• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 68

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Studi Pendahulan

Pada tahap investigasi awal dilakukan kajian terhadap: 1) tingkat berpikir geometri siswa, 2) kondisi modul atau bahan yang sedang digunakan, 3) analisis materi segiempat berdasarkan teori Van Hiele, dan 4) pembelajaran berdasarkan teori van Hiele. Kajian (1) dilakukan dengan melakukan tes level berpikir guna memperoleh data awal persebaran level berpikir geometri siswa. Dari data awal diperoleh bahwa hanya 19,7% siswa mencapai level 2, 40,7% siswa mencapai level 1 dan 39,5% siswa masih berada pada level 0. Kajian (2) dilakukan dengan menganalisis buku pelajaran yang digunakan terutama pada pokok bahasan segiempat. Hal ini dilakukan karena dalam pembelajaran guru mengacu pada buku. Analisis menunjukkan bahwa materi segiempat disajikan dengan runtutan definisi suatu segiempat, sifat-sifat, rumus keliling dan luas, kemudian diikuti soal-soal. Dalam wawancara awal dengan guru, guru menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran mengacu pada buku sehingga tidak ada kegiatan-kegiatan dalam rangka menganalisis sifat-sifat maupun hubungan antara segiempat. Kajian (3) dilakukan dengan menganalisis jurnal-jurnal ilmiah terkait materi segiempat menggunakan teori van Hiele. Diperoleh data bahwa materi segiempat seharusnya disampaikan dengan memantapkan definisi dan sifat-sifat segiempat kemudian diikuti hubungan antar segiempat, baru kemudian dilanjutkan dengan materi luas dan keliling segiempat. Jurnal-jurnal lebih banyak membahas perihal hubungan antar segiempat karena pada materi ini siswa diajak berpikir secara deduksi informal, yaitu bagaimana memberikan alasan mengapa satu segiempat merupakan bagian dari segiempat yang lain. Kajian (4) menyebutkan bahwa dalam upaya meningkatkan level berpikir geometri siswa, pembelajaran sebaiknya menggunakan 5 fase belajar geometri yaitu fase inkuiri, orientasi bebas, penjelasan, orientasi langsung, dan integrasi. Hasil kajian (1) menunjukkan bahwa belum banyak siswa mencapai level berpikir deduksi informal dikarenakan pembelajaran

(2)

commit to user

menggunakan buku (2) yang tidak mendorong kegiatan pencapaian level berpikir deduksi informal yang seharusnya dilakukan dengan penyampaian materi pada kajian (3) menggunakan fase belajar dari kajian (4) sehingga perlu disusun sebuah buku ajar atau modul pada materi segiempat yang mengikuti kajian (3) dan (4) sebagai upaya meningkatkan level berpikir siswa.

B. Pengembangan Produk 1. Hasil Desain Modul

Setelah dilakukan studi pendahuluan, diperoleh hasil analisis perlunya menyusun modul pembelajaran segiempat berdasarkan teori Van Hiele guna meningkatkan level berpikir geometri siswa. Oleh karena itu disusun modul pembelajaran geometri berdasarkan teori Van Hiele pada pokok bahasan segiempat. Modul disusun dengan mengacu pada komponen modul Sungkono (2003) seperti telah dijelaskan pada bab II sehingga desain modul adalah sebagai berikut: (1) Tinjauan Mata Pelajaran, (2) Pendahuluan, (3) Kegiatan Pembelajaran, (4) Latihan dan Rambu – Rambu Jawaban Latihan, (5) Rangkuman, dan (6) Tes Formatif dan Jawaban. Kelima fase belajar geometri van Hiele dimasukkan dalam bagian (3). Modul terdiri dari 2 Kegiatan Pembelajaran dengan rincian seperti pada Tabel 4.1. berikut.

Tabel 4.1. Rincian Kegiatan pada Modul

Kegiatan Pembelajaran 1 Kegiatan Pembelajaran 2 Tujuan

Pembelajaran

Memahami definisi dan mengidentifikasi sifat-sifat segiempat.

Mengaplikasikan sifat-sifat bangun segiempat pada hubungan antar segiempat.

Fase Inkuiri Mengenal bangun segiempat di kehidupan sehari-hari.

Mengenal perubahan sisi dan sudut pada segiempat. Fase Orientasi

Bebas

Mengelompokkan segiempat kedalam 6 jenis segiempat.

Eksperimen membuat bangun segiempat baru.

Fase Penjelasan

Identifikasi sifat-sifat segiempat. Menjelaskan hubungan antar segiempat

Fase Orientasi Langsung

Mengerjakan latihan soal. Mengerjakan latihan soal

Fase Integrasi Menyimpulkan definisi segiempat dan sifat-sifatnya.

Menyimpulkan hubungan antar segiempat dengan diagram klasifikasi.

(3)

commit to user

2. Hasil Realisasi Modul

Setelah desain modul disusun, kemudian modul ditulis secara detail sesuai dengan referensi yang telah dijelaskan pada subbab Tahap Realisasi di Bab III. Berikut ini adalah gambaran modul yang telah terealisasi dalam draf 1 Modul. Realisasi Draf 1 Modul dapat dilihat lebih lengkap pada Lampiran 2.4.

Gambar 4.1. Tinjauan Pokok Bahasan Segiempat

Gambar 4.1. merupakan gambar tinjauan pokok bahasan segiempat yang secara garis besar berisi deskripsi pokok bahasan segiempat, kegunaan, kompetensi dasar, dan petunjuk belajar. bahan pendukung lainnya tidak disertakan karena modul tidak memerlukan bahan pendukung lainnya.

(4)

commit to user

Gambar 4.2. Pendahuluan

Gambar 4.2 merupakan gambar bagian pendahuluan. Bagian pendahuluan berisi cakupan isi modul dalam bentuk deskripsi singkat; indikator yang ingin dicapai melalui sajian materi dan kegiatan modul; deskripsi perilaku awal (entry

behaviour); relevansi; urutan butir sajian modul (kegiatan belajar); dan petunjuk

(5)

commit to user

Gambar 4.3. Kegiatan Pembelajaran

Gambar 4.3. merupakan gambaran bagian kegiatan pembelajaran (KP). Terdapat dua KP dalam modul ini yaitu KP 1 Bangun Segiempat dan Sifatnya, dan KP 2 Hubungan Antar Segiempat.

(6)

commit to user

Gambar 4.4. merupakan gambaran fase inkuiri yaitu pemberian informasi gambaran umum tentang pokok bahasan yang hendak dipelajari. Pada KP 1 fase inkuiri dilakukan dengan kegiatan mengenal bangun segiempat di kehidupan sehari-hari, sedangkan KP 2 berupa kegiatan mengenal perubahan sisi dan sudut pada segiempat.

