• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak yang besar dalam kehidupan sosial masyarakat maupun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak yang besar dalam kehidupan sosial masyarakat maupun"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan suatu negara yang semakin berkembang akan menuntut penyediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Pembangunan SDM menjadi sangat penting karena manusia merupakan unsur paling krusial dalam suatu komunitas atau organisasi. Karena manusia lah timbul berbagai inovasi sehingga suatu komunitas atau organisasi dapat berkembang (Ruhana, 2012). Dengan demikian, kualitas pembangunan manusia yang rendah tentu akan memberikan dampak yang besar dalam kehidupan sosial masyarakat maupun pembangunan nasional.

Pembangunan manusia adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan memberi masyarakat lebih banyak pilihan. Pandangan pembangunan ini jauh melampaui konsepsi pembangunan manusia sebagai proses ekspansi ekonomi jangka panjang (Arsyad, 2010). Manusia menjadi titik fokus pembangunan dalam konsep ini, sementara pembangunan berfungsi sebagai sarana untuk mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu, pembangunan harus diperhatikan dan dipahami.

Dalam meningkatkan kualitas pembangunan manusia terdapat beberapa masalah, salah satunya ialah disparitas atau kesenjangan kualitas pembangunan manusia antar negara. Terjadinya disparitas kualitas pembangunan manusia antar wilayah menyebabkan terjadinya perbedaan kualitas hidup maupun kualitas pembangunan antar wilayah.

(2)

2 Peningkatan kualitas pembangunan manusia merupakan salah satu permasalahan antar negara di ASEAN (Association of Southeast Asian Nations). Berdasarkan piagam ASEAN, salah satu tujuan ASEAN adalah Untuk meningkatkan kesejahteraan dan mata pencaharian masyarakat ASEAN dengan memberi mereka akses yang adil ke peluang untuk pembangunan manusia, kesejahteraan sosial, dan keadilan (UNDP, 2014). Tujuan ini diperkuat dengan disusunnya visi komunitas ASEAN 2025 dimana ASEAN bertekad untuk membangun dan memperdalam proses integrasi untuk mewujudkan komunitas ASEAN yang berbasis aturan, berorientasi pada rakyat, berpusat pada rakyat, dalam rangka meningkatkan standar kehidupan masyarakat, sesuai dengan tuntunan piagam ASEAN (ASEAN, 2015).

Terjadinya disparitas kualitas pembangunan manusia dapat ditunjukkan melalui Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM). HDI diciptakan untuk menggaris bawahi bahwa manusia dan kemampuannya adalah faktor terpenting untuk menilai pembangunan suatu negara. (UNDP, 2020). HDI merupakan ukuran deskriptif kuantitatif yang terdiri dari tiga dimensi utama, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi (Asang, 2019). Berikut merupakan perkembangan HDI di ASEAN :

(3)

3 Sumber : UNDP, 2020

Gambar 1.1. Perkembangan Human Development Index (HDI) Negara – Negara di ASEAN Tahun 2014 – 2019

UNDP (2019) membagi capaian HDI suatu negara ke dalam empat klasifikasi. Klasifikasi tersebut antara lain 1) Very High Human Development, HDI ≥ 0,800; 2) High Human Development, 0,700 ≤ HDI < 0,799; 3) Medium

Human Development, 0,550 ≤ HDI < 0,699; dan 4) Low Human Development:

HDI < 0,550. Berdasarkan Gambar 1.1. terjadi peningkatan rata – rata nilai IPM di ASEAN dari 0,7072 pada 2014, menjadi 0,7293 pada 2019. Selain itu, selama periode 2014 – 2019 HDI tertinggi selalu dicapai oleh negara Singapura. Sementara capaian HDI terendah pada tahun 2014 – 2017 dan tahun 2019 dicapai oleh Myanmar, sedangkan pada tahun 2018 dicapai oleh Kamboja. Kedua negara tersebut memiliki nilai HDI yang tidak jauh berbeda, sehingga dua negara dengan HDI terendah di ASEAN diperoleh kedua negara tersebut.

2014 2015 2016 2017 2018 2019 Terendah 0.558 0.565 0.571 0.577 0.581 0.583 Tertinggi 0.928 0.929 0.933 0.934 0.935 0.938 Rata-Rata 0.7072 0.7118 0.7161 0.7201 0.723 0.7293 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 IN D EK S P EM B A N G U N A N M A N U S IA

(4)

4 HDI terendah di ASEAN pada tahun 2014, yaitu sebesar 0,558 yang masuk dalam klasifikasi medium human development (sedang). Sedangkan HDI tertinggi dengan nilai HDI sebesar 0,928 masuk dalam klasifikasi very high human

development (sangat tinggi). Kemudian, pada tahun 2019, nilai HDI terendah

sebesar 0,583 masih termasuk dalam klasifikasi medium human development (sedang). Sedangkan, nilai HDI tertinggi, yaitu sebesar 0,938 termasuk dalam klasifikasi very high human development (sangat tinggi). Dari data tersebut dapat ditunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang cukup besar antara capaian HDI di ASEAN sehingga capaian HDI terendah dan tertinggi di ASEAN masuk dalam dua klasifikasi yang berbeda, yaitu medium human development (sedang) dan very

high human development (sangat tinggi).

Adanya perbedaan klasifikasi capaian HDI antar negara di ASEAN menunjukkan terjadinya disparitas kualitas pembangunan manusia yang pada akhirnya menunjukkan disparitas pembangunan. Pembangunan didefinisikan sebagai sebuah proses perbaikan berkelanjutan dari sebuah peradaban atau sistem sosial secara keseluruhan menuju keberadaan yang lebih (Todaro, 2014). Pembangunan ini meliputi seluruh bagian kehidupan bangsa secara utuh, terarah, bertahap, dan berkelanjutan, termasuk komponen ekonomi, sosial, budaya, politik, dan pertahanan keamanan. Tujuannya adalah untuk mendorong berkembangnya kemampuan nasional guna mencapai kesetaraan dengan bangsa yang lebih maju.

Terdapat banyak penelitian yang berkaitan dengan disparitas pembangunan manusia serta faktor – faktor yang mempengaruhinya. Menurut penelitian Supadi dan Pudjianto (2011) yang meneliti disparitas kualitas sumber daya manusia

(5)

5 (SDM) di Jawa Tengah, terjadi disparitas antar Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang dapat dilihat melalui tidak meratanya level IPM. Penelitian lainnya menunjukkan terjadinya disparitas pembangunan manusia antar kabupaten/kota di Punjab, Pakistan, yang dapat ditunjukkan oleh Inequality Human Development

Index (IHDI) (Attary & Chaudhary, 2015). Sementara dengan menggunakan

Indeks Williamson, Evianto (2010) menemukan terjadinya disparitas pembangunan manusia yang cukup tinggi antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat.

Capaian pembangunan manusia pada dasarnya ditentukan oleh banyak faktor dan indikator pembangunan, baik secara ekonomi, sosial, maupun politik. Hal ini dikarenakan pembangunan manusia merupakan tujuan akhir pembangunan, sementara indikator – indikator pembangunan merupakan sarana untuk mencapai tujuan akhir tersebut. Secara ekonomi, pembangunan manusia ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi dan inflasi, yang keduanya berkaitan erat dengan kapabilitas ekonomi masyarakat dalam mengakses sumber daya. Pertumbuhan ekonomi akan menjamin peningkatan pendapatan masyarakat, sehingga masyarakat dapat mengakses sumber daya yang lebih baik. Tetapi, hal ini dapat dihambat dengan adanya inflasi, karena inflasi akan menurunkan kemampuan masyarakat untuk mengakses sumber daya.

Pembangunan manusia juga diukur melalui derajat kebebasan manusia dalam mengakses sumber daya, terutama kebebasan ekonomi dan kebebasan politik. Hal ini tentunya berkaitan dengan peranan pemerintah sebagai pengatur pengelolaan sumber daya. Kebebasan ekonomi masyarakat menunjukkan sejauh

(6)

6 mana masyarakat dapat mengakses sumber daya dan hambatan apa yang dihadapi masyarakat dalam mengakses sumber daya. Sementara kebebasan politik diukur melalui efektivitas pemerintah dalam melayani masyarakat untuk mengakses sumber daya.

Menurut Maqin dan Sidharta (2017), pertumbuhan ekonomi dan sumber daya manusia memiliki hubungan keterkaitan dan saling ketergantungan, karena pertumbuhan ekonomi yang rendah akan mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia. Dalam penelitian lainnya, Feriyanto (2016), menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu faktor penentu upah minimum. Sehingga peningkatan upah minimum akan meningkatkan daya beli seseorang untuk memenuhi kebutuhannya.

Selama periode 2014 hingga 2019, rata – rata pertumbuhan ekonomi di ASEAN mengalami fluktuasi, yang berkisar antara 4% hingga 5% (World Bank, 2020a). Pada tahun 2014, rata – rata pertumbuhan ekonomi di ASEAN adalah sebesar 4,85 % dan mengalami peningkatan pada tahun 2015 menjadi 5%. Rata – rata pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan pada tahun 2016 menjadi 4,68% namun kembali mengalami peningkatan pada tahun 2017 menjadi 5,44%. Peningkatan ini tidak bertahan lama karena pada tahun 2018 hingga 2019 rata – rata pertumbuhan ekonomi terus mengalami penurunan, sehingga pada 2019 rata – rata pertumbuhan ekonomi di ASEAN adalah sebesar 4,39%.

Selain pertumbuhan ekonomi, inflasi merupakan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kualitas pembangunan manusia. Menurut Wibowo (2017), inflasi merupakan indikator yang mengukur tingkat kenaikan harga. Inflasi yang tinggi

(7)

7 mengindikasikan akselerasi ekonomi yang relatif cepat, namun inflasi yang tinggi pada akhirnya juga akan menurunkan daya beli masyarakat sehingga pendapatan masyarakat akan menurun. Dalam studi lainnya, Ogbebor et al. (2020) menyebutkan bahwa peningkatan inflasi akan menyebabkan penurunan standar hidup. Hal ini diakibatkan karena peningkatan inflasi akan menurunkan kemampuan seseorang untuk memperoleh kebutuhan dasar, sehingga kecenderungan konsumsi akan menurun.

Rata – rata inflasi di negara ASEAN selama periode 2014 – 2019 mengalami fluktuasi yang berkisar antara 1% hingga 3% (World Bank, 2020c). Pada tahun 2014 rata – rata inflasi di ASEAN mencapai 3,28% yang kemudian mengalami penurunan pada 2015 menjadi 1,98%. Kemudian pada tahun 2016 hingga tahun 2018 rata – rata inflasi di ASEAN terus mengalami peningkatan sehingga pada tahun 2018 rata – rata nya sebesar 2,67%. Rata – rata ini kembali turun pada tahun 2019 dimana rata – rata inflasi mencapai 2,4%.

Selain indikator ekonomi indikator sosial seperti ukuran kebebasan dan efektivitas merupakan faktor penting lainnya yang dapat mempengaruhi pembangunan manusia. Menurut Suparyati (2014), kebebasan ekonomi (economic

freedom) dapat menjadi suatu ukuran kesejahteraan suatu negara. Kebebasan

ekonomi mencerminkan upaya pemerintah dalam meminimalisir kontrol dan menyediakan dukungan yang kondusif terhadap hak kepemilikan pribadi. Sejalan dengan hal tersebut, Nikolaev (2014) menyebutkan bahwa kebebasan ekonomi memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas hidup melalui berbagai dimensi kesejahteraan lainnya. Sebagai contoh, kebebasan ekonomi akan

(8)

8 memperluas jaringan sosial, mendorong masyarakat untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, maupun mencegah seseorang untuk melakukan tindakan kriminalitas.

Berdasarkan nilai rata – rata indeks kebebasan ekonomi (economic freedom

index), kebebasan ekonomi di ASEAN selama periode 2014 hingga 2019 terus

mengalami peningkatan (Heritage Foundation, 2020). Pada tahun 2014 rata – rata indeks kebebasan ekonomi mencapai nilai 61,9 dan meningkat sebanyak 4,1 poin hingga 2019 menjadi 66. Walaupun pada kenyataannya, di beberapa negara ASEAN tidak seluruh negara selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya, melainkan terjadi fluktuasi. Seperti Indonesia yang pada tahun 2014 indeks kebebasan ekonominya sebesar 59, namun pada tahun 2015 terjadi penurunan sehingga nilai indeks nya menjadi 58 dan tetap stagnan di tahun 2016 dengan nilai yang sama. Meskipun demikian secara rata – rata, di ASEAN terjadi perbaikan indeks kebebasan ekonomi.

Dalam menentukan capaian pertumbuhan ekonomi, inflasi, maupun kebebasan ekonomi, diperlukan peranan pemerintah untuk menentukan serta mengatur strategi maupun kebijakan mana yang tepat untuk diterapkan. Menurut Keser (2017), pemerintah memiliki peranan untuk meminimalisir konflik yang muncul akibat adanya kekurangan maupun kesenjangan antar rumah tangga maupun komunitas. Dalam hal ini pemerintah memiliki peran untuk mendistribusikan sumber daya yang ada secara merata kepada seluruh masyarakat. Sementara menurut Davis (2016), pemerintahan yang baik dan efektif dibutuhkan untuk mengatasi masalah pembangunan manusia, karena

(9)

9 pemerintahan dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan dan bagaimana keputusan tersebut di implementasikan.

Selama periode 2014 hingga 2019, rata – rata nilai indeks efektivitas pemerintah (government effectiveness) di ASEAN mengalami fluktuasi (World

Bank, 2020b). Pada tahun 2014, indeks efektivitas pemerintah di ASEAN

mencapai nilai indeks 0,14 dan mengalami penurunan pada tahun 2015 menjadi 0,11. Capaian ini kembali mengalami peningkatan pada tahun 2016 menjadi 0,15, namun kembali mengalami penurunan tahun berikutnya menjadi 0,14. Pada tahun 2017, rata – rata nilai indeks mengalami peningkatan drastis menjadi 0,32. Peningkatan ini tidak bertahan lama karena pada tahun 2019 rata – rata indeks efektivitas pemerintah kembali mengalami penurunan yang cukup signifikan menjadi 0,14.

Berdasarkan uraian mengenai variabel pertumbuhan ekonomi, inflasi, indeks kebebasan ekonomi (economic freedom), dan indeks efektivitas pemerintah (government effectiveness) dapat disimpulkan bahwa nilai seluruh variabel tersebut berfluktuasi selama periode 2014 hingga 2019. Fluktuasi variabel – variabel tersebut tentu saja akan mempengaruhi capaian pembangunan manusia, karena variabel – variabel tersebut berhubungan secara langsung terhadap kemampuan manusia dalam mengakses sumber daya. Oleh sebab itu, berangkat dari uraian tersebut maka penulis tertarik mengkaji lebih lanjut untuk dituangkan dalam sebuah skripsi dengan judul “Analisis Disparitas Kualitas Pembangunan Manusia Antar Negara di ASEAN”.

(10)

10 1.2. Rumusan Masalah

Human Development Index (HDI) merupakan indikator kualitas

pembangunan manusia. Berdasarkan klasifikasi HDI, nilai HDI tertinggi dan terendah di ASEAN dari tahun 2014 – 2019 terbagi dalam dua klasifikasi yang berbeda, yaitu kelompok very high human development dan klasifikasi medium

human development. Selain itu, berdasarkan Gambar 1.1., pada tahun 2019 selisih

HDI tertinggi dan terendah di ASEAN adalah sebesar 0,355. Terdapatnya perbedaan yang cukup besar antara nilai HDI di ASEAN menunjukkan terjadinya ketimpangan pembangunan manusia antar negara di ASEAN.

Berdasarkan data – data yang disediakan oleh World Bank dan Heritage

Foundation, pertumbuhan ekonomi, inflasi, indeks kebebasan ekonomi, serta

efektivitas pemerintah di negara – negara ASEAN mengalami fluktuasi selama periode 2014 – 2019. Sementara nilai HDI di ASEAN selama periode tersebut terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Secara teoritis, peningkatan keempat variabel tersebut tentu akan meningkatkan capaian pembangunan manusia. Sebaliknya, penurunan maupun fluktuasi dari variabel – variabel tersebut tentunya akan menurunkan capaian pembangunan manusia. Dalam hal ini, berdasarkan data – data tersebut, fluktuasi dari keempat variabel tersebut tidak menyebabkan terjadinya penurunan nilai HDI.

Maka berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:

(11)

11 1. Bagaimana tingkat disparitas kualitas pembangunan manusia antar negara di

ASEAN

2. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi capaian kualitas pembangunan manusia pada negara – negara di ASEAN

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui dan menganalisis tingkat disparitas kualitas pembangunan manusia antar negara anggota ASEAN.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi capaian kualitas pembangunan manusia pada negara – negara di ASEAN.

1.4. Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Secara Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi secara ilmiah terutama terhadap kajian mengenai disparitas pembangunan dan kualitas pembangunan manusia. Disparitas pembangunan manusia merupakan salah satu masalah makro ekonomiyang kerap menjadi perhatian di negara sedang berkembang (NSB), sehingga diharapkan kajian ini dapat menjadi referensi baru bagi penelitian - penelitian selanjutnya.

(12)

12 2. Secara Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan serta pertimbangan bagi para pemaku kepentingan terutama pemerintah negara– negara ASEAN, khususnya Indonesia dalam merumuskan kebijakan untuk meningkatkan kualitas pembangunan manusia dan menurunkan disparitas pembangunan.

Gambar

Gambar 1.1.  Perkembangan  Human  Development  Index  (HDI)  Negara  –  Negara di ASEAN Tahun 2014 – 2019

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang cenderung dihadapi oleh pemerintah maupun masyarakat dalam kaitannya dengan pemanfaatan sumberdaya air meliputi ; (1) adanya kekeringan di musim kemarau

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Jurusan Akuntansi, Universitas Katolik Soegijapranata

Augmented reality tidak memberi solusi pada masalah penglihatan para pengguna sehingga AR lebih berada pada posisi mempertahankan persepsi penuh terhadap realitas

Besarnya pengaruh pola pemahaman dan pemikiran Syaikh Nawawi Al-Bantani terhadap para tokoh ulama di Indonesia, sehingga beliau dapat dikatakan sebagai poros dari

Wawancara yang kedua yaitu dengan subjek berinisial DS (20), pada subjek kedua ini masalah yang muncul tidak berbeda jauh dari subjek pertama, suami subjek

Abstrak: Program Iptek bagi Masyarakat (I b M) merupakan salah satu skema pengabdian masyarakat dari Kemenristek Dikti yang dilaksanakan di SLBN Pembina Provinsi

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan