• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA KINERJA TAHUNAN DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA KINERJA TAHUNAN DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU 2019"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA KINERJA TAHUNAN

DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU

2019

DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU

(2)

i

KATA PENGANTAR

Keberhasilan program pembangunan nasional tidak terlepas dari

implementasi prinsip

prinsip tata kepemerintahan yang baik (good governance),

yaitu transparansi, akuntabilitas, dan visi strategis. Prinsip

prinsip tersebut

dituangkan dalam manajemen pemerintahan yang mencakup kegiatan

perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, dan evaluasi. Salah satu aspek penting

yang menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan adalah kualitas

perencanaan.

Dokumen Rencana Kinerja Direktorat IKHU Tahun 2019 ini disusun

berdasarkan Rencana Strategis Direktorat IKHU sebagai pedoman dalam

perumusan dan penganggaran program kegiatan Ditjen IKFT tahun 2015 - 2019.

Sasaran strategis dan target IKU yang termuat didalamnya diharapkan dapat

mengarahkan dan mengawal pelaksanaan program kegiatan sehingga dapat

mencapai kinerja sebagaimana ditargetkan. Untuk itu, Direktorat IKHU

mengharapkan dokumen Rencana Kinerja Tahun 2019 ini dapat berhasil guna

bagi pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang diwujudkan melalui pelaksanaan

tugas pokok dan fungsi berorientasi kinerja menuju tercapainya sektor basis

industri manufaktur yang dapat menjadi tulang punggung perekonomian nasional

Jakarta, 28 Februari 2018

Direktur Industri Kimia hulu

ttd.

(3)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...

i

DAFTAR ISI ...

ii

I. PENDAHULUAN

...

1

A. Latar Belakang ...

1

B. Maksud dan Tujuan ...

4

C. Tugas Pokok dan Fungsi ...

4

D. Ruang Lingkup ...

6

II. PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN INDUSTRI

...

7

A. Hasil

Hasil Pembangunan ...

7

B. Arah Pembangunan ...

11

III. RENCANA KINERJA

...

14

A. Sasaran ...

14

B. Indikator Kinerja ...

15

C. Rencana Aksi ...

16

(4)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keberhasilan program pembangunan nasional tidak terlepas dari implementasi prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik (good governance), yaitu transparansi, akuntabilitas, dan visi strategis. Prinsip-prinsip tersebut dituangkan dalam manajemen pemerintahan yang mencakup kegiatan perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, dan evaluasi. Salah satu aspek penting yang menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan adalah kualitas perencanaan.

Dalam UU Nomor 3 Tahun 2014 diamanatkan bahwa pembangunan industri dilaksanakan melalui penguatan struktur industri yang mandiri, sehat dan berdaya saing, dengan :

- Mendayagunakan sumber daya secara optimal dan efisien,

- Mendorong perkembangan industri ke seluruh wilayah Indonesia, dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional yang berlandaskan pada kerakyatan, keadilan, dan nilai-nilai luhur budaya bangsa dengan mengutamakan kepentingan nasional

Menurut Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, perencanaan pembangunan industri dalam jangka panjang diarahkan untuk : 1. Mampu memberikan sumbangan nyata dalam peningkatan kesejahteraan

masyarakat;

2. Membangun karakter budaya bangsa yang kondusif terhadap proses industrialisasi menuju terwujudnya masyarakat modern, dengan tetap berpegang kepada nilai-nilai luhur bangsa;

3. Menjadi wahana peningkatan kemampuan inovasi dan wirausaha bangsa di bidang teknologi industri dan manajemen, sebagai ujung tombak pembentukan daya saing industri nasional menghadapi era globalisasi/liberalisasi ekonomi dunia;

(5)

2 4. Mampu ikut menunjang pembentukan kemampuan bangsa dalam pertahanan diri dalam menjaga eksistensi dan keselamatan bangsa, serta ikut menunjang penciptaan rasa aman dan tenteram bagi masyarakat.

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (Ditjen IKFT) adalah salah satu unit kerja di lingkungan Kementerian Perindustrian yang bertanggung jawab terhadap pengembangan Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil yang meliputi subsektor Industri Kimia Hulu, industri kimia hilir, industri material dasar logam, industri tekstil dan produk tekstil, dan industri aneka. Subsektor Industri Kimia Hulu berkontribusi cukup signifikan pada perindustrian yang menunjang industri antara dan industri hilir nasional. Hal inilah yang menjadikan industri Kimia Hulu menjadi salah satu industri andalan masa depan Indonesia sebagaimana ditetapkan di dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN). RIPIN merupakan pedoman bagi Pemerintah dan pelaku Industri dalam perencanaan dan pembangunan Industri yang diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015.

Industri Kimia Hulu merupakan industri kimia penghasil bahan baku untuk untuk industri kimia antara dan hilirnya yang padat modal dan berteknologi tinggi. Pengembangan Industri Kimia Hulu mempunyai peranan penting dalam mengemban misi pembangunan ekonomi mulai dari penyediaan bahan baku sampai ke hilir, penciptaan nilai tambah dan penyediaan lapangan kerja. Industri Kimia Hulu mempunyai keterkaitan yang sangat luas dengan sektor ekonomi lainnya, karena produknya terkait dengan kebutuhan hajat hidup orang banyak seperti industri plastik, tekstil, karet, kulit, pupuk, pestisida, cat, pembersih, bahan peledak, bahan baku farmasi dan lain-lain. Fokus pengembangan Industri Kimia Hulu ke depan adalah penguatan Klaster Industri Petrokimia dan Industri Kimia Hulu lainnya.

Beberapa permasalahan yang dihadapi industri kimia antara lain :

a. Kurangnya kapasitas industri petrokimia, hal ini menyebabkan masih tingginya impor produk petrokimia.

b. Bahan baku industri petrokimia, terutama nafta dan kondensat, masih diimpor, sementara industri migas nasional mengekspor nafta dan kondensat-nya;

c. Kurang terintegrasi antara industri migas dan industri Kimia Hulu, industri kimia antara, dan industri kimia hilir;

d. Penelitian dan pengembangan teknologi industri polimer (baik produk maupun proses produksi) masih terbatas;

(6)

3 e. Tidak efektifnya fasilitas fiskal (tax holiday and tax allowance) untuk investasi baru atau peningkatan kapasitas dan tidak ada subsidi bunga terhadap pinjaman untuk revitalisasi mesin produksi.

Oleh karena diperlukan Rencana Kinerja yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan tersebut di atas sehingga industri Kimia Hulu mampu meningkatkan nilai tambah sumber daya alam dengan nilai ekonomi lebih tinggi.

Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 150 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan Kementerian Perindustrian mengamanatkan agar setiap Unit Eselon I dan II menyusun dokumen Rencana Kinerja, yaitu suatu dokumen perencanaan kinerja tertentu berdasarkan sumber daya yang dimiliki instansi. Sedangkan perencanaan kinerja merupakan proses penyusunan rencana kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah melalui berbagai kegiatan tahunan. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan implementasi program pengembangan IKTA tahun 2019 melalui penumbuhan dan pengembangan industri Kimia Hulu nasional yang lebih berdaya guna, berhasil guna, dan untuk memantapkan akuntabilitas kinerja.

Direktorat Industri Kimia Hulu perlu menyusun Rencana Kinerja (Renkin) Direktorat Industri Kimia Hulu Tahun 2019. Dokumen Renkin memuat informasi tentang sasaran yang ingin dicapai, hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai, dan indikator kinerja yang diharapkan dapat mengarahkan perumusan program kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hulu Tahun 2019 dan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Industri Kimia Hulu sehingga kinerja yang dihasilkan pada tahun 2019 memenuhi kualitas akuntabel dan berkelanjutan.

(7)

4 B. MAKSUD DAN TUJUAN

Sebagaimana amanat Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang menjelaskan bahwa dokumen Rencana Kinerja merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam penyusunan dokumen Penetapan Kinerja yang merupakan dokumen pernyataan kinerja/kontrak kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan sumberdaya tertentu pada suatu instansi. Demikian pula dijelaskan dalam Surat Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 239 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang menyebutkan bahwa dokumen Rencana Kinerja disusun seiring dengan agenda penyusunan kebijakan dan anggaran, serta merupakan komitmen bagi instansi untuk mencapainya dalam tahun tertentu. Sedangkan dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 150 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Akuntabilitas Instansi Pemerintah di Lingkungan Kementerian Perindustrian, dijelaskan bahwa Rencana Kinerja adalah suatu dokumen perencanaan kinerja tertentu berdasarkan sumber daya yang dimiliki oleh instansi. Oleh karena itu, berdasarkan amanat tersebut, maka maksud dan tujuan penyusunan penyusunan dokumen Rencana Kinerja Direktorat Industri Kimia Hulu Tahun 2016 adalah untuk menjabarkan sasaran dan program jangka menengah yang termuat dalam Rencana Strategis Direktorat Industri Kimia Hulu Tahun 2016 – 2019 menjadi indikator kinerja yang dapat dioperasionalkan untuk pencapaian sasaran kegiatan Direktorat Industri Kimia Hulu Tahun 2016.

C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian, maka Direktorat Industri Kimia Hulu mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian Bimbingan teknis dan evalusai di bidang Industri Kimia Hulu.

