ANALISIS SEMIOTIKA KOMIK SEBAGAI MEDIA KRITIK SOSIAL (Studi Semiotik Komik Lucunya Hidup Ini di Line Webtoon)
Rofi’ah Nurlita Hidayah
Adolfo Eko Setyanto
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Sebelas Maret
Abstract
The comic is a kind of art that was formed by static pictures and arranged in such a storyline which builds a story. As the developments of technology, the comic is no longer limited to printed form but also can be accessed by digital media such as mobile application named Line Webtoon. By using that application, we can read the comics published by the creators who come from different countries with many varieties of genres. As a visual product, comics could be utilized as a medium for conveying information. The information conveyed varies, including social criticism. In this research, the author decided to choose one from many comics from Line Webtoon called Lucunya Hidup Ini.
The goals of this research are to identify, describe, and analyze the symbolic messages about social criticism which contained in Lucunya Hidup Ini comic on Line Webtoon. The author chooses the qualitative method on this research specifically semiotic analysis method by Roland Barthes. The required data is collected from five episodes of Lucunya Hidup Ini comic and combined with other data from books and journals to help the author read the sign or symbol.
The expected outcome from the research on Lucunya Hidup Ini comic are criticism on life style, stereotypes, attention from parent to their children, beggar’s life, and labelling phenomena. Social criticism contained in Lucunya Hidup Ini could be the reflection of our society.
Pendahuluan
Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar–gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Gambar dalam hal ini, menggambar sebuah karakter kartun (karakter bisa merupakan seseorang, binatang, tumbuhan ataupun suatu objek benda mati). Eisner (dalam Darmawan, 2005: 242) mengemukakan bahwa komik adalah
sequential arts, seni sekuens. Komik merupakan susunan gambar dan kata-kata untuk menceritakan sesuatu atau mendramatisasi suatu ide. Dengan sekuens/pengurutan, narasi (dengan atau tanpa teks) terbangun.
Sebagai produk visual, komik juga memiliki fungsi sebagai media dalam menyampaikan informasi. Komik sebagai media komunikasi, mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang luar biasa sehingga sering digunakan untuk berbagai macam tujuan (Setiawan, 2002: 21). Mochtar Lubis (dalam Boneff, 1998:99) berpendapat bahwa komik adalah salah satu alat komunikasi massa yang memberi pendidikan, baik untuk kanak-kanak maupun untuk orang dewasa. Dengan sasaran yang tersegmentasi, komik dapat merengkuh perhatian dan mengantarkan pesan yang dimilikinya.
Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku tersendiri.
Melalui aplikasi Line Webtoon, kita bisa membaca komik yang diterbitkan oleh komikus (sebutan untuk pembuat komik) Indonesia maupun luar negeri dengan berbagai genre, antara lain romantis, drama, fantasi, komedi, thriller, horor, dan slice of life. Masing-masing komik memiliki karakter dan isi yang berbeda-beda, berdasarkan apa yang ingin disamapikan oleh komikus kepada pembaca, bisa untuk menghibur, memberi informasi, bahkan kritik.
Salah satu komik yang terbit di Line Webtoon ini yang akan diteliti oleh peneliti, berjudul Lucunya Hidup Ini.Webtoon Lucunya Hidup Ini (selanjutnya ditulis LHI) tersebut merupakan salah satu komik yang terbit di Line Webtoon dengan genreslice of life. Seperti namanya, genre slice of life ini berisi komik-komik yang menceritakan sisi-sisi kehidupan sehari-hari.
Alasan peneliti memilih webtoon LHI adalah karena dalam webtoon ini bukan hanya menghibur pembaca, tetapi juga mendidik sekaligus mengkritik. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari tujuan utama komik itu sendiri yaitu sebagai wahana kritik sosial.
Kritik sosial adalah sebagai masukan untuk menyegarkan kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan (Rendra, 2001:15). Kritik menentukan nilai kenyataan yang dihadapinya. Kata kritik berasal dari bahasa Yunani Krinein, artinya memisahkan atau memerinci. Dalam kenyataan yang dihadapinya, seseorang membuat pemisahan, perincian, antara nilai dan yang bukan nilai, arti dan yang bukan arti, baik dan jelek, kata-kata yang terakhir ini harus ditangkap dalam arti yang seluas-luasnya; jadi, tidak melulu dalam arti susila. Kritik adalah penilaian atas nilai. (Kwant, dalam Sobur, 2001:195).
Dalam menyampaikan kritik sosial, komik LHI menggunakan simbol-simbol yang memiliki makna tersembunyi, sehingga jika dibaca sekilas, pembaca akan sulit memahami maknanya.
Alasan kedua peneliti memilih LHI, yaitu komik LHI dalam Line Webtoon sudah disukai sebanyak 2,1 juta per Januari 2018, di-subscribe oleh 337.071 pengguna per Januari 2018, serta mendapar rating 9,26.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah
di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana makna
pesan simbolik tentang kritik sosial yang terdapat dalam komik Lucunya Hidup Ini di Line Webtoon?”
Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Komunikasi
Dalam penelitian ini, komunikasi yang terjadi ialah komunikasi massa. Werner J. Severin dan W. Tankard Jr. (dalam Effendi, 1995:21-25) menjelaskan bahwa komunikasi massa memiliki ciri-ciri khusus yang disebabkan oleh sifat-sifat komponennya yaitu proses komunikasinya bersifat satu arah, komunikatornya melembaga, pesan yang disampaikan bersifat umum, menimbulkan keserempakan dan audiensnya heterogen.
Dalam penelitian ini, komikus LHI berlaku sebagai komunikator dan pembaca sebagai komunikan.Seperti uraian di atas, komunikasi yang terjadi bersifat satu arah, artinya komunikasi dilakukan oleh komikus yang mengirimkan pesan kepada pembaca melalui karya komiknya. Sementara channel atau media yang digunakan ialah aplikasi atau laman Webtoon Indonesia.
2. Komik sebagai Media Komunikasi
Media komunikasi adalah alat – alat perantara dalam proses penyampaian isi pernyataan (message) dari komunikator sampai kepada komunikan atau proses penyampaian umpan balik (feedback) dari komunikan sampai kepada komunikator. Media komunikasi yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari – hari seperti leaflet, selebaran, spanduk, baliho,
billboard, poster, suratkabar,buletin, majalah, radio, televisi, dan film. (Cangara, 2010:127)
Komik yang tersusun dari gambar-gambar baik menggunakan teks maupun tidak, yang ditata dengan memanfaatkan ruang dalam media sehingga mengandung suatu alur cerita bisa difungsikan sebagai media komunikasi kepada pembacanya. Seperti pendapat Boneff (dalam Maharsi, 2011:4) bahwa pada intinya komik adalah bentuk lahir dari hasrat manusia utnuk menceritakan pengalamannya melalui bentuk dan tanda. Komik menjadi media komunikasi visual yang memiliki kekuatan untuk menyampaikan informasi secara populer dan mudah dimengerti. Hal ini dikarenakan perpaduan gambar dan teks yang menjadi kekuatan komik.
3. Jenis-jenis Komik
a. Berdasarkan Bentuknya
Dalam buku Komik: Dunia Kreatif Tanpa Batas karya Indiria Maharsi komik dibedakan menjadi:
1) Komik strip
Komik strip adalah komik yang terdiri dari beberapa panel saja dan biasanya muncul di surat kabar ataupun majalah. Namun, saatdi era digital seperti saat ini, komik strip dapat dijumpai di berbagai media sosial.
2) Buku komik (comic book)
Buku komik adalah komik yang disajikan dalam bentuk buku yang tidak merupakan bagian dari media cetak lainnya. Kemasan buku komik ini lebih menyerupai majalah dan terbit secara rutin.
3) Novel Grafis
Istilah novel grafis pertama kali dikenalkan oleh Will Eisner. Bedanya novel grafis dengan komik lainnya ialah pada tema-tema yang lebih serius dengan panjang cerita yang hampir sama dengan novel dan ditujukan bagi pembaca yang bukan anak-anak.
4) Komik Kompilasi
Komik kompilasi merupakan kumpulan dari beberapa judul komik dari beberapa komikus yang berbeda. Cerita yang terdapat dalam komik kompilasi ini bisa tidak berhubungan sama sekali, namun ada juga penerbit yang memberikan tema yang sama walaupun dengan cerita yang berbeda.
5) Komik online (web comic)
Web comic adalah komik yang menggunakan media internet dalam publikasinya. Komik ini muncul seiring dengan munculnya cyberspace
di dunia teknologi komunikasi. b. Berdasarkan Jenis Cerita
1) Komik edukasi
Komik edukasi ialah komik yang berfungsi sebagai edukasi. Perkembangan komik yang dahulu dipandang memberikan pengaruh negatif dan tidak mengandung unsur edukasi sama sekali, kini justru menjadi hal yang penting dalam dunia pendidikan kita.
2) Komik promosi (komik iklan)
Komik promosi adalah komik yang dibuat untuk keperluan promosi produk.Komik promosi biasanya bercerita satu halaman tamat. Jika dulu komik promosi bisa kita jumpai di koran atau majalah, sekarang di era digital ini banyak beredar komik promosi di media sosial. 3) Komik wayang
Komik wayang ialah komik yang bercerita tentang cerita wayang, baik Mahabharata maupun Ramayana.
4) Komik Silat
Komik silat merupakan komik yang isinya didominasi oleh laga dan pertarungan. Komik silat dipengaruhi oleh daerah atau negara yang memproduksi, karena disesuaikan dengan negara tersebut.
4. Pengertian Kritik Sosial
Kritik adalah pernyataan tidak menyetujui, menentang, menyangkal, dan sebagainya. Kata sosial disini merupakan kehidupan masyarakat. Jadi, kritik sosial adalah pernyataan atau ungkapan tidak menyetujui terhadap kehidupan sosial masyarakat.
