• Tidak ada hasil yang ditemukan

daripada mereka yang aktif. Selain itu, aktivitas fisik yang kurang juga berhubungan dengan obesitas. Meningkatnya tingkat pendapatan juga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "daripada mereka yang aktif. Selain itu, aktivitas fisik yang kurang juga berhubungan dengan obesitas. Meningkatnya tingkat pendapatan juga"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KERANGKA PEMIKIRAN

Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat, baik di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dengan kondisi tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri. Seseorang dikatakan hipertensi jika memiliki tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg atau keduanya. Hipertensi dapat menyebabkan meningkatnya risiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal. Hingga saat ini penyebab hipertensi belum dapat diketahui secara pasti. Namun, adanya gangguan organ tubuh lain seperti ginjal, jantung, otak, dan pembuluh darah diduga sebagai faktor risiko hipertensi. Keturunan, ras/genetik, kelainan hormonal, penggunaan obat tertentu, intoleransi glukosa, dan hiperkolesterolemia juga diduga memiliki kontribusi pada kejadian hipertensi.

Kejadian hipertensi semakin tinggi dengan semakin meningkatnya umur. Pembentukan plak di pembuluh darah (aterosklerosis) dan penurunan elastisitas pembuluh darah akan semakin meningkat dengan meningkatnya umur. Laki-laki juga diduga berpeluang lebih besar terkena hipertensi daripada perempuan. Hal ini terkait dengan hormon estrogen yang bersifat protektif terhadap gangguan pembuluh darah.

Berkembangnya pengetahuan, teknologi dan informasi berdampak besar pada perubahan gaya hidup penduduk. Gaya hidup yang kurang baik antara lain adalah: kurangnya aktivitas fisik, kurangnya konsumsi buah dan sayur, meningkatnya konsumsi makanan yang berisiko (manis, asin, berlemak, jeroan, makanan yang diawetkan), kebiasaan merokok, minum alkohol dan kafein serta meningkatnya tingkat stress. Gaya hidup yang kurang baik tersebut diduga berhubungan dengan kejadian hipertensi.

Masyarakat semakin malas melakukan aktivitas fisik dengan adanya kemajuan IPTEK. Kemajuan tersebut semakin mempermudah pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Jika sebelumnya seseorang masih berjalan kaki, melakukan perkerjaan rumah, saling mengunjungi teman/kerabat, dan bermain di luar rumah, saat ini hal tersebut sulit ditemukan. Masyarakat lebih suka mengendarai kendaraan, menggunakan mesin pembersih, menggunakan telepon atau pesan singkat, dan menonton TV atau bermain play station. Hal ini menyebabkan kurangnya aktivitas fisik seseorang. Seseorang yang kurang melakukan aktivitas fisik, memiliki kecenderungan 30% - 50% terkena hipertensi

(2)

daripada mereka yang aktif. Selain itu, aktivitas fisik yang kurang juga berhubungan dengan obesitas.

Meningkatnya tingkat pendapatan juga berpengaruh terhadap pemilihan jenis makanan. Seseorang yang memiliki pendapatan tinggi cenderung mengkonsumsi pangan tinggi kalori (tinggi lemak dan karbohidrat) daripada pangan tinggi serat. Seperti banyak diketahui bahwa pangan tinggi kalori dan rendah serat dapat menyebabkan obesitas yang berdampak pada peningkatan tekanan darah dan penyakit degeneratif. Makanan berisiko lainnya adalah makanan asin, makanan awetan, dan jeroan. Semua makanan tersebut berkontribusi dalam peningkatan timbunan lemak tubuh yang berujung pada peningkatan berat badan, penimbunan lemak berlebih dan peningkatan tekanan darah. Peningkatan asupan kalori juga berhubungan dengan peningkatan insulin plasma, yang berperan sebagai faktor natriuretik dan menyebabkan peningkatan reabsorbsi natrium ginjal sehingga menyebabkan meningkatnya tekanan darah.

Merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan kadar low density lipoprotein (LDL) darah. LDL yang teroksidasi dapat membentuk plak di pembuluh darah dan dapat menembus dinding nadi pembuluh darah. Plak yang terbentuk dapat mempersempit pembuluh darah dan akhirnya menyebabkan peningkatan tekanan darah. Selain itu, pada perokok berat yang menghentikan kebiasaan merokoknya akan beralih pada peningkatan konsumsi pangan, khususnya makanan ringan yang mengandung kalori tinggi (karbohidrat dan lemak) dan tinggi natrium. Demikian juga pada orang yang mengalami stress, akan mengalami peningkatan nafsu makan dan ada beberapa perubahan hormonal tubuh yang mempengaruhi sistem metabolisme tubuh. Hal tersebut menyebabkan peningkatan timbunan lemak tubuh dan peningkatan berat badan (obesitas), yang akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.

Kelebihan berat badan (obesitas) diduga berhubungan dengan hipertensi. Perubahan fisiologis yang terjadi pada orang yang obesitas antara lain: resistensi insulin dan hiperinsulinemia; aktivasi sistem saraf simpatik dan sistem renin-angiotenin; serta perubahan organ ginjal. Perubahan fisiologis tersebut diduga mempengaruhi metabolisme dan sistem homeostasis tubuh.

(3)

Gambar 1. Kerangka pemikiran faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi

Gaya Hidup - Aktivitas fisik

- Kebiasaan konsumsi buah & sayur - Kebiasaan konsumsi makanan

berisiko (manis, asin, berlemak, jeroan, yg diawetkan)

- Kebiasaan merokok - Kebiasaan minum alkohol - Kebiasaan konsumsi kafein - Tingkat stress Status Gizi HIPERTENSI Karakteristik Individu - Umur - Jenis Kelamin

Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti Hubungan yang diteliti Hubungan yang tidak diteliti

Faktor lain: - Keturunan/ras (genetik) - Kelainan hormonal - Penggunaan obat - Intoleransi glukosa - Hiperkolestelemia Penyakit/gangguan organ lain: - Ginjal - Jantung - Otak - Aterosklerosis

(4)

METODE

Desain, Waktu dan Tempat

Desain penelitian ini adalah cross-sectional study dengan menganalisis data hasil penelitian Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2007 - Januari 2008 di seluruh pelosok Indonesia. Sedangkan pengolahan, analisis dan interpretasi data dilakukan pada bulan Maret - Mei 2009 di Kampus IPB Darmaga Bogor, Jawa Barat. Pada penelitian ini hanya akan digunakan data dari Kabupaten/Kota Wonogiri, Salatiga (Jawa) dan Rokan Hilir, Kuantan Singingi (Sumatera). Lokasi tersebut dipilih secara purposive karena memiliki prevalensi hipertensi yang tinggi di Jawa dan Sumatera, yaitu Wonogiri (49.48%), Salatiga (45.19%), Rokan Hilir (47.74%), dan Kuantan Singingi (46.29%). Prevalensi tersebut lebih tinggi dari prevalensi hipertensi nesional, yaitu sebesar 31.7% (Depkes 2008).

Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel1

Sampel awal yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 5 564 orang. Pengambilan sampel dilakukan oleh Tim Riskesdas 2007, dengan populasinya adalah seluruh rumah tangga di seluruh Indonesia. Metodologi perhitungan dan cara penarikan sampel yang digunakan identik dengan two stage sampling yang digunakan oleh Susenas 2007, sehingga daftar sampel rumah tangga dan anggota rumah tangganya juga identik.

Setiap kabupaten/kota yang masuk dalam kerangka sampel diambil sejumlah blok sensus (BS) yang proporsional terhadap jumlah rumah tangga di kabupaten/kota tersebut (Probability proportional to size). Blok sensus tersebut dipilih dan ditentukan oleh BPS, sehingga data hasil Riskesdas identik dengan data SUSENAS dan dapat di-link dengan data sosial ekonomi SUSENAS. Secara keseluruhan diperoleh 17 150 BS pada 438 kabupaten/kota. Selanjutnya dipilihlah empat kabupaten/kota dengan purposive sampling, yaitu daerah yang memiliki prevalensi hipertensi tertinggi di Indonesia.