Gambar 4.5. Fase Orientasi Bebas

Gambar 4.5 merupakan gambaran kegiatan pada fase orientasi bebas. Pada KP 1 kegiatan terdiri dari mengelompokkan segiempat sedangkan KP 2 berupa kegiatan eksperimen membuat bangun segiempat baru.

(7)

commit to user

Gambar 4.6. merupakan gambaran kegiatan pada fase penjelasan. Pada KP 1 berupa kegiatan identifikasi sifat-sifat segiempat sedangkan KP 2 berupa kegiatan menjelaskan hubungan antar segiempat.

Gambar 4.7. Fase Orientasi Langsung

Gambar 4.7. merupakan gambaran fase orientasi langsung yang berupa kegiatan mengerjakan latihan soal.

(8)

commit to user

Gambar 4.8. merupakan gambaran fase integrasi. Pada KP 1 berupa kegiatan menyimpulkan definisi segiempat dan sifatnya sedangkan pada KP 2 berupa kegiatan menyimpulkan hubungan antar segiempat.

3. Hasil Tes, Evaluasi, FGD, dan Revisi

Tes terdiri dari tes validasi modul dan tes uji coba yang terdiri dari uji coba terbatas dan uji coba kelas. Revisi dilakukan berdasarkan hasil validasi. Kemudian hasil tes di evaluasi. Selanjutnya dilakukan FGD untuk mendiskusikan modul dan terakhir dilakukan revisi berdasarkan hasil FGD.

a. Validasi Modul dan Revisi

Setelah modul dirancang berdasarkan kajian teori yang dipaparkan pada bab II, modul divalidasi oleh 3 validator ahli materi dan 3 validator ahli media. Pada validasi materi, secara umum modul perlu direvisi pada bagian penggunaan istilah serta konsistensinya, penggunaan bahasa pada instruksi dan penyampaian materi, serta konsep segiempat yang digunakan dengan disertai referensi yang jelas. Rincian saran revisi dan revisi yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 4.2. Setelah revisi dilakukan sesuai saran revisi para validator, modul dinyatakan layak untuk digunakan sebagai media pembelajaran segiempat.

Tabel 4.2. Revisi Modul dari Validator Ahli Materi

No Saran Revisi Revisi

1 Kegiatan Pengenalan pada KB 1 tidak me-miliki kaitan dengan kegiatan setelahnya. Sebaiknya, tujuan pada kegiatan pengen-alan diperjelas seperti untuk menemukan 6 macam segiempat sehingga berhubu-ngan deberhubu-ngan kegiatan setelahnya yaitu pengelompokkan segiempat.

Instruksi diubah. Siswa diminta membawa minimal 5 bangun segiempat yang berbeda bentuk. Kemudian siswa dalam kelompok mengelompokkan segiempat yang siswa temukan. Tujuan dari kegiatan ini agar siswa menemukan ada 6 jenis segiempat. 2 Konsep dan definisi perlu diperiksa ulang

dengan referensi diperjelas.

Konsep dikaji kembali dan referensi ditulis pada bagian bawah materi atau kegiatan. 3 Penggunaan istilah kongruen sebaiknya

dihindari.

Istilah kongruen diganti menjadi sama besar atau sama panjang.

(9)

commit to user

No Saran Revisi Revisi

4 Konsistensi sifat-sifat pada Rangkuman sebaiknya diperhatikan, karena beberapa sifat kontradiksi dengan sifat yang dibahas pada hubungan antar segiempat.

Sifat-sifat dikaji kembali agar tidak kontra-diksi dengan penjabaran materi hubungan antar segiempat.

5 Pada kegiatan Eksperimen KB 2, sebaik-nya digunakan istilah satu pasang sisi/su-dut karena jika digunakan istilah satu uku-ran sisi/sudut dapat membuat bentuk sembarang segiempat.

Istilah satu ukuran diganti dengan satu pasang.

6 Gunakan istilah himpunan segiempat pada Diagram Venn karena konteks yang dibicarakan adalah himpunan.

Diberikan tambahan istilah himpunan sehi-ngga menjadi himpunan persegi, himpunan persegi panjang dan seterusnya.

7 Perhatikan bahasa dan istilah yang digu-nakan pada bagian tinjauan pokok bahasan.

Bahasa dan istilah diperbaiki sesuai saran revisi.

8 Kalimat jangan terlalu panjang dan pilih kosakata yang sesuai EYD sebagai contoh kalimat pengantar pada materi segiempat perlu direvisi menjadi kalimat yang lebih singkat, padat, dan jelas.

Instruksi dan kalimat dibuat singkat dan diberikan poin per poin.

9 Tambahkan kegiatan matching pair setelah mempelajari unsur-unsur segiempat untuk mengecek pemahaman siswa sebelum meminta siswa

mempelajari sifat-sifat segiempat.

Ditambahkan kegiatan matching pair untuk menguji pemahaman siswa. Kegiatan dipilih karena tidak memerlukan waktu lama, sehingga tidak menganggu kepraktisan pembelajaran.

10 Pada Diagram Venn, perlu digambarkan diagramnya agar siswa dengan mudah mengidentifikasi irisan dan gabungan himpunan segiempat. Jika perlu

ditambahkan aktivitas mengelompokkan segiempat berdasarkan sisi/sudut dengan Diagram Venn.

Gambar himpunan diagram Venn ditambahkan akan tetapi kegiatan tidak ditambah karena efisiensi waktu.

11 Instruksi perlu ditulis dalam huruf tebal dan berbeda warna agar terlihat jelas bagi siswa.

Instruksi ditulis dalam huruf tebal dan diberi warna biru.

12 Penulisan simbol perlu dibuat lebih konsisten seperti penulisan simbol sudut sebaiknya menggunakan 3 huruf

Perbaikan penulisan sudut, sisi, dan lainnya sehingga konsisten

13 Perhatikan penggunaan istilah syarat minimal, sebaiknya menggunakan syarat cukup

Istilah syarat minimal diganti syarat cukup.

14 Perhatikan tanda baca, titik, koma, dan konsistensi.

Perbaikan penulisan sesuai saran revisi 15 Konsistensi kata ganti orang kedua. Kata

ganti “kamu” sebaiknya diganti “Anda”.

Mengganti kata ganti kamu dengan Anda

Pada validasi media, secara umum modul perlu direvisi pada bagian penggunaan ilustrasi yang lebih variatif, konsistensi penulisan label gambar dan tabel, serta cover modul. Tambahan revisi dari ahli media dapat dilihat pada

(10)

commit to user

Tabel 4.3. Setelah modul direvisi sesuai saran revisi, modul dinyatakan layak digunakan oleh ketiga validator.

