang dapat diakses di website www.pusatkrisis.kemkes.go.id/ pemantauan. Pemasukan (input) data dilakukan pada periode bulan April-Mei 2018 oleh petugas asistensi/pengambil data masing-masing kabupaten/kota. Di dalam SIPKK tersebut telah tersedia form sesuai pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di dalam kuesioner untuk diisi dengan jawaban/ data dari kuosioner tersebut.

(12)

dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

8. Kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi Krisis kesehatan melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

9. Mitigasi Kesehatan

Mitigasi kesehatan adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko krisis kesehatan, baik melalui penyadaran dan peningkatan kemampuan sumber daya kesehatan maupun pembangunan fisik dalam menghadapi ancaman krisis kesehatan.

10. Peringatan Dini

Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.

11. Tanggap Darurat

Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.

12. Ancaman Bencana (Hazard)

Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana.

13. Kapasitas adalah kemampuan daerah untuk melakukan tindakan pengurangan tingkat ancaman dan tingkat kerugian akibat bencana. Kategori kapasitas dihitung dari pencapaian indikator kapasitas yang terdiri dari 5 komponen kapasitas, yaitu kebijakan/peraturan, penguatan kapasitas, peringatan dini, mitigasi, dan kesiapsiagaan. Pengkategorian tingkatan kapasitas daerah adalah sebagai berikut:

3. Penduduk/Populasi Rentan

Kelompok penduduk yang dapat/lebih mudah mengalami dampak kesehatan apabila terkena kejadian bencana. Yang termasuk kelompok penduduk/populasi rentan dalam buku profil ini adalah ibu hamil, ibu menyusui, bayi (0-1 tahun), balita (0-5 tahun), lanjut usia (di atas 55 tahun), dan penyandang disabilitas.

4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan, dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang, dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. Status Kesejahteraan Masyarakat ditetapkan berdasarkan nilai IPM, yaitu : a. Tinggi = Nilai IPM lebih dari atau sama

dengan 80

b. Menengah Atas = Nilai IPM 65 – 79 c. Menengah Bawah = Nilai IPM 50 - 64 d. Rendah = Nilai IPM < 50

5. Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM)

Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) adalah kumpulan indikator kesehatan yang dapat dengan mudah dan langsung diukur untuk menggambarkan masalah kesehatan. Status Kesehatan Masyarakat ditetapkan berdasarkan nilai IPKM, yaitu : a. Di atas rata-rata = Nilai IPKM > 0.7270 b. Rata-rata = Nilai IPKM 0.6401 - 0.7270 c. Di bawah Rata-rata = Nilai IPKM < 0.6401 6. Krisis Kesehatan

Krisis kesehatan adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam kesehatan individu atau masyarakat yang disebabkan oleh bencana dan/atau berpotensi bencana.

7. Bencana

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam

(13)

normal dari aktivitas pemerintah daerah dan tidak dapat diprediksi sebelumnya, tidak diharapkan terjadi secara berulang; berada di luar kendali dan pengaruh pemerintah daerah; dan memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam rangka pemulihan yang disebabkan oleh keadaan darurat, sesuai dengan PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Keuangan Daerah.

20. Kesehatan

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. 21. Sumber Daya Kesehatan

Sumber daya kesehatan adalah sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi, dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

22. Obat

Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi untuk manusia. 23. Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/ atau masyarakat. Penilaian ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dihitung dari jumlah total fasyankes/10.000 penduduk (fasyankes = RS + puskesmas perawatan + puskesmas non perawatan + klinik swasta). Standar minimal yang dipakai adalah 1 fasyankes/10.000 penduduk.

24. Puskesmas.

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan kabupaten/kota Rendah : pencapaian 1 % - 33 % dari seluruh

indikator

Sedang : pencapaian 34 % - 66 % dari seluruh indikator

Tinggi : pencapaian 67 % - 100 % dari seluruh indikator

14. Rawan Bencana

Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.

15. Risiko Bencana

Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.

16. Pemerintah Pusat

Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

17. Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati/ walikota, atau perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 18. Dana Siap Pakai (DSP)

Dana siap pakai adalah dana yang selalu tersedia dan dicadangkan oleh pemerintah untuk digunakan pada status keadaan darurat bencana, yang dimulai dari status siaga darurat, tanggap darurat dan transisi darurat ke pemulihan.

19. Biaya Tak Terduga (BTT)

Biaya tak terduga adalah dana yang disediakan oleh pemerintah yang sifatnya tidak biasa. Bukan merupakan kegiatan

(14)

30. Emergency Medical Team (EMT) / Tim Darurat Medis

EMT adalah kelompok profesional di bidang kesehatan yang melakukan pelayanan medis secara langsung kepada masyarakat yang terkena dampak bencana atau kegawatdaruratan sebagai tenaga kesehatan bantuan dalam mendukung sistem pelayanan kesehatan setempat.

31. Public Health Rapid Response Team (PHRRT) /Tim Respon Cepat Kesehatan Masyarakat PHRRT adalah kelompok tenaga kesehatan masyarakat yang bertugas merespon cepat kondisi kesehatan masyarakat yang terdampak bencana atau keadaan darurat. 32. Dokter Spesialis

Dokter spesialis adalah dokter yang mengkhususkan diri dalam suatu bidang ilmu kedokteran tertentu. Penilaian ketersediaan dokter spesialis berdasarkan standar. Jum-lah total dokter spesialis/100.000 penduduk. Dinyatakan kurang apabila jumlah dokter spesialis < 10 /100.000 penduduk dan sesuai standar apabila ≥ 10/100.000 penduduk. 33. Dokter Umum

Dokter umum adalah tenaga medis yang diperkenankan untuk melakukan praktik medis tanpa harus spesifik memiliki spesialisasi tertentu. Hal ini memungkinkannya untuk memeriksa masalah-masalah kesehatan pasien secara umum untuk segala usia. Penilaian ketersediaan dokter umum berdasarkan standar Jumlah total dokter umum/100.000 penduduk. Dinyatakan kurang apabila jumlah dokter umum < 40/100.000 penduduk dan sesuai standar apabila ≥ 40 /100.000 penduduk.

34. Perawat

Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penilaian ketersediaan perawat berdasarkan standar. Jumlah total perawat/100.000 penduduk. Dinyatakan kurang apabila jumlah perawat < 158 /100.000 penduduk dan sesuai standar apabila ≥ 158/100.000 penduduk.

bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima, dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Penilaian ketersediaan puskesmas dihitung dari jumlah total (puskesmas perawatan + puskesmas non perawatan) /50.000 penduduk. Standar minimal yang dipakai adalah 1 puskesmas/50.000 penduduk. 25. Rumah Sakit

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Penilaian ketersediaan rumah sakit menggunakan standar minimal yaitu 1 rumah sakit/250.000 penduduk.

27. Puskesmas Perawatan

Puskesmas Perawatan atau Puskesmas Rawat Inap merupakan Puskesmas yang diberi tambahan ruangan dan fasilitas untuk menolong penderita gawat darurat, baik berupa tindakan operatif terbatas maupun rawat inap sementara. Sesuai Standard Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di kabupaten/kota.

27. Kapasitas Tempat Tidur

Kapasitas tempat tidur adalah jumlah tempat tidur untuk pasien di ruang rawat inap rumah sakit. Penilaian kapasitas tempat tidur menggunakan standar 10 tempat tidur/10.000 penduduk.