Kritik sosial menunjukkan ketertarikannya untuk mengemukakan adanya suatu bentuk penindasan sosial dan mengusulkan suatu pengaturan
kekuasaan (power arrangement), dalam upaya mendukung emansipasi dan mendukung terwujudnya masyarakat yang lebih bebas dan lebih terpenuhi kebutuhannya (a freer and more fulfilling society). Memahami adanya penindasan menjadi langkah pertama untuk menghapus ilusi dan janji manis yang diberikan suatu ideologi atau kepercayaan dan mengambil tindakan untuk mengatasi kekuasaan yang menindas (Morissan, 2013:56)
Kritik sosial merupakan suatu upaya yang dilakukan seseorang untuk memberikan penilaian terhadap kenyataan atau masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Kenyataan sosial yang dikritik adalah kenyataan sosial yang dianggap menyimpang dalam suatu masyarakat dalam kurun waktu tertentu.
Menurut Abdulsyani (2012: 183), masalah sosial bisa muncul karena nilai-nilai atau unsur-unsur kebudayaan pada suatu waktu mengalami perubahan sehingga menyebabkan anggota-anggota masyarakat merasa terganggu atau tidak lagi dapat memenuhi kebutuhannya melalui kebudayaan itu.
5. Komik sebagai Media Kritik
Pada saat ini kartun adalah gambar yang bersifat dan bertujuan sebagai humor satir. Jadi, kartun tidak hanya merupakan pernyataan rasa seni untuk kepentingan seni semata-mata, melainkan mempunyai maksud melucu, bahkan menyindir dan mengkritik (Wijana, 2003: 4). Humor sendiri dibagi atas dua bagian, humor kering dan humor segar. Humor kering biasanya dilancarkan untuk menyindir atau bahkan menghina pihak lawan bicara, sedangkan humor segar benar-benar demi menyenangkan hati pihak lawan bicara (Wibowo, 2002: 141).
Dalam jurnal Comic Strips: Media Kritik Sosial disebutkan bahwa komik dan karikatur merupakan sarana yang sangat efektif untuk menyampaikan kritik terhadap otoritas maupun perubahan-perubahan nilai yang terjadi pada masyarakat. Komik dikatakan efektif karena pesan yang dibungkus dalam kemasan kartun humor ini ternyata mampu menyamarkan "ke-ekstrim-an" suatu kritik tanpa mengurangi bobot isinya.
Kemampuan komik dan karikatur untuk mempengaruhi massa ternyata tidak hanya sebatas pada tingkat intelektualitas pembaca dalam mencermati kondisi sosial yang terjadi di sekitarnya. Namun lebih jauh lagi mampu pula mempengaruhi budaya suatu masyarakat. Kebudayaan dan latar belakang
sosial suatu daerah yang tidak mendapatkan perhatian dari masyarakatnya sendiri merupakan suatu pemicu timbulnya kritik sosial.
6. Pengertian Semiotika
Semiotika menurut Roland Barthes ialah ilmu mengenai bentuk (form). Studi ini mengkaji signifikasi yang terpisah dari sisinya (content). Semiotika tidak hanya meneliti mengenai signifier dan signified, tetapi juga hubungan yang mengikat mereka, tanda yang berhubungan secara keseluruhan.1
Pada penelitian ini alasan peneliti menggunakan analisis semiotika adalah adanya signifikasi tanda-tanda dan simbol-simbol untuk memvisualisasikan pesan yang ingin disampaikannya, sehingga apabila membaca komik ini sepintas, agak susah untuk menangkap makna dan menghubungkannya dengan konteks tertentu.
Dalam melakukan analisis, peneliti menggunakan analisis semiotika dari Roland Barthes. Teknik analisa semiotika Roland Barthes menurut peneliti lebih cocok digunakan dalam penelitian ini karena lebih mengarah ke penelitian semiotika sosial.
Konsep dasar semiotik Roland Barthes berangkat dari strukturalisme Saussure. Konsep penanda-petanda Saussure tersebut dikembangkan oleh Barthes dengan membagi sistem pertandaan menjadi dua tingkatan yang memungkinkan untuk dihasilkan makna yang juga bertingkat-tingkat, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. (Barthes, 1983: 108).
Sistem denotasi adalah sistem pertandaan tingkat pertama, yang terdiri dari rantai penanda dan petanda, yakni hubungan materialitas penanda atau konsep abstrak di baliknya. Denotasi merupakan makna yang dikenal secara umum, eksplisit, langsung, dan pasti. Pada sistem konotasi, atau sistem penandaan tingkat kedua, rantai penanda/petanda pada sistem denotasi menjadi penanda, dan seterusnya berkaitan dengan petanda yang lain pada rantai pertandaan lebih tinggi. Konotasi mengandung makna yang bersifat implisit dan tersembunyi, atau makna baru yang diberikan dengan menghubungkan petanda-petanda dengan aspek kebudayaan yang lebih luas, kebudayaan-kebudayaan, siap berangkat kerja, dan ideologi-ideologi,suatu formasi sosial tertentu.
