• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan.akan tetapi, perkembangan yang sangat cepat tersebut juga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan.akan tetapi, perkembangan yang sangat cepat tersebut juga"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Proses pembangunan yang terjadi di suatu kota mengalami perkembangan yang signifikan.Akan tetapi, perkembangan yang sangat cepat tersebut juga mengakibatkan pada beberapa permasalahan yang dapat muncul. Nurmandi menyebutkan bahwa beberapa implikasi yang timbul akibat dari pertumbuhan suatu kota salah satu diantaranya yaitu kurangnya layanan penyediaan rumah.1Pertumbuhan suatu kotayang juga diikuti dengan pertumbuhan penduduk, sehingga mengakibatkan peningkatan terhadap jumlah kebutuhan kebutuhan ruang untuk bermukim yakni perumahan atau permukiman. Sehingga apabila kebutuhan akan rumah tersebut tidak dipenuhi, maka akan mengakibatkan kawasan seperti sempadan sungai, rel kereta api atau kawasan lain yang tidak diperuntukkan untuk wilayah permukiman disalah fungsikan sebagai kawasan permukiman. Apabila tidak ditangani secara serius oleh pemerintah akan berimplikasi pada terbentuknya kawasan permukiman kumuh di suatu kota.

Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan permukiman kumuh perkotaan yang cukup tinggi. Menurut data Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Ditjen Cipta Karya, total permukiman kumuh di Indonesia pada tahun 2016 adalah sekitar 38. 431 hektar.Dengan rincian 23.437 hektar berada di wilayah perkotaan dan 11.957 hektar di pedesaan. Sedangkan pada tahun 2014 pemukiman kumuh di Iindonesia adalah seluas 37.407 hektar atau sekitar 10% dari total luas wilayah Indonesia dan tersebar sekitar 3. 826

1

(2)

2 kawasan.2Apabila mengacu pada data tersebut, secara jelas memang terjadi penurunan luas wilayah atau kawasan permukiman kumuh, khususnya di perkotaan.Akan tetapi, kondisi tersebut tidak menutup perlunya pemerintah untuk mengambil langkah dalam penanganan kawasan permukinan kumuh perkotaan.

Permasalahan menyangkut masih banyaknya jumlah permukiman kumuh di Indonesia membuat pemerintah merespon dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 14 tahun 2016tentang Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman.Dasar regulasi ini merupakan upaya yang dilakukan pemerintah untuk mewujudkan tercapainya tujuan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman, termasuk pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh.dapat dimanfaatkan untuk kepentingan bersama.Disamping itu, Peraturan Pemerintah ini mengamanatkan agar pemerintah daerah untuk melaksanakan program mennyangkut penangan kawasan permukiman kumuh.

Salah satu daerah yang memiliki jumlah kawasan permukiman kumuh yang masih tinggi yaitu Kota Malang.Pada tahun 2015 total wilayah kumuh di Kota malang mencapai 608,6 hektar dan kelurahan yang wilayah kumuhnya terluas berada di Bareng (81,56 ha); disusul Ciptomulyo (62,6 ha); Penanggungan (53,01 ha); dan Kasin (48,20 ha).3 Sementara itu jika dirinci per kecamatan, kawasan kumuh terbanyak di Kecamatan Klojen (346,51 ha); Sukun (132,8 ha); Kedungkandang (72,9 ha); Lowokwaru (31,35 ha); dan Blimbing (25,04

2Kompas. 2016. Catat kawasan kumuh indonesia lebih dari 38.000 diakses dari

http://properti.kompas.com/read/2016/10/03/201515721/catat.kawasan.kumuh.indonesia.lebih.dari .38.000.hektar diakses pada 13 Mei 2019

3 Surya Malang. 2016. Mau tahu wilayah kumuh paling luas di kota malang disini tempaynya.

Diakses dari http://suryamalang.tribunnews.com/2016/12/31/mau-tahu-wilayah-kumuh-paling-luas-di-kota-malang-di-sini-tempatnya pada 13 Mei 2019

(3)

3 ha).4Masih tingginya jumlah kawasan permukiman kumuh di Kota Malang membuat pemerintah Kota Malang perlu mengambil langkah berupa pembuatan kebijakan atau program yang dapat menangani permasalahan permukiman kumuh.Sehingga dapat meminimalisir jumlah permukiman kumuh yang ada di Kota Malang dan mencapai pembangunan yang layak bagi warga Kota Malang.

Tingginya jumlah permukiman kumuh di Kota Malang dilatarbelakangi oleh beberapa faktor. Wijaya (2016) menyebutkan bahwa ada 3 faktor utama yang menyebabkan munculnya kawasan permukiman kumuh di Kota Malang yang diantaranya yaitu kepadatan penduduk jumlah penduduk, terbatasnya lahan, dan banyaknya kelompok dengan tingkat perekonomian rendah sehingga sulit untuk mengkakses standar hidup yang layak huni.5Pendapat tersebut sejalan dengan fakta yang menunjukkan untuk setiap tahunnya bahwa Kota Malang terus mengalami kenaikan jumlah penduduk. Pada tahun 2014 penduduk Kota Malang total berjumlah 845.973 jiwa6, tahun 2015 naik menjadi 851.298 jiwa, dan tahun 2016 total penduduk berjumlah 856.410 jiwa.7 Selain itu, angka kemiskinan di Kota malang juga masih cukup tinggi meskipun telah mengalami penurunan di tiap tahunnya. Tahun 2015 angka kemiskinan di Kota Malang mencapai 39.100 jiwa dan turun menjadi 37.030 jiwa di tahun 2016.8

4Nusantara news. 2017. Permukiman kumuh masih tinggi di kota malang, kemenpupera akan

bantu penataan. https://nusantara.news/permukiman-kumuh-masih-tinggi-di-kota-malang-kemenpupera-akan-bantu-penataan/ pada 14 Mei 2019

5 Wijaya, Donny Wahyu. 2016. Perencanaan penanganan kawasan permukiman kumuh studi

penentuan kawasan prioritas untuk peningkatan kualitas infrastruktur pada kawasan pemukiman kumuh di Kota Malang. Jurnal Ilmiah Administrasi Publik. Vo 2 No 1 Hal 4

6BPS Kota Malang. 2015. Kota Malang Dalam Angka. Malang: BPS Kota Malang. hal 36 7BPS Kota Malang. 2017. Kota Malang dalam Angka. Malang: BPS Kota Malang. Hal 37 8BPS Kota Malang. 2017. Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin (P0), Garis

Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kota Malang, 2008-2016 diambil dari https://malangkota.bps.go.id/statictable/2017/06/21/540/jumlah-

penduduk-miskin-persentase-penduduk-miskin-p0-garis-kemiskinan-indeks-kedalaman-kemiskinan-p1-dan-indeks-keparahan-kemiskinan-p2-kota-malang-2008-2016.html pada 26 Mei 2019

(4)

4 Oleh karena itu, sebagaimana yang tercantum dalam visi Kota Malang yang ingin dicapai di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Malang Tahun 2013-2018, yaitu “Terwujudnya Kota Malang Sebagai Kota Bermartabat”, khususnya dalam upaya mewujudkan misi kesembilan, yaitu “Mengembangkan Sistem Transportasi Terpadu Dan Infrastruktur Yang Nyaman Untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Masyarakat”. Misi tersebut salah satunya bertujuan untuk meningkatkan kualitas infrastruktur permukiman, khususnya permukiman kumuh yang masih tinggi jumlahnya di Kota Malang. Maka dari itu, adanya kawasan permukiman kumuh pada ruang kota ini menjadi pekerjaan rumah yang besar bagi Pemerintah Kota Malang untuk menanganinya.Selain itu, sebagai upaya Pemerintah Kota Malang untuk menangani kawasan permukiman kumuh yang ada di Pemerintah Kota Malang telah menetapkan menetapkan luasan kawasan kumuh melalui Keputusan Walikota Malang Nomor 188.45/ 86 /35.73.112/2015 tentang Penetapan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh.

Menurut Wijaya munculnya kawasan permukiman kumuh di Kota Malang secara umum timbul sebagai salah satu dampak kurang berhasilnya pembangunan permukiman dan keterbatasan lahan di perkotaan.9 Oleh karena itu, pemerintah perlu menentukan strategi peningkatan kualitas infrastruktur pada kawasan permukiman kumuh yaitu dengan melakukan beberapa aspek antara lain penyusunan rencana peningkatan kualitas infratsrutur secara komprehensif; meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi program dan kegiatan; melinatkan masyarakat dalam penyusunan rencana; meningkatkan koordinasi dan sinergi

9

(5)

5 dengan instansi terkait dalam pemanfaatan ruang wilayah kota serta pada kawasan sempadan dan bantaran; meningkatkan sosialisasi sebagai upaya peningkatan pemahaman dan kesadaran bagi masyarakat; dan mengupayakan peluang kerjasama dengan serta sektor swasta dalam peningkatan kualitas infrastruktur permukiman kumuh.

Berdasarkan pendapat diatas, salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah Kota Malang dalam penangan kawawasan permukiman kumuh yaitu dengan mingkatkan kualitas infrastruktur permukiman tersebut. Hal ini salah satunya dilakukan oleh Pemerintah Kota Malang dengan melakukan program Bedah Rumah yang dilaksanakan oleh Dinas Perumahan dan Permukiman (Dispermukim) Kota Malang. Program Bedah di Kota Malang sudah mulai dilaksanakan di tahun 2012 dan rencana akan dilaksanakan hingga tahun 2019. Hal tersebut dikarenakan Program Bedah Rumah ini juga berintegrasi dengan program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) yang dijalankan oleh Pemerintah Pusat dengan melibatkan pemerintah daerah. Program Kotaku sendiri merupakan amanat dari Rencana Pembangunan Jangka Menenngah Nasional (RPJMN) yang dalam realisasinya berusaha untuk mewujudkan program 100-0-100 atau mewujudkan kota dengan 100% akses air minum, 0% permukiman kumuh, dan 100% akses sanitasi layak di tahun 2019.

Program Bedah Rumah menjadi opsi bagi pemerintah daerah untuk menangani permukiman kumuh di daerah tersebut, khususnya berkaitan dengan permukiman kumuh yang dihuni oleh kelompok masyarakat miskin.Menurut Prayogi (2013)10dalam penelitiannya mengenai program bedah rumah di Kabupaten Probolinggo, program bedah rumah merupakan wujud program yang

10 Prayogi, Arie. 2013. Implementasi Kebijakan Program Bedah Rumah (Studi tentang Bedah

Rumah oleh Badan Pemberdayaan Masyarat di Desa Kedawung Kecamatan Kuripan Kabupaten Probolinggo.Skripsi Ilmu Pemerintahan. Universitas Muhammadiyah Kota Malang.

(6)

6 berorientasikan masyarakat miskin.Program bedah rumah diperuntukkan bagi masyarakt miskin yang memiliki rumah tidak layakn huni. Himpitan ekonomi yang teramat berat bagi warga miskin membuat rumahnya sangat tidak layak huni. Oleh karena itu, pemerintah mencetuskan program bedah rumah untuk membantu warga miskin memiliki penghidupan yang layak.

Berdasarkan penjelasan dalam beberapa penelitian di atas, program Bedah Rumah memang diprioritaskan untuk menyasar kepada masyarakat miskin yang tidak mampu memiliki rumah yang layak huni dan sehat. Namun, dalam pemilihan bantuan tersebut pemerintah perlu memilih dengan adil dan sesuai prosedur kepada warga yang berhak memperoleh bantuan dari program ini. Oleh karena itu, Program Bedah Rumah yang dilaksanakan di Kota Malang sebagaimana program yang ditujukan untuk perbaikan rumah tidak layak huni bagi masyarakat yang memiliki penghasilan rendah dan diperuntukkan bagi masyarakat yang memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Kota Malang. Calon penerima bantuan program bedah rumah berasal dari usulan pihak Kelurahan sebagai kepanjangan tangan dari Dispermukim untuk menilai rumah warga mana yang layak mendapat program bantuan.

Oleh karena itu, bersadarkan dengan pemaparan dari latar belakang di atas, maka peneliti memutuskan untuk mengangkat penelitian tentang “Implementasi Program Bedah Rumah Sebagai Upaya Penanangan Kawasan

Permukikan Kumuh di Kota Malang (Studi di Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Malang)”

(7)

7 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang permasalahan diatas, maka peneliti membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakahimplementasi program bedah rumah sebagai upaya penanganan kawasan permukiman kumuh di Kota Malang ?

2. Apa yang menjadi faktor penghambat dalam implementasi program bedah rumah sebagai upaya penanganan kawasan permukiman kumuh di Kota Malang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui mengenaiimplementasi program bedah rumah sebagai upaya penanganan kawasan permukiman kumuh di Kota Malang.

2. Untuk mengetahuifaktor penghambat dalam implementasi program bedah rumah sebagai upaya penanganan kawasan permukiman kumuh di Kota Malang.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan dua manfaat baik secara akademis maupun secara praktis. Adapun manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah:

(8)

8 1. Manfaat Akademis

a. Menambah refrensi ilmiah sehingga bermanfaat untuk pengembangan mengenai kajian ilmu pemerintahan khususnya dalam aspek mengenai implementasi program bedah rumah sebagai upaya penanganan kawasan permukiman kumuh di Kota Malang

b. Menjadi rujukan untuk peneliti-peneliti selanjutnya yang kedepannya akan membahas dalam implementasi program bedah rumah sebagai upaya penanganan kawasan permukiman kumuh di Kota Malang. 2. Manfaat Praktis

a. Untuk memberikan masukan kepada Pemerintah, khususnya Pemerintah Kota Batu dan jajaran Organisasi Perangkat Daerahnya serta stakeholder lain seperti masyarakat dalam dalam implementasi program bedah rumah sebagai upaya penanganan kawasan permukiman kumuh di Kota Malang.

b. Dapat menginspirasi bagi pemerintah daerah lainnya untuk menerapkan dalam implementasi program bedah rumah sebagai upaya penanganan kawasan permukiman kumuh di Kota Malang.

E. Definisi Konseptual

Definisi konseptual diartikan sebagai definisi-definisi yang menggambarkan konsep dengan penggunaan konsep-konsep lainnya atau mendefinisikan suatu konstruk dengan konstruk lainnya.11 Suatu definisi harus mampu menggambarkan karakteristik konsep yang didefinisikan secara ensensial

11

(9)

9 dan objektif. Definisi konseptual memberikan penjelasan yang singkat dan jelas mengenai konsep yang akan digunakan sebagai perspektif dalam suatu penelitian. Oleh karana itu, perlu peneliti definisikan beberapa konsep yang berkaitan dengan tema dalam penelitian ini diantaranya adalah:

1. Kebijakan Publik

Kebijaan publik merupakansalah satu aspek penting yang melekat pada diri pemerintah. pemerintah dalam tugasnya harus mampu mengeluarkan produk kebijakan publik yang baik agar mampu memberikan pelayanan publik, penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang maksimal bagi daerah tersebut. Bagi Dunn, kebijakan publik dapat dimaknai sebagai “kebijakan publik (Public Policy) adalah Pola ketergantungan yang kompleks dari pilihan-pilihan kolektif yang saling tergantung, termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak, yang dibuat oleh badan atau kantor pemerintah”.12 Mengacu pada pandangan tersebut kebijakan publik yang merupakan keputusan yang diambil dan dibuat oleh pihak pemerintah tidaklah mampu berdiri sendiri, melainkan bersifat kolektif yang mana melibatkan banyak sektor atau aktor dalam proses pembuatannya.

2. Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi kebijakan secara sederhana diapat dimaknai sebagai tahapan pelaksanaan suatu kebijakan.Tahapan ini dapat dijalankan, ketika kebijakan sudah selesai dirumuskan secara matang oleh para pembuat kebijakan.Selain itu, implementasi kebijakan berdasarkan pada definisi dari Ripley dan Franklin dalam winarono dapat diartikan sebagai “apa yang terjadi

12 Dunn, William. N. 2013. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta:Gadjah Mada University

(10)

10 setelah undang-undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit), atau sejenis keluaran yang nyata (tangible

output)”.13Van meter dan van horn membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh indivisdu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya.14Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa implementasi kebijakan dapat dilaksanakan tidak hanya oleh organisasi pemerintah, namun juga oleh organisasi swasta dan masyarakat utuk mencapai tujuan tertentu.

3. Program Bedah Rumah

Program bedah rumah merupakan program yang ditujukan untuk merahabilitasi atau memperbaiki rumah masyarakat miskin yang tidak layak huni. Program bedah rumah bedah rumah memiliki tujuan untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat miskin. Program bedah rumah merupakan salah satu program dari pemerintah dalam upaya untuk memberikan perlindungan pada keluarga miskin guna meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin tersebut.15 program ini dapat dilaksanakan dalam bentuk pemberian bantuan bahan bangunan beserta tukang dan tenaga teknisiuntuk membangun atau merenovasi rumah yang layak huni.

13Winarno, Budi Budi Winarno. 2014. Kebijakan Publik: Teori, Proses dan Studi Kasus.

Yogyakarta: CAPS. Hlm.148.

14

Winarno,Budi ,2014, kebijakan publik teori proses dan studi kasus, Yogyakarta: CAPS,Hal: 147

15 Qomaria, Afifa. 2015. Dampak sosial ekonomi dan lingungan program bantuan stimulan

perumahan swadaya di Kelurahan Meri Kota Mojokerto. Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik. Vol 3 No 1 Hal 2

(11)

11 4. Permukiman Kumuh

Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.16 Sedangkan pemukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.17 Permukiman kumuh merupakan tempat tingal yang telah mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai tempat hunian

F. Definisi Operasional

Menurut Silalahi, definisi operasional merupakan kondisi-kondisi, bahan-bahan, dan prosedur-prosedur yang diperlukan untuk mengidentifikasi atau menghasilkan kembali satu atau lebih acuan konsep yang didefinisikan.18 Suatu konsep masih bersifat abstrak dan general. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi variabel-variabel dari konsep tersebut sehingga mempermudah analisis dalam suatu penelitian. Selain itu, melalui definisi operasional dari suatu konsep seabagai definisi variabel penelitian, akan mengurangi kesalahan pengamatan dalam penelitian. Adapun variabel-variabel yang akan didefinisikan secara operasional dalam penelitian ini adalah :

16

Nursyahbani, Raisya. 2015. Kajian karakteristik kawasan permukiman kumuh di kampung kota (Studi kasus: Kampung Gandekan Semarang. Jurnal Teknik PWK Vol 4 No 2015. Hal 3

17 Undang-Undang No 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman Pasal 1 18

(12)

12 1. Implementasi program bedah rumah sebagai upaya penanganan permukiman

kumuh di Kota Malang

a. Penetapan kelompok sasaran program Bedah Rumah di Kota Malang b. Penetapan anggaran atau pembiayaan pelaksanaan program Bedah Rumah

di Kota Malang

c. Pelaksanaan program Bedah Rumah di Kota Malang yang meliputi: 1) Kordinas lintas sektor

2) Pelaksanaan program Bedah Rumah’

3) Respon masyarakat setelah mendapatkan program Bedah Rumah d. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan program Bedah Rumah

2. Faktor penghambat implementasi program bedah rumah sebagai upaya penanganan permukiman kumuh di Kota Malang

a. Jumlah Bantuan yang Tergolong Minim

b. Kesulitan dalam memilih rumah warga yang akan menjadi sasaran program

G. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu prosedur ilmiah yang sistematis yang dilakukanuntuk mendapatkan data dengan tujuan untuk menjawab permasalahan yang diajukan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Bogdandan Taylor dalam Moleong menjelaskan bahwa penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-katatertulis atau lisan dengan orang-orang dan pelaku yang dapat diamati.19

19

(13)

13 Dengan demikian, berbeda dengan metode kuantitatif yang menekankan pada data-data statistik angka, maka penelitian kualitatif berusaha untuk menggali data lisan melalui proses wawancara, data tertulis melalui pengamatan pada dokumen-dokumen, dan perlikaku pihak yang ditelaiti melalui proses pengamatan.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, Di mana pengertian penelitian deskriptif menurut Sugiyono adalah sebagai berikut: “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain.20Penelitian yang berupa diskriptif diharapkan hasil penelitiannya mampu memberikan gambaran yang nyata mengenai kondisi di lapangan dan tidak hanya sekedar sajian data. Selain itu, dengan penelitian kualitatif peneliti akan lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman dalam proses penggalian data di lapangan.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dapat dipahami sebagai pihak/orang yang nantinya menjadi sampel dalam penelitian dan menjadi pihak yang terwawancarai atau informan. Penentuan informan atau subjek yang yang diwawancarai dilakakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu.21 Berdarsakan purposive sampling, peneliti menentukan beberapa informan atau subjek penelitian yang dianggap mengetahui dalam penelitian ini yakni sebagai berikut ini:

20Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. ALFABETA. Hal 5 21

(14)

14 a. Pegawai Dinas Perumahan dan Pemukiman Kota Malang

b. Masyarakat penerima program 3. Sumber Data

Untuk memperoleh data yang akurat harus didukung dengan sumber informasi dan data yang valid. Data tersebut harus digali dari sumber-sumber yang berhubungan dan berkaitan dengan masalah yang diteliti, sehingga data harus didapatkan dari sumber yang terpercaya. Hal tersebut guna mendukung kaidah keilmiahan dan memperoleh data yang didapatkan dari sumber yang relevan. MenurutSugiyono terdapat dua sumber data yang dilakukan dalam penelitian kualitatif yaitu sumber data primer atau sekunder.22 Maka dalam penelitian yang dilakukan ini terdapat dua sumber data, yaitu:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan dari situasi aktual ketika suatu peristiwa terjadi.23 Data primer yang dimaksud adalah kata-kata dan tindakan yang diperoleh dari hasil wawancara peneliti dengan pihak-pihak terkait yang akan menjadi informan. Adanya informasi yang diberikan oleh pihak yang terlibat, dapat menggali fenomena yang akan diteliti secara lebih mendalam.

b. Data Sekunder

Definisi data sekunder menurut Sarwono adalah data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan.24 Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung, data sekunder

22

IbidHal 219.

23Op.Cit, Silalahi, Ulber.Hal 289.

24 Sarwono, Jonathan. 2007.Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS.Yogyakarta : Andi

(15)

15 digunakan sebagai pendukung dalam menguatkan penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi salinan perda, profil instansi atau lembaga terkait yang diperoleh melalui dokumentasi. Selain itu data sekunder juga bisa berasal dari jurnal-jurnal atau buk-buku yang memiliki keterkaitan dengan peneletian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Observasi adalah perilaku yang tampak dengan adanya tujuan yang ingin dicapai dapat berupa perilaku yang dilihat langsung oleh mata, dapat didengar, dapat dihitung, dan dapat diukur. Tujuan tersebut adalah untuk mendeskripsikan lingkungan yang diamati, individu-individuyang terlihat beserta aktivitas yangberlangsung dalam lingkungan yang diamati dan perilaku yang dimunculkan serta makna kejadian berdasarkan perspektif individu yang terlibat.25 Sedangkan merujuk pada pengertian bahasa, pengertian dari observasi adalah memperhatikan dan mengamati. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa observasi adalah berupa metode pengumpulan data dengan melaksanakan kegiatan pengamatan.

Tujuannya adalah untuk mengetahui informasi yang lebih mendetail dan kejelasan dari setiap fenomena yang terjadi di lapangan. Peneliti melakukan pengumpulan data dengan teknik pengamatan. Peneliti mengamati secara langsung ke lokasi penelitian untuk melihat situasi, kondisi dan aktifitas yang terjadi dilapangan, sehingga akanmendapatkan data-data yang relevan dengan fokus dan masalah yang diteliti. Peneliti

25 Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba Humanika. hlm.

(16)

16 menyatakan secara terus terang kepada objek yang diteliti, bahwa sedang melakukan kegiatan penelitian. Jadi gambarannya mereka yang menjadi objek penelitianakan mengetahui kegiatan penelitian mulai dari awal hingga akir tentang aktivitas peneliti. Mengawali kegiatan penelitian, peneliti melaksanakan observasi dengan pra penelitian. Pra penelitian ini kegiatannya meliputi kegiatan wawancara, mempelajari dokumen-dokumen resmi yang berkaitan dengan fenomena yang diteliti.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara atau yang mengajukan pertanyaan, dan pihak yang lain adalah informan yaitu orang yang memberikan jawaban atas pewawancara.26 Jenis wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara baku terbuka, yaitu wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku dan para subjeknya tahu bahwa mereka sedang diwawancarai sehingga mereka yang diwawancarai memahami dan mengetahui maksud tujuan wawancara itu. Dengan jenis wawancara tersebut informan dapat menjawab secara bebas dan permasalahan yang termuat dalam pertanyaan dapat terjawab dengan baik.Definisi dari wawancara menurut ahli adalah tehnik mengumpulkan data atau informasi dengan cara bertatap muka langsung dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam.

26

(17)

17 c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat dan menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek atau oleh orang lain tentang subjek yang merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku dalam berbentuk tulisan, gambar atau data-data yang diperoleh dari dokumen atau catatan resmi instansi yang diteliti.27Moleong mengemukakan dua bentuk dokumen yang dapat dijadikan bahan dalam teknik dokumentasi:28 Pada umumnya, dokumentasi dalam penelitian ini adalah berupa gambar-gambar, foto-foto, rekaman wawancara, dokumen-dokumen resmi, dan lain sebagainya yang berasal dari instansi yang diteliti.

5. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di beberapa lokasi seperti di ruangan Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Malang dan lokasi-lokasi lain yang sesuai dengan kebutuhan penelitian ini.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan urian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalan analisis data kualitatif.Karena jenis penelitian ini deskriptif kualitatif makapeneliti menggunakan analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman dimana dalam model ini empat jenis kegiatan analisis dan pengumpulan data

27Opcit.Herdiansyah Hal 143 28

(18)

18 itu sendiri merupakan siklus dan interaktif. Peneliti harus siap bergerak diantara empat “sumbu” kumparan itu selama pengumpulan data. Kemudian bergerak bolak-balik diantara kegiatan reduksi, penyajian, penarikan kesimpulan selama sisa waktu penelitiannya.

Gambar 1.1 Teknis Analisi Data Interaktif Miles dan Huberman

Sumber: Miles dan Huberman dalam Silalahi, 2012 a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data.Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancaradan studi dokumentasi.29Proses pengumpulan data dilakukan saat pra penelitian dan pada saat penelitian. Pada kegiatan ini tidak ada waktu secara spesifik untuk menentukan batas akhir dari pengumpulan data di lapangan, karena sepanjang penelitian masih berlangsung selama itulah pengumpulan data-data yang dibutuhkan oleh peneliti akan dilakukan. Sebagaimana yang telah peniliti sampaikan di sub-bab sebelumnya bahwa pengumpulan data yang dilakukan melalui observasi langsung, melakukan wawancara dengan informan, membuat dokumentasi dan membuat catatan dilapangan.

29Bungin, Burhan. 2003. Analisis DataPenelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Hal 70

Pengumpulan Data Penyajian Data

Penarikan Kesimpulan Reduksi Data

(19)

19 b. Reduksi Data

Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya.30 Pada proses ini, peneliti lakukan setelah mendapatkan data-data dari kegiatan wawancara, hasil observasi dan hasil studi dokumentasi yang kemudian diubah menjadi bentuk tulisan dan dikategorisasikan sesuai fokus bahasan masing-masing. Setelah itu dilakukan reduksi atau memilah data-data yang telah dikumpulkan lalu menggabungkan atau menghubungkan antar data yang telah dipilah. Dengan demikian data yang telah direduksi akan mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan menemui data-data yang sesuai dengan pokok bahasan. Selain daripada itu dapat mempermudah proses pengumpulan data selanjutnya.

c. Display Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaikan data.Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaikan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.31 Penyajian data di arahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan tersusun dalam pola hubungan sehingga makin mudah di pahami, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian naratif, bagan, hubungan antar katagori serta diagram alur.

30Op.cit. Sugiyono. Hal 247

31

(20)

20 d. Pengambilan Kesimpulan

Kesimpulan Data adalah tahap terakir dalam rangkaian analisis data kualitatif dalam model interaktif. Kesimpulan data adalah proses verifikasi dari data-data yang telah dipilah pada tahap sebelumnya yang kemudian disimpulkan untuk menjawab pertanyaan penelitian.32 Jadi pada tahap kesimpulan data menjurus pada jawaban pada fokus bahasan dan mengungkap fakta dari pertanyaan penelitian yang diajukan sebelumnya. Pada tahap ini proses analistik tidak sekali jadi, melainkan interaktif, secara simultan di antara kegiatan reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan atau verifikasi selama waktu penelitian. Maka dapat di tarik kesimpulan berdasarkan hasil penelitian ini dan dapat diketahui hasil akhir dari suatu penelitian.

32

Gambar

Gambar 1.1 Teknis Analisi Data Interaktif Miles dan Huberman

Referensi

Dokumen terkait

2) Lingkungan sekolah yang bersih dan terawat dapat mendukung proses pembelajaran di sekolah, sehingga penting untuk dijaga. 3) Terlihat kejenuhan siswa dalam belajar

POLLUTANS ORGANISM ENVIRONMENT MICROORGANISM SOIL WATER AIR Confining Unit Water table Saline Water Lateral intrusion of saline water Ocean Municipal water well Abandoned oil

Longsor merupakan perpindahan massa Longsor merupakan perpindahan massa tanah secara alami, longsor terjadi dalam tanah secara alami, longsor terjadi dalam waktu yang

Objek Garapan Batasan Cara Pengerjaan Batas Waktu Deskripsi Luaran tugas yang dihasilkan 1 dan 2 Menyelesaikan soal-soal esai: -Metode Debet dan Kredit -Laporan

Sanggulan Abianbase Kecamatan Mengwi, Simpang 4 Pasar Penarungan Kecamatan Mengwi, sehingga tahun 2014 Jumlah simpang yang terpasang traffic light sebanyak 39 simpang

Berdasarkan stadium HIV/AIDS pada anak yang diklasifikasikan menurut penyakit yang secara klinis berhubungan dengan HIV, masing-masing stadium memiliki infeksi

DRPP/Kuitansi Nama Kegiatan Hasil Pemeriksaan Berkas Kurang 1 000442 Pembelian parang -Belum dilengkapi tanda. tangan pejabat keuangan - SPBY 2 000443 Biaya Parkir -Belum

Demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran klinis yang ringan bahkan asimtomatik. Timbulnya gejala klinis biasanya bertahap dengan manifestasi demam