28. Hospital Disaster Plan

Perencanaan penanggulangan bencana di rumah sakit (Hospital Disaster Plan) adalah perencanaan Rumah Sakit dalam menghadapi situasi darurat atau rencana kontingensi, yang dimaksudkan agar RS tetap bisa berfungsi terhadap pasien yang sudah ada sebelumnya.

29. Tim Penanggulangan Krisis Kesehatan Tim penanggulangan krisis kesehatan adalah sumber daya manusia kesehatan dan non kesehatan yang dimobilisasi apabila terjadi

(15)

40. Surveilans Penyakit

Surveilans penyakit adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut agar dapat dilakukan tindakan penanggulangan.

41. Standard Operating Procedure (SOP)

SOP yaitu suatu set instruksi (perintah kerja) terperinci dan tertulis yang harus diikuti demi mencapai keseragaman dalam menjalankan suatu pekerjaan tertentu.

42. Relawan Penanggulangan Bencana

Relawan adalah orang yang menyediakan tenaga dan waktunya untuk membantu upaya penanggulangan bencana dengan tanggung-jawab yang besar atau terbatas, tanpa atau dengan sedikit latihan khusus, tetapi dapat pula dengan latihan yang sangat intensif dalam bidang tertentu, untuk bekerja sukarela/tanpa pamrih membantu tenaga profesional.

43. Memorandum of Understanding (MoU)

MoU atau nota kesepahaman, adalah sebuah dokumen legal yang menjelaskan persetujuan antara dua belah pihak.

44. Public Safety Center (PSC)

Pusat pelayanan terpadu yang menjamin kebutuhan masyarakat dalam hal-hal yang berhubungan dengan kegawatdaruratan, termasuk pelayanan medis yang dapat dihubungi dalam waktu singkat di manapun berada. Merupakan ujung tombak pelayanan yang bertujuan untuk mendapatkan respon cepat (quick response) terutama pelayanan pra rumah sakit.

35. Bidan

Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan kebidanan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan diberi izin secara sah untuk melaksanakan praktik. Penilaian ketersediaan bidan berdasarkan standar jumlah total bidan/ 100.000 penduduk. dinyatakan kurang apabila jumlah bidan <100/100.000 penduduk dan sesuai standar apabila ≥ 100/100.000 penduduk.

36. Rencana Kontinjensi

Rencana kontinjensi adalah suatu proses identifikasi dan penyusunan rencana yang didasarkan pada keadaan kontinjensi atau yang belum tentu tersebut. Suatu rencana kontinjensi mungkin tidak selalu pernah diaktifkan, jika keadaan yang diperkirakan tidak terjadi.

37. Pemberdayaan Masyarakat dalam

Penanggulangan Krisis Kesehatan

Segala upaya fasilitasi yang bersifat musyawarah, guna meningkatkan penge-tahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu mengidentifikasi masalah krisis kesehatan yang dihadapi, potensi untuk penanggulangan krisis kesehatan yang dimiliki, merencanakan, dan melakukan penyelesaiannya dengan memanfaatkan potensi masyarakat setempat.

38. Simulasi/Gladi Penanggulangan Krisis Kesehatan

Simulasi/gladi penanggulangan krisis kesehatan adalah tindakan atau proses meniru penampilan tertentu atau bentuk; pemodelan dari serangkaian masalah atau peristiwa yang dapat digunakan untuk mengajarkan seseorang bagaimana melakukan sesuatu.

39. Table Top Exercise (TTX)

TTX adalah latihan meja atau gladi ruang, melibatkan personel kunci membahas skenario simulasi dalam suasana informal yang dirancang untuk menguji kemampuan teoritis dari suatu kelompok untuk menanggapi situasi tertentu.

(16)
(17)

Bab II

PROFIL PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

(18)

mencapai ibu kota provinsi meliputi mobil, sepeda motor. Jarak dari ibukota kabupaten/ kota ke ibu kota provinsi yaitu kurang lebih 3 km (waktu tempuhnya sekitar 10 menit jam). Sedangkan jarak dari ibu kota kabupaten/ kota ke RS rujukan terdekat yaitu 200 km dengan waktu tempuh 5 Menit

2.3. Ancaman (Hazard)

Jenis Ancaman Bencana yang ada di Kota Pekanbaru yaitu Banjir, Kebakaran, Kebakaran Hutan dan Lahan, Kecelakaan Transportasi, Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit, Kejadian Luar Biasa (KLB) Keracunan, Wabah Penyakit, Konflik Sosial atau Kerusuhan Sosial

2.4. Kerentanan

Populasi kelompok rentan di Kota Pekanbaru yaitu 341,826 jiwa atau 32.11% dari seluruh populasi. Proporsi kelompok rentan tersebut termasuk buruk karena diatas rata-rata bila dibandingkan proporsi kelompok rentan nasional. IPM termasuk tinggi (Bagus) yaitu 79.69. IPKM termasuk di atas rata-rata (Bagus) yaitu 0.7721.

2.5. Kapasitas

Dari 55 indikator kapasitas, sebanyak 23 indikator telah dipenuhi oleh Kota Pekanbaru. Nilai tersebut termasuk Kategori Sedang. Rinciannya sebagai berikut :

2.1. Pendahuluan

Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru terletak di Jalan Melur No. 103 Kota Pekanbaru. Telpon 0761 23213 dan fax 0761 23213. Responden Gustiyanti, SKM, M.Kes (Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru) dan Nur Hidayati, SKM (Staf Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinkes Kota Pekanbaru, 081268177844).

2.2. Karakteristik Wilayah

Kota Pekanbaru mempunyai luas wilayah 632.26 km². Batas-batas wilayah yaitu sebelah utara Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar, sebelah timur Kabupaten Siak dan Kabupaten Pelalawan, sebelah selatan Kabupaten Kampar dan Kabupaten Pelalawan, sebelah barat Kabupaten Kampar. Kota Pekanbaru terdiri dari 12 Kecamatan, yaitu Sukajadi, Pekanbaru Kota, Kecamatan Sail, Lima Puluh, Senapelan, Rumbai, Bukit Raya, Tampan, Marpoyan Damai, Tenayan Raya, Payung Sekaki, Rumbai Pesisir. Jumlah penduduk di Kota Pekanbaru adalah 1,064,566 jiwa. Akses komunikasi pada umumnya lancar. Alat komunikasi yang dapat digunakan yaitu telepon, hp, fax, internet akses transportasi relatif mudah yaitu melalui darat. Jenis alat transportasi yang dapat digunakan untuk mencapai tiap kecamatan yaitu mobil, sepeda motor. Sedangkan alat transportasi untuk

Tabel 2.1 Rincian Penilaian Kapasitas

No Indikator Pencapaian Kriteria/Standar Standar Sesuai

Kurang dari Standar Keterangan/ Referensi 1. Kebijakan/Peraturan a.Kebijakan/Peraturan 1.Peraturan yang dibuat pemerintah kabupaten terkait penanggulangan bencana/krisis kesehatan Ada Ada

(19)

