• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menjawab Kemendesakan dan Masa Depan Kota. Rujak Center for Urban Studies

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Menjawab Kemendesakan dan Masa Depan Kota. Rujak Center for Urban Studies"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Menjawab Kemendesakan dan

Masa Depan Kota

(2)

Pertumbuhan Penduduk Dunia

• Tahun 2008, : lebih dari separuh penduduk

dunia (3,3 milyar orang), bertempat tinggal di

kota

• Tahun 2009 : 47% dari penduduk dunia tinggal

di perkotaan (3,42 milyar penduduk)

• Pada 2030, diprediksi  jumlah warga kota

akan meningkat menjadi 5 milyar dan akan

meningkat menjadi 6.29 Milyar jiwa pada

tahun 2050 (60% penduduk dunia).

(3)

Kota-Kota Indonesia

• Pada tahun 1950 : 4 kota otonom di Indonesia

Tahun 1990 : 73 kota otonom

• Desember 2013  539 Daerah Otonom di

Indonesia yang terdiri atas 34 provinsi, 412

kabupaten, dan 98 kota otonom

• Jumlah kota besar dengan populasi lebih dari

satu juta meningkat secara signifikan: 1 kota

(Jakarta) di tahun 1950  12 kota di tahun

2014

(4)

Pertumbuhan Kota di Indonesia

• Kota-kota tumbuh berkembang: (67%) di Pulau Jawa dan Sumatera, 9% di Kalimantan, 11% di Sulawesi, 4% di Bali dan Nusa tenggara, 4% di

Kepulauan Maluku, dan hanya 2% di Papua

• Proporsi dominasi Pulau Jawa terhadap luar Pulau Jawa (70% : 30%) tidak mengalami perubahan sejak tahun 1980. Pulau Jawa masih menjadi pusat aglomerasi penduduk perkotaan di Indonesia.

• Total penduduk perkotaan di Pulau Jawa : - 23 juta penduduk di tahun 1980

- 63 juta penduduk di tahun 2005.

• Tota penduduk perkotaan di luar pulau Jawa - 10 juta penduduk di tahun 1985

(5)

Tingkat Urbanisasi di Indonesia

Tingkat urbanisasi di Indonesia terus mengalami

peningkatan sejak 1920 hingga 2005:

• Tahun 1920 : tingkat urbanisasi 5,8%.

• Tahun 1945 : tingkat urbanisasi 10%

• Tahun 1980- 1990: tingkat urbanisasi mengalami

peningkatan dari 22,3% menjadi 30,9%.

• Tahun 2000 : tingkat urbanisasi 42%

(6)

Ketimpangan Pembangunan Wilayah

• Jabodetabek memainkan peranan penting dalam perekonomian nasional  menyumbang 25% total GDP.

• Kota metropolitan lainnya (Surabaya, Bandung, Semarang, Medan dan Makassar)  menyumbang 15% dari GDP.

• PDRB kota metropolitan, kota besar, kota sedang dan kota kecil tumbuh tidak proporsional.

• Persentase PDRB antara kota besar dan kota metropolitan: - pada tahun 2005  14:67

- pada tahun 2010  15:69.

• Presentase PDRB antara kota sedang dan kota besar : - pada tahun 2005  18:14

(7)

Ketimpangan Pembangunan Wilayah

• Ketimpangan antar wilayah atau disparitas regional disebabkan oleh beragam :

1. Faktor geografi, yang mempengaruhi perbedaan distribusi sumber daya alam, topografi, iklim, curah hujan, sumber daya mineral

2. Faktor sejarah 3. Faktor politik

4. Faktor kebijakan 5. Faktor administratif 6. Faktor sosial dan 7. Faktor ekonomi.

(8)

Ketimpangan Pembangunan Wilayah

• Ketimpangan wilayah antar kawasan membawa dampak negatif khususnya bagi kota-kota besar dan metropolitan, kota-kota sedang dan kecil.

• Dampak negatif yang ditimbulkan di kota-kota besar dan metropolitan, antara lain:

1. Eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber daya alam di sekitar kota-kota besar dan metropolitan,

2. Terjadinya konversi lahan pertanian produktif menjadi kawasan terbangun,

3. Menurunnya kualitas lingkungan fisik kawasan perkotaan, menurunnya kualitas hidup masyarakat di perkotaan

karena permasalahan sosial-ekonomi, dan penurunan kualitas pelayanan kebutuhan dasar perkotaan.

