Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang
(Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang)
Stepanus Pakage
Staf Pengajar Jurusan Produksi Ternak FPPK UNIPA Jalan Gunung Salju Manokwari 98314
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the salary of 60 goat farmers in Malang, Indonesia. Based R/C ratio of goat farmers in Malang is around 98,33 % still set adventage from goat farming 1,67 % still experience lost. This can be seen from R/C ratio ranging from 4,31 to 0,91.
Key words : Goat, Salary, R/C Ratio PENDAHULUAN
Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian integral dari ngunan sektor pertanian. Tujuan pemba-ngunan sub sektor peternakan adalah me-ningkatkan kesejahteraan petani peternak melalui peningkatan pendapatan, mening-katkan produksi ternak untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat, mening-katkan gizi masyarakat, mengembangkan agribisnis peternakan dalam rangka per-luasan kesempatan kerja.
Salah satu komoditi ternak yang me-miliki potensi dalam mencukupi kebu-tuhan masyarakat akan protein hewani adalah ternak kambing. Ternak kambing memiliki populasi cukup tinggi diban-dingkan dengan ternak ruminansia kecil lainnya, sebagai gambaran populasi ter-nak ruminansia kecil khusus terter-nak kambing di Malang pada tahun 2005 sebanyak 2.384.973 ekor, sedangkan ternak domba sebanyak 1.380.366 ekor dan sampai pada tahun 2006 populasi ternak kambing mencapai 2.414.350 ekor dan ternak domba sebanyak 1.399.054 ekor (Anonimous, 2006). Bila dilihat dari jumlah ternak maka ternak kambing berkembang secara baik.
Kota Malang merupakan salah satu Kota di Provinsi Jawa Timur yang pada tahun 2005 memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.393.959 jiwa dengan luas daerah 1.100.566 Km² atau dengan rasio 0,45km2/orang. Luasan daerah perkepala sebanyak 0,45 km2 tersebut merupakan daya dukung dalam pengembangan usaha peternakan kambing. Dilihat dari daya dukung lahan sangat menunjang seperti, ketersedian hijauan makanan ternak dan konsentrat berupa hasil ikutan pertanian telah tersedia, namun demikian keberha-silan suatu usaha peternakan kambing juga dipengaruhi oleh breeding, pakan dan manajemen.
Cara pemeliharaan ternak kambing oleh peternak di Kota Malang masih bersifat tradisional sama halnya dengan daerah Indonesia lainnya yang belum me-ngenal cara pemeliharaan yang maju. Me-nurut Anonimous (1991), pemeliharaan yang dilakukan secara tradisional berlang-sung dalam lingkungan keluarga dan pe-ngawasannya dilakukan secara berkala, pada umumnya ternak kambing dilepas-kan di padang pengembalaan dan melaku-kan perkawinan bebas secara alam yang pada akhirnya berpengaruh pada penu-runan mutu genetik ternak kambing. Pe-Jurnal Ilmu Peternakan, Juni 2008, hal. 51 – 57 Vol. 3 No.2 ISSN 1907 – 2821
nurunan mutu genetik ternak kambing akan mempengaruhi produktifitas sehing-ga secara tidak langung akan berdampak pada penurunan terhadap pendapatan pe-ternak.
Pendapatan peternak juga dipengaruhi penggunaan faktor produksi oleh peternak dan penerimaan. Faktor produksi tersebut antara lain status tanah/lahan, kandang, peralatan, bibit, pakan, obat dan jamu, tenaga kerja upahan, listrik dan transport. Biaya produksi yang dikeluarkan untuk keperluan usaha peternakan kambing antara peternak yang satu dengan yang lainnya akan berbeda tergantung ke-mampuan (finansial dan pengetahuan) peternak. Penerimaan peternak kambing bersumber dari hasil penjualan ternak kambing dan hasil ikutannya seperti kotoran sebagai pupuk. Hasil pe-ngurangan antara biaya produksi dan penerimaan merupakan keuntungan.
Penggunaan faktor produksi dan pe-nerimaan antara peternak kambing di Kota Malang diduga bervariasi dan belum diketahui, dengan demikian dalam pe-ngembangan usaha peternakan kambing di Kota Malang perlu dilakukan suatu kajian ilmiah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya biaya produk-si yang digunakan dan penerimaan oleh peternak kambing di Kota Malang
Manfaat dari penelitian ini antara lain adalah:
1. Dapat memberikan informasi ilmiah bagi kalangan akademisi untuk pedoman penyampaian pengetahuan agribisnis peternakan kepada peternak kambing.
2. Dapat memberikan informasi awal bagi Pemerintah Kota Malang dalam rangka menyusun program pengem-bangan ternak kambing ditingkat pe-ternak.
MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bebe-rapa desa di Kota Malang. Penelitian ini berlangsung selama ± 2 minggu pada awal bulan April 2006.
Obyek dan alat
Obyek penelitian ini adalah masyarakat yang memelihara ternak kambing. Alat-alat yang digunakan adalah antara lain alat tulis menulis, kamera dan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disiapkan terlebih dahulu bagi masing-masing responden.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik wawancara. Wawancara dilakukan kepada setiap responden dengan menggunakan kuesioner atau daftar pertanyaan sebagai panduan.
Metode Penentuan Desa dan Responden Contoh
Penentuan desa contoh dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan bahwa desa tersebut terdapat ternak kambing. Dari hasil pe-nentuan diperoleh 3 desa yang terpilih. Penentuan jumlah sampel peternak dilakukan secara acak sederhana dengan ketentuan memiliki minimal 5 ekor kambing pada saat penelitian sehingga diperoleh 20 responden pada masing-masing desa. Secara keseluruhan diperoleh 60 responden.
Variabel Pengamatan
Dalam penelitian ini variabel utama yang diamati adalah besarnya penggunaan faktor-faktor produksi antara lain:
1. Jumlah (ekor) dan harga kambing (Rp) pada awal peneliharaan.
2. Status lahan yaitu milik sendiri, sewa atau beli (Rp)
3. Jenis dan jumlah peralatan dan harga masing-masing peralatan yang di-gunakan (Rp/satuan) dan sumber, jenis dan harga pakan (Rp/Kg)
4. Biaya tenaga kerja upahan dan listrik (Rp/bulan) serta biaya transport (Rp /frekuensi)
5. Sumber (kambing, kotoran) dan besar-nya penerimaan (Rp/ekor atau karung).
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan adalah persiapan alat-alat yang diguna-kan, berangkat ke desa terpilih dan melakukan wawancara dengan responden terpilih. Batasan Operasional adalah sebagai berikut :
1. Peternak adalah seseorang yang mem-budidayakan ternak kambing
2. Biaya produksi adalah segala biaya yang dikeluarkan dalam mendukung proses produksi.
3. Penerimaan adalah segala bentuk yang diterima peternak yang bersumber dari ternak kambing dan hasil ikutannya.
1. Keuntungan adalah besarnya uang yang diterima oleh peternak dari total penerimaan setelah dikurangi dengan total biaya produksi.
Analisis Data
1. Untuk mengetahui sebaran biaya produksi dan penerimaan dilakukan tabulasi data per responden.
2. Untuk mengetahui keuntungan setiap responden dilakukan penghitungan dengan rumus total penerimaan di-kurangi dengan total biaya produksi dan untuk menentukan besaran ke-untungan yang diperoleh peternak di-lakukan penghitungan R/C ratio.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identitas Responden
Faktor internal yang mempengaruhi usahatani seseorang, antara lain adalah umur, tingkat pendidikan, dan pengalam-an. Selain itu usahatani seseorang dapat dilihat juga dari tujuan usahanya yaitu se-bagai pekerjaan pokok atau sampingan (Suratiyah, 2006).
Sebaran responden menurut sebaran umur
Berdasarkan hasil olah data primer, diketahui bahwa rata-rata umur responden peternak yang berada pada usia produktif adalah 35 responden yang berkisar antara umur 28 – 55 tahun, sedangkan sebanyak 25 responden adalah peternak yang berada diatas umur produktif yakni ber-ada diatas umur 56 tahun. Dari sebaran data umur peternak diatas meng-indikasikan bahwa sekitar 58,33% berada pada umur produktif sedangkan sekitar 41,37% berada pada umur kurang produktif. Hal ini memberikan indikasi adanya tenaga kerja yang produktif dalam mengelola usahanya, sehingga mem-berikan peluang bagi peningkatan produktifitas ternak.
Sebaran responden menurut jenjang pendidikan
Dalam sebuah usaha semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, akan mem-pengaruhi dalam pengambilan keputusan atas usahanya dan memiliki daya analisis yang tinggi terhadap peluang-peluang yang ada disekitarnya untuk peningkatan usahanya. Sebaran responden menurut jenjang pendidikan dapat dilihat pada diagram 1 di bawah ini.