Berdasarkan penarikan BS, maka di Provinsi Jawa Tengah terkumpul 1576 BS dan Provinsi Riau terkumpul 426 BS. Masing-masing BS dipilih 16 rumah tangga (RT) secara acak sederhana (Simple random sampling), sehingga diperoleh 24 578 RT di Provinsi Jawa Tengah dan 6 420 RT di Provinsi Riau.

1

(5)

Selanjutnya, seluruh anggota rumah tangga (ART) dari setiap rumah tangga terpilih dari kedua proses penarikan contoh tersebut diambil sebagai sampel individu. Sehingga diperoleh 87 119 ART di Provinsi Jawa Tengah dan 25 530 ART di Provinsi Riau. Namun merujuk pada JNC VII 2003, kriteria penetapan hipertensi hanya berlaku untuk usia 18 tahun ke atas. Oleh karena itu, penelitian ini menetapkan kriteria inklusi umur lebih besar dari 18 tahun dan tidak hamil. Sehingga jumlah contoh keseluruhan adalah 5 104 orang (drop out 460 orang).

Jenis dan Cara Pengumpulan Data2

Data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data sekunder yang diperoleh dari survei Riset Kasehatan Dasar (Riskesdes) oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI. Data telah dientri dan dicoding oleh petugas Riskesdas berdasarkan Buku Pedoman Pengisian Kuesioner. Data sekunder yang diperoleh berupa raw data dalam bentuk electronic file. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari karakteristik sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, tipe wilayah, dan pengeluaran perkapita); gaya hidup (aktivitas fisik, kebiasaan makan, dan stress); karakteristik individu (umur, jenis kelamin, dan status gizi) serta variabel dependen (kejadian hipertensi).

Data karakteristik contoh seluruhnya diperoleh dengan metode wawancara menggunakan kuesioner. Data gaya hidup terdiri dari aktivitas fisik, kebiasaan konsumsi buah dan sayur, konsumsi makanan berisiko (manis, asin, berlemak, jeroan, dan makanan yang diawetkan), kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, konsumsi kafein, dan gangguan mental emosional (stress). Data aktivitas fisik diperoleh dengan pengumpulan data frekuensi beraktivitas fisik dalam seminggu terakhir. Data kebiasaan konsumsi buah dan sayur dikumpulkan dengan menghitung jumlah hari konsumsi dalam seminggu dan jumlah porsi rata-rata dalam sehari. Data konsumsi makanan berisiko (manis, asin, berlemak, jeroan, dan yang diawetkan) dan kebiasaan konsumsi kafein diperoleh dengan pengumpulan data frekuensi konsumsi per hari, per minggu, dan per bulan. Data kebiasaan merokok diperoleh berdasarkan riwayat merokok setiap hari, merokok kadang-kadang, mantan merokok, dan tidak merokok. Data perilaku minum alkohol diperoleh dengan menanyakan perilaku minum alkohol dalam periode 12 bulan dan satu bulan terakhir. Penduduk menjawab ”ya” dan ”tidak”. Kesehatan

2

(6)

mental (stress) dinilai dengan Self Reporting Questionnaire (SRQ) yang terdiri dari 20 butir pertanyaan, yang mempunyai pilihan jawaban ”ya” dan ”tidak”

