• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN CANGKANG KELAPA SAWIT DAN LIMBAH KELAPA SAWIT (SLUDGE) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOBRIKET ARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN CANGKANG KELAPA SAWIT DAN LIMBAH KELAPA SAWIT (SLUDGE) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOBRIKET ARANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

518

PEMANFAATAN CANGKANG KELAPA SAWIT DAN LIMBAH KELAPA SAWIT

(SLUDGE) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOBRIKET ARANG

(Utilization of Palm Kernell Shells and Palm Oil Sludge as Raw Materials of Biobriquette

Charcoal)

Muhammad Ginta Munthe

1

, Achwil Putra Munir

1

, AdianRindang

1 1Progam Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian USU, Medan

Jl. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3 Kampus USU Medan 20155 email : gintamunthe@yahoo.com

Diterima : 24 Maret 2015/Disetujui : 8 April 2015

ABSTRACT

Briquette is one type of alternative fuel made from various kinds of biomass. Biomass used in this study was the palm kernel shells and palm oil sludge. This research was aimed to make biobriquette charcoal from palm kernel shells and palm oil waste sludge as an alternative fuel and to test the quality of biobriquette charcoal. Testing was performed under non factorial completely randomized design. The parameters observed were calorific value, water content, density and ash content. The results of this study indicated that the composition of biobriquette charcoal affected the calorific value, water content, density and ash content. The average of calorific value was 3714.16 cal/g, the average of water content was 7.95 %, the average of density was 0.79 (g / cm3) the average ash content was 19.84 (%).

Keywords : Briquette , palm kernel shells ,sludge, waste

PENDAHULUAN

Energi biomassa menjadi sumber energi alternatif pengganti bahan bakar fosil (minyak bumi) karena beberapa sifatnya yang menguntungkan yaitu, dapat dimanfaatkan secara lestari karena sifatnya yang dapat diperbaharui, relatif tidak mengandung unsur sulfur sehingga tidak menyebabkan polusi udara juga dapat meningkatkan efesiensi pemanfaatan sumber daya hutan dan pertanian

(Widardo dan Suryanta, 1995).

Situasi energi di Indonesia tidak lepas dari situasi energi dunia. Konsumsi energi dunia hanya makin meningkat membuka kesempatan bagi Indonesia untuk mencari sumber energi alternatif untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Seperti diketahui Indonesia sangat berkepentingan untuk menggantikan sumber daya energi minyak dengan sumber daya energi lainnya, karena minyak merupakan sumber daya energi yang menghasilkan devisa selain gas alam oleh karena itu, sektor sektor perekonomian yang memanfaatkan minyak sedapat mungkin menggantikannya dengan sumber daya lain seperti gas alam, batubara, panas bumi, tenaga air dan biomassa yang tersedia dalam jumlah besar(Reksohadiprojo, 1998).

Mengurangi penggunaan minyak bumi yang berlebihan maka perlu dikembangkan suatu

energi alternatif yang bisa dimanfaatkan sebagai pengganti minyak bumi. Bentuk alternatif ini ada berbagai macam antara lain gasohol bahan bahan organik, biobriket yang bisa digunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan bentuk bentuk energi alternatif yang lain, energi alternatif yang dihasilkan diharapkan memiliki kualitas dan terbuat dari bahan baku yang diperbaharui dan murah ( Arganda, 2007).

Sumatera Utara termasuk sebagai provinsi yang memiliki lahan perkebunan kelapa sawit yang cukup luas sekitar 299.512 Ha pada tahun 2007 tentu memiliki sumber limbah kelapa sawit yang melimpah.

Pemanfaatan limbah Agoindustri sebagai bahan baku briket dinilai starategis untuk menggantikan minyak tanah. Briket yang dihasilkan relatif lebih ramah lingkungan karena tidak menghasilkan emisi gas beracun( Arganda, 2007).

Menurut Loebis dan Tobing (1989), limbah cair PKS (pabrik kelapa sawit) bersal dari air kondensat rebusan, air drab lumpur klarifikasi (350- 450 kg/ton TBS) dan air hidrosiklon (100-150 kg/ton TBS). Limbah perkebunan tersebut dapat diolah menjadi suatu bahan bakar padat buatan yang lebih luas penggunaannya sebagai bahan bakar alternatif yang disebut biobriket. Salah satu contohnya adalah biobriket dari limbah kelapa sawit yang berasal dari sisa proses

(2)

519 produksi CPO ( Crude Palm Oil ) yang dialirkan ke kolam limbah kemudian menjadi bahan organik.

Penilitian ini bertujuan untuk membuat biobriket arang dari biomassa cangkang kelapa sawit dan sludge limbahkelapa sawit sebagai bahan bakar alternatif dan untuk menguji mutu biobriket arang, antara lain kualitas nilai kalor, kadar air, densitas dan kadar abu.

BAHAN DAN METODE

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkang kelapa sawit, sludge limbah kelapa sawit, tepung kanji, air sebagai campuran bahan perekat. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tungku pengarangan yang digunakan sebagai tempat pengarangan cangkang kelapa sawit, sekop kecil yang digunakan untuk memasukkan cangkang kelapa sawit kedalam tungku pengarangan, lumpang dan alu yang digunakan sebagai alat menumbuk bioarang, ember dan baskom yang digunakan sebagai tempat pengadukan adonan bioarang, gelas ukur yang digunakan untuk mengukur banyaknya air yang dibutuhkan untuk membuat larutan kanji, kayu pengaduk yang digunakan sebagai alat untuk adonan bioarang agar campuran merata, timbangan yang digunakan sebagai alat untuk mengukur berat bioarang yang akan dicetak, cetakan briket yang digunakan sebagai tempat untuk mencetak sampel briket, oven yang digunakan sebagai alat untuk mengeringkan bioarang yang telah dicetak, bom calorimeter yang digunakan sebagai alat untuk mengukur nilai kalori dari briket yang dihasilkan, shave seckher yang digunakan untuk mengayak biorang yang telah ditumbuk.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial. Perlakuan dilakukan dengan mengkombinasikan jenis bahan pembuat briket cangkang kelapa sawit dan sludge limbah kelapa sawit dengan komposisi tertentu yang bertujuan untuk mengamati pengaruh kombinasi komposisi bahan terhadap mutu yang dihasilkan. Perpaduan kedua komposisi bahan briket diasumsikan memiliki massa yang sama.komposisi bahan dapat dilihat pada Tabel 1.

Model Rancangan Penelitian

Model rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) non-faktorial dengan model sebagai berikut : Yij = µ + Ti + €ij =1,2,...t ...(1) Dimana :

Yij= Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ= Nilai tengah umum Ti= Pengaruh perlakuan ke-i

€ij= Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.

Tabel 1. Perlakuan komposisi antara cangkang kelapa sawit dan sludge limbah kelapa sawit Perlakuan Komposisi Cangkang Sawit ( % ) Sludge Limbah Sawit (%) P1 100 0 P2 50 50 P3 40 60 P4 30 70 P5 20 80 P6 0 100

Persiapan Bahan Baku

Tahap ini bertujuan untuk mempersiapkan bahan yang akan digunakan dalam percobaan sehingga mempunyai bentuk yang seragam dan dapat dengan mudah digunakan dalam tahap selanjutnya.

Adapun tahap persiapan bahan yaitu cangkang kelapa sawit dibersihkan dari kotoran hal ini bertujuan agar proses pengarangan dapat berlangsung sempurna dan tidak terganggu dengan kotoran yang ada. Begitu juga dengan sludge limbah kelapa sawit dibersihkan dari kotoran dengan cara mengering - anginkan limbah kelapa sawit terlebih dahulu sebelum digunakan.

Prosedur Penelitian

1. Cangkang kelapa sawit dansludgelimbah kelapa sawit dibersihkan dari kotoran yang terikut, kemudian dilakukan pengeringan dibawah sinar matahari.

2. Bahan cangkang kelapa sawit dimasukkan dalam tungku pengarangan lalu bahan di sulut dengan api, sesudah menjadi arang bahan dikeluarkan dari tungku pengarangan. 3. Bioarang hasil pengarangan ditumbuk hingga menjadi tepung arang dan sludgelimbah kelapa sawit dikering udarakan sehingga benar benar kering.

4. Cangkang kelapa sawit yang ditumbuk tersebut kemudian diayak untuk mendapatkan ukuran material yang seragam dalam penelitian ini, untuk ukuran material cangkang kelapa sawit adalah 20 mesh. 5. Sludge limbah kelapa sawit yang padat

(3)

520 6. Kemudian disiapkan campuran perekat

(kanji) yang di larutkan dalam air dengan perbandingan 1: 10, kemudian dipanaskan. 7. Adonan tepung kanji yang telah jadi perekat,

kemudian dicampurkan dengan tepung dari hasil pengayakan sehingga menjadi adonan yang lengket, selanjutnya adonan diaduk agar semua bahan tercampur merata 8. Hasil adonan tepung kanji di timbang 20 %

setiap perlakuan.

9. Hasil adonan briket dimasukkan ke cetakan briket tipe press

10. Kemudian briket dikeluarkan dari cetakan dan dilakukan pengeringan dengan oven pada suhu 600 C selama lebih berkurang 24 jam,

briket yang dihasilkan diuji parameternya yaitukualitas nilai kalor, kadar air, densitas dan kadar abu.

Parameter yang diamati

Adapun parameter-parameter yang diuji adalah sebagai berikut

1. Kualitas nilai kalor

Pengukuran kualitas nilai kalor untuk setiap perlakuan pada setiap kali ulangan. Kualitas nilai kalor dapat diukur dengan menggunakan alat bomb calorimeter (kal/g).

Cara pengujian kualitas nilai kalor pada biobriket arang cangkang kelapa sawit dan limbah kelapa sawit sludge adalah sebagai berikut :

- Tabung bomb calorimeter dibersihkan - Ditimbang bahan bakar sebanyak 0,15 g dan

diletakan dalam cawan platina.

- Dipasang kawat penyala pada tangkai penyala - Cawan platina ditempatkan pada ujung tangkai

penyala

- Tabung di tutup dengan kuat

- Dimasukkan oksigen dengan takanan 30 bar - Tabung bomb ditempatkan dalam calorimeter - Kalorimeter ditutup dengan penutupnya - Pengaduk air pendingin dihidupkan selama 5

menit

- Dicatat temperatur yang tertera pada termometer

- Penyalaan di lakukan dan dibiarkan selama 5

menit

- Dicatat kenaikan suhu pada termometer - Dihitung nilai kalor dengan rumus :

HHV = (T2 – T1 – 0,05 ) x Cv...(2) dimana :

T1=Temperatur sebelum pengeboman(o C )

T2=Temperatur setelah pengeboman (o C )

1 Joule = 0,239 kal

HHV= Kualitas nilai kalor (kal/g)

Panas jenis bom calorimeter = 73529, 6 (joule /kgo C )

Kenaikan temperatur kawat penyala = 0,05 oC 2. Kadar air

Penentuan kadar air di lakukan untuk setiap perlakuan pada setiap kali ulangan. Kadar air dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan :

Kadar air (%) = {( G0 – G1)/ G0} x 100 %...(3)

Dimana,

G0= berat contoh sebelum dikeringkan ( g)

G1= berat contoh setelah dikeringkan (g)

3. Densitas ( kerapatan partikel )

Kerapatan umumnya dinyatakan dalam perbandingan berat dan volume , yaitu dengan cara menimbang briket dan mengukur volume. Kerapatan briket dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : Kerapatan = G/V...(4) Dimana, K : Kerapatan ( g/ cm3 ) G : Bobot briket ( g ) V : Volume ( cm3 ) 4. Kadar abu

Penentuan kadar abu dilakukan untuk setiap perlakuan pada setiap kali ulangan. Contoh uji diletakkan 5 g bahan ke dalam cawan kemudian dimasukkan kedalam tungku pengabuan dan dibakar secara perlahan selama 4 jam sampai suhu pembakaran akhir 580 – 6000

C sehingga semua karbon hilang, dinginkan cawan beserta isinya kedalam desikator kemudian ditimbang untuk mendapatkan kadar abu. Besar kadar abu dihitung dengan rumus : Kadar abu = ୆ୣ୰ୟ୲ ୱ୧ୱୟ ୟୠ୳ ( ୥)

୆ୣ୰ୟ୲ ୩ୣ୰୧୬୥ ୲ୟ୬୳୰ ୟ୰ୟ୬୥ (୥) x 100%

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa komposisi bahan pembuat briket arang dari cangkang kelapa sawit dan sludge limbah kelapa sawitberpengaruh terhadap jumlah nilai kalor, kadar air, kerapatan, dan kadar abu. Hasil pengujian yang diperoleh tercantum pada Tabel 2.

Dari Tabel 2. dapat dilihat bahwa nilai kalor yang tertinggi diperoleh dari perlakuan P1

sebesar 5506,38 kal/g sedangkan nilai kalor yang terendah diperoleh dari perlakuan P6 410,04

sebesar kal/g. Kadar air yang tertinggi diperoleh dari perlakuan P6 17,06 % sedangkan kadar air

yang terendah diperoleh dari perlakuan P4

sebesar 3, 26 %. Densitas (kerapatan partikel) yang tertinggi diperoleh dari perlakuan P2

(4)

521 sebesar 0,93 g/cm3 sedangkan densitas terendah

diperoleh dari perlakuan P5 sebesar 0,69 g/cm3.

Kadar abu yang tertinggi diperoleh dari perlakuan

P6 sebesar 38,64 % sedangkan kadar abu

terendah diperoleh dari perlakuan P1 sebesar

7,86 %.

Tabel 2. Hasil penelitian pemanfaatan cangkang kelapa sawit dan sludge limbah kelapa sawit sebagai bahan baku pembuatan biobriket arang.

Nilai kalor

Hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa persentase perlakuan bahan pengikat memberi pengaruh sangat nyata terhadap nilai kalor. Hasil pengujian LSR (Least Significant

Range) menunjukkan pengaruh persentase perbedaan komposisi bahan bakar terhadap nilai kalor untuk setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil uji LSR persentase komposisi bahan briket terhadap nilai kalor (kal/g)

Jarak LSR Notasi P 0,05 0,01 Perlakuan Rataan 0,05 0,01 - P6 410,52104 a A 2 172,7994 242,2894 P3 3514,71 b B 3 180,8757 252,6091 P5 3573,29 b B 4 185,7552 259,2272 P4 4627,70 c C 5 189,0081 263,8823 P2 4862,02 d C 6 191,2516 267,3596 P1 5506,38 e D

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada

taraf 5 % dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % Dari Tabel 3. dapat dilihat bahwa pada

perlakuan P1 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P2 dan perlakuan P2berbeda sangatnyata dengan perlakuan P4 dan perlakuan P4 berbeda sangat nyata dengan perlakuan P5 dan perlakuan P5 berbeda tidak nyata dengan

perlakuan P3 dan perlakuan P3 berbeda sangat nyata dengan perlakuan P6yang diamati pada taraf 5 %. Hubungan komposisi bahan terhadap nilai kalor dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Gafik antara komposisi bahan pembuat briket bioarang terhadap nilai kalor Perbedaan jumlah nilai kalor pada masing

masing perlakuan disebabkan oleh perbedaan

akumulasi jumlah nilai kalor yang terkandung pada setiap briket yang dipengaruhi oleh 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 100/0 50/50 40/60 30/70 20/80 0/100 N ila i K al or ( k al /g )

Campuran cangkang kelapa sawit dan sludge limbah kelapa sawit (%)

Perlakuan Nilai Kalor Kadar Air Densitas Kadar Abu

(kal/g) ( % ) ( g/ cm3 ) ( % ) P1 5506,38 4,13 0,75 7,86 P2 4862, 02 5,46 0,93 14,47 P3 3514,71 7,06 0,86 19,83 P4 4627,70 3,26 0,81 12,38 P5 3573,29 10,73 0,69 25,89 P6 410,04 17,06 0,72 38,64

(5)

522 komposisi bahan penyusun briket bioarang tersebut. Pada perlakuan (100/0) dengan kompisi bahan pembuat briket yaitu 100 % cangkang kelapa sawit dan 0 % sludge limbah kelapa sawit memiliki nilai kalor tertinggi 5506,38 kal/g sedangkan pada perlakuan (0/100) dengan komposisi bahan pembuat briket yaitu 100 %.

sludge limbah kelapa sawit memiliki nilai kalor yang terendah yaitu 410,04 kal/g. Hal ini sesuai dengan literatur Hartoyo (1983) yang menyatakan bahwa kualitas nilai kalor briket yang dihasilkan dipengaruhi oleh nilai kalor atau energi yang dimiliki oleh bahan penyusunnya.

Kadar air

Hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perbedaan komposisi bahan bakar memberi pengaruh sangat nyata terhadap kadar air. Melihat perbedaan pengaruh lama

pengeringan terhadap kadar air, maka dilakukan uji beda rataan dengan uji LSR (Least Significant Range), dari uji LSR diperoleh hasil seperti yang tertera pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil uji LSR pengujian persentase komposisi bahan pembuat briket terhadap kadar air ( % )

Jarak LSR Notasi P 0,05 0,01 Perlakuan Rataan 0,05 0,01 P4 3,26 a A 2 0,470631 0,659891 P1 4,13 b B 3 0,492627 0,687997 P2 5,46 c C 4 0,505916 0,706022 P3 7,06 d D 5 0,514776 0,718701 P6 10,73 e E 6 0,520886 0,728171 P5 17,06 f F

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 %

dan berbeda sangat sangat nyata pada taraf 1 % Dari Tabel 4. dapat dilihat bahwa perlakuan

P4 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P1 dan perlakuan P1 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P2 dan perlakuan P2 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P3 dan perlakuan P3

berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P6 dan perlakuan P6 berbeda sangat nyata terhadap perlakuan P5 yang diamataipadataraf 5 %. Hubungan komposisi bahan pembuat briket terhadap kadar air dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Gafik antara komposisi bahan pembuat briket bioarang terhadap kadar air Dari Gambar 2. juga dapat dilihat bahwa

nilai kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan (20/80) yaitu 17,06 % dengan komposisi cangkang kelapa sawit 20 % dan sludge limbah kelapa sawit 80 % sedangkan nilai kadar air terendah pada perlakuan (30/70) yaitu 3,26 % dengan komposisi arang cangkang kelapa sawit

70 % dan sludge limbah kelapa sawit 30 %. Perbedaan komposisi ini menghasilkan luas permukaan briket yang berbeda sehingga memberi pengaruh dalam penyerapan kadar air pada briket yang dibuat. Kadar air yang tinggi akan menyebabkan menurunnya nilai kalori dan efesiensi pembakaran. 0 5 10 15 20 100/0 50/50 40/60 30/70 20/80 0/100 K ad ar a ir (% )

(6)

523

Densitas

Hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa perbedaan komposisi bahan bakar memberi pengaruh sangat nyata terhadap densitas. Hasil pengujian LSR (Least Significant

Range) menunjukkan pengaruh perbedaan komposisi bahan terhadap densitas untuk setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil uji LSR perbedan persentase komposisi bahan pembuat briket terhadap densitas ( g/cm3 )

Jarak LSR Notasi P 0,05 0,01 Perlakuan Rataan 0,05 0,01 P5 0,69 a A 2 0,048985 0,068684 P6 0,72 a A 3 0,051274 0,071609 P1 0,75 b AB 4 0,052657 0,073485 P4 0,81 c BC 5 0,05358 0,074805 P3 0,86 c CD 6 0,054216 0,07579 P2 0,93 d D

Keterangan : Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap pada taraf 1 %

Dari Tabel 5. dapat dilihat bahwa perlakuan P5 berbeda tidak nyata dengan perlakuan P6 dan perlakuan P6 berbeda sangat nyata dengan perlakuan P1 dan perlakuan P1 berbeda sangat nyata dengan perlakuan P4 dan perlakuan P4

berbeda tidak nyata dengan perlakuan P3 danperlakuan P3 berbeda sangat nyata dengan perlakuan P2 yang diamatipadataraf 5 %. Hubungan komposisi bahan pembuat briket terhadap densitas dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Gafik antara komposisi bahan pembuat briket bioarang terhadap densitas Penambahan arang cangkang kelapa sawit

dapat meningkatkan densitas (kerapatan briket) arang. Hal ini terjadi karena berat jenis cangkang kelapa sawit lebih tinggi dari pada sludge limbah kelapa sawit sehingga berat briket per centimeter kubiknya meningkat dengan meningkatnya arang cangkang kelapa sawit. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Sudrajat (1984) dalam Setyawan (2006) menyatakan bahwa kayu yang berkerapatan tinggi akan menghasilkan briket dengan berkerapatan lebih tinggi, sedangkan kayu yang berkerapatan rendah akan menghasilkan briket dengan kerapatan yang rendah.

Kadar abu

Hasil sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan komposisi bahan pembuat briket memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kadar abu yang dihasilkan. Hasil pengujian dengan LSR (Least Significant Range) yang menunjukkan pengaruh setiap perlakuan komposisi terhadap nilai kadar abu yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 6.

Dari Tabel 6. dapat diketahui bahwa perlakuan P1 berbeda sangat nyata dengan perlakuan P4 dan perlakuan P4 berbeda sangat nyata dengan perlakuan P2 dan perlakuan P2 berbeda sangat nyata dengan perlakuan P3 dan perlakuan P3 berbeda sangat nyata dengan perlakuan P5 dan perlakuan P5 berbeda sangat 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 100/0 50/50 40/60 30/70 20/80 0/100 D en si ta s ( g/ cm 3 )

(7)

524 nayata dengan perlakuan P6 yang diamati pada taraf 5 %.

Hubungan komposisi bahan pembuat briket terhadap kadar abu dapat dilihat pada Gambar 4.

Tabel 6. Hasil uji LSR persentase komposisi bahan pembuat briket terhadap nilai kadar abu %

Jarak LSR Notasi 0,05 0,01 Perlakuan Rataan 0,05 0,01 P1 7,86 a A 2 1,938459 2,717994 P4 12,38 b B 3 2,029058 2,833761 P2 14,47 c C 4 2,083796 2,908002 P3 19,83 d D 5 2,120287 2,960223 P5 25,89 e E 6 2,145454 2,999231 P6 38,64 f F

Keterangan Notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh berbeda nyata pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 %

Gambar 4. Gafik antara komposisi bahan pembuat briket bioarang terhadap kadar abu Dari Gambar 4. dapat dilihat bahwa

perlakuan komposisi memberikan pengaruh terhadap kadar abu yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat pada perlakuan (100/0) dengankomposisi bahan pembuat briket yaitu 100 % arang cangkang kelapa sawit dan 0 % sludge limbah kelapa sawit yang memiliki nilai kadar abu terendah yaitu 7,86 % sedangkan nilai kadar abu tertinggi adalah pada perlakuan (0/100) dengan komposisi bahan arang cangkang kelapa sawit 0 % dan sludge limbah kelapa sawit 100 % sebesar 38,64 %. Hal ini membuktikan bahwa kadar abu semangkin rendah jika jumlah komposisi arang cangkang kelapa sawit pada setiap perlakuan semangkin sedikit begitu sebaliknya jika jumlah komposisi bahan sludge limbah kelapa sawit pada setiap perlakuan lebih banyak maka nilai kadar abu yang didapatkan semangkin tinggi. Menurut Hendra dan Winarni (2003) dalam Hendra (2007) bahwa faktor jenis bahan baku sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kadar abu briket arang yang dihasilkan. Hal ini dikarena bahan baku yang digunakan memeliki komposisi kimia dan jumlah mineral yang

berbeda beda sehingga mengakibatkan kadar abu yang dihasilkan berbeda pula.

KESIMPULAN

1. Perbedaan komposisi bahan pembuat briket bioarang memberi pengaruh sangat nyata terhadap nilai kalor, kadar air, densitas ( kerapatan partikel ) dan kadar abu.

2. Nilai kalor Rata - rata yang diperoleh yaitu 3714,16 kal /g.

3. Nilai kadar air Rata - rata yang diperoleh yaitu 7,95 %.

4. Nilai densitas Rata - rata yang diperoleh yaitu 0,79 (g/ cm3).

5. Nilai kadar abu Rata - rata yang diperoleh yaitu 19,84 ( % ).

6. Penambahan arang cangkang kelapa sawit mampu meningkatkan kualitas nilai kalor, kadar air,densitas dan kadar abu.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 100/0 50/50 40/60 30/70 20/80 0/100 K ad ar A bu ( % )

(8)

525

DAFTAR PUSTAKA

Arganda,M. 2007. Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Cangkang Kelapa Sawit sebagai Briket Arang. Tesis. Magister Kimia. Universitas Sumatera Utara. Hartoyo, 1983. Pembuatan Arang dari Briket

Arang Secara Sederhana dari Serbuk Gergaji dan Limbah Industry Perkayuan. Bogor, Puslitbang dan Pengembangan Hasil Hutan.

Hendra, D dan Winarni, I., 2003. Sifat Fisis dan Kimia Briket Arang Campuran Limbah Kayu Gergajian dan Sebetan Kayu. Jurnal penelitian Hasil Hutan.

Loebis, B., dan Tobing, P.L., 1989. Potensi Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit. Buletin Perkebunan. 20; 49 – 56.

Reksohadiprojo, 1998. Ekonomi Energi. Edisi Pertama. UGM-Press, Yogyakarta. Sudradjat, R., dan Soleh S,. 1994. Petunjuk

Teknis Pembuatan Arang Aktif. Pusat Litbang Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan. Bogor

Widardo dan Suryanta, 1995. Membuat Bioarang dari Kotoran Lembu. Kansius, Bogor.

Gambar

Tabel  1.  Perlakuan  komposisi  antara  cangkang  kelapa  sawit  dan  sludge  limbah  kelapa  sawit   Perlakuan  Komposisi  Cangkang   Sawit  ( % )  Sludge Limbah    Sawit  (%)  P1  100  0  P2  50  50  P3  40  60  P4  30  70  P5  20  80  P6  0  100
Tabel 2. Hasil penelitian pemanfaatan cangkang kelapa sawit dan sludge limbah kelapa sawit sebagai bahan  baku pembuatan biobriket arang
Tabel 4. Hasil uji LSR pengujian persentase komposisi bahan pembuat briket terhadap kadar air    ( % )
Tabel 5. Hasil uji LSR perbedan persentase komposisi bahan pembuat briket terhadap densitas ( g/cm 3  )
+2

Referensi

Dokumen terkait

Adapun arti daripada dilālah adalah memahami sesuatu dari sesuatu yang lain, sesuatu yang pertama disebut al-maḍlūl dan segala sesuatu yang kedua disebut al-dall (petunjuk, penerang

HUMMER H2 Tahun 2008 Warna Hitam, Body Mulus, Terawat, Pajak Panjang, Siap Pakai.. W Hitam Mulus Mesin Halus

keuntungan  dari  PT  kepada  anggota/pengurus  yang  berstatus  orang  pribadi  disamakan  atau  dianggap  sebagai  deviden  (Ps.4  ayat  1  huruf 

Bahkan akan berdampak pada investasi diluar pengeluaran pemerintah, karena untuk meningkatkan PAD-nya mau tidak mau pemerintah daerah harus menggenjot pendapatan dari pajak

Penanggulangan yang dilakukan oleh dinas social dengan berprioritas pada pem- buatan posko masih belum efektif untuk mengurang keberadaan mereka di jalan raya. Ini

Dalam tahap identifikasi terdapat kekurangan mesikipun pelaksanaannya telah dilaksanakan terhadap semua gelandangan dan pengemis, baik yang mengikuti maupun yang tidak

[r]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) secara umum, pelaksanaan manajemen peningkatan mutu sumber daya guru pada SMK RSBI dan SBI Invest di Daerah Istimewa Yogyakarta