No Indikator Pencapaian Kriteria/Standar Standar Sesuai Kurang dari Standar Keterangan/ Referensi 2. Peraturan Kadinkes terkait penanggulangan bencana/krisis kesehatan Ada Ada 3. Tersedia/SOP mekanisme koordinasi terkait PKK Ada Ada

b. Struktur Organisasi Penanggulangan Krisis Kesehatan 4. Pelaksanaan

pertemuan koordinasi klaster kesehatan

Sewaktu-waktu saja, bila terjadi bencana/ada hal yang penting Rutin, tidak hanya kalau terjadi bencana 5. Unit di Dinas kesehatan yang memiliki tugas mengkoordinasikan upaya penanggulangan krisis kesehatan Ada Ada 6. SK klaster kesehatan

kabupaten/Kota Tidak Ada Ada

c.Keterlibatan Institusi/Lembaga Non Pemerintahan Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan 7.Dinas kesehatan telah

mengidentifikasi institusi/lembaga non pemerintahan yang dilibatkan dalam penanggulangan krisis kesehatan Belum Sudah 8.Dinas kesehatan pernah mengadakan MoU dengan LSM/ instansi/lembaga non pemerintah dalam penanggulangan krisis kesehatan Tidak Ya

(20)

No Indikator Pencapaian Kriteria/Standar Standar Sesuai Kurang dari Standar Keterangan/ Referensi 2. Penguatan Kapasitas

a.Fasilitas Pelayanan Kesehatan 9. Jumlah total seluruh

fasilitas pelayanan kesehatan 2.123 Fasyankes/ 10.000 penduduk 1 Fasyan-kes/ 10.000 penduduk Sumber : a.GLOBAL HEALTH CLUSTER SUGGESTED SET OF CORE INDICATORS AND BENCHMARKS BY CATEGORY (IASC) www.who.int b.Sphere handbook 2011 10. Jumlah puskesmas Puskesmas/ 0.986

50.000 penduduk 1 Puskes-mas/ 50.000 penduduk

11. Jumlah rumah sakit

7.045 RS/ 250.000 penduduk 1 RS/ 250.000 penduduk 12. Kapasitas tempat tidur di RS 6.482 TT/10.000 penduduk 10 TT/10.000 penduduk 13. Proporsi RS di kab/ kota yang telah memiliki tim tanggap darurat bencana RS 0 dari 30 RS membentuk tim tanggap darurat Bencana Tiap RS mem-bentuk tim tanggap darurat Bencana untuk membuat dan melaksa-nakan manaje-men penang-gulangan Bencana Permenkes Nomor 69 Tahun 2014 tentang Kewajiban RS dan kewajiban pasien 14. Dinkes memiliki program yang berkesinambungan untuk implementasi fasilitas pelayanan kesehatan aman bencana

Tidak Memiliki Memiliki

15. Penilaian risiko fasyankes terhadap berbagai ancaman yang terjadi di wilayah tersebut Belum Ada Sama Sekali Ya, sebagian/ seluruh fasyankes telah dilakukan penilaian risiko

(21)

No Indikator Pencapaian Kriteria/Standar Standar Sesuai Kurang dari Standar

Keterangan/ Referensi b.Sumber Daya Manusia

16. Jumlah dokter spesialis 51.664 dokter spesialis/ 100.000 pddk ≥10 dokter spesia-lis/100.000 pddk Peraturan Menteri Koordinator Kesejahteraan rakyat Nomor 54/2013 tentang Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan tahun 2011-2025 17. Jumlah dokter umum umum/ 100.000 53.355 dokter

pddk ≥40 dokter umum/ 100.000 pddk

18. Jumlah bidan 66.506 bidan/ 100.000 pddk

≥100 bidan/ 100.000

pddk

19. Jumlah perawat perawat/ 195.948 100.000 pddk ≥158 perawat/ 100.000 pddk 20. Ketenagaan pada unit yang mengkoordinir upaya penanggulangan krisis kesehatan di dinas kesehatan 3 Orang S1 Kesehatan dan 1 Orang S1 Non Kesehatan Minimal 2 orang S1 (minimal salah satunya S1 kesehatan) Kepmenkes No. 81/2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat Prov, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit 21. Kepemilikan tim RHA Tidak Memiliki Memiliki

22. Kepemilikan tim penyelidikan

epidemiologi Tidak Memiliki Memiliki

23. Kepemilikan tim reaksi cepat/ tim gerak cepat/ Emergency Medical Team & PHRRT Memiliki Memiliki 24. Dinkes kab/kota telah memetakan/ mengidentifikasi tenagakesehatan yang siap untuk dimobilisasi pada saat bencana

Sudah Sudah

c. Penanggulangan Krisis Kesehatan

(22)

No Indikator Pencapaian Kriteria/Standar Standar Sesuai Kurang dari Standar Keterangan/ Referensi 26.Memiliki petugas yang terlatih manajemen penanggulangan krisis kesehatan Memiliki Memiliki 27.Memiliki petugas yang terlatih teknis medis penanggulangan krisis kesehatan

Tidak Memiliki Memiliki

28.Memiliki petugas yang terlatih teknis non medis penanggulangan krisis kesehatan

Tidak Memiliki Memiliki

29.Perencanaan peningkatan kapasitas SDM terkait PKK yang rutin dan berkesinambungan

Tidak Memiliki Memiliki

3.

Peringatan Dini

30. Sistem peringatan

dini Belum Ada

Ya, sebagian/ seluruh ancaman bencana sudah ada sistem peringatan dininya 4. Mitigasi

a.Pemberdayaan Masyarakat Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan 31.Fasilitasi kepada masyarakat dalam rangka pemberdayaan masyarakat terkait penanggulangan krisis kesehatan Melakukan Melakukan

b.Kapasitas untuk memetakan risiko Krisis Kesehatan 32.Peta/pemetaan

kapasitas atau data kapasitas sumber daya yang dapat digunakan untuk penanggulangan krisis kesehatan

(23)

No Indikator Pencapaian Kriteria/Standar Standar Sesuai Kurang dari Standar Keterangan/ Referensi 33.Peta/pemetaan kelompok rentan per kecamatan di kabupaten/kota Memiliki Memiliki 34.Peta/pemetaan jenis ancaman bencana per kecamatan di kabupaten/kota

Tidak Memiliki Memiliki

a.Anggaran Pengurangan Risiko Bencana 35.Dinas kesehatan mengalokasikan anggaran kegiatan pengurangan risiko krisis kesehatan Ya Ya b. Sistem Informasi 36. Data kejadian krisis

kesehatan 5 tahun

terakhir Ada Ada

37.Daftar kontak person lintas program dan lintas sektor terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana baik di tingkat kabupaten maupun provinsi

Ada Ada

38.Media informasi yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat untuk untuk meningkatkan kesadaran dalam kesiapsiagaan bencana Ada, yaitu poster, leaflet Ada 39.Sarana pengumpulan, pengolahan data dan penyampaian informasi terkait penanggulangan krisis kesehatan Ada, yaitu telepon, hp, laptop, komputer, internet Ada 40.Sistem pemantauan

(24)

No Indikator Pencapaian Kriteria/Standar Standar Sesuai Kurang dari Standar Keterangan/ Referensi 5. Kesiapsiagaan

a. Rencana Penanggulangan Krisis Kesehatan dan Standard Operating Procedure 41.Dinas kesehatan menyusun rencana kontijensi bidang kesehatan Ada, yaitu Renkon Tahun 2009, Rencana Kontingensi ttg KLB Flu Burung Ada 42. Dinas kesehatan melakukan TTX, simulasi, geladi bencana bidang kesehatan berdasarkan rencana kontinjensi yang disusun