Tabel 4.3. Revisi Modul dari Validator Ahli Media

No Saran Revisi Revisi

1 Konsistensi pemberian label tabel dan gambar pada seluruh tabel dan gambar di modul termasuk tabel dan gambar pada bagian pendahuluan dan tinjauan pokok bahasan.

Perbaikan penulisan label pada gambar dan tabel.

2 Gunakan clipart yang lebih variatif agar siswa tertarik sebagai contoh pada materi layang pergunakan clipart layang-layang. Selain itu, clipart yang variatif dapat digunakan sebagai media belajar aplikasi segiempat dalam kehidupan sehari-hari

Penggunaan gambar atau ilustrasi yang berbeda pada masing-masing jenis segiempat dengan menggunakan gambar aplikasi segiempat dikehidupan sehari-hari.

3 Tuliskan referensi gambar dan materi. Penulisan referensi materi dan gambar. 4 Cover modul sebaiknya menunjukkan

keunikan dari modul

Ilustrasi cover modul diganti dengan ilustrasi hubungan antar segiempat. 5 Tambahkan gambar segiempat yang

dimaksud pada bagian Tugas di KB 1 dan rangkuman agar mempermudah siswa yang masih pada tahap visual.

Menambahkan gambar segiempat yang dimaksud pada tabel Tugas dan rangkuman di KB 1.

6 Instruksi pada modul perlu diperjelas Perbaikan instruksi pada modul 7 Simpulan umum mengenai hubungan

antar segiempat perlu ditambahkan pada rangkuman KB 2

Menambahkan simpulan pada KB 2 berupa hubungan antar bangun. 8 Bagian berpikir kritis diubah menjadi

investigasi atau soal-soal diskusi.

Judul berpikir kritis diubah menjadi Diskusi

9 Perbaiki kesalahan-kesalahan penulisan. Perbaikan kesalahan penulisan. 10 Sesuaikan halaman pada daftar isi dengan

halaman pada modul.

Penyesuaian halaman pada daftar isi dan modul.

Setelah melalui tahap revisi berkelanjutan dari validator ahli media dan ahli materi, modul tersusun dengan tahapan Van Hiele dengan telah memenuhi aspek kelayakan isi, kelayakan penyajian, kelayakan bahasa, dan kelayakan kegrafikan. Kegiatan fase belajar segiempat yang tersusun dengan valid pada KB 1 dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan KB 2 pada Tabel 4.5.

(11)

commit to user

Tabel 4.4. Kegiatan Pembelajaran 1

Fase Kegiatan Inkuiri/ Informasi Orientasi Bebas Penjelasan Orientasi Langsung Integrasi

(12)

commit to user

Tabel 4.5. Kegiatan Pembelajaran 2

Fase Kegiatan Inkuiri Orientasi Bebas Penjelasan Orientasi Langsung Integrasi

(13)

commit to user

b. Tes/ Uji Coba

Sebelum modul diujicobakan di satu kelas subjek, modul diujicobakan secara terbatas kepada 5 siswa dengan tujuan menilai keterbacaan. Hasil uji terbatas menunjukkan siswa kesulitan memahami istilah “kasus khusus” dan “syarat cukup” pada Kegiatan Pembelajaran 2. Oleh karena itu, penggunaan istilah “kasus khusus” diganti menjadi “anggota himpunan dari” dan istilah “syarat cukup” dihilangkan. Sebagai gantinya dituliskan definisi segiempat yang dimaksudkan.

Setelah uji coba terbatas, uji coba produk dilanjutkan pada skala yang lebih besar yaitu skala kelas. Kelas yang dipilih adalah kelas VII H dikarenakan jadwal kelas ini adalah yang paling memungkinkan untuk dilakukan uji coba dikarenakan banyaknya benturan jadwal tryout ujian.

c. Evaluasi

Uji coba kelas dilakukan pada subjek kelas VII H dengan jumlah 25 siswa. Uji coba dilakukan selama 4 kali pertemuan. Data yang diperoleh dari uji coba draf produk adalah data keterlaksanaan pembelajaran, angket respon siswa, dan hasil tes berpikir geometri siswa. Evaluasi dilakukan sebagai berikut.

1) Hasil Keterlaksanaan Pembelajaran

Data kepraktisan diperoleh dari data pengamatan 2 orang pengamat yaitu dengan menilai keterlaksanaan pembelajaran menggunakan modul pembelajaran segiempat. Rerata keterlaksaan pembelajaran menggunakan modul pada pertemuan 1 adalah 90% dengan detail dapat diamati pada Tabel 4.6. Pada kolom keterangan dituliskan bahwa pada kegiatan pendahuluan guru belum memberikan motivasi dan persepi positif kepada siswa sehingga kegiatan kurang interaktif. Selain itu pada fase inkuiri 2 disebutkan bahwa guru belum mengeksplorasi pengetahuan awal siswa akan tetapi baru sebatas menanyakan contoh segiempat.

(14)

commit to user

Tabel 4.6. Pertemuan Pertama

No Butir Realisasi

Pengamat 1 Pengamat 2

1 Pendahuluan Tidak Ya

2 Fase Inkuiri 1 Ya Ya

3 Fase Inkuiri 2 Tidak Ya

4 Fase Orientasi Langsung Ya Ya

5 Fase Penjelasan 1 Ya Ya

6 Fase Penjelasan 2 Ya Ya

7 Fase Orientasi Bebas Ya Ya

8 Fase Integrasi 1 Ya Ya 9 Fase Integrasi 2 Ya Ya 10 Penutup Ya Ya A: Persetujuan (Agreement) A 18 D: Ketidaksetujuan (Disagreement) A + D 20 R: Rasio persetujuan R 90%

Dari Tabel 4.7 diperoleh data bahwa rerata keterlaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua adalah 100% dengan kata lain rencana pelaksanaan pembelajaran telah terlaksana secara keseluruhan. Detail keterlaksanaan dapat diamati pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Pertemuan Kedua

No Butir Realisasi

Pengamat 1 Pengamat 2

1 Pendahuluan Ya Ya

2 Fase Inkuiri 1 Ya Ya

3 Fase Inkuiri 2 Ya Ya

4 Fase Orientasi Langsung Ya Ya

5 Fase Penjelasan 1 Ya Ya

6 Fase Penjelasan 2 Ya Ya

7 Fase Orientasi Bebas Ya Ya

8 Fase Integrasi 1 Ya Ya 9 Fase Integrasi 2 Ya Ya 10 Penutup Ya Ya A: Persetujuan (Agreement) A 20 D: Ketidaksetujuan (Disagreement) A + D 20 R: Rasio persetujuan R 100%

(15)

commit to user

Dari Tabel 4.8 terlihat keterlaksanaan pembelajaran pada pertemuan ketiga dengan rerata keterlaksanaan pembelajaran 90%. Fase inkuiri 1 yaitu kegiatan pengenalan hubungan antar segiempat menggunakan geogebra tidak terlaksana karena keterbatasan sarana pembelajaran. Sebagai alternatif, guru menyampaikan secara lisan perubahan ukuran sisi yang berpengaruh terhadap bentuk segiempat sehingga berkaitan dengan jenis segiempat yang lain.