3 2 50 3 2 0 10 20 30 40 50 60 TS TT SD T SD T SR T SMP J u m la h Jenjang Pendidikan 54 2 3 1 0 20 40 60
Petani Peternak Swasta Pamong
J
uml
a
h
Pekerjaan Utama
Diagram 1. Sebaran responden Pendidikan
Ket: TS= Tidak Sekolah, TTSD= Tidak Tamat SD, T SD= Tamat SD, T SR= Tamat SR, T SMP= Tamat SMP
Sebaran responden menurut jenjang pendidikan adalah sekitar 50 responden atau 83.34% telah menyelesaikan sekolah dasar (T SD), responden tidak dan tamat sekolah rakyat masing-masing 3 orang (5%), sedangkan tidak tamat sekolah dan tamat sekolah menengah pertama masing-masing 2 orang (3.33%). Berdasarkan diagram 1 di atas maka seluruh responden memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pendidikan responden yang dimiliki akan mempengaruhi dalam pengambilan ke-putusan dan dalam menganalisis peluang dalam usaha ternak kambing.
Sebaran responden menurut pekerjaan utama
Berdasarkan sebaran responden me-nurut pekerjaan utama yang tertera pada diagram 2 dibawah ini bahwa sebanyak 54 responden berpekerjaan petani, 3 res-ponden berprofesi sebagai swasta, 2 peternak berprofesi sebagai peternak dan 1 orang sebagai pamong desa. Dengan demikian pekerjaan sebagai peternak adalah pekerjaan sampingan.
Diagram 2. Sebaran responden menurut pekerjaan utama
Berdasarkan data tersebut bahwa peternakan kambing tidak akan ber-kembang bila dijadikan sebagai pekerjaan sampingan dan hal itu juga akan ber-dampak pada pendapatan yang bersumber dari ternak kambing. Sebaran responden berdasarkan pekerjaan utama yang sebagian besar petani ini juga disebabkan oleh wilayah Malang yang secara
geografis sangat berpotensi untuk pe-ngembangan tanaman pertanian.
Sebaran responden menurut lama beternak
Sebaran responden menurut lama beternak dapat dilihat pada diagram 3 di bawah ini.
23,33 26,67 50 0 10 20 30 40 50 60 < 10 > 10-20 > 20 P ro s e n ta s e Lama beternak (Thn) 6,67 16,67 30 36,67 8,32 1,67 0 5 10 15 20 25 30 35 40 2 3 4 5 6 7 P ros e nt a s e
Jumlah Anggota Keluarga
Diagram 3. Sebaran responden menurut lama beternak
Berdasarkan diagram 3 bahwa 50% responden memiliki pengalaman beternak lebih dari 20 tahun, sedangkan 26,67% dari responden memiliki pengalaman be-ternak kambing selama 10-20 tahun serta sekitar 23,33% memiliki pengalaman be-ternak kambing kurang dari 10 tahun. Bila dilihat dari sebaran responden berdasarkan lama beternak pada diagram 3 maka dikatakan sebagian besar responden memiliki cukup pengalaman dalam hal beternak kambing. Pengalam-an beternak kambing yPengalam-ang dimiliki responden akan sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan atas masalah-masalah yang sering dihadapi berkaitan dengan usaha beternak kambing.
Sebaran responden menurut Jumlah anggota keluarga
Sebanyak 36,67% responden memiliki jumlah anggota keluarga 5 orang dan 30% responden beranggotakan 4 orang dalam keluarga. Jumlah anggota keluarga yang banyak akan sangat berpengaruh kepada usaha peternakan kambing. Hal ini akan memberikan dampak bahwa penggunaan tenaga kerja upahan dapat dikurangi. Dengan demikian keuntungan yang diterima dari usaha peternakan kambing dapat ditingkatkan. Namun, tidak semua anggota keluarga membantu usaha ternak kambing karena dengan alasan anaknya sekolah, sudah menikah, atau anaknya jadi pekerja pada orang lain.
Sebaran responden menurut jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada diagram 4 di bawah ini.
Diagram 4. Sebaran responden menurut jumlah anggota keluarga
Analisa Usaha Tani Ternak Kambing
Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan segala biaya yang dikeluarkan oleh peternak kambing guna membiayai proses produksi. Biaya produksi terdiri dari dua macam yaitu biaya tetap. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang mana bentuk fisiknya dapat digunakan dalam beberapa kali proses produksi. Biaya tetap antara lain biaya yang digunakan dalam pengadaan bibit ternak kambing, pembuatan kandang, pembelian lahan. Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang habis digunakan dalam satu 1 periode produksi. Biaya tidak tetap meliputi pakan, tenaga kerja upahan, transport, listrik, pajak dan obat jamu. Total biaya produksi terendah adalah Rp.600.000,- dengan jumlah ternak 6-8 ekor. Sedangkan biaya produksi tertinggi sebesar Rp. 4.111.100,- untuk mengelola 23 ekor kambing.