Data status gizi ditentukan berdasarkan berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Berat badan contoh diukur dengan timbangan digital yang memiliki presisi 0.1 kg, panjang badan diukur dengan microtoise yang meliliki presisi 0.1 cm. Timbangan digital yang digunakan selalu dikalibrasi sebelum digunakan dan baterai yang digunakan segera diganti jika habis. Data hipertensi diperoleh dengan metode pengukuran tekanan darah menggunakan alat ukur tensimeter digital. Tensimeter digital divalidasi menggunakan standar baku pengukur tekanan darah (sfigmomanometer air raksa manual). Setiap contoh diukur tekanan darahnya minimal 2 kali, jika hasil pengukuran kedua berbeda lebih dari 10 mmHg dibanding pengukuran pertama, maka dilakukan pengukuran ketiga. Dua data pengukuran dengan selisih terkecil dihitung reratanya sebagai hasil ukur tekanan darah. Pengukuran ini dilakukan oleh tenaga medis dan tenaga terlatih. Dengan demikian, hasil pengukuran yang diperoleh cukup valid.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah diperoleh dan terkumpul kemudian dianalisis menggunakan Microsoft Excel 2007 for Windows dan SPSS 13.0 for Windows. Tahap pengolahan data pertama adalah cleaning dan editing data yang sudah ada, kemudian dipilih berdasarkan variabel yang akan diteliti. Selain variabel yang sudah ada, variabel baru juga dibutuhkan untuk keperluan analisis. Variabel tersebut adalah hipertensi, status gizi, gangguan mental emosional (stress), aktivitas fisik kumulatif, dan konsumsi buah dan sayur.

Proses cleaning data dilakukan dengan menghilangkan contoh yang datanya tidak lengkap. Data tekanan darah, berat badan, dan tinggi badan yang tidak lengkap dan/atau memiliki nilai ekstrim akan dihilangkan. Setelah mengalami proses cleaning data, diperoleh total sampel akhir sebanyak 5 104 orang dari total contoh awal 5 564 orang.

Variabel hipertensi diperoleh dari hasil perhitungan rata-rata pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik, kemudian diklasifikasikan berdasarkan kriteria hipertensi JNC-7 (2003). Variabel status gizi diperoleh dari perhitungan IMT contoh dengan rumus BB (kg)/(TB/100)2 (m2), kemudian diklasifikasikan berdasarkan kriteria Depkes (2004). Status gangguan emosional (stress) ditentukan berdasarkan hasil jawaban 20 pertanyaan. Skor jawaban dari 20 pertanyaan dijumlahkan, jawaban ”ya” bernilai 1 dan jawaban ”tidak” bernilai 2,

(7)

dan contoh dinilai memiliki gangguan stress jika memiliki skor < 35 poin. Aktivitas fisik kumulatif dikatakan ”cukup” apabila kegiatan tersebut dilakukan secara terus-menerus sekurangnya 10 menit dalam satu kegiatan tanpa henti dan secara kumulatif 150 menit selama lima hari dalam satu minggu. Konsumsi buah dan sayur dikatakan “cukup” apabila konsumsi buah dan sayur ≥ 5 porsi/hari selama 7 hari dalam seminggu.

Tabel 2 Cara pengkategorian variabel*

No Variabel Kategori Pengukuran

Karakteristik contoh Umur 1. 18 - 24 2. 25 - 34 3. 35 - 44 4. 45 - 54 5. 55 - 64 6. 65 - 74 7. ≥75

Status Gizi 1. Kurus (IMT<18.5)

2. Normal (18.5<IMT<25.0) 3. BB lebih (25.0<IMT<27.0) 4. Obesitas (IMT>27.0)

Pendidikan 1. Tidak pernah sekolah

2. Tidak Tamat SD 3. Tamat SD 4. Tamat SLTP 5. Tamat SLTA 6. Tamat PT

Pekerjaan 1. Tidak kerja

2. Sekolah

3. Ibu Rumah Tangga 4. Polri/TNI 5. PNS 6. Pegawai BUMN 7. Pegawai Swasta 8. Wiraswasta/pedagang 9. Petani 10.Nelayan 11.Buruh 12.Lainnya

Tipe wilayah 1. Perkotaan

2. Perdesaan

Status perkawinan 1. Belum kawin

2. Kawin 3. Cerai hidup 4. Cerai mati 1.

Pengeluaran rumah tangga perkapita 1. Kuintil ke-1 sampai Kuintil ke-5

Aktivitas fisik kumulatif 1. Kurang

2. Cukup 2.

Aktivitas fisik berat, sedang, bersepeda/ berjalan kaki

1. Ya 2. Tidak

3 Konsumsi buah dan sayur 1. Kurang

(8)

No Variabel Kategori Pengukuran Frekuensi konsumsi makanan manis, asin,

berlemak, jeroan, awetan, minuman berkafein

1. >1 kali per hari 2. 1 kali per hari 3. 3 – 6 kali per minggu 4. 1 – 2 kali per minggu 5. <3 kali per bulan 6. Tidak pernah

Konsumsi alkohol 1. Ya

2. Tidak

4. Riwayat merokok 1. Setiap hari

2. Kadang-kadang 3. Sebelumnya pernah 4. Tidak pernah

5. Tingkat stress** 1. Tidak stress

2. Stress 6. Hipertensi (JNC-7 2003) 1. Normal (TDS <120 mmHg;TDD <80 mmHg) 2. Pre-hipertensi (TDS 120-139 mmHg; TDD 80-89 mmHg) 3. Hipertensi tingkat 1 (TDS 140-159 mmHg; TDD 90-99 mmHg) 4. Hipertensi tingkat 2 (TDS ≥160 mmHg; TDD ≥100 mmHg)

* Depkes (2008) **Self Reporting Questionnaire (SRQ) WHO

Analisis croostab (tabulasi silang) digunakan untuk mengetahui frekuensi dari masing-masing variabel. Analisis hubungan antara variabel dependen terhadap variabel independen diuji sesuai dengan skala data yang digunakan. Analisis bivariat dengan Uji korelasi Spearman digunakan untuk menguji hubungan variabel ordinal, sedangkan Uji korelasi kontingensi digunakan untuk menguji hubungan variabel nominal. Variabel yang berhubungan dan bermakna akan mengalami analisis lanjut dengan analisis multivariat. Penelitian ini menggunakan nilai kemaknaan P<0.05.

Analisis multivariat Model Multiple Logistic Regression dengan Metode Backward Wald digunakan untuk mengetahui nilai faktor risiko atau Odds Ratio (OR) variabel independen terhadap variabel dependen. Seluruh variabel independen dianalisis secara bersama-sama untuk mengetahui variabel independen mana yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

π1(x) = Keterangan:

π1 (_) : peluang terjadinya hipertensi (0= tidak ,1= ada)

n n n n x x x x x x x x

           ... 1 ... 3 3 2 2 1 1 0 3 3 2 2 1 1 0  

(9)

_ : eksponensial β0 : konstanta β1-βn : koefisien regresi

X 1 : Umur (0= 18-40 tahun 1= 41-60 tahun 2= >60 tahun) X 2 : Jenis Kelamin (0= Perempuan 1= Laki-laki )

X 3 : Pendidikan (0=<Tamat SD 1=Tamat SD & SLTP 2=Tamat SLTA & PT) X 4 : Pekerjaan (0=Tidak bekerja 1=Pegawai & wiraswasta 2=Petani & buruh) X 5 : Tipe Wilayah (0= Perkotaan 1= Perdesaan)

X 6 : Status perkawinan (0= Belum/Cerai 1= Kawin)

X 7 : Pengeluaran rumah tangga perkapita (0= <Kuintil ke-3 1= ≥ Kuintil ke-3) X 8 : Aktivitas fisik kumulatif (0= Cukup 1= Kurang)

X 9 : Aktivitas fisik berat (0= Ya 1= Tidak) X 10 : Aktivitas fisik sedang (0= Ya 1= Tidak)

X 11 : Berjalan kaki/ bersepeda kayuh (0= Ya 1= Tidak) X 12 : Konsumsi buah dan sayur (0= Cukup 1= Kurang)

X 13 : Konsumsi makanan/ minuman manis (0= Jarang 1= Sering) X 14 : konsumsi makanan asin (0= Jarang 1= Sering)

X 15 : Konsumsi makanan berlemak (0= Jarang 1= Sering) X 16 : Konsumsi jeroan (0= Jarang 1= Sering)

X 17 : Konsumsi makanan awetan (0= Jarang 1= Sering) X 18 : Konsumsi minuman beralkohol (0= Tidak 1= Ya) X 19 : Konsumsi minuman berkafein (0= Jarang 1= Sering) X 20 : Kebiasaan merokok (0= Tidak setiap hari 1= Setiap hari)

X 21 : Rata-rata batang rokok yang dihisap (0= < 10 batang 1= ≥ 10 batang) X 22 : Stress (0= Tidak 1= Ya)

X 23 : Status Gizi (0= Kurus 1= Normal 2= Obesitas)

Kategori pekerjaan dikategorikan menjadi 3, yaitu tidak bekerja (tidak kerja, sekolah, ibu rumah tangga, lainnya); pegawai dan wiraswasta (TNI/Polri, PNS, pegawai BUMN, pegawai swasta, wiraswasta, dan pelayanan jasa); petani dan buruh (petani, nelayan, buruh). Frekuensi konsumsi digolongkan menjadi 2, yaitu jarang (< 1 kali per hari) dan sering (≥ 1 kali per hari). Konsumsi buah dan sayur dikatakan ‘cukup’ apabila makan buah dan/atau sayur sekurangnya 5 porsi per hari selama 7 hari dalam seminggu. Aktivitas fisik dikatakan cukup apabila dilakukan terus-menerus sekurangnya 10 menit dalam satu kegiatan tanpa henti dan secara kumulatif 150 menit selama lima hari dalam satu minggu.

(10)

Asumsi dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menggunakan asumsi dan mempunyai beberapa keterbatasan. Asumsi-asumsi tersebut digunakan agar hasil penelitian dapat diterima secara umum. Adapun asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data sekunder yang digunakan dalam penelitian seluruhnya benar serta keadaan wilayah yang diteliti stabil dan normal. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah terbatas pada asumsi-asumsi tertentu, tergantung pada data-data sekunder yang digunakan, dan tergantung pada hasil penelitian asal yang dilakukan oleh Balitbangkes Depkes RI.

Definisi Operasional

Aktivitas fisik kumulatif adalah kegiatan fisik yang dilakukan sehari-hari oleh seseorang yang dapat dibedakan menjadi pekerjaan ringan, sedang, dan berat; yang dikategorikan “cukup” apabila kegiatan tersebut dilakukan secara terus-menerus sekurangnya 10 menit dalam satu kegiatan tanpa henti dan secara kumulatif 150 menit selama lima hari dalam satu minggu.

Blok Sensus (BS) adalah unit sensus rumah tangga yang dibuat oleh BPS dalam menentukan sampel survey SUSENAS dan digunakan juga pada survey Riskesdas, sehingga sampel keduanya dapat identik dan BS tersebut dapat digunakan sebagai link antara hasil survey kesehatan Riskesdas dan SUSENAS.

Faktor Risiko adalah faktor-faktor yang keberadaannya dapat meningkatkan (faktor pemicu) atau menurunkan (faktor protektif) peluang kejadian suatu penyakit.

Gaya hidup adalah kebiasaan hidup individu maupun masyarakat yang terdiri dari aktivitas fisik, kebiasaan makan, dan pengendalian stress.

Gaya hidup yang baik adalah kebiasaan hidup individu maupun masyarakat yang terdiri dari aktivitas fisik dan konsumsi buah sayur yang cukup; rendah konsumsi makanan berisiko; tidak merokok, konsumsi alkohol, dan minuman berkafein; serta pengendalian stress yang baik.

Hipertensi adalah kondisi seseorang yang memiliki tekanan darah sistolik140 mmHg dan diastolik 90mmHg atau keduanya.