(8)

5

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Industri Kimia Hulu

menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan program, evaluasi dan pelaporan di bidang Industri Kimia Hulu

b. Penyiapan perumusan kebijakan termasuk penyusuanan peta panduan pengembangan klaster industri petrokimia dan pengembangan klaster Industri Kimia Hululainnya

c. Penyiapan pelaksanaan kebijakan termasuk pengembangan klaster industri petrokimia dan pengembangan klaster Industri Kimia Hululainnya

d. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedure dan kriteria di bidang Industri Kimia Hulu

e. Penyiapan pemberian Bimbingan teknis di bidang Industri Kimia Huludan f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan manajemen kinerja Direktorat

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi diatas, maka Direktorat Industri Kimia Hulu terdiri dari 4 unit Eselon III yaitu Sub Direktorat Program Pengembangan Industri Kimia Hulu, Subdirektorat Industri Kimia Anorganik, Subdirektorat Industri Kimia Organik, Subdirektorat Industri Kimia Hulu Lainnya dan Sub bagian Tata Usaha. Pada tiap-tiap Eselon III didukung oleh 2 (dua) seksi yaitu Seksi Sumber Daya Industri dan Sarana Prasarana Industri dan Seksi Pemberdayaan Industri, sedangkan untuk Subdirektorat Program, Evaluasi dan Pelaporan didukung oleh Seksi Program dan Seksi Evaluasi dan Pelaporan. Adapun tugas masing-masing Subdirektorat sebagai berikut :

1. Subdirektorat Program, Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas

melaksanakan penyusunan program, evaluasi dan pelaporan di bidang industri Kimia Hulu.

2. Subdirektorat Industri Kimia Anorganik mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan serta penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta Bimbingan teknis mengenai iklim usaha, standarisasi dan teknologi, hak kekayaan intelektual, dan industri hijau serta pelaksanaan kerjasama dan promosi industri di bidang industri kimia anorganik dasar.

3. Subdirektorat Industri Kimia Organik mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan serta penyusunan norma,

(9)

6 standar, prosedur, dan kriteria serta Bimbingan teknis mengenai iklim usaha, standarisasi dan teknologi, hak kekayaan intelektual, dan industri hijau serta pelaksanaan kerjasama dan promosi industri di bidang industri kimia organik dasar.

4. Subdirektorat Industri Kimia Hulu Lainnya mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan serta penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta Bimbingan teknis mengenai iklim usaha, standarisasi dan teknologi, hak kekayaan intelektual, dan industri hijau serta pelaksanaan kerjasama dan promosi industri di bidang industri Kimia Hulu lainnya.

5. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan administrasi kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga, surat menyurat, kearsipan, dan dokumentasi serta menajemen kinerja Direktorat.

D. RUANG LINGKUP

Rencana Kinerja Direktorat Industri Kimia Hulu Tahun 2019 merupakan bagian dari perencanaan jangka menengah pengembangan Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil memiliki ruang lingkup yang meliputi pencapaian hasil pengembangan Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil tahun 2015 – 2019, penetapan sasaran dan indikator kinerja, serta perumusan program kegiatan dan anggaran pengembangan Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil tahun 2019.

(10)

7

BAB II

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN INDUSTRI

A. HASIL-HASIL PEMBANGUNAN

Selama tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 Direktorat Industri Kimia Hulu

telah mencapai progress sebagai berikut :

a) Prioritas Nasional

1. Revitalisasi Industri Pupuk

Program revitalisasi industri pupuk dimaksudkan untuk mengganti

pabrik pupuk yang sudah tua dengan pabrik berteknologi maju yang lebih

hemat tingkat konsumsi bahan baku maupun energi serta ramah

lingkungan. Guna mewujudkan hal ini, beberapa langkah telah diambil

diantaranya dengan melakukan fasilitasi pembangunan revitalisasi 6

pabrik pupuk. Program revitalisasi meliputi penggantian 5 pabrik urea

berusia tua (3 pabrik PUSRI yaitu pabrik PUSRI II, III dan IV, satu pabrik

pupuk Kaltim yaitu pabrik Kaltim 1 dan satu pabrik pupuk Kujang yaitu

Kujang IA), serta pembangunan satu pabrik urea baru PT. Petrokimia

Gresik.