Tidak Melakukan Melakukan

43. SOP penanganan korban bencana di

lapangan Tidak Memiliki Memiliki

44. SOP pengelolaan obat dan logistik kesehatan bencana.

Tidak Memiliki Memiliki

45. SOP pengelolaan

bantuan relawan Tidak Memiliki Memiliki

46. SOP pemantauan kejadian krisis kesehatan

Tidak Memiliki Memiliki

47. SOP pelaporan kejadian krisis

kesehatan Tidak Memiliki Memiliki

48. SOP sistem rujukan

pada kondisi bencana Tidak Memiliki Memiliki 49. SOP pelayanan

kesehatan untuk penanggulangan krisis kesehatan

Tidak Memiliki Memiliki

b. Pembiayaan Tanggap Darurat 50. Dinas kesehatan

memahami dana tak

terduga di BPBD Tidak Ya 51. Dinas Kesehatan memahami DSP di BNPB Tidak Ya c.Sarana Prasarana PKK 52. Sarana prasarana penanggulangan

(25)

No Indikator Pencapaian Kriteria/Standar Standar Sesuai Kurang dari Standar Keterangan/ Referensi 53. Penyediaan sarana prasarana telah menyesuaikan dengan jenis ancaman bencana di wilayahnya Tidak Ya 54. Sarana prasarana

telah mencukupi Tidak Ya

Public Safety Center 55.Pemerintah memiliki

(26)

b. Kerentanan yang bermasalah adalah Proporsi Kelompok Rentan.

c. Kapasitas Kota Pekanbaru yaitu 41.82%, termasuk kategori Sedang dengan rincian : 3.1 Kesimpulan

a. Ancaman bencana di Kota Pekanbaru adalah Banjir, Kebakaran, Kebakaran Hutan dan Lahan, Kecelakaan Transportasi, Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit, Kejadian Luar Biasa (KLB) Keracunan, Wabah Penyakit (Epidemi - Pandemi), Konflik Sosial atau Kerusuhan Sosial .

Bab III

Kesimpulan dan Rekomendasi

Tabel 3.1 Rekapitulasi Penilaian Kapasitas

No. Indikator Kapasitas IndikatorJumlah Tersedia/Sudah Ada/Sudah Sesuai Standar/Sudah Melakukan

Kurang dari Standar/Tidak Tersedia/Belum Ada/Belum Melakukan 1 Kebijakan/ Peraturan 8 4 4 2 Penguatan Kapasitas 21 9 12 3 Peringatan Dini 1 0 1 4 Mitigasi 10 8 2 5 Kesiapsiagaan 15 2 13 Jumlah 55 23 32 3.2 Rekomendasi

Berdasarkan penilaian asistensi di atas, ada beberapa rekomendasi yang perlu menjadi

tindak lanjut bagi masing-masing tingkatan pemerintah. Rincian rekomendasi tersebut ialah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Rekomendasi Peningkatan Kapasitas Kota Pekanbaru Berdasarkan tahun Kegiatan

No Kegiatan Tahun

2018 2019 2020

1 Mensosialisasikan peraturan daerah yang ada terkait penanggulangan bencana/krisis kesehatan pada klaster kesehatan 2 Mensosialisasikan peraturan kadinkes terkait penanggulangan bencana/krisis kesehatan pada klaster kesehatan 3 Sosialisasi dan melaksanakan Koordinasi sesuai SOP mekanisme koordinasi yang tersedia

(27)

No Kegiatan Tahun

2018 2019 2020

4 Melakukan koordinasi klaster kesehatan secara rutin

5 Unit penanggung jawab penanggulangan krisis kesehatan merencanakan program kegiatan upaya pengurangan risiko bencana 6 Membentuk klaster kesehatan melalui SK Kadinkes

7 Mengidentifikasi institusi/lembaga non pemerintahan yang dapat dilibatkan dalam penanggulangan krisis kesehatan 8 Membuat MoU dengan LSM/instansi/lembaga non pemerintah dalam penanggulangan krisis kesehatan 9 Advokasi dengan pemangku kepentingan untuk ketersediaan jumlah puskesmas sesuai standar 10 Advokasi dengan pemangku kepentingan untuk ketersediaan ketersediaan jumlah tempat tidur sesuai dengan kebutuhan 11 Melakukan pendataan RS di kab/kota yang telah miliki tim tanggap darurat bencana RS dan mengadvokasi untuk pembentukan tim

tanggap darurat bencana di RS

12 Membuat program untuk implementasi fasyankes aman bencana di wilayah kab/kota 13 Mendorong/memfasilitasi fasyankes untuk melakukan penilaian risiko fasyankes terhadap berbagai ancaman yang terjadi di wilayah tersebut 14 Advokasi dengan pemangku kepentingan untuk ketersediaan jumlah bidan sesuai standard 15 Membentuk tim RHA melalui SK Kadinkes

16 Membentuk tim penyelidikan epidemiologi melalui SK Kadinkes 17 Melakukan pembinaan dan peningkatan kapasitas TRC/TGC/EMT/PHHRT 18 Melakukan pembinaan pada petugas kesehatan yang siap untuk dimobilisasi pada saat bencana 19 Membuat SOP terkait mekanisme mobilisasi tim penanggulangan krisis kesehatan 20 Melibatkan tenaga kesehatan yang telah terlatih manajemen penanggulangan krisis kesehatan dalam upaya peningkatan kapasitas

di kabupaten/kota

21 Menyiapkan kebijakan dan program untuk pelatihan petugas teknis medis penanggulangan krisis kesehatan 22 Menyiapkan kebijakan dan program untuk pelatihan petugas teknis non medis penanggulangan krisis kesehatan 23 Menyusun perencanaan program peningkatan kapasitas SDM terkait PKK yang rutin dan berkesinambungan 24 Membuat sistem peringatan dini pada seluruh ancaman bencana

25

Melalui koordinasi dinas kesehatan provinsi, melakukan pembinaan secara berkelanjutan melalui pelatihan dan simulasi serta memastikan kegiatan pemberdayaan yang dilakukan sekurang-kurangnya telah meliputi :

1) Sosialisasi penanggulangan krisis kesehatan 2) Pelatihan bantuan hidup dasar (Basic Life Support)

(28)

No Kegiatan Tahun

2018 2019 2020

26 Memperbaharui secara rutin data kapasitas sumber daya yang dapat digunakan untuk penanggulangan krisis kesehatan 27 Memperbaharui secara rutin data kelompok rentan per kecamatan di kabupaten/kota 28 Membuat peta/pemetaan jenis ancaman bencana per kecamatan di kabupaten/kota 29 Menggunakan alokasi anggaran pada kegiatan pengurangan risiko krisis kesehatan 30 Menggunakan data kejadian krisis untuk perencanaan program PRB 31

Memanfaatkan daftar kontak person yang ada untuk memperlancar koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana baik di tingkat kabupaten/kota maupun provinsi

32 Mensosialisasikan media informasi yang ada ke seluruh masyarakat untuk untuk meningkatkan kesadaran dalam kesiapsiagaan bencana 33 Melakukan pemantauan dan menyampaikan informasi terkait penanggulangan krisis kesehatan 34 Membuat sistem pemantauan 24 jam

35 Melakukan TTX, simulasi untuk uji coba renkon dan mengevaluasi rencana kontijensi bidang kesehatan berkoordinasi dengan BPBD kabupaten/kota

36 Melakukan TTX, simulasi, geladi bencana bidang kesehatan berdasarkan rencana kontinjensi yang disusun 37 Membuat SOP penanganan korban bencana di lapangan 38 Membuat SOP pengelolaan obat dan logistik kesehatan bencana 39 Membuat SOP pengelolaan bantuan relawan 40 Membuat SOP pemantauan kejadian krisis kesehatan 41 Membuat SOP pelaporan kejadian krisis kesehatan 42 Membuat SOP sistem rujukan pada kondisi bencana

43 Membuat SOP pelayanan kesehatan untuk penanggulangan krisis kesehatan 44 Mengikuti kegiatan sosialisasi tentang biaya tak terduga di BPBD 45 Mengikuti kegiatan sosialisasi tentang dana siap pakai di BNPB

46 Melakukan pemeliharaan dan perawatan sarana prasaranauntuk penanggulangan krisis kesehatan 47 Melengkapi sarana prasarana penanggulangan krisis kesehatan sesuai dengan jenis ancaman bencana di wilayahnya 48 Melakukan pendataan dan penilaian sarana prasarana apakah telah mencukupi atau belum

49

Advokasi dengan pemangku kepentingan di wilayah untuk mendapat dukungan membentuk PSC 24 Jam. Bila membutuhkan dukungan dana dapat mengajukan dana pembentukan PSC melalui DAK untuk bangunan, ambulans dan sarana prasarana kesehatan

(29)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI PUSAT KRISIS KESEHATAN

Jalan H. R. Rasuna Said Blok X 5 Kav. No. 4-9 Blok A Lantai VI - Jakarta 12950 Telp. : (021) 526-5043, 521-0411, 521-0420

Fax. : (021) 527-1111 E-mail : ppkdepkes @yahoo. com

________________________________________________________________ KUESIONER

PENGUMPULAN DATA DALAM RANGKA

PENYUSUNAN PROFIL PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA I. UMUM Tahun : 2018 Provinsi : RIAU Kabupaten : KOTA PEKANBARU 1. Dinas Kesehatan : Kota Pekanbaru

2. Alamat Lengkap : Jalan Melur No. 103 Kota Pekanbaru 3. Telepon : 0761 23213

4. Fax : 0761 23213 5. Website : 6. Email : 7. Responden 1 :

Nama : Gustiyanti, SKM, M.Kes

Jabatan : Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru

Nomer HP :

Responden 2 :

Nama : Nur Hidayati, SKM

Jabatan : Staf Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinkes Kota Pekanbaru

Nomer HP : 081268177844

II. GAMBARAN UMUM DAN AKSESIBILITAS WILAYAH (1-15) A. LUAS WILAYAH DAN JUMLAH PENDUDUK

1. Luas wilayah, jumlah dan kepadatan penduduk kabupaten/kota

No WilayahKode Uraian Luas Wilayah (km²) PendudukJumlah Kepadatan Peduduk Topografi 1 1471060 Sukajadi 3.76 47364 12,596.81 jiwa/km²

2 1471050 Pekanbaru Kota 2.26 25094 11,103.54 jiwa/m² 3 1471040 Kecamatan Sail 3.26 21479 6,588.65 jiwa/km² 4 1471030 Lima Puluh 4.04 41437 10,256.68 jiwa/m²

5 1471070 Senapelan 6.65 36548 5,495.94 jiwa/km²

(30)

No WilayahKode Uraian Luas Wilayah (km²) PendudukJumlah Kepadatan Peduduk Topografi 7 1471020 Bukit Raya 22.05 103114 4,676.37 jiwa/km²

8 1471010 Tampan 59.81 269062 4,498.61 jiwa/km²

9 1471021 Marpoyan Damai 29.74 131245 4,413.08 jiwa/km² 10 1471022 Tenayan Raya 171.27 158519 925.55 jiwa/km² 11 1471011 Payung Sekaki 43.24 90665 2,096.79 jiwa/km² 12 1471081 Rumbai Pesisir 157.33 72516 460.92 jiwa/km²

Total 632.06 1,064,566.00 1,684.28 jiwa/km²

Jika Tidak Ditemukan Data Terpilah Maka Isikan Data Dibawah Ini : (Jika Data Dibawah Ini Memiliki Nilai Maka Data Dibawah Ini Akan Mengabaikan Tabel Diatas)

Topografi Pegunungan Pantai Dataran Rendah Dataran Tinggi Rawa - Rawa Luas Wilayah: 632.26 Jumlah Penduduk: 1064566 Kepadatan Penduduk: 1683.75 2. Letak geografis wilayah (Batas Wilayah) Utara: Kab. Siak dan Kab. Kampar Selatan: Kab. Kampar dan Kab Pelalawan Tenggara:

Barat: Kab. Kampar Barat Laut:

Barat Daya:

Timur: Kab. Siak dan Kab. Pelalawan Timur Laut:

3. Jumlah Populasi Kelompok Rentan (balita, bumil, buteki, lansia dan penyandang disabilitas) Untuk Melengkapi Data, Silahkan Isi Pada Tabel Pemetaan PPKK 5.1 Gambaran Umum

No Kode Wilayah Uraian

Jumlah Populasi Kelompok Rentan Bayi Balita HamilIbu MenyusuiIbu Lansia

1 1471060 Sukajadi N/A N/A N/A N/A N/A

2 1471050 Pekanbaru Kota N/A N/A N/A N/A N/A

3 1471040 Kecamatan Sail N/A N/A N/A N/A N/A

4 1471030 Lima Puluh N/A N/A N/A N/A N/A

5 1471070 Senapelan N/A N/A N/A N/A N/A

(31)

No Kode Wilayah Uraian

Jumlah Populasi Kelompok Rentan Bayi Balita HamilIbu MenyusuiIbu Lansia

7 1471020 Bukit Raya N/A N/A N/A N/A N/A

8 1471010 Tampan N/A N/A N/A N/A N/A

9 1471021 Marpoyan Damai N/A N/A N/A N/A N/A

10 1471022 Tenayan Raya N/A N/A N/A N/A N/A

11 1471011 Payung Sekaki N/A N/A N/A N/A N/A

12 1471081 Rumbai Pesisir N/A N/A N/A N/A N/A

Jika Tidak Ditemukan Data Terpilah Maka Isikan Data Dibawah Ini : (Jika Data Dibawah Ini Memiliki Nilai Maka Data Dibawah Ini Akan Mengabaikan Tabel Diatas)

Jumlah Bayi : 20658 Jumlah Balita : 85414 Jumlah Ibu Hamil : 22844 Jumlah Ibu Menyusui : 20679 Jumlah Lansia : 192231

4. Nilai IPM (Indeks Pembangunan Manusia) 79.69

5. Nilai IPKM (Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat) 0.7721 B. AKSES KOMUNIKASI

6. Bagaimana akses komunikasi di Kabupaten? Tidak ada masalah, umumnya lancar Sulit, Karena

Tidak Tentu, Karena

Deskripsikan masing-masing jawaban

7. Alat Komunikasi Apa Saja Yang Dapat Digunakan?

Telepon HP Fax Internet Telepon Satelit Radio Komunikasi 8. Bagaimana akses komunikasi ke Ibukota Provinsi?

Lancar Sulit Tidak Tentu Deskripsikan masing-masing jawaban

9. Apakah ada kerjasama antara Dinas Kesehatan dengan RAPI/masyarakat dalam hal pemanfaatan Radio Komunikasi?

Ya Tidak

Bila ya mohon FC SK/surat kesepakatan kerja sama. -

C. AKSES TRANSPORTASI

10. Bagaimana akses transportasi ke kecamatan dan Ibukota Provinsi? Mudah Sulit Tidak Tentu

Melalui? (Jawaban boleh lebih dari satu) Darat

Sungai Laut Udara

(32)

11. Jenis alat transportasi apa saja yang dapat digunakan untuk mencapai tiap kecamatan? (Jawaban boleh lebih dari satu)

Mobil Sepeda Motor Perahu Kapal Laut Pesawat Lain-lain, Sebutkan 12. Jenis alat transportasi apa saja yang dapat digunakan untuk mencapai Ibukota Provinsi? (Jawaban boleh lebih dari satu)

Mobil Sepeda Motor Perahu Kapal Laut Pesawat Lain-lain, Sebutkan 13. Waktu tempuh dari Ibukota kabupaten/kota Ibu Kota Provinsi (Jam) : 10 menit 14. Jarak yang ditempuh dari ibu kota kabupaten/kota ke ibu kota provinsi : (Dalam km) 3 km 15. Berapa jarak dan waktu tempuh dari Ibukota Kabupaten ke Rumah Sakit Rujukan terdekat

(Dalam km dan Menit)? Jarak : 200 Km, Waktu Tempuh : 5 Menit III. KRISIS KESEHATAN (16)

10. Jenis ancaman bencana di wilayah ini? (Jawaban boleh lebih dari satu) Banjir

Letusan Gunung Api Gempa Bumi

Gempa Bumi dan Tsunami Tanah Longsor

Banjir Bandang Kekeringan

Angin Puting Beliung Gelombang Pasang/Badai Banjir dan Tanah Longsor

Kebakaran

Kebakaran Hutan dan Lahan Kecelakaan Transportasi Kecelakaan Industri

Kejadian Luar Biasa (KLB) - Penyakit Gagal Teknologi

Kejadian Luar Biasa (KLB) - Keracunan Wabah Penyakit (Epidemi - Pandemi) Konflik Sosial atau Kerusuhan Sosial Aksi Teror dan Sabotase

(33)

IV. FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN (17-18)

17. Nama dan Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan?

No Jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan Jumlah

1 Rumah Sakit 30

2 Puskesmas Perawatan 16

3 Puskesmas Non Perawatan 5

4 Klinik Swasta 175

Jumlah 226

18. Nama RS, jumlah Tempat Tidur dan BOR di tiap Rumah Sakit?

Kode RS Nama RS Tipe RS

Kapa-sitas Tempat Tidur Apakah Sudah Memiliki Hospital Disaster Plan/ Perencanaan Penang-gulangan Bencana? BOR Apakah Memiliki Tim Penang-gulangan Bencana? Apakah memiliki Emergency Medical Team? 1471022 RS TNI AD D 52 1471215 RS TNI AU-LANUD ROESMIN NURJADIN C

1471390S RS Awal Bros Panam C 1471146 RS Jiwa Tampan A 1471067 RS Eka Hospital Pekanbaru B 1471226 RS Awal Bros Pekanbaru B 243 48.2 1471079 RS Khusus Bedah & Kebidanan Syafira C 1471259 RSIA Andini D 47 1471237 RSAB Eria Bunda C 1471371 RS Lancang Kuning C 1471387S RSIA Zainab C 92 57.7 1471382 RSU Pekanbaru Medical Center C

(34)

Kode RS Nama RS Tipe RS Kapa-sitas Tempat Tidur Apakah Sudah Memiliki Hospital Disaster Plan/ Perencanaan Penang-gulangan Bencana? BOR Apakah Memiliki Tim Penang-gulangan Bencana? Apakah memiliki Emergency Medical Team? 1471386S RS Bersalin ANNISA C 35.1 1471383S RSIA Sansani C 1471033 RS BHAYANG-KARA PEKAN BARU POLDA RIAU C 1471384 RS A. Yani D 1309022 RS Islam Ibnu Sina B 1471055 RS Santa Maria

Pekanbaru B 200

1471091 RSUD Petala Bumi C 1471161 RS Bina Kasih C 1471011 RSUD Arifin Achmad, Pekanbaru B RS PROF DR Tabrani C 56 41.9 RS Mata SMEC C RS Mata Pekanbaru Eye Center C RSIA Budhi Mulya C RS JMB Pekanbaru C RS Universitas Riau D RS Aulia Hospital C RS Prima C RSD Madani C

(35)

V. SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (19-20)

19. Data ketenagaan pada unit yang mengkoordinir upaya penanggulangan krisis kesehatan di Dinas Kesehatan :

No Tingkat Pendidikan Jumlah

(1) (2) (3) 1 S2 Kesehatan 9 2 S2 Non Kesehatan 2 3 S1/D4 Kesehatan 3 4 S1/D4 Non Kesehatan 1 5 D3 Kesehatan 22 6 D3 Non Kesehatan 7 SLTA Kesehatan 5 8 SLTA Umum 4 9 SLTP 10 SD

20. Data jumlah tenaga Kesehatan di seluruh fasyankes di kabupaten/kota :

No Jenis SDM Kesehatan Jumlah

1 Dokter Spesialis 550

2 Dokter Umum 568

3 Perawat 2086

4 Bidan 708

Jumlah

VI. KERANGKA HUKUM, MEKANISME KOORDINASI DAN STRUKTUR ORGANISASI TERKAIT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN (21-26)

A. KEBIJAKAN/PERATURAN TERKAIT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

21. a. Apakah Pemerintah Daerah pernah membuat Perda/SK Bupati terkait penanggulangan bencana/krisis kesehatan?

Ya Tidak

b. Bila ada, mohon disebutkan nomor, tahun dan judul Peraturan Daerah tersebut 2015 tentang bencana kabut asap

22. a. Apakah Dinas Kesehatan pernah membuat kebijakan/peraturan terkait penanggulangan krisis kesehatan?

Ya Tidak

b. Bila ada, mohon disebutkan nomor, tahun dan judul Peraturan Dinkes tersebut PEMBENTUKAN TIM KESEHATAN PENANGGULANGAN DAMPAK BENCANA DINAS KESEHATAN KOTA PEKANBARU TAHUN 2017

B. STRUKTUR ORGANISASI PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

23. a. Apakah Dinas Kesehatan memiliki unit kerja yang memiliki tupoksi sebagai koordinator dalam penanggulangan krisis kesehatan?

(36)

b. Bila tidak terletak di struktur siapakah pelaksana koordinator penanggulangan krisis kesehatan?

24. Apakah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota telah membentuk klaster kesehatan di wilayahnya? Ya Tidak

Bila “YA” agar melakukan scan SK Klaster Kesehatan. -

Bila “TIDAK/BELUM”, Mengapa? belum terpapar terkait Klaster Kesehatan C. MEKANISME KOORDINASI PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

25. Pelaksanaan pertemuan koordinasi dalam mobilisasi sumber daya kesehatan : Rutin, tidak hanya kalau terjadi bencana

Sewaktu-waktu saja, bila terjadi bencana/ada hal yang penting Tidak Pernah

26. Unit apa saja yang terlibat dalam pertemuan koordinasi tersebut? (Jawaban boleh lebih dari satu) BPBD

Dinas Sosial

Dinas Pekerjaan Umum LSM

Perguruan Tinggi Masyarakat Lembaga Usaha

Lain-lain, Sebutkan Satpol PP, SAR, PMI

VII. KEPEMILIKAN TIM PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN (27-32) 27. Apakah Kab/kota telah memiliki tim penanggulangan krisis kesehatan?