1
Oleh Barthes, istilah signifiant (penanda) menjadi ekspresi dan signifie
(petanda) menjadi isi. Namun, Barthes mengatakan bahwa antara ekspresi dan isi harus ada relasi tertentu sehingga membentuk tanda (sign). Setiap tanda selalu memperoleh pemaknaan awal yang dikenal dengan istilah denotasi yang menjadi sistem primer. Kemudian pengembangansistem primer ke arah ekspresi atau ke arah isi disebut sistem sekunder. (Hoed dkk, 2004:17).
Dalam menafsirkan makna yang terkandung dalam beberapa episode komik Lucunya Hidup Ini penulis mengacu pada bagan oleh Roland Barthes sebagai berikut:
1. Signifier (Penanda)
2. Signified (Petanda) 3. Denotative Sign (Tanda Denotatif)
4. CONOTATIVE SIGNIFIER (PETANDA KONOTATIF)
5. CONOTATIVE SIGNIFIED (PETANDA KONOTATIF) 6. CONOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF)
Bagan 1 Peta Tanda Roland Barthes (Sumber: Sobur, 2004; 69)
Berdasarkan gambar di atas Barthes, signifikasi tahap pertama merupakan hubungan penanda dan petandayang kemudian disebut sebagai tanda denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai kebudayan atau ideologinya, di mana makna menjadi implisit. Dengan kata lain, denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap suatu objek. Sedangkan konotasi adalah bagaimana menggambarkannya.
Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos (myth). Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos merupakan produk kelas sosial yang mempunyai suatu dominasi. Mitos primitif, misalnya mengenai hidup dan mati, manusia dan dewa, dan sebagainya. Sedangkan mitos masa kini misalnya mengenai feminitas, maskulinitas, ilmu pengetahuan, dan kekerasan (Fiske : 1990, 88).2
2
Mitos dalam pemahaman Barthes adalah pengkodean makna dan nilai-nilai sosial sebagai suatu yang dianggap alamiah. Menurut Barthes, mitos adalah sebuah kisah (story) yang melaluinya sebuah budaya menjelaskan dan memahami beberapa aspek dari realitas. Mitos membantu kita untuk memaknai pengalaman-pengalaman kita dalam satu konteks budaya tertentu.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Metode kualitatif digunakan untuk menganalisis berbagai masalah ilmu sosial humaniora seperti: demokrasi, ras, gender, kelas, negara bangsa, globalisasi, kebebasan, dan masalah-masalah kemasyarakatan pada umumnya. Metode ini sesuai dengan apa yang penulis teliti yaitu mengenai kritik sosial masyarakat dalam media komik
Lucunya Hidup Ini.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metodologi analisis semiotika. Semiotika adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda, seperti bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya.
Sementara tanda itu sendiri berarti sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dianggap mewakili sesuatu yang lain (Eco, 1979: 16 dalam Sobur 2004: 95). Secara terminologis, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, dan seluruh kebudayaan sebagai tanda (Eco, 1979: 16 dalam Sobur, 2004: 95).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis semiotika dari Roland Barthes dengan signifikasi dua tahap (two order of significations) untuk mendapatkan pemahaman yang optimal. Di mana pada tahap pertama merupakan hubungan antara penanda dan petanda dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal yang disebut denotasi. Pada tahap kedua yaitu konotasi, yang menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan dan emosi dari pembaca serta nilai-nilai kebudayaan atau ideologi.
Sajian dan Analisis Data
A. Episode 403 (Kepastian)
Gambar 1 Episode 403 komik Lucunya Hidup Ini di Line Webtoon dengan judul
“Kepastian”
Episode “Kepastian” di atas menggambarkan dua orang laki-laki
sedang duduk bersebelahan dan mengobrol. Laki-laki berbaju cokelat lengan panjang memangku wajah di atas tangan yang ia sandarkan di atas meja,
sambil berucap, “Pusing gue, Tom.” Sementara laki-laki lainnya berbaju
pendek warna kuning yang rupanya dipanggil Tom tersebut menjawab, “Kenapa lagi dah lu?”
Laki-laki berbaju cokelat tampak gelisah dan menceritakan bahwa kekasihnya yang bernama Bella mulai menanyakan kepastian hubungan mereka berdua.Laki-laki berbaju cokelat tersebut merasa belum siap karena merasa penghasilannya belum cukup sementara menurutnya biaya nikah lumayan mahal. Kemudian temannya yang berbaju kuning, Tom yang rupanya
juga belum menikah, menyarakan kalau hal seperti itu harus dibicarakan berdua bersama pasangan agar sama-sama memahami keadaan. Namun laki-laki berbaju cokelat tersebut bimbang kalau justru nanti kekasihnya, Bella tidak mau memahami keadaannya. Tom pun mengingatkannya bahwa mungkin saja Bella seperti itu juga ada alasannya, seperti tuntutan keluarga. Laki-laki berbaju cokelat pun mengatakan kalau memang orang tua Bella sudah pensiun sementara Bella harus membiayai adiknya sekolah dan kuliah. Tom pun menenangkan kawannya itu kalau Bella baru meminta kepastian bukannya minta untuk dinikahi minggu depan. Laki-laki berbaju cokelat tersebut pun merasa tidak terlalu khawatir dan menganggap dirinya terlalu skeptis (ragu-ragu, kurang percaya). Tom pun menambahi, “Dan satu lagi, cuy. Biaya nikah itu ga mahal.Yang mahal itu gengsinya.”
Kedua tokoh dalam episode di atas menggambarkan fenomena dalam masyarakat terutama di antara pemuda yang belum menikah di mana biaya pernikahan yang dianggap cukup mahal menjadi momok tersendiri. Pemuda yang merasa belum punya tabungan cukup untuk biaya menikah karena penghasilan yang masih pas-pasan, menjadi tidak percaya diri atau ragu-ragu untuk melangsungkan pernikahan dengan pasangannya.
Penelitian dari Institute for Economic and Development Finance
(Indef) Bhima Yudhistira menemukan bahwa kenaikan harga komoditas sejak tahun 2017 dinilai jadi salah satu penyebab kemewahan pesta pernikahan saat ini. 3 Selain itu terdapat faktor lain yang memicu biaya pesta pernikahan semakin mahal, seperti provokasi media sosial, vendor atau Event Organizer yang menawarkan konsep pernikahan yang mewah, dan pengaruh tradisi suku tertentu.4
Di sisi lain, biaya pernikahan sebetulnya bisa diminimalkan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan, tak melulu harus mewah. Seperti yang disampaikan salah satu tokoh komik episode ini, Tom, bahwa yang membuat biaya menikah mahal adalah karena gengsi.
Dilansir dari Kompas.com, Senior Manager Business Development Sequis Life, Yan Ardhianto Handoyo mengatakan bahwa pada dasarnya
3
Dilansir dari https://www.popbela.com/relationship/married/johanna-elizabeth/pengaruh-media-sosial-biaya-pernikahan/3 diakses pada tanggal 23 Desember 2020 pukul 11:57 WIB
4
menikah cukup murah, sementara yang membuat mahal adalah karena milenial semakin peduli dengan pencitraan dan penampilan.5
Pesta pernikahan mewah yang lantas disebut-sebut sebagai pernikahan impian banyak beredar di media sosial. Hal tersebut mempengaruhi masyarakat juga ingin melangsungkan pernikahan yang serupa. Bahkan terjadi tindak kriminal yang tak lain motifnya adalah demi bisa melangsungkan pesta pernikahan. Misalnya ada yang menjual tunangan sendiri 6, mencuri 7, dan membunuh 8.
B. Episode 407 (Si Bodoh yang Pintar)
Gambar 2 Episode 407 komik Lucunya Hidup Ini di Line Webtoon dengan judul “Si Bodoh
yang Pintar”
5
https://money.kompas.com/read/2020/02/13/163100026/dear-milenial-ini-solusi-biaya-nikah-yang-kian-mahal?page=all diakses pada tanggal 23 Agustus 2020 pukul 12:12 WIB
6
Berita “Kepergok, Pria Diduga Jual Tunangan untuk Biaya Nikah” diakses dari
https://news.okezone.com/read/2020/07/24/340/2251508/kepergok-pria-diduga-jual-tunangan-untuk-biaya-nikah pada tanggal 23 Agustus 2020 pukul 12:20 WIB
7
Berita “Bobol Konter Hp untuk Bayar Utang Biaya Nikah, Muklis Minta Ampun saat Diciduk”
diakses dari https://regional.kompas.com/read/2019/01/03/19000361/bobol-konter-hp-untuk-bayar-utang-biaya-nikah-muklis-minta-ampun-saat pada tanggal 23 Agustus 2020 pukul 12:25 WIB
8Berita “Dibunuh demi Biaya Nikah, Pelajar SMK Tewas Penuh Luka Tusuk di Tangan Teman”
diakses dari https://regional.kompas.com/read/2020/07/18/06000061/dibunuh-demi-biaya-nikah-pelajar-smk-tewas-penuh-luka-tusuk-di-tangan-teman?page=all pada tanggal 23 Agustus 2020 pukul 12:29 WIB
Episode 407 yang berjudul “Si Bodoh yang Pintar” di atas menceritakan tentang fenomena di suatu sudut suatu pasar. Terdapat seorag anak laki-laki berama Putra yang tiba-tiba tertawa tanpa sebab. Seorang pedagang sekitar yang sudah terbiasa melihat anak tersebut tertawa sendiri menganggap anak tersebut „bodoh‟. Pedagang tersebut „menguji‟ kebodohan anak tersebut dengan menawarinya uang lima ribu atau seribu dan Putra memilih uang seribu. Diberikanlah uang seribu tersebut kepada Putra.
Setelah kejadian tersebut, seorang pelanggan pedagang tersebut menanyakan kepada Putra mengapa ia memilih uang seribu dari pada lima ribu. Putra pun mejelaskan bahwa ia sengaja melakukan hal tersebut karena si pedagang suka menguji „kebodohan‟ Putra. Jika Putra memilih uang lima ribu, maka si pedagang akan berhenti mengujinya karena menganggap Putra sudah tidak „bodoh‟ lagi.
Cerita pada episode di atas menggambarkan fenomena dalam masyarakat di mana seorang anak yang „berbeda‟ dianggap bodoh. Dalam kasus ini, tokoh Putra yang tertawa sendiri tanpa sebab dianggap „bodoh‟. Merujuk pada jurnal Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus karya Dinie Ratri Desiningrum, tertawa tanpa sebab merupakan salah satu anak mengidap autism atau Autism Spectrum Disorder (ASD).
Si tokoh pedagang yang menganggap Putra sebagai anak „bodoh‟ ini seperti anggapan masyarakat kita terhadap anak autis. Kirnandita dalam
“Cukup Sudah Merundung Pengidap Autisme” menuliskan bahwa stigma
negatif terhadap pengidap autisme pun jamak ditemukan lantaran kurangnya pemahaman mengenai gangguan kejiwaan ini. Mereka sering kali dianggap terbelakang, bodoh, dan jadi bahan olok-olok akibat tingkah lakunya yang tak sejalan dengan orang-orang normal.9
Anak yang mengidap autisme bukan berarti ia bodoh. Bahkan beberapa di antaranya memiliki potensi atau kemampuan yang bagus di suatu
bidang. Dalam episode “Si Bodoh yang Pintar” ini, dapat kita lihat bahwa
tokoh Putra yang awalnya tertawa sendiri tanpa sebab sehingga dianggap
9
Patresia Kirnandita, Cukup Sudah Merundung Pengidap Autisme, diakses dari https://tirto.id/cukup-sudah-merundung-pengidap-autisme-cl1L pada tanggal 26 Agustus 2020 pukul 10.35 WIB
bodoh oleh seorang pedagang, ternyata malah bisa mengelabui pedagang tersebut. Episode ini mengkritik masyarakat yang terbiasa menilai orang lain hanya dari satu sisi saja dan langsung memberikan label sesuai apa yang ia lihat dari sisi tersebut, sehingga mengabaikan aspek lain yang justru bisa jadi berlawanan dengan anggapannya. Seperti tokoh Putra, ia yang dianggap bodoh justru di sisi lain ia pintar karena mampu memanfaatkan anggapan orang lain tentang „kebodohannya‟ menjadi sesuatu yang menguntungkan.
C. Episode 408 (Membeli Waktu)
Gambar 3 Episode 408 komik Lucunya Hidup Ini di Line Webtoon dengan judul
“Membeli Waktu”
Episode 408 yang bertajuk “Membeli Waktu” ini menceritakan sebuah keluarga yang berisi ayah, ibu, dan seorang anak. Tokoh ayah digambarkan sebagai pegawai kantor, ditunjukkan dengan pakaian rapi dengan kemeja dan dasi. Pada suatu waktu, si anak menanyakan jumlah gaji ayahnya. Si ayah pun memberi tahu gaji yang didapat per jamnya, yaitu lima puluh ribu rupiah. Tanpa diduga sang ayah, si anak memberikan dua puluh lima ribu rupiah. Sang anak ingin menghabiskan waktu sarapan bersama ayahnya selama setengah jam, karena ia merindukan sosok ayah di meja makan bertiga
bersama sang ibu. Sesuai gaji yang diterima sang ayah di kantor per jamnya, ia berniat memberikan separuh dari nominal tersebut untuk setengah jam.
Cerita dalam episode ini merujuk pada fenomena yang terjadi di masyarakat yaitu pada keluarga di mana orang tua terlalu sibuk bekerja hingga tidak bisa meluangkan waktu untuk dihabiskan bersama keluarga terutama dengan anak.
Menurut survei yang dilakukan oleh Institute for Social and Economic Research membuktikan jika kedua orangtua yang sibuk bekerja dapat memberikan dampak buruk yang membuat anak seakan-akan hidup sendiri.10 Anak tidak hanya membutuhkan dukungan materi dari orang tua, tetapi juga perhatian dan kasih sayang yang bisa dirasakan oleh anak dengan menghabiskan waktu bersama yang berkualitas, bukan hanya kuantitas.
Dampak lebih jauhnya jika seorang anak merasa kesepian dan merasakan kurang kasih sayang, bisa mendorong anak untuk melakukan tindakan kriminal. Psikolog Anak dan Remaja, Irma Gustiana A, menyampaikan bahwa salah satu penyebab anak melakukan tindakan kriminal adalah karena kurang kasih sayang orang tua sehingga mencari pemuasan psikologis di luar.11
D. Episode 410 (Pembeli)
10
Artikel berjudul Orang Tua Sibuk Bekerja, Begini Dampaknya pada Anak, diakses dari https://www.bestmom.id/keluarga/orang-tua-sibuk-bekerja-begini-dampaknya-pada-anak pada 26 Agustus 2020 pukul 13.15 WIB.