Tabel 4.8. Pertemuan Ketiga

No Butir Realisasi

Pengamat 1 Pengamat 2

1 Pendahuluan Ya Ya

2 Fase Inkuiri 1 Ya Ya

3 Fase Inkuiri 2 Ya Ya

4 Fase Orientasi Langsung Tidak Tidak

5 Fase Penjelasan 1 Ya Ya

6 Fase Penjelasan 2 Ya Ya

7 Fase Orientasi Bebas Ya Ya

8 Fase Integrasi 1 Ya Ya 9 Fase Integrasi 2 Ya Ya 10 Penutup Ya Ya A: Persetujuan (Agreement) A 18 D: Ketidaksetujuan (Disagreement) A + D 20 R: Rasio persetujuan R 90%

Pada data pertemuan keempat dibahas simpulan umum dari keseluruhan materi segiempat yang telah disampaikan. Setelah itu siswa melakukan tes level berpikir geometri siswa. Dari keempat rerata keterlaksnaan pembelajaran, diperoleh data bahwa pembelajaran menggunakan modul segiempat lebih dari 80% terlaksana dengan baik.

(16)

commit to user

2) Hasil Angket Respon Siswa

Data keefektifan diperoleh dari data angket respon siswa dan level berpikir siswa. Data angket respon siswa dianalisis dengan rumus

percentage of agreement (R) seperti dijelaskan pada BAB III. Rerata R

yang diperoleh dari data angket respon siswa pada lampiran angket respon adalah 87%. Hal ini menunjukkan bahwa 87% siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran dengan menggunakan modul pembelajaran segiempat. Rerata respon siswa pada masing-masing butir pernyataan dapat diamati pada lampiran hasil angket respon. Respon tertinggi terdapat pada butir 1, 3, dan 12 yaitu sebesar 100% siswa memberikan respon positif. Respon terendah terdapat pada butir nomor 9 yaitu sebesar 67%. Gambar 4.9 berikut menunjukkan rata-rata respon siswa (dari skala 1 sampai dengan 4) pada masing-masing aspek respon siswa yaitu perhatian, keyakinan, keterkaitan, dan kepuasan.

Gambar 4.9. Angket Respon Siswa Kelas Uji Coba

2,85 2,9 2,95 3 3,05 3,1 3,15

Perhatian Keterkaitan Keyakinan Kepuasan POST

(17)

commit to user

3) Hasil Tes Berpikir Geometri Siswa

Selain data respon siswa, diperoleh data level berpikir geometri siswa yang merupakan data utama penelitian dan pengembangan ini. Pada Tabel 4.11 terlihat perubahan level berpikir siswa yang terbagi dalam perubahan tidak berubah, naik, dan turun. Perubahan diamati pada masing-masing hasil uji level berpikir siswa dengan total 25 siswa. Frekuensi perubahan tertinggi terdapat pada kenaikan level siswa yang mengindikasikan bahwa sebesar 48% siswa mengalami kenaikan level berpikir geometri dengan 2 siswa mencapai level 1 dan 10 siswa berhasil mecapai level 2. Namun demikian 40% siswa tidak mengalami perubahan level dengan 2 siswa tetap berada pada level 0, 6 siswa berada pada level 1 dan 2 siswa berada pada level 2. Selain itu, penurunan level terjadi pada 12% siswa dengan total 3 siswa mengalami penurunan level dari level 2 ke level 1. Detail perubahan dapat diamati pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Perubahan Level Berpikir Geometri Kelas Uji Coba

Level

Frekuensi Perubahan

Jumlah Tidak

Berubah Naik Turun

f % f % f % f % VII H 0 2 100,00 0 0,00 0 0,00 2 8,00 1 6 54,55 2 18,18 3 27,27 11 44,00 2 2 16,67 10 83,33 0 0,00 12 48,00 Jumlah 10 40,00 12 48,00 3 12,00 25 100,00

Apabila dilihat pada persebaran level pada kelas uji coba, tanpa memperhatikan peningkatan pada masing-masing siswa pasca pembelajaran dengan modul, terdapat 48% siswa berada pada level 1 dan 48% berada pada level 2, dan hanya 4% siswa berada pada level 0.

(18)

commit to user

Persebaran level pasca pembelajaran dengan modul terdapat pada level 1 dan 2 sedangkan persebaran level sebelum pembelajaran dengan modul terdapat pada level 0 dan 1 yaitu 28% pada level 0, 52% pada level 1, dan 20% pada level 2. Perubahan level berpikir siswa pada kelas uji coba secara umum dapat diamati pada Gambar 4.10.

Gambar 4.10. Level Berpikir Geometri Siswa Kelas Uji Coba

d. FGD dan Revisi

Proses revisi produk didasarkan pada hasil kegiatan Focus Group

Discussion pada tanggal 13 Mei 2016 dengan dihadiri 2 guru yang mengampu

Kelas VII, 1 orang pengamat yang mengamati kegiatan belajar mengajar menggunakan modul, dan pengembang yaitu peneliti sendiri. Dalam diskusi tersebut dibahas bagian-bagian modul yang perlu diperbaiki. Hasil FGD secara keseluruhan dapat dilihat di Lampiran 5.4. Diskusi secara umum membahas runtutan kegiatan pada modul yang perlu diperbaiki dan format tampilan pertanyaan-pertanyaan pada modul seperti dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut ini. 0 10 20 30 40 50 60 0 1 2 POST PRE

(19)

commit to user

Tabel 4.10. Hasil FGD

No Saran FGD Revisi

1 Tabel 1 pada kegiatan pengenalan KB 1 sebaiknya tidak perlu ditampilkan karena barang/gambar yang dibawa siswa terlalu besar untuk diletakkan pada tabel.

Tabel dihilangkan dan sebagai alternatif disediakan kertas lain.

2 Bentuk pertanyaan-pertanyaan pada bagian Diskusi KB 1 sama sebaiknya cukup dituliskan satu kali sehingga pertanyaan tidak terkesan terlalu panjang.

Pertanyaan ditampilkan satu kali pada awal bagian diskusi sedangkan pernyataan-pernyataan ditampilkan dalam bentuk tabel

3 Tabel 13 KB 2 sebaiknya digunakan sebagai aktivitas siswa agar siswa lebih memahami hubungan antar segiempat. Selain itu contoh jawaban dibuat singkat namun jelas.