(9)

Ketimpangan Pembangunan Wilayah

• Ketimpangan dalam penyediaan sarana dan prasarana transportasi

1. Hingga 2010, 16 dari 29 bandara internasional (55%) terkonsentrasi di Pulau Jawa, Bali dan Sumatera

2. Hingga 2010, 172 lintas, tetapi yang baru beroperasi adalah 130 lintas

3. jumlah pelabuhan di Indonesia seluruhnya sudah

mencapai 500 di mana hanya 111 yang komersil dan sebagian besar berpusat di kota-kota utama di pulau-pulau bagian barat Indonesia (Jawa, Sumatera,

(10)

Ketimpangan Pembangunan Wilayah

Ketimpangan infrastruktur

• Jaringan jalan : hingga 2010, total 34.628, 83

km panjang jalan di Indonesia, 47% (16.209

km) di antara nya berada di Pulau Jawa, Bali

dan Sumatera.

(11)

Kota dan Lingkungan

• Polusi udara dan kualitas udara

• Limbah Padat dan berbahaya.

• Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau

• Kota dan Perubahan Iklim

(12)

Kenyamanan Berkota

• Survey Most Livable City Index 2011 : kondisi kota – kota besar di Indonesia berada dalam kondisi yang

mengkhawatirkan. Mayoritas kondisi kota-kota besar di Indonesia dinilai tidak nyaman oleh warganya.

• Berdasarkan survey yang dilakukan di 15 kota besar  nilai rata-rata (mean) indeks kenyamanan kota adalah 54,26. Indeks dengan persepsi tingkat kenyamanan

tertinggi di Kota Yogyakarta (66,52) dan Kota Denpasar (63.63). Sedangkan dan persepsi kenyamanan warga yang paling rendah adalah Kota Medan (46,67) dan Kota Pontianak (46.92)

(13)

Kenyamanan Berkota

• Kota – kota dengan indeks diatas rata–rata

adalah : Yogyakarta, Denpasar, Makassar,

Menado, Surabaya dan Semarang. Sedangkan

kota – kota dengan indeks dibawah rata-rata

adalah Banjarmasin, Batam, Jayapura,

Bandung, Palembang, Palangkaraya, Jakarta,

Pontianak dan Medan.

(14)

Kemendesakan 3 kota

• Menghilangnya kampung (perubahan kawasan)

• Minimnya pemenuhan kebutuhan dasar

• Keterhubungan dan mobilitas.

• Keterhubungan wilayah

• Relasi terhadap sungai /laut

• Ruang publik sebagai ruang pribadi

• Relasi antara pemerintah dan warga

• Peran warga sebagai evaluator

(15)

Cita-Cita Kota- Kebijakan dan Strategi Pembangunan Perkotaan Nasional (KSPPN)

• Visi : “Terwujudnya Kota Berkelanjutan Tahun 2050

yang hijau, layak huni dan berdaya saing untuk

peningkatan kesejahteraan masyarakat yang dibangun berdasarkan karakter fisik, potensi ekonomi, dan

budaya lokal.”

• Kota- kota yang layak huni untuk tempat bermukim

• Kota yang hijau dan mampu mengantisipasi perubahan iklim dan bencana

• Kota yang berdaya saing berbasis teknologi komunikasi dan informasi (ICT), sesuai dengan karakter geografis, sosial, dan budaya Indonesia yang sangat beragam

(16)

Cita-Cita KSPPN

MISI KSPPN :

• Meningkatkan pemerataan pembangunan kota-kota sesuai peran dan fungsinya dalam sistem perkotaan nasional

• Mengembangkan prasarana dan sarana dalam memenuhi Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) berdasarkan tipologi dan karakteristik kota • Membangun hunian kota yang layak, aman, dan nyaman, berbasis

lingkungan, sosial, dan budaya yang beragam.

• Membangun kegiatan perekonomian, pemerintah, dan masyarakat kota berdaya saing yang produktif, kreatif, dan inovatif, efisien, serta berbasis ICT.

• Mengendalikan ruang dan kegiatan pembangunan kota, dengan menjaga daya dukung dan daya tampung lingkungan kota, serta responsif dan

adaptif terhadap perubahan iklim dan bencana.

• Meningkatkan kualitas penyelenggaraan tata kelola pemerintahan kota yang transparan, akuntabel,dan partisipatif

(17)

Tahapan Pencapaian Perwujudan

Pelayanan Perkotaan Nasional

(18)

Cita Cita menurut MP3EI

• Visi MP3EI adalah “Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang

Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur”.

• Tiga misi, yaitu:

1. Peningkatan nilai tambah dan perluasan rantai nilai proses

produksi serta distribusi dari pengelolaan aset dan akses (potensi) SDA, geografis wilayah, dan SDM, melalui penciptaan kegiatan ekonomi yang terintegrasi dan sinergis di dalam maupun antar-kawasan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi.

2. Mendorong terwujudnya peningkatan efisiensi produksi dan pemasaran serta integrasi pasar domestik dalam rangka

penguatan daya saing dan daya tahan perekonomian nasional. 3. Mendorong penguatan sistem inovasi nasional di sisi produksi,

proses, maupun pemasaran untuk penguatan daya saing global yang berkelanjutan, menuju innovation-driven economy.

(19)

Prinsip Kerja MP3EI

• “Not Business As Usual”

• Regulasi harus mampu mendorong partisipasi dunia usaha secara maksimal

• Penyediaan infrastruktur melalui model kerjasama

pemerintah dan swasta atau Public-Private Partnership (PPP) dengan terus mengembangkan metode

pembangunan infrastruktur sepenuhnya oleh dunia usaha. • Peran Pemerintah : menyediakan perangkat aturan dan

regulasi yang memberi insentif bagi dunia usaha untuk membangun kegiatan produksi dan infrastruktur.

• Insentif : kebijakan (sistem maupun tarif) pajak, bea masuk, aturan ketenagakerjaan, perizinan, pertanahan, dan

(20)

8 Fokus Program MP3EI

1. Pertanian,

2. Pertambangan,

3. Energi,

4. Industri

5. Kelautan

6. Pariwisata

7. telematika,

(21)

Cita-cita oleh Kota-Kota di Indonesia

• Kota harus dilihat sebagai sebuah sistem

• Kota dicita-citakan menjadi satu ruang berbagi

• Kota dikembangkan dengan memfasilitasi

kekhasan kota

• Kota mampu memenuhi kebutuhan dasar dan

Infrastruktur dasar

• Kota dengan sistem transportasi yang

memfasilitasi keterhubungan dan membangun

pembuluh nadi kota yang sehat

(22)

Cita-cita oleh Kota-Kota di Indonesia

• Kota dan lingkungan sekitar sebagai tempat

belajar (informal)

• Kota dikembangan dengan mengelola potensi

laut dan sungai

• Kota dikembangkan dengan orientasi pada

proses dan tujuan jangka panjang

• Adanya pendidikan (praktis) tentang

(23)

Cita-cita oleh Kota-Kota di Indonesia

• Kota dikembangkan dengan distribusi

ekonomi yang lebih adil dan setara

• Target ekonomi kota tidak melulu mengejar

pertumbuhan

• Transformasi ekonomi lokal, melalui :

1. Regulasi pasar dan perdagangan

2. Pengolahan kearifan lokal yang

(24)

Cita-cita oleh Kota-Kota di Indonesia

• Kota dikelola dengan beberapa prinsip :

1. Perwujudan Prinsip Sengkuyung/ inklusivitas

2. Kota dikelola dengan baik melalui komunikasi

terbuka antara pemerintah dan pemangku

kepentingan di kota (khususnya warga).

3. Adanya pengelolaan bersama atau kerjasama

antar pemerintah kota/kabupaten atas aset

infrastruktur dan kekayaan sumber daya alam

4. Kota dikelola dengan keterlibatan warga di mana

warga dapat mengevaluasi kinerja pemerintah

dengan alat ukur sederhana

(25)

Cita-cita oleh Kota-Kota di Indonesia

• Kota dikembangka dengan konsep penataan ruang: 1. Integrasi antara kota dan pertanian serta menguatkan

industri pariwisata lokal.

2. Aspek zonasi (dengan penekanan pada aspek keterhubungan), intensitas guna lahan dan

pengembangan daerah sekitar. Khususnya ada di Kota Semarang dan Surabaya.

3. Kelestarian lingkungan dalam hal konservasi tanah dan air, sistem irigasi, penguatan daya dukung

lingkugan, pengelolaan sampah dan limbah terpadu, serta pengendalian penambangan/ galian

(26)

Mewujudkan Cita-Cita Kota di Masa Depan

• KSPPN dan MP3EI akan sangat mewarnai

bagaimana perkembangan kota di masa depan.

• KSPPN mengatur perencanaan nasional dengan

proses bertahap dan mekanisme prasyarat

• KSPPN mengatur system perkotaan nasional

dengan tujuan untuk menyeimbangkan

pembangunan kawasan Timur Indonesia dengan

Kawasan Barat Indonesia

(27)

Mewujudkan Cita-Cita Kota di Masa

Depan

• MP3EI : arahan pengembangan kegiatan

ekonomi demi mendorong percepatan dan

perluasan investasi.

• Dua kata kunci dalam skema MP3EI :

1. Partisipasi maksimal dunia usaha dalam

ragam investasi di seluruh penjuru Indonesia

2. Pengurangan peran Negara hanya menjadi

sebatas fasilitator pergerakan modal di

Indonesia.

(28)

Mewujudkan Cita-Cita Kota di Masa

Depan

• MP3EI memiliki nilai investasi sebesar Rp. 4.934,

8 Triliun mencakup sekitar 4.632 proyek untuk

memfasilitasi 22 kegiatan ekonomi utama.

• Sejak 2011 hingga Oktober 2013, investasi MP3EI

mencapai Rp. 737,9 triliun mencakup 259 proyek

 155 proyek infrastruktur

• Pulau Jawa masih memiliki jumlah investasi

terbesar (Rp. 276,8 Triliun) disusul oleh Pulau

Kalimantan dengan total investasi sebesar Rp.

178,1 triliun. Jumlah investasi terkecil adalah

investasi di Pulau Sulawesi (Rp. 23,6 Triliun)

(29)

Mewujudkan Cita-Cita Kota di Masa

Depan

• Dari 259 proyek tersebut, 24,6% dikerjakan oleh

BUMN, 34,5% oleh swasta, 11,9% oleh

pemerintah dan 29% investasi campuran

• Pembiayaan dan pendanaan proyek-proyek

pembangunan infrastruktur oleh MP3EI :

1. Memangkas subsidi-subsidi untuk rakyat yang

dialihkan untu pembiayaan infrastruktur

2. Meningkatkan pendapatan Negara oleh pajak

dan

(30)

Draft RUU Kota

• Kebijakan Pembangunan Perkotaan :

1. mewujudkan kawasan yang layak huni, berdaya saing, dan bekelanjutan

2. mencakup pembangunan fisik, sosial dan ekonomi. 3. dilaksanakan berdasarkan kebijakan danbertahap,

terukur dan terintegrasi antar dan antara kawasan perkotaan megalopolitan, metropolitan, besar,

menengah, dan kecil strategi melalui mekanisme secara terencana

4. memperhatikan aspek geografis, demografis dan antropologis.

(31)

Draft RUU Kota

• Pengendalian Pengelolaan Perkotaan di

Provinsi, Kabupaten

• Permukiman Perkotaan :

1. Perumahan di kawasan perkotaan besar dan

metropolitan diarahkan ke arah

pembangunan secara vertikal

2. Kewajiban pelaku usaha atau lembaga

pendidikan yang memobilisasi sumber daya

manusia

(32)

Draft RUU Kota

• Manajemen Lingkungan Perkotaan

1. Standar baku mutu lingkungan perkotaan

2. Manajemen lingkungannya diarahkan sebagai kota hijau • Manajemen Transportasi Perkotaan

1. sistem transportasi terpadu meliputi pengaturan sistem transportasi darat, laut dan udara

2. sistem transportasi terpadu perkotaan sesuai dengan ukuran kawasan perkotaan

3. pemerintah daerah wajib mengendalikan dan menjamin ketersediaan prasarana dan sarana transportasi yang layak di kawasan perkotaan

(33)

Draft RUU Kota

• Manajemen Sosial Budaya Perkotaan

1. Kawasan perkotaan mengakui

keanekaragaman dan keterbukaan sosial

budaya, suku, golongan, ras dan agama

2. Sebagian dan atau seluruh bagian kawasan

perkotaan tidak diperkenankan adanya

exclusivisme untuk salah satu kelompok atau

(34)

Draft RUU Kota

Manajemen Lahan Perkotaan

1. Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan

untuk melakukan koordinasi dan fasiltasi

terhadap permukiman skala luas dengan

masyarakat dan swasta yang memiliki lahan luas

2. Untuk menstabilkan harga lahan di kawasan

perkotaan maka pemerintah membentuk

lembaga tertentu yang berwenang untuk

bertindak sebagai bank lahan untuk

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

dalam penyediaan permukiman perkotaan.

(35)

Draft RUU Kota

Manajemen Sektor Informal Perkotaan

1. Sektor informal dapat diselenggarakan di kawasan perkotaan dengan

pertimbangan memiliki peranan penting dalam memberikan sumbangan bagi pembangunan dan pendapatan perkotaan.

2. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menata dan menjamin ketersediaan lahan bagi kegiatan sektor informal yang layak di kawasan perkotaan

3. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memfasilitasi penyediakan sarana dan prasarana usaha serta sumber pembiayaan kegiatan sektor informal perkotaan, melalui pelibatan BUMN, perbankan, lembaga keuangan non bank, perorangan, serta swadaya kegiatan sektor informal perkotaan.

4. penataan kembali pasar tradisional untuk sebagian dialokasikan bagi kegiatan sektor informal perkotaan.

5. Sektor informal dalam penyelenggaraannya tidak mengganggu

kepentingan umum serta menjalankan aktifitasnya tidak ditempat-tempat yang seharusnya menjadi ruang public

(36)

Draft RUU Kota

Kawasan Perkotaan Di Atas Lahan Reklamasi Dan Lahan Tumbuh:

1. Pembangunan permukiman skala besar dalam

kawasan kawasan di atas lahan reklamasi dan lahan tumbuh dilaksanakan seiring dengan kemampuan pemerintah daerah untuk menyediakan jaringan infrastruktur utama wilayah.

2. Pembangunan permukiman skala besar dalam

kawasan kawasan di atas lahan reklamasi dan lahan tumbuh dilaksanakan seiring dengan kemampuan pemerintah daerah untuk menyediakan jaringan infrastruktur utama wilayah.

(37)

Mewujudkan Cita-Cita Kota di Masa

Depan

• Gambaran cita-cita masa depan kota dari dokumen KSPPN, MP3EI dan kehendak warga di tiga kota

memberikan ilustrasi perbedaan dalam memaknai masa depan kota.

• Apa yang diinginkan untuk kota di masa depan?

• Bagaimana kita menyusun langkah untuk mewujudkan masa depan kota.

• Perangkat apa yang diperlukan untuk mengatur

interpretasi yang berbeda tentang masa depan kota? Apkah Undang-undang baru tentang Kota menjadi

relevan dan bisa menjadi solusi? Atau kah perumusan masa depan kota perlu direview kembali?

(38)

Referensi

Dokumen terkait

Merujuk pada uraian-uraian pada latar belakang penelitian di atas, permasalahan utama yang dihadapi dalam penelitian ini adalah “Apakah layanan bimbingan dengan

Tingkat kompetensi yang dimiliki oleh seorang auditor sangat menentukan baik buruknya suatu kinerja mereka, begitupun dengan tuntutan dan tugas yang sangat besar

• This file contains binary position data saved in 32 bit floating point format precision. Use the fopen function to determine the machine format hint: [fname, mode, mformat]

lahir belum cukup bulan, lahir mati, l ahir hidup lalu mati umur ≤ 7 hari. c) Kehamilan kedua atau lebih, kehamilan terakhir janin mati dalam kandungan. Bahaya yang dapat terjadi

KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian terapi musik keroncong dan aromaterapi

Jagung hibrida yang pertama dilepas pada tahun 1983 adalah varietas C-1 oleh perusahaan benih swasta.. Pada sektor publik, Institut Pertanian Bogor adalah yang pertama kali

Pejabat Pengadaan Barang / Jasa Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

Pejabat Pengadaan Barang / Jasa Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten