• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh : Afriyanti, Nurhadi dan Lince Meriko. Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh : Afriyanti, Nurhadi dan Lince Meriko. Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KEPADATAN POPULASI HAMA KEPIK PENGHISAP BUAH

(Helopeltis theivora) PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

DI JORONG SIDUAMPAN KECAMATAN RANAH BATAHAN

KABUPATEN PASAMAN BARAT

Oleh :

Afriyanti, Nurhadi dan Lince Meriko

Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat yantiafri13@gmail.com

ABSTRACT

Cacao (Theobroma cacao L.) is of one the plantation commodity cultivated plantation by society in Jorong Siduampan Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat. Plantation cacao is have a role in new work field supplying, farmer source of income and developing of region and also agroindustri. Growth in cacao plant can be pest attacked. The pest found is Helopeltis theivora and is of the one prominent pest is cacao plant the able to cause lower productivity him. Thing to the mentioned be based on reseach has been conducted about Population Density of Dented Pests Fruit of Inhalator (Helopeltis theivora) at cacao plant (Theobroma cacao L.) in Jorong Siduampan Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat. This Research want to know population density of danted pests fruit of inhalator at cacao plant in Jorong Siduampan Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat. This Research is a descriptive survey of research with total sampling method and use Chemical Knock Down technique, that is isolate mien animal or insect by pesticide of spraying Decis 25 EC. Research sample at removal all conducted of cacao fruit. Sample of conducted removal in Jorong Siduampan Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat, conducted at morning at 07. 00 WIB at 10.00 WIB. From research of result which have to be got by density of mean Helopeltis theivora at nymph phase 1,33 individual/trunk and imago phase 0,64 individual /trunk. Population of density Helopeltis theivora at cacao plant in Jorong Siduampan Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat 0,99 individual trunk each (sill economic not yet passed). Key Words : Density, Helopeltis theivora, and Theobroma cacao L.

PENDAHULUAN

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas unggulan nasional setelah tanaman karet, kelapa sawit, kopi, dan teh. Kakao juga

merupakan salah satu komoditas

perkebunan yang berperan penting bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia terutama dalam penyediaan lapangan kerja baru, sumber pendapatan petani dan penghasil devisa bagi negara. Kakao juga

berperan dalam mendorong

pengembangan wilayah dan

pengembangan agroindustri (Wijayanti, 2010). Di Sumatera Barat, kakao baru dikembangkan beberapa tahun terakhir

ini. Perluasannya saat ini telah dilaksanakan oleh perkebunan swasta maupun perkebunan rakyat. Untuk tahun

2013 perkebunan kakao tersebar

dibeberapa Kabupaten dan Kota dengan daerah penghasil utama adalah (Kab. Pasaman 19.417 Ha), Kab. Pasaman Barat (12.661 Ha), Kab. Padang Pariaman (17. 052 Ha), Kab. Lima Puluh Kota (5.610 Ha), Kab. Agam (4.829 Ha), Kab. Dharmasraya (1.918 Ha), Kab. Tanah Datar (2.352 Ha), Kab. Solok (2.856 Ha), Kab. Solok Selatan (1.016 Ha), Kab. Kepulauan Mentawai (1.668 Ha), Kab. Pesisir Selatan (3.143 Ha), Kab. Sijunjung (2.251 Ha) , Kota Bukittinggi (20 Ha), Kota Padang (836 Ha), Kota Pariaman

(2)

(515 Ha), Kota Sawah Lunto (2.199 Ha), dan Kota Solok ( 229 Ha) (Anonimus, 2013 a).

Budidaya kakao terus

dikembangkan seiring dengan

meningkatnya permintaan konsumsi dalam negeri maupun ekspor. Namun

demikian pengembangan kakao

mengalami hal-hal yang kurang

menguntungkan seperti rendahnya mutu biji dan produktivitas yang disebabkan oleh serangan hama. Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan, hama yang ditemukan pada buah kakao di Jorong Siduampan Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat antara lain hama kepik penghisap buah kakao (Helopeltis spp.). Setelah dilakukan identifikasi di Laboratorium Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Andalas pada tanggal 08 Juli 2014, jenis Helopeltis yang ditemukan di Jorong Siduampan Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat antara lain adalah Helopeltis theivora.

Helopeltis theivora merupakan serangga hama yang bentuknya mirip dengan walang sengit. Serangga muda (nimfa) dan dewasa (imago) Helopeltis theivora menyerang tanaman kakao dengan cara menusukkan stiletnya kedalam jaringan tanaman dengan menghisap cairan sel- sel didalamnya. Bersamaan dengan menusukkan stilet tersebut, hama ini akan mengeluarkan cairan yang bersifat racun dari dalam mulutnya yang dapat mematikan jaringan tanaman disekitar tusukan (Sulistiowati, 2009 dalam Syafitri, 2013).

Penelitian Anggraini (2012) tentang kepadatan hama kepik penghisap buah kakao yang ditemukan di daerah Lubang Panjang Kecamatan Baringin Kota Sawah Lunto yang sudah dilakukan adalah 7,64 individu setiap batangnya dan itu berarti bahwa kepadatan hama kepik penghisap buah kakao sudah melewati ambang ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan populasi hama kepik penghisap buah pada tanaman kakao di Jorong Siduampan Kecamatan

Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus - September 2014 di Jorong Siduampan Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat.

Penghitungan kepadatan populasi

Helopeltis theivora dilakukan di Laboratorium Zoologi STKIP PGRI Sumatera Barat.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tali rafia, gunting, pisau, lup, botol koleksi, plastik, kain

kassa, botol semprot, kuas

thermohygrometer, tangga, pinset, masker, kertas label, cawan petri, kamera digital dan alat tulis. Bahan yang digunakan pada penelitian ini alkohol 70 %, pestisida Decis 25 EC, air dan serangga kepik penghisap buah pada tanaman kakao.

Penelitian ini dilakukan dengan metode Survei deskriptif. Pengambilan sampel penelitian dilakukan pada semua buah kakao. Pengambilan sampel di lapangan dilakukan dengan metode total sampling dan menggunakan tekhnik Chemical Knock Down, yaitu dengan cara memisahkan hewan atau serangga yang dilakukan dengan cara menyemprotkan pestisida, dimana hal tersebut dapat menyebabkan serangga lepas dari buah dan berjatuhan.

Tanaman kakao yang dijadikan sampel penelitian adalah tanaman kakao yang berbuah sebanyak 24 batang tanaman kakao setiap minggunya. Pengambilannya dilakukan pada pagi hari yaitu pukul 07. 00 WIB-10.00 WIB. Pengambilan sampel dilakukan satu kali seminggu selama 3 minggu.

Data kepadatan dihitung mengacu pada Suin (2006).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil seperti tabel berikut:

(3)

Tabel 1. Kepadatan Hama Kepik Penghisap Buah (Helopeltis theivora) Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) Pada Fase Nimfa di Jorong Siduampan Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat

Nomor Batang Pengamatan/ Minggu Total Rata-rata

I II III 1 - 1 - 1 0,33 2 - 2 - 2 0,67 3 21 1 - 22 7,33 4 5 - - 5 1,67 5 - 1 - 1 0,33 6 2 - - 2 0,67 7 - 3 - 3 1 8 5 - - 5 1,67 9 1 - 1 2 0,67 10 3 1 - 4 1,33 11 10 - 4 14 4,67 12 - - - 0 0 13 - - - 0 0 14 - 5 2 7 2,33 15 - - 1 1 0,33 16 - - - 0 0 17 11 5 - 16 5,33 18 - - - 0 0 19 - - - 0 0 20 2 - - 2 0,67 21 - - 3 3 1 22 - - - 0 0 23 1 - - 1 0,33 24 2 - 3 5 1,67 Jumlah Individu 63/24 19/24 14/24 96/24 32/24 Kepadatan/batang 2,63 0,79 0,58 4 1,33

(4)

Tabel 2. Kepadatan Hama Kepik Penghisap Buah (Helopeltis theivora) Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) Pada Fase Imago di Jorong Siduampan Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat

Nomor Batang Pengamatan/ Minggu Total Rata-rata

I II III 1 - 2 - 2 0,67 2 - 1 - 1 0,33 3 - 3 - 3 2 4 2 - - 2 0,67 5 7 1 - 8 2,67 6 1 - - 1 0,33 7 - - - 0 0 8 - 2 - 2 0,67 9 1 - 1 2 0,67 10 2 2 - 4 1,33 11 4 - - 4 1,33 12 - - - 0 0 13 - - - 0 0 14 - 1 1 2 0,67 15 - - - 0 0 16 1 - - 1 0,33 17 - - - 0 0 18 - - - 0 0 19 - - - 0 0 20 4 - - 4 1,33 21 - - 5 5 1,67 22 - 1 - 1 0,33 23 - 1 - 1 0,33 24 1 - 2 3 1 Jumlah Individu 23/24 14/24 9/24 46/24 15,33/24 Kepadatan/batang 0,96 0,58 0,38 1,92 0,64

Hasil pengukuran faktor fisik lingkungan pada lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3. Suhu dan Kelembaban Udara di Lokasi Penelitian

Parameter Pengamatan/ Minggu

I II III

Suhu(°C) 25- 29 24- 31 28- 32

Kelembaban (%)

95- 84 94- 68 84- 67

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tanaman kakao didapatkan kepadatan populasi Helopeltis theivora pada fase nimfa yaitu 1,33 individu/batang,

dimana pada minggu I kepadatan Helopeltis theivora 2.63 individu/batang, minggu ke II kepadatan Helopeltis theivora 0,79 individu/batang dan minggu ke III kepadatan Helopeltis theivora 0,58 individu/batang.

Kepadatan Helopeltis theivora pada fase nimfa tertinggi didapatkan pada minggu I karena diduga jumlah makanan yang tersedia terpenuhi, sedangkan pada minggu ke II kepadatan Helopeltis theivora sudah berkurang karena diduga jumlah makanan yang tersedia berkurang karena jumlah buah yang sedikit. Pada minggu ke III kepadatan Helopeltis theivora lebih sedikit dibandingkan pada minggu I dan minggu ke II ini diduga karena jumlah buah sedikit dan keadaan buah yang sudah tua. Menurut Jumar (2000) makanan merupakan sumber gizi yang dipergunakan oleh serangga untuk hidup dan berkembang. Jika makanan tersedia dengan kualitas yang

(5)

cocok dan kuantitas yang cukup, maka populasi serangga akan naik dengan cepat. Sebaliknya, jika jika keadaan makanan kurang maka populasi serangga juga akan menurun.

Selain makanan yang

mempengaruhi kepadatan populasi

Helopeltis theivora faktor fisik lingkungan juga mempengaruhi seperti suhu dan kelembaban udara. Pada saat pengambilan sampel suhu yang didapat pada minggu I mendekati suhu optimum yaitu 25-29°C dengan kelembaban 95-84%, pada minggu ke II 24-31°C dengan kelembaban 94-68%, sedangkan pada minggu ke III suhu yang didapatkan tinggi yaitu 28-32°C dengan kelembaban 84-67%. Menurut Jumar (2000) serangga memiliki kisaran suhu tertentu dimana dia dapat hidup. Di luar kisaran suhu tersebut serangga akan mati kedinginan atau kepanasan. Pengaruh suhu ini jelas terlihat pada proses fisiologis serangga. Pada suhu tertentu aktivitas serangga tinggi, akan tetapi pada suhu yang lain akan berkurang (menurun). Pada umumnya kisaran suhu yang efektif adalah sebagai berikut: suhu minimun 15 °C, suhu optimum 25°C, dan suhu maksimum 45°C. Kelembaban juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi distribusi, kegiatan, dan perkembangan serangga.

Kepadatan populasi Helopeltis theivora pada fase imago yaitu 0,64 individu/batang, dimana pada minggu I kepadatan Helopeltis theivora 0,96 individu/batang, minggu ke II kepadatan Helopeltis theivora 0,58 individu/batang dan pada minggu ke III kepadatan Helopeltis theivora 0,38 individu/batang. Kepadatan Helopeltis theivora pada fase imago tertinggi juga didapatkan pada minggu I karena diduga faktor makanan yang tersedia juga mencukupi untuk perkembangan Helopeltis theivora.

Menurut Susniahti, dkk (2005)

perkembangan populasi Helopeltis

dipengaruhi oleh keadaan cuaca dan makanannya. Faktor makanan sangat penting bagi kehidupan serangga hama tersebut.

Pada penelitian ini kepadatan Helopeltis theivora pada fase nimfa lebih banyak ditemukan dari pada Helopeltis theivora pada fase imago. Selama penelitian terlihat gejala serangan yang ditimbulkan

oleh Helopeltis theivora pada fase nimfa dan imago yaitu timbulnya bercak-bercak berwarna hitam pada kulit buah sedangkan pada buah muda tidak berkembang dan mati. Hal ini karena nimfa dan imago menyerang buah dengan cara menusukkan alat mulutnya ke dalam jaringan buah hal ini ditandai dengan mengerasnya kulit buah bekas tusukan hama tersebut. Keadaan ini sesuai dengan pendapat Siswanto dan Karmawati (2012) nimfa dan imago menyerang buah dengan cara menusukkan alat mulutnya ke dalam jaringan buah kemudian mengisap cairan di dalam buah, sambil mengisap cairan hama tersebut juga mengeluarkan cairan yang bersifat racun dan dapat mematikan sel-sel jaringan yang ada disekitar tusukan.

Dari hasil penelitian kepadatan Helopeltis theivora pada fase nimfa dan imago yang didapatkan belum melewati ambang ekonomi, dimana kepadatan pada fase nimfa yaitu 1,33 individu/batang dan pada fase imago 0,64 individu/batang. Menurut Susniahti dkk (2005) dalam Syafitri (2013) apabila populasi hama 5 individu setiap batangnya, maka belum terjadi penurunan hasil sehingga petani masih bisa mentoleransi. Pada populasi hama 7 individu setiap batangnya petani sudah mulai merasakan kerugian ekonomi. Pada keadaan pengalaman petani demikian, maka ambang ekonomi petani adalah 7 individu setiap batangnya.

Berdasarkan kepadatan populasi Helopeltis theivora pada tanaman kakao

yang didapatkan adalah 0,99

individu/batang, maka hama yang terdapat di Jorong Siduampan Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat belum melewati ambang ekonomi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kepadatan populasi Helopeltis theivora pada tanaman kakao di Jorong Siduampan Kecamatan Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat 0,99 individu/batang (belum melewati ambang ekonomi). Keadaan faktor fisik lingkungan suhu dan kelembaban di lokasi penelitian cocok untuk kehidupan Helopeltis theivora. Disarankan kepada peneliti selanjutnya dalam penelitian ini agar menggunakan

(6)

batang yang sama setiap pengambilan sampel dan menghitung buah kakao yang akan dijadikan sampel.

DAFTAR PUSTAKA

Annonimus, 2013 a. Potensi Kakao di

Sumatera Barat.

http://regionalinvestment. bkpm. go. id/ newsipid / id / commodityarea. php?ia= 13&ic= 3 Diakses pada tanggal 17 Februari 2014 jam 17.00 WIB.

Anggraini, F. 2012. Kepadatan Hama Kepik Penghisap Buah (Helopeltis sp.) yang Ditemukan Pada Tanaman Kakao di Daerah Lubang Panjang Kecamatan Baringin Kota Sawah Lunto. Padang: STKIP PGRI Sumatera Barat

Jumar. 1997. Entomologi Pertanian. Jakarta: Rineka Cipta

Siswanto dan Karmawati, E. 2012.

Pengendalian Hama Utama Kakao

(Conopomorpha cramerella dan

Helopeltis spp.) Dengan Pestisida Nabati dan Agens Hayati. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.

http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/ wpcontent/uploads/2013/06/perkebun

nperspektif112-2012-N-4-Siswanto.pdf. Diakses Senin 16 Juni 2014

Suin, N, M dan Syafinah, R. 2006. Ekologi Bahan Ajar Laboratorium. Padang: Andalas University Press.

Susniahti, N., Sumeno dan Sudarjat.2005. Bahan Ajar Ilmu Hama Tumbuhan. Bandung: Universitas Padjadjaran Fakultas Pertanian Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan.

http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/u ploads/2009/10/bahan_ajar_ilmu_ham a_tumbuhan.pdf. Diakses Kamis 18 September 2014 jam 13.05 WIB. Syafitri, E. 2013. Kepadatan Hama Kepik

Penghisap Buah (Helopeltis theivora Watt) (Hemiptera: Miridae) Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) di Sikucur Kecamatan V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman. Padang: STKIP PGRI Sumatera Barat.

(7)

Gambar

Tabel 1.   Kepadatan  Hama  Kepik  Penghisap  Buah  (Helopeltis  theivora)  Pada      Tanaman   Kakao (Theobroma cacao L.) Pada Fase Nimfa di Jorong Siduampan  Kecamatan  Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat
Tabel 2.   Kepadatan  Hama  Kepik  Penghisap  Buah  (Helopeltis  theivora)  Pada      Tanaman   Kakao (Theobroma cacao L.) Pada Fase Imago di Jorong Siduampan Kecamatan  Ranah Batahan Kabupaten Pasaman Barat

Referensi

Dokumen terkait

Metode TOPSIS telah banyak digunakan sebagai metode pengambilan keputusan, beberapa penelitian telah menerapkan metode TOPSIS dalam sistem pendukung keputusan, salah

LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat) adalah sebuah unit kegiatan yang berfungsi mengelola semua kegiatan penelitian dan pengabdian kepada

Utang panenan kopi adalah suatu transaksi utang piutang antara seorang petani kopi dan pemilik uang, di mana petani peminjam uang (berutang) kepada pemilik uang

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu : (1) Kesenian Tari Dolalak merupakan kesenian asli yang bertumbuh dan berkembang di Kabupaten Purwoejo , (2)Kesenian

diibaratkan seperti teknologi penginderaan jarak jauh menggunakan citra satelit yang digunakan untuk mendeteksi potensi sumber daya alam di suatu titik lokasi,

Perbandingan tingkat kesegaran dan nutrisi pada makanan yang disimpan di lemari es model R-X6700E (setara dengan R-E6800X) dengan refrigerator compartment dan the vacuum

Dalam menindak lanjuti laporan konsumen atas dilanggarnya hak-hak konsumen oleh pelaku usaha atau tidak dilakukanya kewajiban pelaku usaha sehingga menyebabkan

Pada Gambar 5 disajikan kurva pertumbuhan sel selama fermentasi berlangsung dengan perlakuan variasi kadar di-kalium hidrogen fosfat sedangkan pada Gambar 6 dan Gambar 7,