11
Widia Primastika, Penyebab Kriminalitas Anak: Kurang Kasih Sayang & Pengakuan Sosial, diakses dari https://tirto.id/penyebab-kriminalitas-anak-kurang-kasih-sayang-pengakuan-sosial-cP3F pada 26 Agustus pukul 13.33 WIB
Gambar 4 Episode 410 komik Lucunya Hidup Ini di Line Webtoon dengan judul “Pembeli”
Episode 410 yang berjudul “Pembeli” mengisahkan seorang pengemis yang membeli steak di salah satu restoran. Awalnya seorang pelayan tampak kaget ketika ada seorang pengemis yang masuk ke restoranya, terlihat dari ekspresi tokoh pelayan yang mulutnya sedikit menganga. Setelah pelayan menyiapkan pesanan dan hendak memberikan kepada pengemis tersebut, seseorang yang rupanya adalah pemilik restoran tersebut mencegahnya, karena ia sendiri yang ingin memberikan pesanan kepada pelanggannya. Pengemis tersebut membayar dengan sekantong uang receh. Usai si pengemis keluar, si pelayan bertanya pada bosnya mengapa mau melayani langsung pengemis tersebut karena tidak biasanya pemilik restoran tersebut mau turun langsung ke pelanggan. Si pemilik restoran menjawab bahwa ia menyukai usaha si pengemis dalam mengumpulkan uang untuk bisa menikmati makanan dari restoran tersebut. Di panel selanjutnya menggambarkan rumah dua lantai milik si pengemis yang terlihat mewah.
Kritik sosial pada episode ini merujuk kepada realitas dalam masyarakat di mana kehidupan pengemis tidak selalu kekurangan, bahkan ada yang sangat berkecukupan hingga ada yang bisa dikatakan hidup mewah. Pekerjaan yang mengharapkan belas kasihan orang lain ini meskipun tampak „menderita‟, seperti dalam komik ini di mana tokoh pengemis digambarkan dengan pakaian compang-camping bahkan tanpa alas kaki, ternyata bisa membeli sesuatu yang mahal (digambarkan dengan banyaknya uang yang dibayarkan si pengemis untuk satu porsi steak).
Dilansir dari dream.com, seorang pengemis di Sukabumi bisa menghasilkan Rp 15.000.000,- setiap bulannya. Jumlah yang fantastis jika
dibandingkan dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK) Sukabumi saat itu (tahun 2015) yaitu Rp 1.969.000,-. Penuturan dari Kepala Seksi Penegakan Perda dan Peraturan Kepala Daerah Satpol PP Kota Sukabumi Sudradjat seperti dikutip dari situs sukabumi.go.id, Rabu, 4 Maret 2015 mengatakan, para pengemis setiap harinya bisa mengantongi uang antara Rp 750 ribu hingga Rp 800 ribu.12
Kisah lain tertulis di merdeka.com, seorang pengemis di Pati, Jawa Tengah bernama Legiman mengaku mendapatkan Rp 500.000,- hingga Rp 1,000.000,- setiap harinya.13 Jika diakumulasikan, Legiman bisa menghasilkan Rp 15.000.000,- hingga Rp 30.000.000,- setiap bulannya. Sama sekali bukan angka yang sedikit jika dibandingkan dengan UMK Pati saat itu (tahun 2019) yaitu Rp 1.742.000,-.
Permasalahan perihal pengemis yang banyak ditemukan khususnya di kota-kota besar memang masih menjadi catatan bagi pemerintah daerah untuk memutar otak agar bisa menertibkannya. Di sisi lain, dengan pendapatan yang sekian besarnya dari kegiatan mengemis, bahkan mengemis sudah bisa dianggap sebagai „profesi‟. Bermodalkan penampilan yang lusuh dan wajah memelas, siapa yang tak merasa iba? Keberadaan pengemis bahkan sampai menimbulkan keresahan di masyarakat, karena tak jarang dijumpai pengemis yang terkesan „memaksa‟ ketika meminta sedikit receh dari masyarakat yang dijumpainya.
12
Agung, Kisah Para Pengemis Kaya Raya, diakses dari https://www.dream.co.id/unik/kisah-para-pengemis-kaya-raya-150326o.html pada 10 September 2020 pukul 16.05 WIB
13
Danny Adriadhi Utama, Fakta Pengemis Kaya di Pati, Sehari Bisa Dapat Uang Sampai Rp 1 Juta, diakses dari https://www.merdeka.com/peristiwa/fakta-pengemis-kaya-di-pati-sehari-bisa-dapat-uang-sampai-rp-1-juta.html pada 10 September 2020 pukul 16.10 WIB
E. Episode 413 (Balada Kebiasaan)
Gambar 5 Episode 413 komik Lucunya Hidup Ini di Line Webtoon dengan judul
“Balada Kebiasaan”
Episode 413 yang berjudul “Balada Kebiasaan” menceritakan tentang sekumpulan pekerja di sebuah ruangan kerja, tampak dari gambar komputer di masing-masing meja. Suatu hari, datang salah seorang pria berambut hijau dan mengenakan jaket berwarna cokelat, menyapa kawan-kawannya dengan ceria. Jam menunjukkan pukul 09.35. Kawan-kawannya justru merespons dengan heran. Rupanya karyawan satu ini terbiasa datang siang sekitar pukul 14.00. Pria berambut hijau ini pun lantas kesal. Ia merasa tidak ada dukungan dari teman-temannya ketika ia mencoba untuk lebih disiplin.
Kritik sosial yang disampaikan di episode ini merujuk pada perilaku
labelling, yaitu kondisi ketika seseorang mendapatkan julukan dari orang lain di mana julukan tersebut didasarkan pada perilakunya. Label ketika diberikan, maka akan menjadi identitas diri dari orang tersebut dan menjelaskan
bagaimanakah orang itu.14 Dalam komik LHI episode ini, tokoh yang mendapatkan julukan atau label yaitu tokoh pria berambut hijau. Ia dikenal sebagai orang yang terbiasa telat masuk kerja. Ketika ia mencoba untuk tepat waktu, saat itu justru tidak dipercaya oleh teman-temannya. Dari ketidakpercayaan itulah selanjutnya pria berambut hijau tersebut kembali melakukan kebiasaannya yang sudah melekat: telat masuk kerja.
Seseorang yang mendapatkan label negatif akan cenderung mempercayai julukan itu adalah identitas dirinya sehingga ia akan terus mengulang perbuatan yang sama karena julukan tersebut. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Syamsinar pada peserta didik SMA Negeri 3 Pangkep, seorang murid yang dicap sebagai anak bodoh oleh gurunya, maka konsep bodoh akan benar-benar tertanam dalam dirinya. Sehingga apa pun yang dilakukan oleh anak tersebut akan dinilai sebagai perbuatan yang bodoh.15
Penelitian lain dilakukan oleh Muyassaroh terhadap mantan narapidana (napi). Mantan napi yang dikenal masyarakat sebagai penjahat, akan sulit mengubah citra dirinya meskipun sudah menjalani hukuman semestinya. Hal tersebut cenderung mendorong mantan napi untuk kembali melakukan kejahatan atau tindak kriminal lagi bahkan yang lebih serius, karena tidak adanya kepercayaan dari masyarakat.16
Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari analisis lima episode dalam komik
Lucunya Hidup Ini tersebut ialah, kelima episode melakukan kritik terhadap beberapa kategori, antara lain:
1. Gaya hidup
Episode 403 (Kepastian) mengandung kritik terhadap masyarakat yang memaksakan gaya hidupnya, di mana masyarakat dengan kemampuan ekonomi menengah atau menengah ke bawah ingin menyelenggarakan pesta pernikahan yang mewah serupa masyarakat kalangan atas. Hal tersebut tak lain hanya demi menuruti gengsi.
2. Stereotype
14
Syamsinar, Analisis Faktor Pengaruh Pemberian Label (Labelling) terhadap Minat Belajar Fisika Peserta Didik Kelas XI IPA SMA Negeri 3 Pangkep, hlm. 3
15
Ibid, hlm 4
16
Episode 407 (Si Bodoh yang Pintar) memuat kritik tentang stereotype terhadap anak pengidap autisme, yaitu menganggap mereka sebagai anak yang bodoh. Padahal anak autis yang dianggap bodoh justru memiliki kemampuan atau kelebihan di suatu bidang.
3. Keluarga
Episode 408 (Membeli Waktu) mengandung kritik terhadap orang tua yang terlalu sibuk bekerja hingga tidak punya waktu untuk dihabiskan bersama keluarga, terutama dengan anak. Padahal apa yang dibutuhkan seorang anak bukan hanya materi tetapi juga perhatian dan kasih sayang yang dapat dirasakan dengan melakukan kegiatan bersama sesederhana sarapan.
4. Kemiskinan
Episode 410 (Pembeli) mengkritik soal kemiskinan, bukan tentang masih tingginya angka kemiskinan di negara kita ini tetapi tentang mental. Kegiatan mengemis kini dianggap sudah menjadi sebuah „profesi‟. Para pengemis yang meskipun sudah kaya dan punya rumah mewah masih betah menjadi pengemis karena mental peminta-minta sudah melekat dalam pikiran mereka.
5. Labelling
Episode 413 (Balada Kesepian) mengandung kritik terhadap fenomena
labelling, di mana seseorang yang sudah mendapatkan predikat negatif akan cenderung mengulang perilaku negatifnya. Hal ini dikarenan orang sekitar mereka terlanjur mempercayai perilaku negatifnya sehingga sulit menerima jika orang tersebut melakukan hal positif.
Daftar Pustaka
McCloud, Scott. (2001). Understanding Comics. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Mulyana, Deddy. (2005). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muyassaroh. (2014). Dampak Labelling pada Mantan Napi: Pengangguran atau Pencuri. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya
Putra Gumilang. (2017). Analisis Semiotika Komik Sebagai Media Kritik Sosial [Skripsi]. Bandar Lampung (ID): Universitas Lampung.
Sobur, Alex. (2004). Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.
Syamsinar, (2019). Analisis Faktor Pengaruh Pemberian Label (Labelling) terhadap Minat Belajar Fisika Peserta Didik Kelas XI IPA SMA Negeri 3 Pangkep. [Skripsi]. Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin.