Peran PUP dalam Perencanaan Pengaturan Hasil
untuk Mendukung Kelestarian Hutan
Haruni Krisnawati
Pusat Litbang Konservasi & Rehabilitasi – Badan Litbang Kehutanan
Restorasi Ekosistem Dipterokarpa dalam rangka Peningkatan Produktivitas Hutan
Samarinda, 22 Oktober 2013
Prasyarat utama pengelolaan hutan lestari: rencana pengelolaan jangka panjang (pengaturan hasil) Penetapan preskripsi kunci pengaturan hasil perlu dilakukan secara spesifik sesuai dengan kondisi dan potensi hutan yang dikelola
Salah satu dasar pengaturan hasil:
informasi mengenai pertumbuhan dan riap tegakan Diperlukan pemantauan pertumbuhan dan riap di setiap unit pengelolaan hutan
Diperlukan Petak Ukur Permanen yang mewakili kondisi hutan yang dikelola dan diukur secara periodik
Tebang pilih (TPTI, TPTJ) merupakan sistem silvikultur yang saat ini diterapkan dalam manajemen hutan alam tidak seumur di Indonesia.
Dalam sistem ini, pemanenan didasarkan pada kriteria umum: - Panjang siklus tebang tetap
- Limit dimeter tebang minimum untuk semua jenis kayu komersial
TPTI: siklus tebang 30 th; limit diameter 40 cm (hutan dataran rendah, HP) and 50cm (hutan dataran tinggi, HPT)
TPTJ: siklus tebang 25 th; 40 cm (HP) and 50cm (HPT)
Penerapan siklus tebang dan limit diameter tebang yang seragam untuk semua kondisi hutan mungkin tidak rasional karena keragaman pertumbuhan dan dinamika tegakan Pendekatan limit diameter tebang minimum mungkin tidak sesuai dengan SFM (intensitas penebangan perlu diterapkan)
Penentuan preksripsi sistem silvikultur (siklus tebang, intensitas penebangan/jumlah pohon yang ditebang, limit diameter tebang minimum) perlu mengakomodir kondisi tegakan hutan setempat (e.g. struktur, kerapatan, pertumbuhan) multisistem?? diperlukan PUP untuk monitoring tegakan hutan sebagai input perencanaan
PUP adalah suatu areal dengan luas tertentu, yang diberi tanda batas yang jelas, umumnya berbentuk segi empat, digunakan terutama untuk pemantauan pertumbuhan dan dinamika tegakan Petak pengamatan Jalur isolasi 100m 200m 100m 200m S A0 A1 A2 A3 A 4 A 5 A 6 A7 A8 A 9 A 10 B10 B9 B 8 B 7 B 6 B5 B4 B3 B2 B1 B0 C0 C 1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 C9 C10 D 0 D 1 D 2 D3 D4 D5 D6 D7 D 8 D 9 D10 E 10 E 9 E 8 E 7 E 6 E 5 E 4 E 3 E 2 E 1 E 0 F 0 F 1 F 2 F3 F 4 F 5 F 6 F 7 F 8 F 9 F10 G 11 G 9 G8 G7 G6 G 5 G 4 G 3 G2 G 1 G 0 H 0 H 1 H 2 H 3 H4 H 5 H 6 H 7 H 8 H9 H 10 I10 I9 I8 I7 I6 I5 I4 I3 I2 I1 I0 J0 J1 K 0 K 1 J2 K 2 J 3 K 3 J 4 K 4 J 5 K 5 J6 K 6 J7 K 7 J 8 K 8 J 9 K9 J1 0 K10 AB 01 AB 12 BC0 1 BC1 2 CD01 DE01 EF0 1 CD1 2 DE12 EF12 FG 01 FG12 AB2 3 BC2 3 CD 23 DE2 3 EF2 3 FG2 3 AB9 10 BC910 AB8 9 BC89 IJ910 JK91 0 IJ23 JK23 IJ1 2 JK12 IJ01 JK01 U
Inventarisasi sumberdaya hutan (t/p)
Estimasi pertumbuhan tegakan hutan (p)
Monitoring site/tempat tumbuh (p)
Ground checking (t/p)
Monitoring efek perlakuan silvikultur (p)
Tipe hutan, biodiversitas Potensi hutan (volume, biomass) Struktur tegakan Perubahan lingkungan Pertumbuhan tegakan Dinamika struktur tegakan Inventarisasi PUP Informasi riap Estimasi pertumbuhan Informasi potensi hutan Proyeksi hasil
Strategi pengaturan hasil
(e.g. rotasi, limit diameter, intensitas tebang)
Perencanaan pengelolaan hutan jangka panjang
Propinsi Riap Diameter (cm/th) Riap Volume (m3/ha/th)
Komersial Non-Komersial Semua jenis Komersial Non-Komersial Semua jenis Kalimantan Tengah 0.50 0.40 0.49 2.207 0.198 2.324 Kalimantan Timur 0.58 0.50 0.55 2.503 0.629 2.956 Kalimantan Barat 0.52 0.46 0.50 1.878 0.215 2.094 Kalimantan Selatan 0.90 0.91 0.90 1.922 0.318 2.240 Maluku 0.58 0.52 0.56 2.254 0.480 2.733 Jambi 0.69 0.62 0.67 2.170 0.326 2.404 Papua 0.77 0.64 0.77 2.262 0.486 2.748 Sulawesi Tengah 0.67 0.66 0.66 1.276 0.252 1.528 Sulawesi Utara 0.79 0.78 0.79 1.294 0.591 1.885 Sulawesi Selatan 1.20 1.10 1.10 1.483 1.690 0.772 Aceh 0.60 0.52 0.57 0.088 0.009 0.097 Riau 0.45 0.36 0.39 1.358 0.130 1.488 Sumatera Selatan 0.80 0.80 0.80 0.484 0.288 0.772 Rata-rata 0.70 0.64 0.67 1.629 0.432 1.849
Riap bervariasi menurut site/lokasi
Riap bervariasi menurut jenis dan ukuran (diameter) pohon Tegakan awal M odel di nam ik a Growth Mortality Ingrowth Proyeksi? In iti al stan d F u tu re stan d mortality Growth ingrowth Y Tegakan hasil proyeksi N
Berdasarkan pendekatan rumus
• Laju pertumbuhan, mortalitas, struktur tegakan homogen • Jenis homogen
Berdasarkan model simulasi
• Asumsi kehomogenan tidak diperlukan
• Informasi mengenai pertumbuhan/dinamika struktur tegakan sangat diperlukan
Jika Riap Diameter (ΔD) < 1 cm/th:
(1) Apabila limit Ø tebang 50 cm, rotasi diperpanjang; (2) Apabila rotasi tebang 35 thn, limit Ø tebang
diturunkan;
(3) Apabila rotasi tebang tetap 35 thn & limit Ø tetap 50 cm, Ø pohon inti dinaikkan.
Berdasarkan model simulasi
Intensitas tebang
Simulasi dinamika tegakan
Tegakan hasil proyeksi
Struktur tegakan m’dekati optimal? Periode pencapaian tegakan optimal Simulasi penebangan Hasil maksimum?
Periode pencapaian tegakan optimal Rotasi tebang & hasil tebang
Model Invent
Berdasarkan pendekatan rumus
Riap diameter ΔD Proyeksi diameter Dt=D0+∑(Δt)*ΔD Rotasi tebang T =∑(Δt) Δt=(Da-Db) ΔD Limit Ø phn inti Limit Ø tebang
R = (C – M)/I C = M + (I x R) M = C – (I x R)
R = siklus tebang, C = limit diameter tebang, M = limit diameter pohon inti, and I = riap diameter
• Jika limit diameter tebang = 50 cm dan limit diameter pohon inti =20 cm, maka
R = (50 - 20)/0,70 = 42,25 years ≈ 43 tahun
• Jika rotasi tebang = 35 th dan limit diameter pohon inti = 20 cm, maka
C = (20 + (35 x 0,70) = 44,85 cm ≈ 45 cm
• Jika rotasi tebang = 35 th dan limit diameter tebang = 50 cm, maka M = (50 - (35 x 0,70) = 25,15 cm ≈ 26 cm
Rumus AAC/JPT (Rotasi II) = Etat luas x (Vs + (riap volume x ½ rotasi) x fp x fe
Contoh: Riap diameter = 0,7 cm/th diperoleh dari data PUP
DBH Commercial Dipterocarps Commercial Non-Dipterocarps Non-commercial timbers Const