Indeks Massa Tubuh adalah suatu cara yang digunakan untuk menentukan status gizi berdasarkan hasil pengukuran antropometri dan digolongkan

(11)

berdasarkan perbandingan antara berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m2).

Jeroan adalah usus, babat, dan paru (tidak termasuk hati); yang dinilai berdasarkan frekuensinya selama satu hari, satu minggu, dan satu bulan. Karakteristik individu adalah kondisi individu yang dapat mempengaruhi

kejadian hipertensi; meliputi umur dan jenis kelamin.

Karakteristik sosial ekonomi adalah kondisi individu yang terdiri dari pendidikan, pekerjaan, tipe wilayah (desa-kota), status perkawinan, dan pengeluaran rumah tangga perkapita.

Kebiasaan makan adalah perilaku contoh dalam mengkonsumsi makanan/minuman yang terdiri dari konsumsi buah dan sayur; makanan/minuman manis, makanan asin, makanan berlemak, jeroan, makanan awetan, minuman beralkohol dan minuman berkafein.

Kebiasaan merokok adalah kebiasaan seseorang dalam menghisap rokok, dibedakan menjadi setiap hari merokok, kadang-kadang merokok, sebelumnya pernah merokok, dan tidak pernah merokok.

Konsumsi alkohol adalah kebiasaan seseorang minum alkohol yang dinilai berdasar frekuensinya selama satu minggu atau satu bulan; yang dikategorikan “sering” bila konsumsinya satu kali atau lebih setiap hari. Konsumsi buah dan sayur adalah kebiasaan seseorang makan buah dan

sayur; yang dinilai dengan mengumpulkan hari porsi dalam seminggu dan jumlah porsi rata-rata dalam sehari; yang dikategorikan “cukup” apabila konsumsi buah dan sayur ≥ 5 porsi/hari selama 7 hari dalam seminggu. Makanan asin adalah makanan yang lebih dominan rasa asin seperti ikan asin,

peda, pindang, telur asin dsb; yang dinilai berdasarkan frekuensinya selama satu hari, satu minggu, dan satu bulan.

Makanan berisiko adalah makanan yang jika dikonsumsi dalam jumlah yang tidak tepat akan menimbulkan risiko penyakit degeneratif; yang terdiri dari makanan manis, asin, berlemak, jeroan, dan makanan yang diawetkan. Makanan berlemak adalah makanan yang lebih dominan kandungan lemak,

seperti sop buntut, sate, pizza, burger, makanan gorengan dsb; yang dinilai berdasarkan frekuensinya selama satu hari, satu minggu, dan satu bulan.

Makanan yang diawetkan adalah makanan yang diawetkan dengan garam, atau gula atau bahan pengawet lainnya seperti dendeng, ikan asin, buah

Gambar

Gambar 1. Kerangka pemikiran faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari pertama pemberian jus tomat terhadap penurunan tekanan darah diastolik, terlihat sama dengan penurunan tekanan darah sistolik, bahwa penurunan terbesar pada menit ke 30

Dalam hal ini, PHP telah menyediakan fasilitas koneksi untuk hampir semua program database popular baik yang komersial maupun gratis, contohnya MySQL yang merupakan suatu

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2002 Tentang Daftar Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002

Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih kedelai asal pemupukan susulan dengan dosis 100 kg/ha menghasilkan viabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pupuk susulan

- Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim Pengadilan Tinggi memeriksa berkas perkara secara keseluruhan, salinan resmi putusan Pengadilan Negeri Medan, memori

Daun koka, daun yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam bentuk serbuk dari semua tanaman genus Erythroxylon dari keluarga Erythroxlylaceae yang menghasilkan kokain

Kepemimpinan kyai memiliki pengaruh yang kuat dalam pembentukan pribadi muslim, pembinaan keteladanan dan jiwa kepemimpinan sebab pondok pesantren berusaha membina dan

Dalam hal ini kami tidak hanya menyediakan pembuatan software (desktop, web, mobile, enterprise) yang di design sesuai kebutuhan client kami tetapi kami juga