Ya Tidak

Jika Tidak, Mengapa?

28. Bila memiliki, Tim apa sajakah yang tersedia : (Jawaban boleh lebih dari satu) Tim RHA

Tim Penyelidikan Epidemiologi

Tim Gerak Cepat (TGC)/Emergency Medical Team (EMT) dan Public Health Rapid Response Team (PHRRT)

29. Apakah pembentukan tim tersebut telah ditetapkan dengan SK Kadinkes/Direktur RS/Bupati? Ya Tidak Bila Ya, Mohon Scan SK

30. Apakah tersedia SOP mekanisme mobilisasi Tim Gerak Cepat, Tim RHA dan Tim Bantuan Kesehatan?

Ya Tidak Bila YA, Apakah SOP tersebut memuat : (Jawaban boleh lebih dari satu) Jenis Tenaga Tiap Tim

Waktu Mobilisasi Setelah Bencana

1-24 jam 1-72 jam Lain-lain, Sebutkan Lain-lain, Sebutkan!

Mekanisme Mobilisasi Lain-lain, Sebutkan!

Jika Tidak, Mengapa? Belum terpapar, jika apa yang sudah dilakukan selama ini harus dibuatkan SOP nya

(37)

31. Apakah setiap Puskesmas telah memiliki tim medis untuk kedaruratan (Emergency Medical Team)?

Ya Tidak

Bila ya, mohon disampaikan SK pembentukan Tim

32. Apakah Dinkes kabupaten/kota telah memetakan/mengidentifikasi ketersediaan tenaga-tenaga kesehatan yang siap untuk dimobilisasi pada saat bencana?

Ya, sudah ada data di seluruh fasyankes di wilayah kabupaten/kota Ya ,sudah ada data di sebagian fasyankes, karena

Belum sama sekali, karena

VIII. RENCANA PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN (33-38)

33. Apakah Dinas Kesehatan telah menyusun Rencana Kontinjensi Bidang Kesehatan? Ya Tidak

Bila TIDAK, mengapa?

Bila jawaban “TIDAK”, maka Pengisian Kuisioner Dilanjutkan pada pertanyaan No. 38. Bila jawaban “YA”, Pengisian Kuisioner Dilanjutkan pada pertanyaan No. 33-37

34. Apa judul, tahun pembuatan dan sumber pembiayaannya? Tahun 2009, Rencana Kontingensi ttg KLB Flu Burung

35. Apakah rencana ini menjadi bagian dari perencanaan BPBD kabupaten/kota? Ya Tidak

36. Apakah Rencana Kontinjensi yang telah disusun : Sudah Ditandatangani Bupati

Sudah Ditandatangani Kepala Dinas Kesehatan Masih Sebatas Draft

Scan Dokumen Rencana Kontinjensi. -

37. Apakah Dinas Kesehatan telah melakukan TTX, Simulasi, Gladi Bencana Bidang Kesehatan berdasarkan rencana kontinjensi yang disusun?

Ya Tidak

38. Apakah dilakukan evaluasi setelah pelaksanaan gladi? Ya Tidak

Bila Ya, Apakah dilakukan revisi rencana kontinjensi setelah dievaluasi? Ya Tidak

Bila TIDAK, Mengapa keterbatasan anggaran

IX. STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) TERKAIT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN (39-46)

39. Apakah tersedia SOP mekanisme koordinasi terkait penanggulangan krisis kesehatan? Ya Tidak

Bila ya, Apakah SOP tersebut memuat :(Jawaban boleh lebih dari satu) Mekanisme Koordinasi Pra krisis kesehatan

Mekanisme Koordinasi Saat Krisis

Mekanisme Koordinasi Pasca Krisis Kesehatan

Bila TIDAK, bagaimana pelaksanaan koordinasi dalam penanggulangan krisis kesehatan yang pernah dilakukan selama ini?

40. Apakah tersedia SOP Penanganan Korban Bencana di Lapangan? Ya Tidak

(38)

Bila YA : Apakah SOP tersebut memuat : (Jawaban boleh lebih dari satu) Jenis Tenaga

Kompetensi Tenaga

Struktur Organisasi (Penanggung Jawab) Tata Laksana Penanganan Korban Lain-lain, Sebutkan

Bila TIDAK, bagaimana mekanisme penanganan korban bencana di lapangan yang dilakukan selama ini Berjalan sesuai kemampuan dan kompetensi tenaga keseahatan

41. Apakah tersedia SOP pengelolaan obat dan logistik kesehatan? Ya Tidak Bila Ya, Apakah SOP tersebut memuat : (Jawaban boleh lebih dari satu) Jenis Tenaga Kompetensi Tenaga Struktur Organisasi (Penanggung Jawab) Jenis Obat dan Logistik Kesehatan Mekanisme Mobilisasi

Alur Permintaan Kebutuhan Lain-lain, Sebutkan

Bila TIDAK, bagaimana mekanisme penanganan korban bencana di lapangan yang dilakukan selama ini Telah berjalan sebagai mana semestinya hanya saja belum terdokumentasikan (SOP belum dibuat) 42. Apakah tersedia SOP pengelolaan bantuan relawan? Ya Tidak Bila YA : Apakah SOP tersebut memuat : (Jawaban boleh lebih dari satu) Jenis Relawan Kompetensi Relawan Jumlah Relawan

Cp Yang Harus Dihubungi Lain-lain, Sebutkan

Bila “TIDAK”, bagaimana mekanisme mobilisasi bantuan relawan yang dilakukan selama ini? Hanya melapor ke Dinkes Kota

43. Apakah tersedia SOP pemantauan kejadian krisis kesehatan? Ya Tidak

Bila YA : Apakah SOP tersebut memuat : (Jawaban boleh lebih dari satu) Pelaksanaan Pemantauan 24 Jam

Struktur Organisasi (Penanggung Jawab) Jenis dan Kompetensi Petugas

Alat Komunikasi Yang Digunakan Lain-lain, Sebutkan

Bila TIDAK, bagaimana mekanisme pelaksanaan pemantauan kejadian krisis kesehatan yang dilakukan selama ini? Telah berjalan sebagai mana semestinya hanya saja belum terdokumentasikan (SOP belum dibuat)

44. Apakah tersedia SOP Pelaporan Kejadian Krisis Kesehatan? Ya Tidak

Bila YA : Apakah SOP tersebut memuat : (Jawaban boleh lebih dari satu)

Alur pelaporan berjenjang dari Dinkes Kab - Dinkes Prov - Kemenkes sesuai Permenkes 77 Format Pelaporan sesuai Permenkes 77

(39)

Alat Pengolah Data Yang Digunakan Lain-lain, Sebutkan

Bila “TIDAK”, bagaimana mekanisme pelaporan kejadian krisis kesehatan yang dilakukan selama ini? Telah berjalan sebagai mana semestinya hanya saja belum terdokumentasian (SOP belum dibuat)

45. Apakah tersedia SOP sistem rujukan (pra RS-RS) apabila terjadi bencana dengan korban massal? Ya Tidak

Bila YA : Apakah SOP tersebut memuat : (Jawaban boleh lebih dari satu) Daftar RS Rujukan

Sarana Prasarana / Ambulans Jenis dan Kompetensi SDM Waktu Tiba di Lokasi Kejadian Waktu Rujukan

Jejaring Antar RS Call Center

Lain-lain, Sebutkan

Bila “TIDAK”, bagaimana mekanisme sistem rujukan pada kejadian krisis kesehatan yang dilakukan selama ini? Telah berjalan sebagai mana semestinya hanya saja belum terdokumentasian (SOP belum dibuat)

46. Apakah tersedia SOP Pelayanan Kesehatan untuk penanggulangan krisis kesehatan? Ya Tidak

Bila YA : Apakah SOP tersebut memuat : (Jawaban boleh lebih dari satu) Pelayanan Kesehatan Dasar

Pelayanan Gizi Kesehatan Reproduksi Kesehatan Jiwa Kesehatan Lingkungan Promosi Kesehatan Surveilans Lain-lain, Sebutkan

Bila “TIDAK”, bagaimana mekanisme pelayanan kesehatan pada kejadian krisis kesehatan yang dilakukan selama ini? Telah berjalan sebagai mana semestinya hanya saja belum terdokumentasikan (SOP belum dibuat)

X. PEMBIAYAAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN (47-49) A. ANGGARAN PENGURANGAN RISIKO KRISIS KESEHATAN

47. Apakah Dinas Kesehatan mengalokasikan anggaran untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan? Ya Tidak

Bila “YA”, untuk program/kegiatan pengurangan risiko kesehatan apa saja anggaran tersebut digunakan? (Jawaban boleh lebih dari satu)

Peningkatan Kapasitas Petugas Sosialiasasi dan Advokasi Kebijakan Penyusunan SOP/Pedoman/Juklak Gladi/Simulasi

Pengadaan Sarana Prasarana Pengadaan Alat Kesehatan Pengadaan Obat

(40)

Lain-lain, Sebutkan Mobilisasi Petugas Kesehatan saat bencana Bila TIDAK, MENGAPA

B. ANGGARAN SAAT TANGGAP DARURAT 48. Apakah Dinkes menerima DAK?

Ya Tidak

Bila “ YA”, apakah digunakan untuk upaya pengurangan risiko krisis kesehatan? Ya Tidak

49. Apakah Dinas Kesehatan telah mengetahui adanya Dana Siap Pakai di BNPB dan Biaya Tak Terduga (BTT) di provinsi/kabupaten/kota yang dapat digunakan untuk penanganan masa tanggap darurat?

Paham DSP Paham BTT Tidak Paham DSP Maupun BTT

XI. KETERLIBATAN INSTITUSI/LEMBAGA NON PEMERINTAHAN DALAM PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN (50-51)

50. Apakah Dinas Kesehatan telah mengidentifikasi institusi/lembaga non pemerintahan yang dilibatkan dalam penanggulangan krisis kesehatan?

Ya Tidak

51. Apakah Dinas Kesehatan pernah mengadakan MoU dengan LSM/Intansi/lembaga non pemerintah dalam penanggulangan krisis kesehatan?

Ya Tidak

Bila Ya, Institusi/lembaga apa dan terkait kegiatan apa?

XII. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN (52)

52. Apakah Dinas Kesehatan/Puskesmas telah melakukan fasilitasi kepada masyarakat dalam rangka pemberdayaan masyarakat terkait penanggulangan krisis kesehatan?

Ya Tidak

Bila Ya. Dalam bentuk apakah kegiatan fasilitasi pemberdayaan masyarakat tersebut dilakukan? (Jawaban boleh lebih dari satu)

Analisa Risiko krisis kesehatan akibat Bencana Penyusunan Perencanaan Masyarakat dalam PKK

Sosialisasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Pelatihan/Peningkatan Kapasitas terkait PKK Table Top Exercise (TTX)

Simulasi/Gladi Penanggulangan Krisis Kesehatan Lain-lain, Sebutkan

Bila Ya, Unsur/elemen masyarakat apa saja yang dilibatkan? (Jawaban boleh lebih dari satu) Karangtaruna Pramuka Pelajar Mahasiswa Ibu-ibu PKK Kader Posyandu

Lain-lain, Sebutkan Tokoh Masyarakat Bila TIDAK, Mengapa

(41)

XIII. PENINGKATAN KAPASITAS PETUGAS PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN (53-54)

53. Apakah Dinas Kesehatan memiliki petugas yang terlatih terkait penanggulangan krisis kesehatan?

Ya Tidak

Bila TIDAK,mengapa?

Unit Jumlah Tenaga Kesehatan Yang Pernah Dilatih Jumlah Manajemen PKK Teknis Medis Teknis Non Medis

2

54. Apakah Dinkes memiliki perencanaan peningkatan kapasitas SDM terkait PKK yang rutin dan berkesinambungan?

Ya Tidak

Bila Ya. Apa saja programnya?

Bila Tidak. Mengapa? Tidak ada anggaran untuk kegiatan di atas

XIV. MANAJEMEN DATA DAN INFORMASI PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN (PRA, SAAT DAN PASCA) (55-60)

55. Apakah tersedia data kejadian krisis kesehatan 5 tahun terakhir? Ya Tidak

56. Data yang tersedia disimpan dalam bentuk apa?(Jawaban bisa lebih dari satu) Hardcopy

Softcopy Cloud

57. Apakah tersedia daftar kontak person lintas program dan lintas sektor terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana baik di tingkat kabupaten/kota maupun Provinsi?

Ya

Bila Ya, Lampirkan File Data Kontak Personnya -

Tidak

Bila Tidak, Apa alasannya?

58. Apakah tersedia media informasi yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat untuk untuk meningkatkan kesadaran dalam kesiapsiagaan bencana?

Ya Tidak

Bila Ya, dalam bentuk apa? (Jawaban boleh lebih dari satu) Website Buletin Buku Poster Leaflet Lain-lain, Sebutkan

59. Apakah tersedia sarana pengumpulan, pengolahan data dan penyampaian informasi terkait penanggulangan krisis kesehatan?

Gambar

Tabel 2.1 Rincian Penilaian Kapasitas
Tabel 3.2 Rekomendasi Peningkatan Kapasitas Kota Pekanbaru  Berdasarkan tahun Kegiatan

Referensi

Dokumen terkait

80% dari pelanggan kami adalah surau, masjid dan bangunan yang punya masalah audio visual.. Dan kami selesaikan

Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, jurnal ini digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat harga pokok produk yang dijual...

303 8.1.7 Jumlah Tenaga Kerja Hotel Bintang Menurut Pendidikan dan Kecamatan di Kota Mataram, 2016/ Number of Labour Star Hotel by Education and Subdistrict in Mataram City, 2018

Berdasarkan uraian dari berbagai teori dan hasil-hasil penelitian yang mendukung penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara model

Jika kita melihat dari kesimpulan diatas, dapat disimpulkan bahwasanya penggunaan box girder type single cellular dengan lebar jembatan 17 meter dengan panjang antar

Tuhan pengen pake kita untuk memainkan lagu-lagu yang indah kepada dunia ini, tapi gimana Tuhan bisa pakai kalau kita ngga pernah mau menyesuaikan nada kita

Penulis akan mencari dampak jenis games online yang dimainkan anak usia 9-10 tahun terhadap tingkat kreativitas figural dengan menggunakan metode non eksperimen,

Awal berdirinya Red Batik Solo adalah tanggal 12 Februari 2012 pertama kali dicetuskan oleh seorang seniman dan budayawan lulusan Institut Seni Surakarta (ISI) yang