• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETERKAITAN PEMBELAJARAN LITERASI SAINS DENGAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KETERKAITAN PEMBELAJARAN LITERASI SAINS DENGAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA SD"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

690

KETERKAITAN PEMBELAJARAN LITERASI SAINS

DENGAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA SD

Fatma Ayu Prahastiwi1) & Dika Fajar Saraswati2)

Universitas Muhammadiyah Purworejo fatmaayuandeskro@gmail.com

Abstrak

Literasi sains merupakan kemampuan untuk memahami sains, mengkomunikasikan sains, serta menerapkan kemampuan sains untuk memecahkan masalah. Literasi sains merupakan salah satu cara pembelajaran yang bertujuan agar siswa mampu berpikir logis, kritis, kreatif, berargumentasi secara benar, dan berkomunikasi serta berkolaborasi. Faktor yang memengaruhi kemampuan literasi sains salah satunya kemampuan berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis dalam kegiatan pembelajaran dilakukan oleh siswa yang mampu menjawab pertanyaan bagaimana dan mengapa dengan menggunakan prinsip-prinsip serta konsep-konsep. Tujuannya untuk mengetahui keterkaitan antara literasi sains dengan keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran IPA. Pembelajaran IPA mengarahkan siswa mempunyai kesadaran literasi sains, sehingga siswa memiliki kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah.

Kata Kunci: berpikir kritis, literasi sains, dan pembelajaran IPA Abstract

Scientific literacy is the ability to understand, communicate, and apply scientific skills to slove problems. Scientific literacy has objective that is to develop students’ logical, critical, and creative thinking so students can argue, communicate, and collaborate properly. Critical thinking ability is an aspect that affects scientific literacy ability. Critical thinking ability is a directed and clear process in mental activities such as solving problems, making decisions, persuading, analyzing assumptions, and conducting scientific research. Students’ critical thinking ability in the learning process can be identified by answering questions about “how and why” based on principles and concepts. The purpose of this study is to determine the correlation between scientific literacy and critical thinking skills in science learning. Science learning directs students to have scientific literacy awareness, so that students have critical thinking and problem solving skills.

(2)

691 PENDAHULUAN

Pembelajaran abad 21 ini terjadi perubahan paradigma belajar yaitu, dari paradigma teaching menjadi paradigma learning. Artinya bahwa sebelumnya pembelajaran hanya berpusat pada guru sedangkan saat ini pembelajaran berpusat pada peserta didik, dalam hal ini guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajarmelainkan lebih banyak mengarah sebagai fasilitator dalam proses belajar. Adapun visi pendidikan abad 21 yang lebih berdasarkan pada paradigma learning adalah belajar berpikir yang berorientasi pada pengetahuan logis dan rasional, belajar berbuat yang berorientasi pada bagaimana mengatasi masalah, belajar menjadi mandiri yang berorientasi pada pembentukan karakter, dan belajar hidup bersama yang berorientasi untuk bersikap toleran dan siap bekerjasama.Depdinas dalam Fitaria (2018) telah mengkaji kebijakan kurikulum mata pembelajaran IPA yang berkaitan dengan literasi sains. Kajian ini dilakukan oleh Pusat Kurikulum Badan penelitian dan Pengembangan Depdiknas tentang rekomendasi Kurikulum IPA masa depan, yang pertama pembelajaran IPA harus dapat menumbuhkan kepercayaan diri siswa. Kedua belajar tentang IPA harus disertai dengan pengembangan sikap dan keterampilan ilmiah, sehingga dalam belajar IPA tidak hanya belajar konsep-konsep saja. Ketiga belajar IPA dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memahami kejadian- kejadian alam yang terjadi di sekitarnya, mampu mengembangkan kemampuan bernalarnya serta dapat merencanakan serta melakukan penyelidikan ilmiah. Keempat belajar IPA harus dapat mengembangkan “ keterampilan proses sains” bagi siswa, guru, dan calon guru untuk mengembangkan kemampuan mengobservasi, merencanakan penyelidikan, menafsirkan ( interpretasi) data dan informasi (narasi, gambar, bagan, tabel) serta menarik kesimpulan.

Berdasarkan data PISA (Programe for International Student Assessment) kemampuan literasi sains peserta didik Indonesia masih dibawah rata-rata jika dibandingkan dengan rerata skor internasional dan secara umum berada pada tahapan pengukuran terendah PISA. Sebagaimana dikutip dari The Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) peringkat Indonesia di PISA pada tahun 2009 yaitu ke-57 dari 65 dengan perolehan skor 383. Pada tahun

(3)

692

2012 Indonesia menduduki peringkat ke-64 dari total 65 negara dengan perolehan nilai saat itu yaitu382. Selanjutnya, pada tahun 2015 Indonesia berada pada peringkat ke-64 dari 72 negara yang ikut serta, dengan perolehan skor yaitu 403. Berdasarkan hasil tiga kali survey tersebut skor siswa Indonesia pada kemampuan literasi sains masih jauh dibawah skor standar internasional yang ditetapkan oleh lembaga OECD. Rendahnya hasil belajar sains dikarenakan belum adanya peluang bagi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan bernalarnya secara kritis. Berdasarkan uraian diatas, maka dibahas tentang kaitan literasi sains dengan keterampilan berfikir kritis siswa dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar.

KAJIAN PUSTAKA 1. Literasi Sains

Secara harfiah, literasi sains terdiri dari kata yaitu literatus yang berarti melek huruf dan scientia yang diartikan memiliki pengetahuan. Menurut Widyariani (2017) literasi sains merupakan elemen penting dalam pendidikan sains teknologi masyarakat modern dan sangat krusial bagi seluruh warganegara bukan hanya untuk yang belajar atau berkarir di sains. Literasi sains menurut PISA diartikan sebagai “ the capacity to use scientific knowledge , to identify questions and to draw evidence-based conclusions in order to understand and help make decisions about the natural world and the changes made to it through human activity”. Berdasarkan pemaparan tersebut literasi sains dapat didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia.Menurut Yulianti, Y (2017) melek sains dapat diistilahkan sebagai kemampuan literasi sains yaitu kemampuan untuk memahami sains, mengkomunikasikan sains (lisan maupun tulisan), serta menerapkan kemampuan sains untuk memecahkan masalah sehingga memiliki sikap dan kepekaan yang tinggi terhadap diri dan lingkungannya dalam mengambil keputusan berdasarkan

(4)

pertimbangan-693

pertimbangan sains. Menurut Santrianawati (2015) literasi sains adalah upaya menggunakan ilmu pengetahuan tentang sains, mengidentifikasi pertanyaan, menarik kesimpulan dan mengembangkan pemhaman tidak hanya dalam konsep tetapi juga dari aplikasi nyata yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Widiyanti, dkk (2017) mendeskripsikan kemampuan siswa dalam literasi sains maka digunakan tujuh indikator, meliputi mengidentifikasi pendapat ilmiah yang valid, melakukan penelusuran literatur yang efektif, memahami elemen-elemen desain penelitian dan bagaimana dampaknya terhadap temuan/ kesimpulan, membuat grafik secara tepat dari data, memecahkan masalah menggunakan keterampilan kuantitatif, termasuk statistik dasar, memahami dan menginterpretasikan statistik dasar, melakukan inferensi, prediksi, dan penarikan kesimpulan berdasarkan data kuantitatif.

Tingkatan literasi sains yaitu:

a. Scientific illiteracy siswa tidak dapat menghubungkan, atau merespon sebuah pertanyaan yang memerlukan alasan tentang sains. Siswa tidak mempunyai pembedaharaan kata, konsep, konteks dan kemampuan kognitif untuk mengidentifikasi pertanyaan secara ilmiah.

b. Nominal scientific literacy siswa mengenal konsep yang berhubungan dengan sains, tetapi tingkatan pemahaman yang benar di indikasikan miskonsepsi, c. Functional scientific literacy. Siswa dapat menerapkan sebuah konsep dengan

benar, tetapi pemahamannya masih terbatas,

d. Conceptual scientific literacy. Siswa mengembangkan beberapa pemahaman dari skema konsep mata pembelajaran dan menghubungkan skema tersebut dengan pemahaman sains siswa secara umum. Kemampuan proses penemuan sains dan teknologi termasuk juga dalam tingkatan literasi ini,

e. Multimensional scientific literacy. Pandangan literasi sains menggabungkan pemahaman sains yang luas melebihi dari konsep mata pembelajaran dan prosedur penyelidikan ilmiah. Siswa mengembangkan beberapa pemahaman dan penghagaan terhadap sains dan teknologi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Khususnya mereka mulai membuat hubungan-

(5)

694

hubungan antara sains, teknologi dan isu- isu di kehidupan masyarakatdalam mata pembelajaran sains.

2. Keterampilan Berfikir Kritis

Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi, kemampuan mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi dan orang lain. Berpikir kritis dalam kegiatan pembelajaran dilakukan oleh siswa yang mampu menjawab pertanyaan tentang “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why) dengan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Menurut Ennis pada Mahmuzah (2015) berfikir kritis merupakan suatu proses penggunaan kemampuan berpikir secara rasional dan reflektif yang bertujuan untuk mengambil keputusan tentang apa yang diyakini atau dilakukan. Menurut Amalina (2017) berfikir kritis adalah suatu proses yang memfasilitasi pebelajar untuk memperoleh pengetahuan baru melalui pemecahan masalah dan kerja sama/ kolaborasi. Berfikir kritis memusatkan oada proses pembelajaran bukan mencapai informasi semata. Keterampilan ini melibatkan menemukan bagaimana cara meneliti, menyatukan, membuat keputusan, serta menerapkan dan menciptakan pengetahuan baru ke stuasi dunia nyata. Cahyana, dkk (2017) berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah.Berpikir kritis lebih menekankan pada pertanyaan tentang kebenaran jawaban, fakta, atau informasi yang ada bukan hanya sekedar mencari jawaban pertanyaan. Proses ini dapat mendorong untuk dapat menemukan alternatif terbaiknya karena mampu menyelesaikanmasalah dengan beberapa interpretasi melalui eksplorasi sutu masalah, menangkap masalah dan mengemukakan pendapat dirinya sendiri.

Kemampuan berfikir kritis yang efektif meliputi mengobservasi, mengidentifikasi pola, hubungan, hubungan sebab akibat, asumsi-kesalahan alasan, kesalahan logika, dan bias, membangun kriteria klasifikasi,

(6)

695

membandingkan dan membedakan, menginterpretasikan, meringkas, menganalisis, mensintesis dan menggeneralisasi, mengemukakan hipotesis, membedakan data yang relevan dengan yang tidak relevan.

2. Kaitan Pembelajaran Literasi Sains Dengan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran IPA Sekolah Dasar

Literasi sains merupakan kemampuan untuk memahami sains, mengkomunikasikan sains, serta menerapkan kemampuan sains untuk memecahkan masalah. Literasi sains merupakan salah satu cara pembelajaran yang bertujuan agar siswa mampu berpikir logis, kritis, kreatif, berargumentasi secara benar, berkomunikasi serta berkolaborasi. Sesuai dengan tujuan literasi sains yaitu meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berfikir secara kritis dalam menerima berbagai jenis informasi dengan informasi yang telah didapatkan kemudian dihubungkan dengan informasi tersebut untuk dapat menyelesaikan atau menemukan sesuatu penyelesaian dari suatu keadaan yang akan dipecahkan. Berikut tabel mengenai komponen literasi sains dan kemampuan berfikir kritis.

Tabel 1. Kaitan Komponen Literasi Sains dan Kemampuan Berfikir Kritis

Literasi Sains Kemampuan Berfikir Kritis

Mengenal pertanyaan ilmiah

• • Basic Operations of reasoning

(Memiliki kemampuan menjelaskan, menggeneralisasi. Menarik kesimpulan deduktif, dan merumuskan langkah-langkah logis lainnya secara mental).

Mengidentifikasi bukti yang diperlukan dalam penyelidikan ilmiah.

• • Domain specific knowledge

(menghadapi problem, seseorang harus mengetahui topiknya sehingga mampu memecahkan masalahnya)

Menarik dan

mengevaluasi kesimpulan.

• • Metakognitive knowledge.

(Pemikiran kritis yang efektif untuk memahami idedan mereka-reka ia dapat dengan mudah mengumpulkan dan mempelajari informasi).

Mengkomunikasikan kesimpulan yang valid.

• • Values, beliefs and disposition.

(Melakukan penilaian secara fair dan objektif).

Mendemonstrasikan pemahaman terhadap konsep-konsep sains.

(7)

696

Berdasarkan komponen-komponen antara literasi sains dan kemampuan berfikir kritis terdapat kaitan. Komponen-komponen yang ada pada keduanya berkaitan satu sama lain. Kaitan-kaitan tersebut terdapat pada, pertamakomponen mengenal pertanyaan ilmiah berkaitan dengan pemikiran kritis yang efektif untuk memahami ide. Dikatakan memiliki kaitan karena dengan mengenal suatu masalah maka akan muncul ide-ide untuk menyelesaikan masalah tersebutdan dengan memiliki keterampilan metakognitif maka siswa akan lebih mudah untuk mengidentifikasi atau mengenali pertanyaan-pertanyaan ilmih. Kedua, komponen mengidentifikasi bukti pada literasi sains berkaitan dengan melakukan penilaian, hal ini dikarenakan dengan teridentifikasinya bukti-bukti yang nyata maka dengan mudah untuk melakukan penilaian dan dengan adanyanya bukti-bukti yang ada maka penilaian akan lebih objektif.Ketiga, komponen mengenal pertanyaan ilmiah berkaitan dengan metacognitive knowledge karena setelah mengenal pertanyaan ilmiah dapat mengidentifikasi masalah dengan pemikiran kritis yang efektif untuk mempelajari informasi. Keempat, komponen menarik dan mengevaluasi kesimpulan berkaitan dengan basic opeation of reasoning karena dengan memiliki kemampuan menjelaskan dan menggeneralisasi maka akan dengan mudah menarik kesimpulan yang tepat.

KESIMPULAN

Literasi sains merupakan kemampuan untuk memahami sains, mengkomunikasikan sains, serta menerapkan kemampuan sains untuk memecahkan masalah. Literasi sains merupakan salah satu cara pembelajaran yang bertujuan agar siswa mampu berpikir logis, kritis, kreatif, berargumentasi secara benar, berkomunikasi serta berkolaborasi. Pembelajaran IPA SD terdapat empat aspek yaitu produk, proses, aplikasi, dan sikap. Pembelajaran IPA mengarahkan peserta didik menjadi literat terhadap sains, maka harus memiliki kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah.Berdasarkan tabel terdapat kaitan antara komponen literasi sains dengan kemampuan berfikir kritis. Melalui literasi sains dapat memberikan pengalaman belajar yang beragam kepada peserta didik diantaranya pengalaman belajar yang berhubungan dengan pengembangan

(8)

697

kemampuan berpikir kritis, kreatif pemecahan masalah dan kerjasama dalam kelompok. Sehingga dengan adanya literasi sains peserta didik mampu mengembangkan kepekaan dan kekritisan dalam berfikir untuk menyelesaikan permasalahan global seperti hal nya permasalahan lingkungan hidup, kesehatan dan ekonomi hal ini dikarenakan pemahaman sains menawarkan penyelesaian terkait permasalahan tersebut.Saran yang dapat diberikan yaitu dengan menerapkan literasi sains dalam pembelajaran karena kurikulum 2013 menuntut siswa untuk aktif dan kreatif dalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin Y, Mulyati, T, & Yunansah H. (2017). Pembelajaran Literasi: Strategi Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis. Jakarta: Bumi Aksara.

Amalina, F. (2017). Pengaruh Gerakan Literasi Sekolah Sebagai Program Penunjang Kurikulum terhadap Peningkatan Kompetensi Berfikir Kritis dan Kreatif Siswa di SDIT Luqman Hakim Internasional Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Yogyakarta.

Cahyana, U. (2017). Relasi Kemampuan Berpikir Kritis dalam Kemampuan Literasi Sains Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal Sekolah Dasar. Vol. 26 No. 1. Hal. 14-22.

Fitaria, F. (2018). Meningkatkan Literasi Sains di SDN Sidokumpul dengan Metode Exsperimen. Sidoarjo: UMSIDA Press.

https://www.kemendikbud.go.id/. Diakses 16 Maret 2019.

Mahmuzah, R. 2015. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP melalui Pendekatan Problem Posing. Jurnal Peluang. Volume 4, Nomor 1. Hal. 64-72.

Rahayuni, G. (2016). Hubungan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Literasi Sains Pada Pembelajaran IPA Terpadu Dengan Model PBM Dan STM. Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA. Vol. 2, No. 2. Hal 131-146.

(9)

698

Widyariani, S. (2017). Kemampuan Literasi Sains Siswa SD Pada Konteks Melestarikan Capung. Biosfer: Jurnal Pendidikan Biologi (BIOSFERJPB). Vol. 10, No 1, Hal 17-21.

Yulianti, Y. (2017). Literasi Sains dalam Pembelajaran IPA. Jurnal Cakrawala Pendas. Vol. 3, No.2.

Gambar

Tabel 1. Kaitan Komponen Literasi Sains dan Kemampuan Berfikir Kritis

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA- Biologi Menggunakan Model Inkuiri Terbimbing Berbasis Literasi Sains Untuk Memberdayakan Keterampilan Proses Sains Dan Hasil

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan awal literasi sains mahasiswa pendidikan IPA sebagian besar berada pada

Sesuai dengan pandangan tersebut, penilaian literasi sains tidak semata-mata berupa pengukuran tingkat pemahaman terhadap pengetahuan sains tetapi juga pemahaman

Hasil dari penelitian ini terdiri dari empat hal yakni; (1) kemampuan literasi sains antar kelompok siswa yang diajar menggunakan metode CPS lebih tinggi dari

Peningkatan kemampuan literasi sains siswa untuk aspek kompetensi juga dapat dilihat pada Gambar 3, di mana pada gambar dijelaskan bahwa kompetensi mengidentifikasi

Literasi sains digambarkan dengan sebuah kemampuan serta pengetahuan ilmiah dari suatu individu dalam rangka mengidentifikasi pertanyaan, yang kemudian akan mendapatkan

Literasi sains berarti potensi atau kemampuan dengan ilmu pengetahuan untuk menyelidiki dan mengidentifikasi serta membuat kesimpulan dari bukti yang didapat dari masyarakat sosial itu

Sehingga disimpulkan handout berbasis literasi sains pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit layak untuk digunakan sebagai bahan ajar untuk meningkatkan kemampuan literasi