Pelaksanaan program revitalisasi/pengembangan industri pupuk

sangat tergantung pada beberapa aspek, antara lain yang berkaitan

dengan hal-hal sebagai berikut:

Pengamanan ketersediaan pasokan bahan baku untuk industri

pupuk

Ketersediaan sumber-sumber pendanaan dan dukungan perbankan

untuk pembiayaan program revitalisasi/pengembangan industri

pupuk,

Sinergi antar BUMN dalam rangka mendukung program revitalisasi

industri pupuk,

Serta pemilihan teknologi industri pupuk yang hemat bahan baku,

(11)

8

Beberapa hal yang telah dihasilkan pada Tahun 2011-2016

dalam pencapaian sasaran ini, antara lain :

• Fasilitasi beberapa perusahaan agar mendapat akses ke sumber bahan

baku. Adapun perusahaan yang mendapat fasilitasi tahun ini adalah

industri pupuk baik industri pupuk baru maupun industri pupuk eksisting

(perpanjangan kotrak pasokan gas). Untuk perpanjangan pasokan gas

pabrik pupuk urea eksisting yang akan berakhir kontraknya antara lain

a. PT. PUSRI Palembang (PUSRI III, IV dan 1B) Telah dilakukan

penandatanganan Kesepakatan Bersama dengan PT. Pertamina EP

pada 8 Mei 2012 untuk perpanjangan kontrak gas pabrik Pusri III, IV,

dan IB sebesar 166 mmscfd (2013-2019) dan tambahan pasokan gas

Pusri IIB sebesar 17 mmscfd (2019-2025). PJBG tambahan pasokan

gas untuk pabrik Pusri IIB sebesar 17 mmscfd dari PT. Pertamina EP

telah ditandatangani pada tanggal 20 Desember 2015. Untuk

penyediaan kebutuhan gas bumi

b. PT. Petrokimia Gresik Telah ditandatangani Letter of Agreement (LoA)

antara PT. Petrokimia Gresik dengan Exxon Mobil Cepu Ltd dan

Pertamina EP Cepu pada 26 April 2016 untuk perpanjangan MoA

alokasi pasokan gas pabrik Ammonia Urea II PT. PKG dari lapangan

Cepu yang berlaku s/d Desember 2013. Mengingat penyelesaian

proses di Gas Cepu masih memerlukan waktu yang panjang

sementara ada potensi dari lapangan Gas Husky Oil sehingga ada

rencana alokasi gas dari Lapangan gas Husky Oil untuk kebutuhan

PT. PKG. Akan tetapi pada tanggal 5 Desember 2016 antara SK

MIGAS dengan PT. Pupuk Indonesia (Persero), SK MIGAS akan

mengalihkan gas Husky ke Bali dan gas untuk PKG dan PKC akan

dialokasikan dari Cepu yang akan onstream Q4 2016.

c. Pupuk Kujang Telah dilakukan pembahasan dengan PT. Pertamina

EP Cepu (PEPC) pada 8 Mei 2016 terkait kemungkinan alokasi

pasokan gas sebesar 86 mmscfd pabrik Kujang IC dari lapangan gas

Cepu.

d. PT. Pupuk Iskandar Muda telah melakukan penandatanganan

Amandemen ke-6 Perjanjian Pasokan Gas ke PIM Tahun 2011 dan

(12)

9

2012 antara BP Migas, PT. Pertamina (Persero), PT. PIM, East

Kalimantan Kontraktor, dan Arun Kontraktor.Pasokan gas untuk PT.

PIM periode Januari-Desember 2012 sudah terealisasi sebesar 8

kargo LNG (1 kargo dari LNG Arun, 6 kargo dari swap gas LNG

Bontang, dan 1 kargo dari LNG Tangguh).

e. PT. Kaltim V Progres proyek Kaltim-5 s/d akhir tahun 2014 mencapai

40 % sesuai target B12.

b) Prioritas Bidang Perekonomian

1. Pengembangan Klaster Industri Garam

Indonesia sebagai daerah tropis dan memiliki ± 17 ribu pulau memiliki

ribuan garis pantai/pesisir sehingga merupakan Negara yang

berpotensi untuk pengembangan industri garam, meskipun tidak

semua wilayah pesisir/pantai dapat dijadikan lahan garam

mempertimbangkan porositas tanah, curah hujan, kecepatan angin,

dll.

Selain itu Indonesia dengan jumlah penduduk ±240 juta jiwa

membutuhkan garam dalam jumlah besar baik sebagai garam

konsumsi maupun garam industri. Dengan kondisi tersebut, maka

Direktorat

Industri

Kimia

Hulumelakukan

program

kegiatan

Intensifikasi dan Ekstensifikasi lahan pegaraman yang dilakukan

Tahun 2011-2016 dan direncanakan akan terus berlanjut sampai

terwujudnya swasembada garam nasional.

Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahun 2016 yaitu:

a. Fasilitasi pengembangan garam bahan baku dan pengolahan

garam beryodium melalui intensifikasi lahan pegaraman di Madura

yang berlokasi di Kabupaten Sampang dan Pamekasan. Kegiatan

ini meliputi perbaikan lahan, perbaikan saluran air dan

pemasangan geomembran dan atau keramik pada petak

kristalisasi.

b. Fasilitasi pengembangan garam bahan baku dan pengolahan

garam beryodium melalui ekstensifikasi lahan pegaraman di Teluk

(13)

10

Kupang NTT. Kegiatan ini meliputi pembukaan lahan garam baru

dengan luas lahan 350 Ha.

c. Pengadaan geomembran pada lahan pegaraman di Madura yang

berlokasi

di

Kabupaten

Sumenep.

Kegiatan

ini

berupa

pemasangan geomembran pada petak kristalisasi seluas 90 Ha.

2. Pengembangan Klaster Industri Migas/Petrokimia

Pengembangan industri petrokimia selama ini masih menghadapi

beberapa kendala utama diantaranya tidak adanya jaminan pasokan

bahan baku berupa condensate dan naphta. Selain itu kendala yang

dihadapi antara lain pengembangan riset dan teknologi, kemampuan

SDM, pengembangan data base industri petrokimia dll. Sampai tahun

2012 telah dilakukan forum komunikasi antar stakeholder industri

petrokimia dan penyusunan bisnis plan pengembangan industri

petrokimia terpadu di Tangguh Papua Barat dalam rangka

pemenuhan pasokan bahan baku migas maupun condensate. Selain

itu pada tahun 2012-2016 dilakukan pembangunan Center of

Excellence Industri Petrokimia yang berlokasi di Cilegon Banten yang

bertujuan untuk pengembangan teknologi proses dan produk,

standarisasi produk dan proses, strategi investasi, pemasaran, dan

informasi, sistem logistik dan rantai nilai, forum lintas instansi untuk

menyelesaikan permasalahan aktual, keselamatan kerja dan

lingkungan, serta berbagai aspek industri petrokimia lainnya. Centre

of Excellence juga menjadi etalase (showroom) atas kemajuan

industri petrokimia nasional sehingga meningkatkan kepercayaan

calon investor dalam menanamkan modal di industri petrokimia

nasional.

c) Prioritas Kementerian Perindustrian

1. Penyusunan dan Penerapan SNI Produk Industri Kimia Hulu

Dalam rangka penyusunan RSNI, Direktorat Industri Kimia Hulutelah

melakukan penyusunan SNI sebanyak rancangan SNI baru dan revisi

SNI produk Industri Kimia Hulu sebanyak 10 (sepuluh) SNI.

(14)

11

Penyusunan/Revisi SNI dilakukan terhadap Asam akrilat, n-buthyl

akrilat, etil akrilat, 2-ethyl hexyl akrilat, pupuk fosfat kalium, pupuk

kalium sulfat, asam sulfamat, asam formiat teknis, natrium meta

bisulfit, dan poli aluminium klorida.

2. Penyusunan RUU Bahan Kimia

Tersusunnya draft Rancangan undang-undang Bahan Kimia yang

telah melewati beberapa tahapan pembahasan antar instansi.

Diharapkan akhir kegiatan ini menghasilkan suatu draft RUU Bahan

Kimia yang siap untuk diajukan pada sidang pembahasan di DPR

tahun depan

3. Kebijakan Iklim Industri Kimia Hulu

Dalam menstabilkan kondisi iklim usaha di sektor Industri Kimia Hulu,

Direktorat Industri Kimia Hulutelah melakukan negosiasi dengan

instansi terkait dan stakeholder. Diantaranya adalah tersusunnya

insentif Bea Masuk Di Tanggung Pemerintah (BMDTP) Tahun 2016

yang direalisasikan oleh PT. Petrokimia Gresik dan PT. Inawan

Chemtex Sukses Abadi serta disetujuinya insentif Tax Holiday PT.

Petrokimia Butadiene Indonesia.

B.

ARAH PEMBANGUNAN

Dalam rangka mendukung kebijakan Direktorat Jenderal Industri Kimia,

Farmasi dan Tekstil beserta sasaran strategis dan IKU-nya, maka Direktorat

Industri Kimia Hulu berkewajiban menyukseskan pencapaian sasaran

strategis dan Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal Industri Kimia,

Farmasi dan Tekstil.

Berpedoman kepada Visi dan Misi Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi

dan Tekstil, maka Direktorat Industri Kimia Hulu menetapkan visi yaitu:

“Terwujudnya Industri Kimia Hulu Yang Berdaya Saing Tinggi, Berwawasan

Lingkungan, Adil dan Mandiri Dengan Struktur Industri Yang Kuat Untuk

Menopang Pembangunan Industri Nasional.”

(15)

12

Untuk mencapai visi tersebut maka Direktorat Industri Kimia Hulu mempunyai

misi sebagai berikut :

1. Memperkuat dan memperdalam struktur Industri Kimia Hulu untuk

mewujudkan industri nasional yang mandiri, berdaya saing, maju, dan

berwawasan lingkungan Memperkuat struktur Industri Kimia Hulu melalui

penyediaan bahan baku industri kimia yang bersumber dari dalam negeri

dan impor;

2. Meningkatkan nilai tambah Industri Kimia Hulu di dalam negeri melalui

pengelolaan sumber daya industri yang berkelanjutan dengan

meningkatkan penguasaan teknologi dan inovasi;

3. Menciptakan iklim usaha yang kompetitif;

4. Meningkatkan kualitas produkk-produk Industri Kimia Hulu melalui SNI;

5. Membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;

6. Mendukung pemerataan pembangunan Industri Kimia Hulu ke seluruh

wilayah Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan

nasional.

Diharapkan dengan misi tersebut, Direktorat Industri Kimia Hulu dapat

mencapai target yang diharapkan pada tahun 2016.

Dalam rangka mendukung kebijakan Ditjen Industri Kimia, Farmasi dan

Tekstil, sebagai unit kerja eselon II di lingkungan Ditjen Industri Kimia,

Farmasi dan Tekstil maka Direktorat Industri Kimia Hulu berkewajiban

menyukseskan pencapaian sasaran strategis dan Indikator Kinerja Utama

(IKU) Ditjen IKFT.

Kebijakan Pengembangan dalam rencana strategis Direktorat Industri Kimia

Hulu mencakup beberapa hal pokok sebagai berikut :

1. Pemantapan struktur Industri Kimia Hulu dengan seoptimal mungkin

memanfaatkan SDA lokal guna peningkatan nilai tambah.

2. Pengaturan efisiensi bahan baku/energi melalui penerapan teknologi baru

dan penghematan maupun diversifikasi bahan baku/energi

3. Pengaturan pengembangan bahan baku alternatif industri petrokimia

seperti gasifikasi batubara maupun biomassa

(16)

13

4. Peningkatan produktivitas dan efisiensi untuk menghasilkan industri yang

berdaya saing.

5. Peningkatan produksi Industri Kimia Hulu dalam rangka mendorong

pengembangan industri hilirnya untuk peningkatan ekspor dan substitusi

impor.

6. Pengembangan kemitraan dengan industri kecil menengah.

7. Pengembangan SDM dan R&D termasuk dalam upaya pengembangan

industri yang berwawasan lingkungan dan berkesinambungan.

Arah Pengembangan dalam rencana strategis Direktorat Industri Kimia Hulu

mencakup beberapa hal pokok sebagai berikut :

1. Pengembangan industri petrokimia dan Industri Kimia Hulu lainnya

melalui pendekatan klaster.

2. Industri yang bertumpu pada potensi SDA lokal yang yang tidak dapat

diperbaharui (petrokimia dan bahan kimia berbasis batubara) maupun

yang dapat diperbaharui.

3. Industri yang berpeluang meningkatkan pasar ekspor industri hilirnya

(bahan baku plastik, bahan baku tekstil, bahan baku pembersih dan

Bahan baku serat).

4. Industri yang kandungan lokalnya masih rendah (bahan kimia adi dan

bahan kimia khusus).

5. Industri yang berwawasan lingkungan (pupuk organik, pestisida alami).

6. Pengembangan industri yang memanfaatkan bahan baku alternatif

industri petrokimia seperti gasifikasi batubara maupun biomassa.

7. Pengembangan industri yang memanfaatkan limbah/scrap/used-product

petrokimia sebagai bahan baku

(17)

14

BAB III

RENCANA KINERJA

A. SASARAN

Dalam rangka pencapaian misi, visi, tujuan dan sasaran Direktorat Industri

Kimia Hulu, maka dalam kebijakan Direktorat Industri Kimia Hulu disusun ke

dalam 8 (delapan) sasaran strategis yang akan dicapai dengan Indikator Kinerja

Sasaran Strategis (IKSS), sebagaimana yang diuraikan berikut :

Sasaran Strategis I (IKU :

Meningkatnya Populasi dan Persebaran Industri, dengan indikator Kinerja Utama :

1). Unit Industri Kimia Hulu Besar – Sedang yang tumbuh

2). Nilai investasi di sektor industri kimia hulu.

Sasaran Strategis II (IKU) :

Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri, dengan indikator Kinerja Utama :

1). Kontribusi ekspor produk industri kimia hulu terhadap ekspor nasional.

2). Produktivitas dan Kemampuan SDM Industri Kimia Hulu

Sasaran Strategis III :

Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan, dengan indikator kinerja utama :

1. Infrastruktur kompetensi yang terbentuk 2. Infrastruktur Standar Produk Yang Terbentuk

Untuk mencapai sasaran tersebut, Direktorat Industri Kimia Hulu direncanakan mendapatkan alokasi pagu anggaran (indikatif) sebesar Rp. 16.000.000.000 (enam belas milyar rupiah)

(18)

15

B.

INDIKATOR KINERJA

Berdasarkan sasaran strategis diatas, Direktorat Industri Kimia Hulu menyusun

Rencana Kinerja Tahun 2019 yang disusun dalam rangka pencapaian target

jangka menengah disertai beberapa penyesuaian. Hal ini dikarenakan pada

perkembangannya Rencana Strategis Direktorat Industri Kimia Hulu mengalami

beberapa review yang dipengaruhi oleh kondisi iklim bisnis. Rencana Kinerja

Direktorat Industri Kimia Hulu Tahun 2019 memuat beberapa indikator kinerja

yang ditetapkan berdasarkan perspektif pemangku kepentingan dan

pelaksanaan Proses Internal.

Rencana kinerja tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2

Rencana Kinerja Direktorat INDUSTRI KIMIA HULU Tahun 2019

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi TW - V

Meningkatnya Populasi dan Persebaran Industri

Unit Industri Kimia Hulu Besar –

Sedang yang tumbuh

72 - 78 Unit 76 Unit

Nilai investasi di sektor industri kimia hulu

67,71 Rp. Triliun 70,14 Persen

Meningkatnya daya saing dan produktivitas industri

Kontribusi ekspor produk industri kimia hulu terhadap ekspor nasional

3,34 Persen 3,61 Persen

Produktivitas dan Kemampuan SDM Industri Kimia Hulu

713,20 Rp. Juta 716,48 Rp. Juta

Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan

Infrastuktur Kompetensi Yang Terbentuk

1 RSKKNI 1 RSKKNI

Infrastruktur Standar Produk Yang Terbentuk 4 RRegulasi SNI / SNI Wajib 4 RRegulasi SNI / SNI Wajib

(19)

16

C.

RENCANA AKSI

Pembangunan industri prioritas periode tahun 2015-2019 dilaksanakan

dengan mengacu pada rencana aksi yang telah diamanatkan oleh Rencana

Induk Pembangunan Industri Nasional. Rencana aksi pembangunan untuk

industri prioritas dibawan binaan Direktorat Industri Kimia Hulu adalah sebagai

berikut:

Industri Prioritas

Rencana Aksi

INDUSTRI KIMIA HULU BERBASIS MIGAS

DAN BATUBARA

a. Industri PetroKimia Hulu: Etilena,

Propilena, Butadiene, P-xylena,

Metanol, Ammonia.

b. Industri Kimia organik: Carbon black,

Asam Tereftalat, Asam Asetat,

Akrilonitril, Bis Fenol A.

c. Industri Pupuk: Pupuk tunggal (basis nitrogen), pupuk majemuk.

d. Industri Resin Sintetik dan Bahan

Plastik: Low- density polyethylene

(LDPE), High-density polyethylene

(HDPE), Polypropylene (PP), Nilon,

Polyethylene terephthalate (PET),

Akrilik, Polyvinyl Chloride (PVC)

e. Industri Karet Alam dan Sintetik:

Butadiene Rubber (BR), Styrene

Butadiene Rubber (SBR), Engineering natural rubber compound

f. Industri Barang Kimia lainnya: Propelan

1. Memfasilitasi pendirian pabrik

petroKimia Hulu dengan bahan baku gas di Teluk Bintuni, bahan baku CBM di Sumatra Selatan dan Kalimantan Selatan, bahan baku shale gas di Sumatera Utara, dan bahan baku batubara

di Kalimantan Timur dan

Sumatera Selatan.

2. Pengembangan produk aromatik

di Tuban dan Cilacap

3. Mendorong produsen

petrokimia Dasar untuk

melakukan efisiensi dan

diversifikasi energi.

4. Melakukan revitalisasi industri

petrokimia eksisting yang

mengalami permasalahan

pasokan bahan baku dan/atau administrasi.

5. Memfasilitasi calon investor dalam mendapatkan dukungan dari Pemerintah Daerah dan

masyarakat dalam pendirian

pabrik petroKimia Hulu

(penyediaan lahan, jaminan

bahan baku, perizinan, infrastruktur, Amdal, dll)

6. Menyiapkan SDM lokal yang

kompeten.

7. Meningkatkan kemampuan

penguasaan teknologi proses dan rekayasa produk industri petrokimia melalui penelitian dan pengembangan yang terintegrasi

(20)

17

Industri Prioritas

Rencana Aksi

8. Fasilitasi kerjasama teknologi

untuk pengembangan bahan

baku alternatif industri petrokimia (teknologi gasifikasi batubara, methanol to olefin)

9. Optimalisasi penggunaan

kondensat untuk bahan baku industri petrokimia nasional 10. Mendorong hilirisasi industri

petroKimia Hulu melalui

kerjasama dengan industri

petrokimia antara dan hilir dalam

rangka penguatan dan

pendalaman struktur industri

petrokimia.

11. Memfasilitasi pendirian pabrik industri kimia organik

12. Memfasilitasi ketersediaan

bahan baku dan pasar bagi pendirian pabrik industri kimia

organik melalui kerjasama

Dasar-hilir.

13. Mendorong adanya revitalisasi

pabrik pupuk urea untuk

menurunkan konsumsi gas bumi sebagai bahan baku.

14. Mendorong pengembangan

industri intermediate untuk

bahan baku industri pupuk

(Asam Phosphate)

15. Fasilitasi kerjasama teknologi

untuk pengembangan bahan

baku alternatif industri pupuk (teknologi gasifikasi batubara)

16. Memfasilitasi pendirian

industri resin sintetik dan bahan plastik

17. Memfasilitasi terbukanya pasar industri resin sintetik dan bahan plastik melalui kerjasama

Dasar-hilir (petroKimia Hulu dan

industri barang plastik)

18. Memfasilitasi pendirian pabrik industri BR, SBR, IR, ABS, dan

(21)

18

Industri Prioritas

Rencana Aksi

EPDM di Cilegon, Banten 19. Memfasilitasi terbukanya pasar

industri Karet Sintetik melalui kerjasama Dasar-hilir

20. Memfasilitasi pembangunan industri propelan kapasitas 800 ton/tahun di Energetic Material Centre, Subang, Jawa Barat. 21. Memastikan terjadinya transfer

teknologi dan adanya jaminan kesinambungan suplai bahan baku industri propelan

22. Mendorong pemakaian

teknologi dan produk dalam negeri dalam pembangunan dan pengembangan industri propelan

(22)

19

BAB IV

PENUTUP

Dalam rangka implementasi tata kepemerintahan yang baik (good governance) yang

salah satunya diwujudkan melalui pelaksanaan reformasi birokrasi, maka Direktorat Industri Kimia Hulu melaksanakan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Dengan tersusunnya Rencana Strategis Direktorat Industri Kimia Hulu Tahun 2015 – 2019 yang memuat visi, misi, peta strategi, dan sasaran strategis jangka menengah, maka SAKIP Direktorat Industri Kimia Hulu juga dilaksanakan dalam kerangka strategis jangka menengah melalui penyusunan dokumen-dokumen tahunan yang diharapkan dapat mengawal perumusan dan pelaksanaan program kegiatan dan anggaran. Dokumen tersebut adalah Rencana Kinerja, Penetapan Kinerja, Laporan Evaluasi Pengendalian Pelaksanaan Pembangunan yang disusun secara triwulanan, dan Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP).

Dokumen Rencana Kinerja Direktorat Industri Kimia Hulu Tahun 2019 ini disusun sebagai pedoman dalam perumusan dan penganggaran program kegiatan Ditjen Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil tahun 2019. Sasaran strategis dan target IKU yang termuat didalamnya diharapkan dapat mengarahkan dan mengawal pelaksanaan program kegiatan sehingga dapat mencapai kinerja sebagaimana ditargetkan. Untuk itu, Direktorat Industri Kimia Hulu mengharapkan dokumen Rencana Kinerja Tahun 2019 ini dapat berhasil guna bagi pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang diwujudkan melalui pelaksanaan tugas pokok dan fungsi berorientasi kinerja menuju tercapainya sektor Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil yang dapat menjadi tulang punggung perekonomian nasional.

Referensi

Dokumen terkait

memenuhi kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan dan standar prosedur operasional. Jika rumah sakit tidak memenuhi kewajiban

Sedangkan variabel dependen berkaitan perkembangan karier dengan adanya pembantu yang dilambangkan dengan Y. Dengan uji regresi ini maka dapat diketahui tingkat kekuatan

Dalam penelitian ini perubahan kadar PCO 2 tiap kelompok pengobatan di bandingkan, dijumpai perbedaan perubahan kadar PCO 2 pada pasien yang hanya diberikan

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan manajemen sarana prasarana sekolah inklusi SMP N 2 sewon Bantul Yogyakarta dalam rangka

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pustikawaty, Hafizah, & Wulandari tahun 2015, yang menyatakan bahwa setelah diberikan aromaterapi

marbuthah, alif, waw dan alif dan nun. Kelima : Proses pembentukan jamak taksir melalui pengurangan dan perubahan bunyi.. Kata مكبلأا al-abkam di dalam al-Munjid

Dengan pendekatan moral, HKI tidak hanya dilihat sebagai instrumen untuk komersialisasi aset intelektual (capitalism), akan tetapi juga merupakan instrumen untuk

Ternak diberi masa adaptasi terhadap imbuhan pakan selama 2 minggu, kemudian dilakukan pengamatan konsumsi bahan kering dan produksi susu selama 30 hari.. Parameter yang