(cm) 12.5 17.5 … 72.5+ 12.5 17.5 … 72.5+ 12.5 17.5 … 72.5+ Commercial Dipterocarps 12.5 0.79 0.04 ... -0.12 0.00 0.01 ... -0.17 0.00 -0.01 … -0.17 14.09 17.5 0.25 0.71 ... 0 0 0 ... 0 0 0 … 0 22.5 0 0.28 ... 0 0 0 ... 0 0 0 … 0 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... … ... 72.5+ 0 0 … 0.94 0 0 … 0 0 0 … 0 Commercial Non-Dipterocarps 12.5 0.00 -0.01 … -0.17 0.89 0.04 ... -0.12 0.00 -0.01 … -0.17 7.89 17.5 0 0 … 0 0.11 0.79 ... 0 0 0 … 0 22.5 0 0 … 0 0 0.15 ... 0 0 0 … 0 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 72.5+ 0 0 … 0 … … … 0.90 0 0 … 0 Non-commercial timbers 12.5 0.00 -0.01 … -0.17 0.00 -0.01 … -0.17 0.81 0.04 … -0.12 4.21 17.5 0 0 … 0 0 0 … 0 0.17 0.76 … 0 22.5 0 0 … 0 0 0 … 0 0 0.17 … 0 ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 72.5+ 0 0 … 0 0 0 … 0 0 … 0.99 i j m i n j ijt j i i ij p q B y sD b 11 ij ij i i m b a 1 k n j kjt k n i jt i ik kt d Byi e y c I 1 1 ij m i n j ijt j i i ij u v By wD m 11 BA = 26.7 m2/ha ingrowth tetap upgrowth mortality
Mencakup komponen dinamika struktur tegakan (ingrowth, upgrowth dan mortality)
Model dikembangkan
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 Nu m b e r of t re e s p e r h a DBH class (cm) Before logging After logging Future stand (next 35 yrs)
Sikus tebang: 35 yrs, limit diameter tebang: 50cm %damageab(%felling)
Cutting cycle: 30 yrs, minimum D cutting limit:
40cm %damageab(%felling) 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 Nu m b e r of t re e s p e r h a DBH class (cm) Before logging After logging Future stand (next 30 yrs)
11/1/2013 17
56%
reduction
Increasing the logging intensity increases the reduction of basal area
11/1/2013 18 0 50 100 150 200 250 300 350 400 0 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2 2.4 V o lu m e (m 3 /h a) Logging intensity (%)
Block A: 8 yrs al Block B: 6 yrs al Block C: 2 yrs al Clock D: 1 yr al
59%
reduction
Increasing the logging intensity increases the reduction of volume
11/1/2013 19
2%
reduction
Increasing the logging intensity decreases the diversity of species
11/1/2013 20
6%
Increasing the logging intensity decreases the diversity of tree size
11/1/2013 21
Increasing the logging intensity increases the length of cutting cycle
Intensitas tebang (%) N pohon ditebang Siklus tebang (th) Bidang dasar (m2/ha) Volume (m3/ha) 0.4 2 30 29.0 360.1 0.6 3 32 29.1 361.6 0.8 3 34 29.4 374.2 1.0 4 36 29.8 389.5 1.2 5 37 30.4 396.7 1.4 6 39 31.1 405.7 1.6 7 40 30.8 399.6 1.8 8 41 30.6 400.8 2.0 9 42 30.3 405.4 2.2 10 43 30.3 408.8 2.4 10 44 30.3 405.8 Intensitas tebang (%) N pohon ditebang Siklus tebang (th) Bidang dasar (m2/ha) Volume (m3/ha) 0.4 2 18 26.6 328.7 0.6 3 22 27.9 345.0 0.8 4 24 28.2 349.4 1.0 4 27 29.7 360.2 1.2 5 29 30.1 365.9 1.4 6 30 29.4 365.0 1.6 7 32 29.8 371.9 1.8 8 33 29.4 369.9 2.0 9 34 29.0 361.0 2.2 10 35 29.0 360.9 2.4 11 36 28.7 350.4
Data pengamatan PUP sangat esensial sebagai input dalam penyusunan ketentuan-ketentuan dalam
pengaturan hasil sebagai salah satu upaya untuk mendukung pengelolaan hutan yang lestari. Keberadaan PUP sebagai sarana pemantauan pertumbuhan dan dinamika tegakan di setiap unit
pengelolaan hutan perlu dipertahankan dan kontinyuitas pengukuran datanya perlu terus ditingkatkan.