Penerimaan
Berdasarkan tabel lampiran bahwa sumber utama penerimaan terdiri dari penerimaan yang berasal dari penjualan ternak dan penerimaan dari nilai tambah. Penerimaan tertinggi yang berasal dari penjualan ternak sebesar Rp. 6.100.000,- dan penerimaan terendah dari penjualan ternak adalah sebesar Rp. 600.000,- dari 10 ekor yang dipelihara. Bila dilihat dari perbandingan jumlah ternak yang dipelihara dengan penerimaan asal penjualan ternak, maka penerimaan terendah dari hasil penjualan ternak di atas tidak relevan karena ada peternak yang memiliki kurang dari 10 ekor kambing (5 ekor Rp. 900.000,-) namun penerimaan dari hasil penjualan ternak kambingnya lebih tinggi. Penerimaan yang berbeda antara peternak dapat disebabkan oleh tidak ternak semua ternak kambing memiliki harga jual yang
sama karena berbeda umur atau jenis kelamin.
Penerimaan yang bersumber dari total nilai tambah yang tertinggi adalah sebesar Rp. 6.400.000,- sedangkan yang diterima dari nilai tambah yang terendah adalah sebesar Rp. 600.000,-. Total penerimaan sebesar Rp. 10.800.000,-, sedangkan total penerimaan yang te-rendah sebesar Rp. 1.200.000 yang diterima oleh responden nomor 4.
Keuntungan
Keuntungan yang diperoleh dari hasil pemeliharaan ternak kambing di Kota Malang dapat dilihat pada tabel lampiran. Dari tabel lampiran bahwa hampir seluruh peternak mendapat keuntungan. Besarnya keuntungan tersebut bervariasi antara peternak. Keuntungan tertinggi adalah sebesar Rp.6.688.900,- dan keuntungan yang terendah adalah sebesar Rp. 199.400,-. Walaupun demikian se-banyak 1 peternak mengalami kerugian.
Pendugaan Break event Point
Dari hasil pendugaan break event point (dapat dilihat pada tabel lampiran), diperoleh bahwa peternak kambing di Malang memiliki nilai BEP berkisar antara 0,96 sampai dengan 0.08. Nilai BEP tersebut masih mengindikasikan bahwa peternak tersebut masih men-dapatkan keuntungan dari usaha kambing tersebut. Sedangkan 1 orang responden memiliki nilai BEP sebesar 1,09 artinya peternak tersebut masih mengalami kerugian.
Pendugaan Nilai R/C Ratio
Dari tabel lampiran terlihat bahwa kisaran nilai perbandingan R/C berada antara 4,31 sampai 0,91. Nilai R/C sebesar 4,31 mengartikan bahwa untuk setiap Rp 100,- yang dikeluarkan dalam awal kegiatan usaha peternakan kambing
akan diperoleh penerimaan sebesar Rp. 4,31,- pada akhir usaha. Pada nilai R/C yang 0,91 adalah yang masih mengalami kerugian. Semakin tinggi nilai R/C maka usaha yang dijalani semakin efisien (Soekartawi, 2003)
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa:
1. Sebanyak 98,33% responden peternak kambing di Kota Malang memperoleh keuntungan yang bervariasi dari Rp. Rp.6.688.900,- sampai Rp. 199.400,-. sedangkan 1,67% dari 60 responden mengalami kerugian.
2. Nilai R/C ratio yang diperoleh berkisar dari 4,31 sampai dengan 0,91.
3. Berdasarkan Nilai R/C tersebut di-simpulkan bahwa usaha peternakan
kambing di Kota Malang me-nguntungkan
Saran
Perlu dilakukan survei yang sama dengan jumlah responden yang lebih banyak dan perlu dilakukan juga penghitungan analisis kelayakan usaha peternakan ternak kambing ditingkat koperasi karena semua sebagian besar peternak diorganisir oleh Koperasi Unit Desa (KUD).
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 1999. Investasi Agribisnis Komoditas Unggulan. Badan Agribisnis Departemen Pertanian bekerja sama dengan Penerbit Kanisius. Yogyakarta
BPS. 2006. Malang Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kota Malang. Malang
Soekartawi. 2003. Agrisbisnis teori dan aplikasinya. RajaGrafindo Persada. Jakarta. Suratiyah, K. 2006. Ilmu Ushatani. Penebar
Swadaya. Jakarta.