• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Tanaman Naungan Dan Pupuk Bioprotektan Kompos Trichoderma SP. Untuk Mengendalikan Penyakit Busuk Umbi Pada Tanaman Bawang Merah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Efektivitas Tanaman Naungan Dan Pupuk Bioprotektan Kompos Trichoderma SP. Untuk Mengendalikan Penyakit Busuk Umbi Pada Tanaman Bawang Merah"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

30

EFEKTIVITAS TANAMAN NAUNGAN DAN PUPUK

BIOPROTEKTAN KOMPOS

Trichoderma

sp. UNTUK

MENGENDALIKAN PENYAKIT BUSUK UMBI PADA TANAMAN

BAWANG MERAH

The Effectiveness Of Shade Plant And Bioprotectant Fertilizer to Control Tuber Root Disease (Fusarium Oxysporum) On Onion Crop

Ni Ketut Indiani1), Irwan Lakani2) dan Rosmini2) 1)

Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu

2)

Staf Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu

ABSTRACT

Onion (Allium ascallonicum L.) is one of horticultural commodities that has high economic value and national priority to cultivate. The purpose of this study was to determine the effectiveness of shade plant and bioprotectant fertilizer (compost + Trichoderma sp.) to control tuber root disease (Fusarium oxysporum) on onion crop. This study used Split plot design, which consists of: (1) shade treatment as the main plot namely: without (A1) and with (A2) shade plants, (2) application of bioprotectant fertilizer (compost + Trichoderma sp.) as the subplot namely: without fertilizer (B0), fertilizer 1 kg/plot (B1), 2 kg/plot (B2), and 3 kg/plot (B3). The results showed that application of shade and fertilizer bioprotectant 3 kg/plot (B3) produced the lowest of tuber rot disease infestation of and the highest levels of onion yield.

Keywords: Onion, Trichoderma sp., Fusarium oxysporum, Tuber rot

ABSTRAK

Bawang merah (Allium ascallonicum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan mendapat prioritas nasional untuk dibuddayakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan naungan dan pupuk bioprotektan (kompos+ Trichoderma sp. ) dalam mengendalikan penyakit busuk umbi pada tanaman bawang merah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah (RPT) yang terdiri dari: (1) perlakuan naungan sebagai petak utama yaitu: tanpa naungan (A1) dan menggunakan naungan (A2), (2) perlakuan dosis pupuk bioprotektan (kompos+ Trichoderma sp.) sebagai anak petak yaitu: tanpa pupuk bioprotektan sebagai kontrol (B0), penggunaan pupuk bioprotektan dengan dosis 1 kg/bedeng (B1), 2 kg/bedeng (B2) dan 3 kg/bedeng (B3). Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan menggunakan naungan dan perlakuan dosis pupuk bioprotektan 3 kg/bedeng menghasilkan tingkat serangan penyakit busuk umbi terendah dan tingkat produksi bawang merah tertinggi.

Kata Kunci : Bawang Merah, Trichoderma sp., Fusarium oxysporum, Busuk Umbi.

PENDAHULUAN

Bawang merah (Allium ascallonicum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan

mendapat prioritas nasional untuk dikembangkan. Di Sulawesi Tengah Bawang merah termasuk salah satu komoditi unggulan daerah karena hasil bawang merah merupakan bahan baku dalam pembuatan bawang goreng yang e-J. Agrotekbis 1 (1) : 30-36, April 2013 ISSN : 2338-3011

(2)

31 banyak diusahakan oleh masyarakat di

Lembah Palu (Badan Litbang Pertanian, 2007). Permintaan bawang goreng khas Sulawesi Tengah yang terus meningkat dari waktu ke waktu dan dalam jumlah yang cukup besar, sehingga UKM dan industri bawang goreng memerlukan ketersediaan bahan baku dalam jumlah cukup dan berkesinambungan, namun secara umum hasil bawang merah di Sulawesi Tengah rata-rata baru mencapai 4,0-4,5 ton/ha, sedangkan potensi hasilnya dapat mencapai 10-12 ton/ha (BPTP Sulteng, 2004).

Kendala yang dihadapi dalam usaha peningkatan produksi bawang merah adalah serangan penyakit busuk umbi yang disebabkan oleh Fusarium oxysporum fsp. dan rendahnya kandungan bahan organik. Pengendalian yang sering dilakukan adalah dengan menggunakan fungisida kimia dengan frekuensi penyemprotan dan dosis tinggi. Untuk mengurangi dampak negatif penggunaan fungisida kimia tersebut perlu dilakukan alternatif pengendalian, yaitu dengan menggunakan Trichoderma sp. sebagai pengendali penyakit busuk umbi, kompos sebagai pupuk organik dan penggunaan naungan hidup sebagai sumber penyedia bahan organik. Salah satu jenis naungan hidup yang dapat digunakan adalah tanaman gamal.

Beberapa masalah untuk dikaji ialah : (1) tanaman bawang merah berpotensi untuk dibudidayakan di bawah kanopi gamal, tetapi belum diketahui tingkat toleransi dan penampilan tanaman tersebut terhadap taraf naungan dari kanopi gamal; (2) teknik budidaya tanaman bawang merah melalui pemupukan limbah/biomasa daun gamal dan pupuk bioprotektan trichoderma terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil dan kelestarian lahan di bawah kanopi tanaman gamal. Oleh sebab itu penelitian tentang Penggunaan Naungan Hidup dan Pupuk Bioprotektan Kompos Trichoderma Sp. untuk Mengendalikan Penyakit Busuk Umbi Pada Tanaman Bawang Merah perlu dilakukan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan naungan

hidup dan pupuk bioprotektan (kompos+

Trichoderma sp. ) dalam mengendalikan penyakit busuk umbi pada tanaman bawang merah.

BAHAN DAN METODE

Penilitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Tadulako dan di Desa Bulu Pountu Jaya Kecamatan Sigi Biromaru. Penelitian ini dimulai pada bulan oktober 2012 sampai dengan januari 2013.

Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu kompor, panci, loyang, sendok, plastik tahan panas, bajak, cangkul, sabit, ember, karung, skop, kamera dan alat tulis menulis. Bahan yang digunakan terdiri dari stek gamal (Gliricidia sepium), benih bawang merah lokal lembah Palu, pupuk kandang, jerami, dedak, konga, jamur Trichoderma sp. pupuk Urea, pupuk NPK mutiara, pupuk ponska, dan pupuk SP36.

Penelitian ini dilakukan di lapang yang disusun berdasarkan Rancangan Petak Terpisah (RPT). Faktor Pertama adalah Naungan, faktor kedua adalah dosis pupuk bioprotektan (kompos + Trichoderma sp.). Jumlah faktor pertama 2 dan jumlah faktor kedua adalah 4, dengan 4 kali ulangan sehingga terdapat 32 petak perlakuan.

Faktor Pertama: Perlakuan Naungan 1. Tanpa naungan (A1)

2. Menggunakan naungan (A2)

Faktor Kedua: Perlakuan Dosis Pupuk Bioprotektan (Kompos + Trichoderma sp.)

1. Tanpa pupuk bioprotektan (Kompos +

Trichoderma sp.) /kontrol (B0)

2. Dosis pupuk bioprotektan (Kompos +

Trichoderma sp.) 1 kg/bedeng (B1) 3. Dosis pupuk bioprotektan (Kompos +

Trichoderma sp.) 2 kg/bedeng (B2) 4. Dosis pupuk bioprotektan (Kompos +

Trichoderma sp.) 3 kg/bedeng (B3) Pelaksanaan Penelitian

Penentuan lokasi dan survey. Lokasi yang digunakan dalam melakukan survei yaitu Desa Bulu Pountu Jaya Kecamatan Sigi

(3)

32 Biromaru Kabupaten Sigi. Pemilihan lokasi

tanam yang sesuai dengan persyaratan tumbuh bawang merah bertujuan untuk mencegah kegagalan proses produksi.

Perbanyakan jamur Trichoderma sp.. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan. Kemudian beras jagung dicuci bersih, lalu dikukus selama ± 30 menit. Selanjutnya beras jagung diangkat dan didiamkan sampai dingin. Setelah dingin, kemudian dimasukan kedalam plastik tahan panas sekitar tiga sendok makan setiap plastik. Setelah itu, ujung plastik digulung sampai tidak terdapat celah. Langkah berikutnya, beras jagung dalam plastik dikukus kembali selama 15 menit. Kemudian diangkat dan didinginkan kembali. Setelah beberapa jam dan media tumbuh trichoderma sudah dingin barulah mulai tahap selanjutnya yaitu biakan murni trichoderma ditanam kedalam media beras jagung. Perbanyakan dilakukan didalam Bunsen. Setelah perbanyakan selesai, media yang sudah ditanami trichoderma disimpan di tempat steril dan memiliki suhu ruang yang rendah. Dalam waktu 2 minggu atau 14 hari media jagung terlihat berubah warna menjadi kehijauan, itu berarti jamur trichoderma tumbuh dengan baik pada media dan siap untuk diaplikasikan.

Pembuatan pupuk bioprotektan (kompos + Trichoderma sp.). Pupuk bioprotektan dibuat dengan cara mencampur antara kompos dengan trichoderma. Komposisi yang digunakan adalah dedak 12 kg, sekam 12 kg, jerami 12 kg, pupuk kandang 12 kg, dan trichoderma 96 gr. Total kompos yang digunakan adalah 48 kg. Cara pembuatannya yaitu dengan mencampurkan semua bahan dan diberikan air secukupnya agar kondisi pupuk menjadi lembab. Setelah tercampur, pupuk ditutup dan disimpan ditempat teduh. Setiap 3 hari dilakukan penyiraman dan pengadukan. Sampai pupuk berwarna kehijauan dan waktunya berkisar antara 14 hari. setelah itu pupuk bioprotektan siap digunakan.

Persiapan media tanam di lapangan. Lahan terlebih dahulu di bajak dengan

menggunakan sapi, kemudian dikeringkan lalu dicangkul dan diratakan. Selanjutnya tanah digemburkan lagi kemudian diratakan dan dibuat bedengan/petakan dengan ukuran 1 m x 2 m, jarak antar petak utama 1 meter dan jarak antar petak bagian 50 cm yang juga digunakan sebagai saluran drainase. Persiapan bibit. Bibit yang digunakan adalah bawang merah varietas lokal Lembah Palu yang diperoleh dari petani sekitar Desa Bulu Pountu Jaya Kecamatan Sigi Biromaru.

Penanaman. Penanaman tanaman gamal dilakukan setelah pembuatan bedengan selesai. Gamal ditanam pada bagian pinggir bedeng dengan jarak 1 meter, pada setiap bedeng terdapat 4 batang tanaman gamal (2 sebelah kiri dan 2 sebelah kanan bedeng). Penanaman umbi bawang merah dilakukan setelah dua minggu penanaman tanaman pelindung dan bedengan telah siap.

Pemeliharaan. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan kincir. Sedangkan penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma disekitar pertanaman. Pengendalian hama dan penyakit tidak dilakukan secara kimia karena ditakutkan akan berpengaruh terhadap perlakuan jamur trichoderma.

Pemupukan. Pupuk bioprotektan (kompos + Trichoderma sp.) di aplikasikan satu minggu sebelum tanam dan juga diberikan pupuk dasar berupa pupuk SP36 sebanyak 3 kg. Kemudian satu minggu setelah tanam diberikan pupuk urea sebanyak 3 kg dan tiga minggu berikutnya pemupukan dengan pupuk ponska sebanyak 3 kg yang dicampur dengan pupuk NPK mutiara sebanyak 1 kg. Kemudian, 35 hari setelah tanam diberikan lagi pupuk urea sebanyak 3 kg.

Pengamatan

Gejala serangan penyakit busuk umbi bawang merah. Gejala serangan diamati dengan mengambil sampel tanaman yang terserang pada petak perlakuan penelitian, kemudian mengamati ciri morfologi tanaman yang terserang.

(4)

33

Persentase tingkat serangan penyakit busuk umbi bawang merah. Pelaksanaan pengamatan mulai dilakukan minggu ke-3 setelah tanam, frekuensi pengamatan 1 kali seminggu, pengamatan dilakukan 6 kali. jumlah tanaman yang diamati adalah 100 tanaman atau seluruh tanaman pada setiap perlakuan, yang diulang 4 kali. Menurut Nurjanani (2008), Persentase tingkat serangan penyakit busuk umbi bawang merah dihitung dengan rumus:

Keterangan :

P =Persentase tingkat serangan A = Jumlah tanaman yang terserang B = Jumlah tanaman yang diamati

Analisis data produksi bawang merah.

Produksi bawang merah dihitung dengan menimbang berat kering umbi 5 rumpun tanaman sampel dari setiap perlakuan setelah dikering anginkan selama 2 hari. Pelaksanaan pengamatan dilakukan setelah panen. Data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik sesuai dengan Rancangan Petak Terpisah (RPT) dan diuji dengan Uji Beda Terkecil (BNT) (α= 0.05).

Penurunan produksi bawang merah dihitung dengan cara membandingkan tingkat produksi antar perlakuan. Untuk membandingkan tingkat produksi dilakukan konversi dari g/bedeng ke ton/ha dengan rumus:

Pemanenan. Panen dilakukan setelah bawang merah berumur 65 hari setelah tanam, dengan kriteria perkiraan 30 persen dari seluruh tanaman sudah nampak daunnya menguning dan tampak batang umbi kelihatan mengempis dan terkulai, pangkal daun jika dipegang sudah lemas serta umbi sudah nampak dipermukaan tanah.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Gejala serangan penyakit busuk umbi bawang merah. Berdasarkan hasil pengamatan, gejala serangan penyakit busuk umbi yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum

pada tanaman bawang merah terlihat ciri-ciri sebagai berikut:

1. Daun menguning dan layu semakin lama akan semakin mengering

2. Batang semu menjadi lunak

3. Umbi membusuk dan berwarna kecoklatan 4. Penampakan keseluruhan bagian tanaman

layu (gambar 1)

Persentase tingkat serangan penyakit busuk umbi bawang merah. Persentase Tingkat Serangan busuk umbi bawang merah pada perlakuan naungan dan perlakuan dosis pupuk bioprotektan (kompos+Trichoderma sp.) memiliki tingkat serangan yang berbeda (Tabel 1).

Gambar 1. Gejala Serangan Penyakit Busuk Umbi Bawang Merah yang Disebabkan Oleh Jamur Fusarium oxysporum

1

2

3

4

P = 100%

x Berat Ker ing tanaman Sampel g/ bedeng (Sudarno, 2003).

(5)

34 Persentase tingkat serangan penyakit

busuk umbi bawang merah pada perlakuan tanpa naungan dan perlakuan menggunakan naungan pada dosis pupuk bioprotektan (kompos+Trichoderma sp.) 3 kg menunjukan pengaruh berbeda nyata. Sedangkan pada perlakuan dosis pupuk bioprotektan (kompos+Trichoderma sp.) kontrol, 1 kg,

2 kg, dan 3 kg terhadap perlakuan tanpa naungan dan perlakuan menggunakan naungan menunjukan pengaruh berbeda nyata.

Produksi bawang merah. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat perbedaan tingkat produksi bawang merah pada perlakuan naungan dan perlakuan dosis pupuk bioprotektan (kompos+Trichoderma sp.) (Tabel 2).

Tabel 1. Persentase Tingkat Serangan Penyakit Busuk Umbi Bawang Merah Pada Perlakuan Naungan dan Perlakuan Dosis Pupuk Bioprotektan (kompos+Trichoderma sp.) (%) Perlakuan Petak Bagian (PB)

Dosis Pupuk Bioprotektan (kg/bedeng)

Perlakuan Petak Utama (PU) BNT

(α=0.05) Tanpa Naungan (A1) Menggunakan Naungan (A2) Kontrol (B0) s 5.75 a s 5.5 a 0.41 1 kg (B1) r 5 a r 5 a 2 kg (B2) q 3.75 a q 3.5 a 3 kg (B3) p 3.25 b p 1.75 a BNT (α=0.05) 0.36

Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris (a,b) atau kolom (p,q) yang sama tidak berbeda pada uji BNT (α= 0.05).

Tabel 2. Rata-Rata Berat Kering Umbi Bawang Merah Pada Perlakuan Naungan dan Perlakuan Dosis Pupuk Bioprotektan (kompos+Trichoderma sp.) (g)

Perlakuan Petak Bagian (PB) Dosis Pupuk Bioprotektan (kg/bedeng)

Perlakuan Petak Utama (PU) BNT

(α=0.05)

Tanpa Naungan (A1) Menggunakan Naungan (A2) Kontrol (B0) q 88.75 a r 90.00 a 9.16 1 kg (B1) q 90.00 a rq 92.50 a 2 kg (B2) q 96.25 a q101.25 b 3 kg (B3) p 111. 25 a p115. 00 b BNT (α=0.05) 3.74

Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris (a,b) atau kolom (p,q) yang sama tidak berbeda pada uji BNT (α= 0.05).

Gambar 2. Produksi Bawang Merah (ton/ha) Kontrol 1 kg 2 kg 3 kg

4,44

4,5

4,81

5,56

4,5 4,63 5,06 5,75 T on /H a

Tanpa Naungan (A1) Naungan Gamal (A2)

(6)

35 Rata-rata berat kering umbi

bawang merah tertinggi yaitu pada perlakuan menggunakan naungan dengan dosis pupuk bioprotektan (kompos+Trichoderma sp.) 3 kg. Sedangkan rata-rata berat kering umbi bawang merah terendah yaitu pada perlakuan tanpa naungan dengan kontrol atau tanpa pupuk bioprotektan (kompos+Trichoderma sp.).

Produksi Bawang Merah ton/ha. Berdasarkan hasil konversi, produksi bawang merah ton/ha menunjukan adanya tingkat produksi yang berbeda antara perlakuan naungan dan perlakuan dosis pupuk bioprotektan (kompos+Trichoderma sp.). Produksi bawang merah tertinggi yaitu pada perlakuan menggunakan naungan dengan dosis pupuk bioprotektan (kompos+Trichoderma sp.) 3 kg. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan pada penelitian yang telah dilaksanakan, gejala penyakit busuk umbi yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum baru nampak pada saat tanaman berusia 3 minggu. Selanjutnya pada minggu ke 4 sampai panen gejala serangan semakin jelas terlihat, dan jumlah tanaman yang terserang semakin lama semakin meningkat.

Berdasarkan hasil penelitian, persentase tingkat serangan penyakit busuk umbi bawang

merah terendah yaitu pada perlakuan menggunakan naungan dengan dosis pupuk bioprotektan (kompos+Trichoderma sp.) 3 kg. Sedangkan tingkat serangan tertinggi yaitu pada perlakuan tanpa naungan dengan kontrol atau tanpa pupuk bioprotektan (kompos+Trichoderma sp.) (Tabel 1).

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, rata-rata berat kering umbi bawang merah tertinggi yaitu pada perlakuan menggunakan naungan dengan dosis pupuk bioprotektan (kompos+Trichoderma sp.) 3 kg. Sedangkan rata-rata berat kering umbi bawang merah terendah yaitu pada perlakuan tanpa naungan dengan kontrol atau tanpa pupuk bioprotektan (kompos+Trichoderma sp.) (Tabel 2).

KESIMPULAN

Semakin tinggi dosis pupuk bioprotektan (kompos+Trichoderma sp.) maka semakin rendah tingkat serangan penyakit busuk umbi bawang merah, sebaliknya semakin tinggi tingkat produksi bawang merah yang dihasilkan. Tingkat serangan penyakit busuk umbi bawang merah terendah dan tingkat produksi bawang merah tertinggi yaitu pada perlakuan dengan menggunakan naungan.

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, A.L. 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan 3. Edisi Pertama. Bayumedia Publishing. Malang, Jawa Timur - Indonesia. p137.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Prospek Dan Arah Pengembangan Agribisnis: Tinjauan Aspek Kesesuaian Lahan. Edisi II. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. hlm. 30. Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah. 2010. Sulawesi Tengah dalam angka. Luas Panen, Hasil/Hektar Dan

Produksi Sayur - Sayuran Menurut Jenisnya. 2010. Badan Pusat Statistik, Sulawesi Tengah. Palu. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah. 2004. Hasil-Hasil Pengkajian Teknologi Pertanian

Biromaru Sulawesi Tengah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Biromaru. Sulawesi Tengah.

Departemen Pertanian, 2009. Pupuk Organik. http://balittanah .litbang. deptan. go.id /dokumentasi/ juknis/pupuk%20organik.pdf. Di akses 20 mei 2012.

(7)

36

Deselina, D. Marsono dan S.Hardiwinoto.1997. Hubungan Antara Cahaya, Sratifikasi Tajuk Dan Karakteristik Fisiologis Jenis Tumbuhan Penyusun Hutan Sekunder Di Kabupaten Bengkulu Utara Propinsi Bengkulu. Tesis. UGM/ Yogyakarta (Unplubished)

Ferreira, S.A., and R.A. Boley, 2006. Sclerotium rolfsii. http://www.extento.edu. Di akses 20 mei 2012.

Harman, G. E. 1998. Trichoderma spp, including T. harzianum, T. viride, T. koningi, T. hamatum and other spp. http://www.nysaes.cornel.edu.html. Di akses 20 mei 2012.

Hidayat, A. dan A. Mulyani. 2002. Lahan Kering Untuk Pertanian. hlm. 1−34. Dalam A. Abdurachman, Mappaona, dan Saleh (Ed.). Pengelolaan Lahan Kering Menuju Pertanian Produktif dan Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.

ICRAF, 2008. Agroforestri. www.icraf.cgiar.org/sea/publication/file/book/BK0034-04/0034-045.pdf.atoharis @telkomnet. Di akses 20 mei 2012.

Kasiran, .2008. Konservasi Lahan Melalui Penerapan Teknologi Budidaya Lorong (Alley Cropping) Di Daerah Transmigrasi Kuro Tidur Bengkulu. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/ admin/jurnal/9208205210.pdf Di akses 20 mei 2012.

Kemas A.H., 2008. Rancangan Percobaan:Teori dan Aplikasi. Rajawali Pers, Jakarta.

Musnawar, E. I. 2003. Pembuatan Dan Aplikasi Pupuk Organik Padat. Penebar Swadaya, Jakarta, hal. 8. Prasetyo, 2004.Budidaya Kapulaga Sebagai Tanaman Sela Pada Tegakan Sengon Cardamon. Jurnal ilmu-ilmu

pertanian Indonesia. Volume 6, No. 1, Hlm. 22 - 31 22 SSN 1411–0067.

Semangun, H. 1993. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hal 128-129, 182-183.

Streets, R.B. 1980. Diagnosis Penyakit Tanaman. Terjemahan T. Santoso. The University of Arizona Press. Tuscon-Arizona, USA, hal 250.

Surojo G., 2006. Pemupukan dan Pemeliharaan Bawang Merah, Dipertabun, Nganjuk.

Wijaya,W.H. 2008. Aplikasi Pestisida Biorasional Agonal 866 Untuk Mengendalikan Hama Dan Penyakit Bawang Merah. J. Horti. 18(1):80-86.

Yuspida, A. 2003. Penggunaan Jamur Antagonis Untuk Menekan Pertumbuhan JamurSclerotium rolfsii Sacc. penyebab penyakit rebah kecambah bibit cabai. Pest Tropical Journal 1: 18-25.

Gambar

Gambar  1.  Gejala  Serangan  Penyakit  Busuk  Umbi  Bawang  Merah  yang  Disebabkan  Oleh  Jamur   Fusarium oxysporum 1 2  3  4 P =    100%
Tabel  2.  Rata-Rata  Berat  Kering  Umbi  Bawang  Merah  Pada  Perlakuan  Naungan  dan  Perlakuan  Dosis Pupuk Bioprotektan (kompos+Trichoderma sp.) (g)

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana penurunan konsentrasi logam berat kadmium (Cd) pada media kultur, bagaimana pengaruh berbagai konsentrasi logam Cd

Penentuan nilai absorbansi serum dari penderita schistosomiasis berdasarkan hasil survei tinja sesuai dengan kepadatan telur yang ditemukan pada pemeriksaan mikroskopis,

Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “ Optimalisasi Pertumbuhan Tunas Kentang (Solanum Tuberosum L.) Varietas Granola Kembang dengan Perbandingan Auksin dan Sitokinin

Berdasarkan perspektif Yusuf Al-Qaradhawi di atas yang menjadi permasalahan menurut penulis bahwa jual-beli on-line dengan penambahan kode sebagai harga dibelakang harga

Dengan berlakunya Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 10 tahun 2013 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia secara Elektronik menjadi menarik untuk

Implementasi Struktur Data Perangkat Lunak pada aplikasi Digital Story Book “Satua Bali” Berbasis Mobile menggunakan 15 tabel yang meliputi: Tabel Admin, Tabel

Hasil analisis korelasi parsial korelasi parsial antara kepemimpinan transformasional (X2) terhadap produktivitas kerja (Y) r hitung 0,797 dengan nilai r tabel untuk

Selain itu, jika HP memilih untuk mengganti produk atau suku cadang di lokasi Anda, maka produk tersebut akan diperbaiki di fasilitas pelanggan pengguna akhir tanpa biaya hanya