ANALISIS KINERJA KEUANGAN
DAERAH PEMERINTAH PROVINSI
JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN
2011-2014
Disusun Oleh :
Nama
: Andini
NPM
: 20212798
Program Studi
: Akuntansi
•
Pemerintah Daerah di Indonesia diatur dalam UU No. 32 Tahun 2004 revisi UU No. 22
Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 revisi UU No. 25
Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah. Tujuan utama ditetapkannya dua Undang-Undang tersebut bukan hanya untuk
melimpahkan kewenangan pembangunan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah,
tetapi yang lebih penting adalah efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya
keuangan.
•
Pengelolaan sumber daya keuangan Pemerintah Daerah disajikan dalam rencana
keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD yang disebut APBD.
Pelaksanaan anggaran dilaporkan dalam bentuk laporan keuangan yang telah diatur
dalam Undang-Undang No. 33 Tahun 2004.
•
Provinsi Jawa Barat sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak sebesar
45.340.800 jiwa dan luas wilayah 37.173,97 km
2, yang juga berdekatan dengan ibukota
negara yaitu Provinsi DKI Jakarta. Provinsi Jawa Barat juga salah satu daerah otonom
di Indonesia yang memiliki potensi daerah untuk dikembangkan dan dikelola dengan
baik oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat
dikarenakan letak geografisnya. Sebagai daerah otonom yang mengatur sendiri
pemerintahannya, masih banyak yang belum mengetahui kinerja keuangan pemerintah
Provinsi Jawa Barat sehingga diperlukan transparansi kinerja keuangan yang dapat
diakses oleh masyarakat.
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.
Bagaimana kinerja keuangan daerah Provinsi Jawa Barat berdasarkan
Analisis Pertumbuhan?
2.
Bagaimana kinerja keuangan daerah Provinsi Jawa Barat berdasarkan Rasio
Derajat Desentralisasi Fiskal (RDDF)?
3.
Bagaimana kinerja keuangan daerah Provinsi Jawa Barat berdasarkan Rasio
Ketergantungan Daerah dan Rasio Kemandirian Daerah?
4.
Bagaimana kinerja keuangan daerah Provinsi Jawa Barat berdasarkan Rasio
Efektivitas Pendapatan dan Rasio Efisiensi Pendapatan?
5.
Bagaimana kinerja keuangan daerah Provinsi Jawa Barat berdasarkan Rasio
Keserasian?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Kinerja keuangan daerah Provinsi Jawa Barat berdasarkan
Analisis Pertumbuhan.
2. Kinerja keuangan daerah Provinsi Jawa Barat berdasarkan Rasio
Derajat Desentralisasi Fiskal.
3. Kinerja keuangan daerah Provinsi Jawa Barat berdasarkan Rasio
Ketergantungan Daerah dan Rasio Kemandirian Daerah.
4. Kinerja keuangan daerah Provinsi Jawa Barat berdasarkan Rasio
Efektivitas Pendapatan dan Rasio Efisiensi Pendapatan.
5. Kinerja keuangan daerah Provinsi Jawa Barat berdasarkan Rasio
Keserasian.
Metode Penelitian
Teknik Analisis
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif. Sugiyono
(2009:206) analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi.
Tahap-tahap untuk menganalisis data ini antara lain:
1. Menghitung rasio keuangan berdasarkan data yang telah diperoleh penulis
dengan membuat tabel.
2. Membuat grafik dari perhitungan rasio keuangan dari setiap periode.
3. Mendeskripsikan data dari hasil perhitungan rasio keuangan maupun dari
membaca grafik yang telah dibuat
Kajian Pustaka
Kajian Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian Ket
1. A.N.J Dien, J. Tinangon, dan S. Walandouw (2015) Analisis Laporan Realisasi Anggaran Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Bitung
Deskriptif
Pengukuran kinerja keuangan menggunakan rasio efektivitas dan rasio efisiensi
Tingkat dan kriteria efektivitas penerimaan PAD di Dinas Pendapatan Kota Bitung Tahun Anggaran 2009-2013 sangat efektif, namun tingkat dan kriteria efisiensi anggaran belanja secara keseluruhan kurang efisien dikarenakan penggunaan anggaran belanja yang terlalu tinggi. Jurnal 2. Nadya Pretti Kalalo, Jantce J. Tinangon, Inggriani Elim (2014) Pengukuran Kinerja Keuangan Pada Pemerintah Kota Manado Deskriptif.
Kinerja keuangan diukur melalui penghitungan rasio derajat desentralisasi, ketergantungan keuangan daerah, kemandirian daerah, efektivitas PAD, efektivitas pajak daerah, dan derajat kontribusi BUMD.
Rasio derajat desentralisasi kinerja keuangannya dinilai baik karena setiap tahunnya PAD meningkat, rasio ketergantungan keuangan daerah menunjukkan ketergantungan Pemkot Manado terhadap Pendapatan dari Pusat dan Provinsi masih tinggi, begitu juga dengan kemandirian keuangannya masih rendah meskipun setiap tahunnya PAD Pemkot Manado mengalami peningkatan. Rasio efektivitas PAD menunjukkan kinerja keuangannya mengalami peningkatan, begitu juga dengan efektivitas pajak daerah yang nampak efektif, sedangkan PAD yang diterima melalui Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan yang dihitung melalui rasio derajat kontribusi BUMD dapat dikatakan baik karena setiap tahunnya mengalami peningkatan.
Jurnal
3. Joko Pramono (2014)
Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Kasus pada Pemerintah Kota Surakarta)
Deskriptif.
Kinerja keuangan diukur dengan menggunakan rasio kemandirian, keserasian, efisiensi dan efektivitas PAD, pertumbuhan dan DSCR.
Berdasarkan hasil analisis data menyebutkan bahwa kinerja keuangan Pemkot Surakarta yang masih kurang adalah di aspek kemandirian dan aspek keserasian. Tingkat efisiensi dan efektivitas Pemkot Surakarta dalam mengelola dana sudah sangat efisien dan efektif. Pertumbuhan PAD cukup tinggi. Kemampuan melunasi pinjaman masih mencukupi.
Hasil dan Pembahasan
Analisis kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam
penelitian ini menggunakan data Laporan Realisasi Anggaran
Provinsi Jawa Barat dalam kurun waktu dari tahun 2011-2014.
1.
Analisis Pertumbuhan
2.
Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal
3.
Rasio Ketergantungan Daerah
4.
Rasio Kemandirian Daerah
5.
Rasio Efektivitas Pendapatan
6.
Rasio Efisiensi Pendapatan
7.
Rasio Keserasian
1. Analisis Pertumbuhan
Penurunan pertumbuhan Pendapatan
tahun 2013 sebesar 38,71% dari tahun
2012 yang mencapai 52,69% atau hanya
sebesar 13,98% karena adanya
pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Jawa Barat untuk periode 2013-2018
serta proses peralihan pemerintahan
yang lama ke pemerintahan yang baru.
Sumber: Data Diolah
Terjadinya penurunan pertumbuhan PAD
pada tahun 2014 sebesar 2,14% dari tahun
2013 yang mencapai 23,81% atau hanya
sebesar 21,67% disebabkan adanya tahun
politik, yaitu pemilu legislatif dan pilpres.
1. Analisis Pertumbuhan (Lanjutan)
1. Adanya pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur Jawa Barat periode 2013-2018, serta proses peralihan pemerintahan.
2. Proses lelang yang lambat, meskipun telah
menggunakan sistem e-procurement, tetapi karena sarana pendukungnya kurang
optimal.
3. Belanja operasi yang masih dominan,
terutama untuk belanja pegawai dan belanja hibah.
Selain adanya tahun politik, juga
dikarenakan surat edaran dari KPK
yang melarang pencairan dana bansos
sebelum pemilihan legislatif dan
presiden selesai.
2. Rasio Derajat Desentralissasi
Fiskal
Sumber: Data Diolah
1. Meskipun terjadi penurunan pada tahun 2012, masih
dikategorikan Sangat Baik karena berada diinterval >50%.
2. Masyarakat memiliki andil dalam realisasi PAD
karena kesadaran untuk membayar dan retribusi daerah, sehingga PAD memiliki kemampuan dalam
pembangunan daerah.
Terjadinya penurunan ini
dikarenakan selisih antara
realisasi PAD dengan realisasi
Pendapatan pada tahun 2012 >
tahun 2011. Dimana pada tahun
2011 hanya selisih sebesar Rp.
2.551.216.432.275,95
sedangkan pada tahun 2012 Rp.
6.895.211.580.232,00.
3. Rasio Ketergantungan Daerah
Sumber: Data Diolah
Kenaikan rasio ketergantungan daerah pada tahun 2012 yang mencapai 40,66% atau naik sebesar 17,81% disebabkan karena:
1. Adanya dana penyesuaian => Rp.
4.030.512.199.500,00
2. Dan dana hibah => Rp.
16.412.023.900,00
Serta kenaikan beberapa elemen pendapatan transfer , sedangkan untuk tahun 2011
realisasi dana penyesuaian dan dana hibah sebesar Rp. 0,00
Meski terjadi kenaikan tingkat ketergantungan pada tahun 2012 sebesar 40,66% atau <50% yang artinya ketergantungan daerah Provinsi Jawa Barat terhadap dana transfer Pemerintah Pusat rendah, ini
menunjukkan bahwa:
1. peran pemerintah pusat sudah tidak dominan
dalam pengelolaan keuangan pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat.
2. PAD maupun sumber pendapatan lainnya sudah
optimal dalam membiayai pembangunan daerah.
4. Rasio Kemandirian Daerah
Sumber: Data Diolah
Pada tahun 2011 tingkat kemandirian daerah mencapai 336,59%, ini karena selisih realisasi PAD dengan pendapatan transfer dr pusat dan pinjaman sebesar Rp. 6.076.488.813.427,35. sedangkan untuk tahun 2012 selisihnya hanya Rp.
3.019.658.606.427,00. ini terjadi walaupun realisasi PAD lebih besar dari tahun
sebelumnya, tetapi juga pendapatan transfer yang cukup besar.
1. Terjadinya penurunan tingkat kemandirian daerah Prov. Jawa
Barat pada tahun 2012 dikarenakan realisasi PAD sebesar 117,41% atau mengalami pertumbuhan sebesar 17,41% dari tahun sebelumnya. Sedangkan untuk realisasi pendapatan transfer tahun 2012 sebesar 271,70% atau mengalami pertumbuhan sebesar 171,70% dari tahun sebelumnya.
2. Meskipun terjadi penurunan namun masih dalam kategori
Sangat Tinggi tingkat kemandiriannya karena berada diinterval >75% dan memiliki pola hubungan delegatif. Ini juga
menunjukkan bahwa ketergantungan daerah terhadap dana esktern rendah.
5. Rasio Efektivitas Pendapatan
Sumber: Data Diolah
Penurunan yang terjadi pada tahun 2012 dan 2014 selisih
antara Pendapatan yang dianggarkan dan yang telah
terealisasikan tidak terlalu signifikan. Dimana pada tahun
2012 selisihnya hanya Rp. 1.597.449.869.678,00 dan pada
tahun 2014 sebesar Rp. 1.017.891.603.625,00.
Meskipun terjadi penurunan pada tahun 2012 dan 2014 namun kinerja keuangan
Prov. Jawa Barat berdasarkan rasio efektivitas pendapatan dari tahun 2011-2014
sangat efektif dengan rata-rata 111,30%. Ini menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat
6. Rasio Efisiensi Pendapatan
Sumber: Data Diolah
Tingkat efisiensi tahun 2012 sebesar
100,26% dikarenakan realisasi belanja
daerah lebih besar daripada realisasi
pendapatan daerahnya.
Kinerja keuangan Provinsi Jawa Barat berdasarkan rasio efisiensi
pendapatan dapat dikategorikan kurang efisien dengan rata-rata 95,57%.
Ini menunjukkan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Barat belum mampu
menekan belanja daerah untuk merealisasikan pendapatan daerahnya yang
7. Rasio Keserasian
Sumber: Data Diolah
Berdasarkan rasio keserasian,
kinerja keuangan Provinsi Jawa
Barat masih didominasi oleh
belanja operasi dengan rata-rata
69,93% , sedangkan untuk belanja
modal hanya sebesar 6,79%.
1. Ini terjadi karena alokasi dana belanja
operasi masih didominasi oleh belanja
hibah, belanja pegawai, dan belanja
bantuan sosial.
2. Sedangkan belanja modal yang dapat
digunakan untuk pengembangan
ekonomi masyarakat belum mampu
dikelola dengan baik.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan dan hasil penelitian terhadap kinerja keuangan daerah pemerintah Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut:
1. Kinerja keuangan daerah pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun 2011-2014 berdasarkan Analisis
Pertumbuhan, PAD, Pendapatan, Belanja Operasi, dan Belanja Modal mengalami kenaikan dan penurunan yang disebabkan oleh beberapa faktor.
2. Kinerja keuangan daerah pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun 2011-2014 berdasarkan Rasio Derajat
Desentralisasi Fiskal dinilai sangat baik dalam menjalankan pemerintahannya dilihat dari perolehan PAD yang meningkat setiap tahunnya.
3. Kinerja keuangan daerah pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun 2011-2014 berdasarkan Rasio
Ketergantungan Daerah menunjukkan ketergantungan Provinsi Jawa Barat terhadap pendapatan dari Pemerintah Pusat sudah rendah. Sehingga berdasarkan Rasio Kemandirian Daerah Provinsi Jawa Barat memiliki tingkat kemandirian daerah yang tinggi dengan pola hubungan delegatif.
4. Kinerja keuangan daerah pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun 2011-2014 berdasarkan Rasio
Efektivitas Pendapatan menunjukkan kinerja yang sangat efektif dalam merealisasikan anggaran pendapatan daerah. Namun, berdasarkan Rasio Efisiensi Pendapatan menunjukkan kinerja yang kurang efisien, dikarenakan realisasi belanja daerah masih lebih besar dari realisasi pendapatan daerahnya.
5. Kinerja keuangan daerah pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun 2011-2014 berdasarkan Rasio
Keserasian menunjukkan alokasi dana belanja operasi masih mendominasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dibandingkan dengan alokasi dana belanja modal dalam realisasi belanja daerah.