Tabel 13 KB 2 dibentuk menjadi aktivitas dengan meminta siswa memberikan analisis hubungan antar segiempat pada kolom paling kanan. Sebagai rambu-rambu jawaban, diberikan contoh jawaban pada baris pertama dan kedua. Selanjutnya kegiatan diberi nama Tugas 2.1 4 Seperti pada poin nomor 2, bagian Diskusi KB

2 disajikan dengan pertanyaan sama sehingga kurang menumbuhkan minat siswa membaca

Pertanyaan ditampilkan satu kali dan pernyataan disajikan dalam bentuk tabel.

5 Bagian Diskusi KB 2 sebaiknya disajikan setelah aktivitas Tabel 13 yaitu pada Tugas 2.1. Hal tersebut dikarenakan pertanyaan yang disajikan berhubungan dengan jawaban siswa di Tabel 13. Sehingga kegiatan pada Tugas 2.1 akan berkaitan dan mudah untuk dijawab siswa.

Bagian Diskusi KB 2 ditampilkan setelah Tabel 13 dan menjadi satu kesatuan dengan Tugas 2.1.

6 Diagram Venn sebaiknya disajikan pada akhir kegiatan KB 2 karena mengelompokkan persegi, persegi panjang, jajargenjang, dan belah ketupat akan membutuhkan seluruh pemahaman siswa mengenai hubungan segiempat. Dengan kata lain, membuat diagram Venn merupakan bagian dari membuat simpulan sehingga sebaiknya disajikan pada akhir pembelajaran.

Diagram Venn ditampilkan pada akhir pembelajaran dan merupakan fase integrasi yaitu menyimpulkan pembelajaran.

Setelah dilakukan revisi berdasarkan validator pada kegiatan validasi dan revisi berdasarkan hasil FGD, diperoleh sebuah modul yang valid, praktis, dan efektif untuk meningkatkan level berpikir geometri siswa. Produk final modul dapat dilihat pada Lampiran 2.4.

(20)

commit to user

C. Pengujian Produk 1. Implementasi

Setelah draf produk direvisi sesuai dengan hasil diskusi pada FGD, produk kemudian diujikan di kelas eksperimen dan sebagai data pembanding diamati pula satu kelas kontrol yang menggunakan buku pembelajaran. Data keefektifan diperoleh dengan membandingkan data respon siswa dan perubahan level berpikir geometri siswa di kedua kelas.

a. Hasil Angket Respon Siswa

Hasil angket respon siswa di kelas eksperimen menunjukkan bahwa 86,6% siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran menggunakan modul yang dikembangkan. Terdapat 100% siswa menyatakan persetujuan pada butir soal nomor 2, 8, 14, dan 16. Pada butir nomor 2 dan 16 menunjukkan persetujuan bahwa modul pembelajaran tidak menurunkan semangat belajar. Pada butir nomor 8 dan 14 menunjukkan persetujuan bahwa konsep pembelajaran menjadi mudah diingat dengan menggunakan modul. Persetujuan terendah dalam hasil angket respon terletak pada butir nomor 9 yaitu sebesar 54%. Pada butir 9 dinyatakan bahwa modul pembelajaran dapat menghilangkan kesalahpahaman materi. Gambar 4.11. berikut ini menunjukkan rata-rata respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan modul pada masing-masing aspek dengan rentang jawaban antara 1 dan 4.

Gambar 4.11. Respon Siswa Kelas Eksperimen

2,8 2,85 2,9 2,95 3 3,05 3,1 3,15 3,2

Perhatian Keterkaitan Keyakinan Kepuasan Eksperimen

(21)

commit to user

b. Hasil Tes Berpikir Geometri Siswa

Hasil uji produk pada kelas eksperimen menunjukkan perubahan level baik naik, tidak berubah, maupun turun. Sebelum diberikan perlakuan siswa diberikan tes berpikir geometri. Hasilnya diperoleh bahwa 41,9% siswa berada di level 0, 35,5% siswa di level 1 dan sisanya 22,6% berada di level 2. Setelah diberikan perlakuan, level berpikir geometri siswa diuji kembali. Hasilnya, terdapat 0% siswa di level 0, 33,3% siswa berada di level 1, dan 66,7% siswa di level 2. Dengan membandingkan kedua hasil tes tersebut, diperoleh data sebanyak 70% siswa mengalami kenaikan level dengan rincian kenaikan terbesar pada level 2 sebanyak 14 siswa. Selanjutnya sebesar 26,67% siswa tidak mengalami perubahan level yaitu 2 siswa pada level 1 dan 6 siswa pada level 2. Penurunan level terjadi sebesar 3,33% yaitu 1 siswa mengalami penurunan dari level 2 ke level 1. Detail perubahan level dapat diamati pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Perubahan Level Berpikir Geometri Kelas Eksperimen

Level

Frekuensi Perubahan

Jumlah Tidak

Berubah Naik Turun

f % f % f % f % VII D 0 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 1 2 20,00 7 70,00 1 10,00 10 33,33 2 6 30,00 14 70,00 0 0,00 20 66,67 Jumlah 8 26,67 21 70,00 1 3,33 30 100,00

Sebelum dilakukan perlakuan, level berpikir siswa dikedua kelas diuji untuk melihat keseimbangan level berpikir siswa dikedua kelas. Dilakukan uji statistik non parametrik untuk melihat perbedaan perlakuan di kelas kontrol dan eksperimen. Uji statistik dilakukan dengan Uji K-S dan Mann Whitney. Tujuan menggunakan kedua uji adalah untuk mengetahui kekonsistenan

(22)

commit to user

simpulan uji dalam rangka memperoleh simpulan yang akurat. Berikut adalah hasil perhitungan keseimbangan level berpikir siswa.

1) Menentukan hipotesis.

H0 : Level berpikir geometri siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol sama baiknya.

H1 : Level berpikir geometri siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol tidak sama baiknya.

2) Menentukan taraf nyata 5% 3) Melakukan komputasi data.

Tabel 4.12. Hasil Komputasi Uji K-S

Level Eksp Kontrol

Kum % Eksperimen Kum % Kontrol Selisih 2 7 6 0,23 0,19 0,03 1 11 11 0,58 0,55 0,03 0 13 14 1,00 1,00 0,00 Jumlah 31 31 M hitung 0,03

4) Mencari nilai M Tabel

Nilai M tabel untuk derajat bebas lebih dari 25 adalah 1,22K dengan K adalah konstanta diperoleh dengan rumus berikut.

𝐾 = √𝑛1+ 𝑛2 𝑛1𝑛2

Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh nilai M tabel pada taraf nyata 5% (dua ekor) yaitu 0,35.

5) Membuat keputusan uji

H0 ditolak jika, M hitung sama atau lebih besar dari M tabel. Pada taraf nyata 5% (dua ekor), M hitung = 0,03 lebih kecil dari M tabel = 0,35. 6) Membuat simpulan.

(23)

commit to user

Pada uji dua ekor, dengan menggunakan taraf nyata 0,05 menunjukkan penerimaan H0. Dengan demikian, H1 diterima dan simpulan uji adalah

Level berpikir geometri siswa di kelas eksperimen sama baiknya dengan level berpikir geometri siswa di kelas kontrol”

Selanjutnya dilakukan uji Mann Whitney, untuk menguji konsistensi simpulan yang diambil dari uji K-S. Prosedur dan hasil Mann Whitney adalah sebagai berikut.

1) Menentukan hipotesis.

H0 : Level berpikir geometri siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol sama baiknya.

H1 : Level berpikir geometri siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol tidak sama baiknya.

2) Menentukan taraf nyata yaitu 5%. 3) Melakukan komputasi data.

Perhitungan data dapat dilihat pada Lampiran 6.4. Komputasi Data. Dikarenakan ukuran sampel yang besar, maka nilai M hitung dicari dengan pendekatan Z. Nilai Z diperoleh dengan menggunakan rumus pada halaman 65. Nilai Z hitung yang diperoleh adalah Z hitung = -0.30. Nilai Z pada Mann Whitney tes akan selalu negatif karena menggunakan U terkecil.

4) Mencari nilai Z Tabel

Selanjutnya, dicari nilai Z tabel pada taraf nyata 0,05. Nilai Z 0,05 (dua ekor) adalah 1,96.

5) Membuat keputusan uji

Dengan membandingkan nilai Z hitung dan Z tabel, H0 ditolak jika Z hitung lebih besar dari Z tabel. Pada taraf nyata 0,05 (dua ekor), H0 diterima

6) Membuat simpulan.

Pada uji dua ekor, dengan menggunakan taraf nyata 0,05 menunjukkan penerimaan H0. Dengan demikian, simpulan uji adalah

Level berpikir

(24)

commit to user

geometri siswa di kelas eksperimen sama baiknya dengan level berpikir geometri siswa di kelas kontrol”. Dengan demikian, kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki level berpikir geometri yang sama baiknya pada saat sebelum dilakukan eksperimen.

Selanjutnya dilakukan penelitian eksperimen dengan mengambil satu kelas kontrol dan satu kelas eksperimen. Kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan pembelajaran menggunakan modul. Setelah perlakuan selesai diberikan, dilakukan pengujian level berpikir. Data diperoleh dari tes level berpikir geometri siswa di kedua kelas. Data kemudian diuji menggunakan Uji K-S dan Uji Mann Whitney. Pertama dilakukan Uji K-S dengan prosedur dan hasil sebagai berikut.

1) Menentukan hipotesis.

H0 : Level berpikir geometri siswa di kelas eksperimen tidak lebih baik atau sama dengan di kelas kontrol.

H1 : Level berpikir geometri siswa di kelas eksperimen lebih baik dibanding di kelas kontrol.

2) Menentukan nilai taraf nyata yaitu 5% 3) Melakukan komputasi data.

Tabel 4.13. Hasil Komputasi Uji K-S

Level Eksp Kontrol

Kum % Eksperimen Kum % Kontrol Selisih 2 20 8 0,67 0,28 0,39 1 10 18 1,00 0,90 0,10 0 0 3 1,00 1,00 0,00 Jumlah 30 29 M hitung 0,39

4) Mencari nilai M Tabel

Nilai M tabel untuk derajat bebas lebih dari 25 adalah 1,22K dengan K adalah konstanta diperoleh dengan rumus berikut.

(25)

commit to user

𝐾 = √𝑛1+ 𝑛2 𝑛1𝑛2

Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh nilai M tabel pada taraf nyata 5% yaitu 0,32.

5) Membuat keputusan uji

H0 ditolak jika M hitung ber-nilai positif dan M hitung sama atau lebih besar dari M tabel. Pada taraf nyata 5%, M hitung = 0,39 lebih besar dari M tabel = 0,32.

6) Membuat simpulan.

Pada uji satu ekor, dengan menggunakan taraf nyata 0,05 menunjukkan penolakan H0. Dengan demikian, H1 diterima dan simpulan uji adalah

Level berpikir geometri siswa di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan level berpikir geometri siswa di kelas kontrol”

Berdasarkan hasil uji K-S pada dua sampel independen diperoleh simpulan bahwa perlakuan di kelas eskperimen lebih baik daripada di kelas kontrol dalam hal meningkatkan level berpikir geometri siswa. Selanjutnya dilakukan uji Mann Whitney, untuk menguji konsistensi simpulan yang diambil dari uji K-S. Prosedur dan hasil Mann Whitney adalah sebagai berikut.

1) Menentukan hipotesis.

H0 : Level berpikir geometri siswa di kelas eksperimen tidak lebih baik atau sama dengan kelas kontrol.

H1 : Level berpikir geometri siswa di kelas eksperimen lebih baik dibanding di kelas kontrol.

2) Mementukan taraf nyata yaitu 5%. 3) Melakukan komputasi data.

Perhitungan data dapat dilihat pada Lampiran 6.4. Komputasi Data. Dikarenakan ukuran sampel yang besar, maka nilai M hitung dicari dengan pendekatan Z. Nilai Z diperoleh dengan menggunakan rumus pada halaman 65. Nilai Z hitung yang diperoleh adalah Z hitung = -2.80. Nilai

(26)

commit to user

Z pada Mann Whitney tes akan selalu negatif karena menggunakan U terkecil.

4) Mencari nilai Z Tabel

Selanjutnya, dicari nilai Z tabel pada taraf nyata 0,05. Nilai Z 0,05 adalah 1,65.

5) Membuat keputusan uji

Dengan membandingkan nilai Z hitung dan Z tabel, H0ditolak jika Z hitung lebih besar dari Z tabel. Pada taraf nyata 0,05, H0 ditolak.

6) Membuat simpulan.

Pada uji satu ekor, dengan menggunakan taraf nyata 0,05 menunjukkan penolakan H0. Dengan demikian, H1 diterima dan simpulan uji adalah

Level berpikir geometri siswa di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan level berpikir geometri siswa di kelas kontrol”

Hasil Uji Mann Whitney pada dua sampel independen serupa dengan hasil uji K-S dua sampel independen. Dengan demikian diperoleh simpulan bahwa peningkatan level berpikir geometri siswa di kelas eksperimen dengan menggunakan modul lebih baik dari peningkatan level berpikir geometri di kelas kontrol.

D. Pembahasan

Hasil penelitian dan pengembangan berupa modul ini diuji kualitasnya dalam hal kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Penjelasan kualitas modul berdasarkan aspek-aspek tersebut dijabarkan sebagai berikut.

1. Kevalidan

Data kevalidan diperoleh dari data validasi terhadap modul dan perangkat pendukungnya yaitu lembar tes, lembar observasi, dan angket respon siswa. Pada validasi modul, keenam validator memberikan penilaian valid/layak digunakan setelah modul direvisi sesuai dengan saran-saran yang diberikan baik dari aspek kelayakan isi, kelayakan penyajian, kelayakan bahasa, dan kelayakan kegrafikan.

(27)

commit to user

Secara garis besar, pada aspek isi, draf modul perlu direvisi pada penilaian keakuratan materi yaitu pada butir “konsep dan definisi yang digunakan sesuai dengan referensi teori yang tepat”. Terdapat beberapa teori definisi, sifat-sifat segiempat yang kebenaran teorinya masih diragukan sehingga pengembang perlu menelaah ulang teori yang digunakan kemudian mencantumkan referensi yang digunakan agar dapat dipercaya pembaca. Penilaian aspek isi lainnya telah teruji valid yaitu penilaian terhadap kesesuaian terhadap SK dan KD, kemutakhiran materi, upaya peningkatan level berpikir geometri siswa, dan kesesuaian uraian kegiatan dengan fase belajar geometri.

Pada aspek penyajian, penilaian terhadap teknik penyajian, penyajian pembelajaran, dan kelengkapan penyajian sesuai dengan komponen modul telah dinilai sangat baik atau baik oleh validator. Terdapat revisi untuk melengkapi komponen modul pada bagian tinjauan pokok bahasan.

Pada aspek kelayakan bahasa dan keterbacaan terdapat cukup banyak revisi. Draf modul belum valid pada penilaian kesesuaian dengan tingkat perekembangan peserta didik terutama pada butir penilaian kesesuaian bahasa dengan tingkat perkembangan intelektual siswa. Draf modul yang disusun menggunakan kalimat yang panjang dan kurang efektif sehingga berpotensi menyulitkan siswa kelas VII dalam memahami instruksi yang dimaksudkan. Oleh karena itu, validator memberikan saran agar kalimat instruksi dibuat lebih ringkas dan diberikan satu poin demi satu poin. Selain itu, draf modul belum layak digunakan berkenaan dengan penilaian kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang benar. Istilah dan simbol belum digunakan dengan baik dan konsisten sehingga perlu dilakukan revisi.

Pada penelitian ini keseluruhan revisi telah dilakukan sesuai dengan saran masukan validator sehingga modul layak karena telah sesuai dengan teori-teori pendukung yang telah dikaji. Perangkat pendukung juga direvisi sesuai dengan saran masukan validator sehingga perangkat layak digunakan dan telah konsisten dengan teori yang digunakan.

(28)

commit to user

2. Kepraktisan

Modul dikatakan praktis jika (1) ahli menyataka bahwa modul dapat digunakan sebagai penunjang media pembelajaran dan (2) keterlaksanaan pembelajaran lebih dari 80%. Hasil penilaian menunjukkan bahwa para ahli setuju bahwa modul sudah dapat digunakan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama telah terlaksana 90% artinya pengamat memberikan persetujuan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran dari mulai pendahuluan hingga penutupan telah terlaksana 90%. Hal tersebut berarti terdapat satu atau berberapa kegiatan yang menurut pengamat belum terlaksana. Pada pertemuan kedua terlaksana 100%, pertemuan ketiga 90%, dan pertemuan keempat terlaksana 100%. Pada pertemuan pertama, 10% rencana yang tidak terlaksana menurut pengamat 1 adalah kegiatan pendahuluan dan fase inkuiri. Pengamat 1 menyatakan bahwa pada pendahuluan pemberian motivasi kurang terlihat akan tetapi Pengamat 2 telah menyatakan terlihat. Pada Fase Inkuiri, Pengamat 1 menyatakan guru belum mengeksplorasi pengetahuan siswa mengenai segiempat disekitar akan tetapi Pengamat 2 menyatakan telah terlihat. Pada pertemuan ketiga, kedua pengamat menyatakan setuju bahwa kegiatan fase orientasi langsung belum terlihat. Dalam hal ini, kegiatan fase orientasi langsung berupa penjelasan menggunakan geogebra. Hal tersebut tidak terlaksana karena minimnya fasilitas sehingga guru menganti dengan menjelaskan dengan gambar. Dengan demikian rerata keterlaksanaan pembelajaran telah mencapai kriteria kepraktisan yaitu nilai R > 80% (Borich dalam Sunardi, 2000). Oleh karena itu modul pembelajaran geometri berdasarkan teori Van Hiele pada pokok bahasan segiempat telah praktis digunakan dalam pembelajaran. 3. Keefektifan

Modul dikatakan efektif apabila (1) lebih dari 50% siswa memberikan respon positif (Sunardi, 2000), (2) terdapat peningkatan 30% siswa di kelas uj coba (Sunardi, 2000), dan (3) analisis data statistik memberikan simpulan

(29)

commit to user

bahwa peningkatan level berpikir goemetri siswa di kelas eksperimen lebih signifikan dibandingkan kelas kontrol.

Pada data angket respon siswa baik di kelas uji coba maupun eksperimen menunjukkan respon positif siswa. Pada Gambar 4.1 ditunjukkan adanya respon positif siswa di kelas uji coba terhadap modul pembelajaran pada masing-masing aspek respon. Persentase persetujuan respon positif siswa di kelas uji coba adalah sebesar 87%. Selain itu, data respon positif juga dianalisis di kelas eksperimen. Terdapat 86,6% siswa yang memberikan persetujuan atau respon positif terhadap pembelajaran dengan menggunakan modul yang dikembangkan. Pada Gambar 4.2. dapat diamati besarnya respon positif pada masing-masing aspek respon. Dengan demikian, kedua data angket respon di kelas uji coba dan eksperimen menunjukkan adanya respon positif siswa terhadap modul pembelajaran yang dikembangkan karena diperoleh respon positif lebih dari 50%.

Pembelajaran dengan menggunakan modul segiempat mendapatkan respon positif baik dari aspek perhatian, keterkaitan, keyakinan, dan kepuasan. Modul berisi kegiatan-kegiatan pembelajaran segiempat yang didominasi dengan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan konsep segiempat. Hal tersebut memancing keingintahuan siswa sehingga muncul perhatian terhadap pembahasan materi (Keller, 2010). Selain itu, modul memuat gambar-gambar aplikasi segiempat di kehidupan sehari-hari. Dengan membawa pembelajaran kepada kaitan kehidupan, maka keterkaitan antar pelajaran dengan siswa menjadi kuat (Keller, 2010). Disisi lain, beberapa pertanyaan dalam modul merupakan pertanyaan terbuka sehingga memberikan peluang bagi siswa menjawab sesuai dengan pemikirannya. Kesempatan tersebut menumbuhkan keyakinan pada diri sendiri bahwa ia akan bisa menguasai pelajaran (Keller, 2010). Terakhir, siswa mendapatkan kepuasan dengan berani berdiskusi dengan temannya dalam menyelesaikan modul. Hal ini dikarenakan siswa merasa puas telah memiliki pencapaian sehingga tidak ragu untuk berdiskusi (Keller, 2010).

(30)

commit to user

Selanjutnya dianalisis hasil level berpikir geometri siswa untuk menguji keefektifan modul. Pada percobaan di kelas uji coba, diperoleh data yang menyatakan terdapat peningkatan level berpikir siswa sebesar 48% (Tabel 4.10). Berdasarkan kriteria efektif Sunardi (2005), data tersebut menunjukkan terdapat peningkatan level berpikir siswa karena lebih dari 30% siswa mengalami kenaikan level berpikir. Peningkatan level berpikir siswa ini terjadi karena bantuan seperti dikemukakan dalam teori

attaintment (dapat dilihat pada anak subbab Fase Belajar Geometri Van

Hiele di BAB II). Dalam teori attaintment disebutkan bahwa tingkat berpikir geometri dapat ditingkatkan melalui proses pembelajaran. Didukung dengan teori selanjutnya yaitu movement from one level to another, dinyatakan bahwa perkembangan kognitif dalam geometri dapat dipercepat dengan pemberian instruksi dalam proses pembelajaran. Instruksi yang diberikan menggunakan 5 fase belajar Van Hiele dapat membantu siswa belajar tahap demi tahap sehingga dapat mencapai level yang lebih tinggi (Feza, 2005; Nuraeni, 2010; Nuraini, 2010; Safrina, 2014). Instruksi yang diberikan dalam penelitian adalah berupa instruksi dalam modul melalui pertanyaan-pertanyaan dan rangkaian kegiatan. Rangkaian kegiatan modul disusun berdasarkan The Five Phase of Learning Geometry yang dalam teori Van Hiele disebutkan sebagai pemberian instruksi dalam upaya movement from

one level to another. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa peningkatan

level berpikir siswa terjadi karena penggunaan instruksi berupa modul yang memuat fase belajar Van Hiele dalam upaya untuk berpindah dari satu level ke level yang lainnya.

Kemudian, hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan peningkatan level berpikir siswa. Simpulan uji K-S yang diperoleh dari keputusan uji Tabel 4.13, menyatakan bahwa pengaruh perlakuan di kelas eksperimen lebih efektif atau signifikan terhadap peningkatan level berpikir siswa dibandingkan dengan kelas kontrol. Dalam hal ini perlakuan di kelas eksperimen adalah pembelajaran menggunakan modul yang dikembangkan. Dengan demikian simpulan uji K-S adalah penggunaan modul lebih efektif

(31)

commit to user

dalam meningkatkan level berpikir siswa dibandingkan penggunaan buku ajar.

Selain itu, simpulan uji K-S diuji konsistensinya melalui Mann Whitney. Dalam hal ini, Mann Whitney memiliki sensitivitas lebih kuat dalam membandingkan dua sampel yang independen. Keputusan uji mengarah pada simpulan bahwa pengaruh penggunaan modul di kelas eksperimen lebih efektif dalam peningkatan level berpikir siswa dibandingkan penggunaan buku ajar di kelas kontrol. Dengan konsistensi simpulan dalam Uji K-S dan Mann Whitney, maka dapat ditarik simpulan bahwa penggunaan modul lebih efektif dalam meningkatkan level berpikir siswa dibandingkan penggunaan buku ajar. Simpulan ini didukung dengan hasil penelitian Crowley (1987) yang menyebutkan bahwa pembelajaran menggunakan instruksi akan lebih baik dalam membantu meningkatkan kemampuan siswa pada masing-masing level berpikir geometri berdasarkan Van Hiele.

Dengan dipenuhinya kriteria (1) lebih dari 50% siswa memberikan respon positif tepatnya 87% di kelas uji coba dan 86,6% di kelas eksperimen, (2) lebih dari 30% siswa mengalami peningkatan level yaitu 48% siswa di kelas uji coba, dan (3) uji statistik menunjukkan bahwa penggunaan modul lebih efektif dalam meningkatkan level berpikir siswa dibandingkan penggunaan buku ajar, maka modul dikatakan efektif.

Gambar

Tabel 4.1. Rincian Kegiatan pada Modul
Gambar 4.2. Pendahuluan
Gambar  4.3.  merupakan  gambaran  bagian  kegiatan  pembelajaran  (KP).
Gambar  4.4.  merupakan  gambaran  fase  inkuiri  yaitu  pemberian  informasi  gambaran umum tentang pokok bahasan  yang hendak dipelajari
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Warga Negara atau Penduduk atau Institusi Amerika Serikat Pengendali tidak akan mengajukan tuntutan hukum berupa apapun juga (termasuk tuntutan ganti rugi) kepada BPAM dan BPAM

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) apakah dimensi kualitas pelayanan (Reliability, Assurance, Tangible, Empathy dan Responsivines) secara simultan

Tall (1995) menjelaskan bahwa perkembangan kognitif untuk memahami matematika tingkat formal dari tahap enaktive, dapat dibangun melalui visual- platonik maupun

GEELY PANDA 2012 Abs Airbag. Full Optionmerah Tgn1 Full Ors Spt Br Hrg Br 130jt. BCM Cipinang Muara 2 No. Utan Jati Ruko Daan Mogot Baru blok LB - 2 no. Jatiwaringin Raya

Secara formal, Small World Network adalah sebuah graf yang mayoritas simpulnya tidak saling bertetangga satu sama lain, namun setiap pasangan simpulnya memiliki panjang

Terlaksananya Reviu Laporan Keuangan Daerah, Evaluasi LAKIP, dan SPIP pada seluruh SKPD di Kabupaten Purworejo 2 kali reviu, 1 kali evaluasi LAKIP, dan Pelaksanaan SPIP di

Peran penyuluh sebagai teknisi yang dilakukan seperti kegiatan demonstrasi plot, demonstrasi area, temu lapangan, dan pameran saat ada event (lomba BP3K tingkat

Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan DAK Bidang Pendidikan dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota